DOSEN PENGAJAR :
Angga Arsesiana, SST.,MTs.Keb
DISUSUN OLEH:
NIM. 2019.C.11a.1024
1
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya, makalah yang penulis susun dengan judul “Amniotomi,Episiotomi
dan CTG” dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari apabila makalah
yang disusun ini jauh dari sempurna. Maka dari itu, memohon saran serta
kritiknya baik dari Bapak/Ibu Dosen maupun teman-teman, supaya kami dapat
merefisi makalah ini sehingga menjadi lebih baik.
Semoga makalah yang penulis susun ini dapat bermanfaat, memberikan
tambahan wawasan bagi teman-teman mahasiswa keperawatan dan semoga bisa
menjadi bahan referensi untuk pembelajaran kita bersama.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI ..............................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................1
1.3 Tujuan .................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................2
2.1 Amniotomi............................................................................................. 2
2.2 Episiotomi.............................................................................................. 5
2.3 CGT....................................................................................................... 7
BAB 3 PENUTUP.......................................................................................10
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................10
3.2 Saran ......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................11
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Amniotomi seperti apa.
2. Menegtahui Episiotomi seperti apa.
3. MengetahuiYang dimkasud CTG.
iii
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Amniotomi
Kantung ketuban berisi air ketuban dan plasenta. Fungsi air dan kantung
ketuban adalah untuk melindungi janin dari benturan, cedera, dan infeksi,
menjaga suhu tubuh janin agar tetap normal, sekaligus sebagai tempat bagi
janin untuk tumbuh dan berkembang sebelum dilahirkan.
iv
2. Memperkuat kontraksi persalinan
v
Janin belum masuk ke dalam panggul.
Posisi bayi sungsang.
Plasenta previa.
o Vasa previa. Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah plasenta
atau tali pusat janin turun hingga keluar dari serviks. Kondisi ini
berpotensi membahayakan nyawa ibu dan janin.
vi
2.2 Episiotomi
Dari tujuh macam teknik episiotomi, hanya dua teknik yang sering
dilakukan yaitu teknik medial dan mediolateral. Meskipun data
perbandingan teknik-teknik ini masih terbatas, data dari studi yang ada
menunjukkan bahwa episiotomi mediolateral mungkin memiliki risiko
komplikasi lebih rendah. Komplikasi tindakan episiotomi dapat berupa
infeksi luka, laserasi atau ruptur perineum, perdarahan,
hematoma, inkontinensia urine, disfungsi anorektal, hingga prolaps organ
pelvis.
1. indikasi
vii
Persalinan kala dua yang lama, terutama bila kondisi janin mulai
terganggu
2. Kontraindikasi
Kontraindikasi absolut episiotomi adalah jika pasien menolak untuk
dilakukan tindakan. Sementara itu, kontraindikasi relatif episiotomi
adalah inflammatory bowel disease dan malformasi perineum berat.
Episiotomi juga tidak boleh dilakukan bersama prosedur persalinan
pervaginam operatif seperti forceps atau vakum karena meningkatkan
risiko laserasi perineum.
Episiotomi tidak boleh dilakukan bila persalinan pervaginam dianggap
tidak mungkin. Sebuah penelitian kohort retrospektif juga menunjukkan
bahwa episiotomi pada wanita multipara dapat meningkatkan risiko
terjadinya ruptur perineum derajat 3–4. American College of Obstetricians
and Gynaecologists merekomendasikan untuk tidak melakukan episiotomi
secara rutin dan hanya melakukannya secara selektif.
3.Teknik Episiotomi
viii
Persiapan Pasien
Persiapan untuk tindakan episiotomi meliputi permintaan informed
consent dari pasien, memastikan pencahayaan cukup, menilai perineum
dan menentukan jenis episiotomi yang akan dilakukan, serta memastikan
ada anestesi yang memadai.
4.Komplikas Episiotomi
Komplikasi jangka pendek episiotomi dapat berupa ruptur perineum,
perdarahan, edema, infeksi lokasi sayatan, kerusakan sphincter anal dan
mukosa rektum, trauma uretra, trauma kandung kemih, hematoma, nyeri,
dan dehisensi luka. Sementara itu, komplikasi jangka panjang episiotomi
dapat berupa infeksi kronis, disfungsi anorektal, inkontinensia urine,
prolaps organ pelvis, disfungsi seksual, dan rasa nyeri.
Ruptur Perineum
Ruptur perineum ke derajat yang lebih parah adalah komplikasi umum dari
episiotomi. Dilaporkan bahwa risiko ruptur derajat 3–4 adalah sebanyak
1% pada wanita tanpa episiotomi, 9% pada episiotomi mediolateral dan
20% pada episiotomi medial. Teknik episiotomi medial merupakan faktor
risiko terbesar untuk terjadinya ruptur yang dapat mencapai mukosa
rektum.
2.3 CTG
Tujuan utama cardiotocography adalah memantau detak jantung janin.
Pemeriksaan ini juga bisa sekaligus mengevaluasi kontraksi rahim sang
ibu, yang dapat menggambarkan kesehatan janin.
Tidak terdapat panduan spesifik mengenai seberapa sering seorang ibu
hamil memerlukan cardiotocography. Tapi dokter mungkin
menganjurkannya beberapa kali selama masa kehamilan dan saat akan
melahirkan.Namun pemantauan lewat CTG bisa terus dianjurkan oleh
dokter pada kondisi-kondisi di bawah ini:
ix
Berat badan janin di bawah normal
Ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi
Ibu hamil mengalami demam atau tanda-tanda infeksi
Kehamilan kembar
Janin telah membuang meconium (zat buangan) ke dalam air
ketuban
Keluar darah segar ketika persalinan
Dokter akan mengoleskan gel di perut ibu hamil agar lempeng alat
pemantau yang menempel ke kulit akan memberikan sinyal yang
baik.
Alat pemantau detak jantung janin akan diletakkan pada perut ibu.
Alat ini berupa tali elastis dengan lempengan pada tiap ujungnya.
Lempeng yang satu berfungsi memonitor detak jantung janin, dan
lempeng lainnya berperan mengukur tekanan dalam perut ibu.
x
Hasil cardiotocography yang tidak normal mungkin menandakan janin tidak
mendapatkan cukup oksigen. Untuk mengatasinya, dokter bisa melakukan
langkah-langkah di bawah ini:
xi
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Bagi para pembaca pada umumnya dan perawat pada khususnya
disarankan agar mengerti tentang pendidikan, mengajar dan belajar
maupun domain belajar itu sendiri. Selain itu pendidikan, belajar dan
mengajar merupakan hal yang sangat penting. Hal ini akan mempermudah
petugas kesehatan dalam melakukan pendidikan pada pelayanan
kesehatan.
Daftar Pusaka
xii
Patient.info.https://patient.info/pregnancy/cardiotocography
Smyth, R., Markham, C., Dowswell, T. Cochrane (2013). Amniotomy for Shortening
Spontaneous Labour.
xiii