Anda di halaman 1dari 15

MENCUCI TANGAN, PENGGUNAAN APD, DAN PELEPASAN APD, DOKUMENTASI

PERALATAN PERAWATAN PASIEN, PEMASANGAN LINEN

DI SUSUN
O
L
E
H

JULIANA RATNA SARI SEMBIRING


(032019048)
NERS 2B

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN


T.A. 2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i

BAB I MATERI………………………………………………..………………………... 1
2.1 pengertian cucitangan……..........................................................................................1
2.2 langkah-langkah mencuci tangan………………….……….......................................2
2.3 manfaat mencuci tangan…….…………………………………………….…............2
2.4 pengertian alat pelindung diri (APD)………………....……………………………..3
2.5 pemakaian APD……………………………………………………………………...3
2.6 pelepasan APD………………………………………………………………………4
2.7 Pengertian dokumentasi……………………………………………………………..5
2.8 prosedur dekontaminasi permukaan yang tercemar darah atau cairan tubuh pasien..5
2.9 pembersihan ………………………………………………………………………...5
2.10 disinfeksi…………………………………………………………………………...6
2.11 sterilisasi…………………………………………………………………………...6
2.12 pengemasan………………………………………………………………………..7
2.13 pengertiaan linen…………………………………………………………………..8
2.14 pemasangan linen tempat tidur tertutup…………………………………………...9
2.15 pemasangan linen tempat tidur terbuka…………………………………………...10

BAB II PENUTUP……………………………………………………………………………11
3.1 kesimpulan…………………………………………………………………………...11

DAFTAR PUSTAKA………………………………….……………………………………13

i
BAB I
MATERI

2.1 pengertian cuci tangan


Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan perilaku yang telah terbukti secara ilmiah
dapat mencegah penyebaran penyakit menular seperti diare, infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA) dan flu burung, bahkan disarankan untuk mencegah penularan influenza. Hal ini dapat
dilakukan dengan mudah, sederhana dan dapat dilakukan oleh mayoritas masyarakat Indonesia.
Survey di lapangan menunjukkan menurunnya angka ketidakhadiran anak karena sakit yang
disebabkan oleh penyakitpenyakit tersebut di atas setelah di intervensi dengan CTPS (Depkes RI,
2009).
Tangan merupakan pusat kuman penyakit, mulai saat bersalaman, memegang pintu
kamar kecil, menyentuh benda yang mengandung kuman, sehabis Buang Air Kecil (BAK) atau
Buang Air Besar (BAB) serta menyentuh segala sesuatu yang banyak disentuh orang seperti
memegang uang, dan sebagainya. Tangan yang kelihatan bersih belum cukup untuk mencegah
dari penyakit infeksi. Apalagi tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan
binatang, cairan tubuh, makanan atau minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan
sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit kepada orang lain (Apriany, 2012).
Cuci tangan dengan air saja tidak cukup untuk melindungi seseorang dari kuman penyakit
yang menempel di tangan. Penggunaan sabun saat mencuci tangan penting untuk menghilangkan
kuman yang tidak tampak, minyak, lemak dan kotoran di permukaan kulit. Sehingga dengan bau
wangi dan perasaan segar setelah mencuci tangan dengan sabun tidak dapat jika hanya
menggunakan air saja.

Selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran, sekolah juga dapat menjadi tempat
ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Lebih dari itu, usia sekolah bagi
anak juga merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit. Kebiasaan anak- anak
mengonsumsi jajanan secara bebas, ditambah anak-anak tidak melakukan cuci tangan pakai
sabun sebelum makan akan mengakibatkan berbagai kuman penyebab penyakit dengan mudah
masuk ke dalam tubuh (Kartika, Mia,2015).

Berdasarkan Survey Health Service Program tahun 2006 tentang persepsi dan perilaku
terhadap kebiasaan mencuci tangan menemukan bahwa sabun telah sampai ke hampir setiap
rumah di Indonesia, namun sekitar 3% yang menggunakan sabun untuk cuci tangan, untuk di
desa angkanya biasanya bisa lebih rendah lagi. Menurut penelitian WHO mencuci tangan pakai
sabun dapat menurunkan risiko diare hingga 50% (Tazrian, 2010)

Faktor yang mendukung timbulnya kemampuan anak untuk mencuci tangan pakai sabun
yaitu berupa dukungan dalam bentuk lingkungan fisik seperti sarana dan prasarana pendukung.
Untuk mengubah kemampuan anak mencuci tangan pakai sabun juga diperlukan perilaku contoh
dari tokoh masyarakat dan petugas kesehatan (Yuhanna,2010).
Salah satu upaya untuk membudidayakan perilaku cuci tangan adalah dengan
memberikan pendidikan kesehatan. Mencuci tangan dengan benar diajarkan untuk memberikan
pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat, menimbulkan sikap dan perilaku hidup sehat, dan
membentuk kebiasaan hidup sehat (Fitriani, 2011). Memberikan pendidikan kesehatan maka
dapat meningkatkan pengetahuan anak dan dapat mempengaruhi perilaku anak mencuci tangan
dengan benar (Dyana, 2012).
2.2 langkah-langkah mencuci tangan
Menurut who (2005) dalam depkes RI (2006) terdapat dua teknik mencuci tangan, yaitu
mencuci tangan dengan sabun dan air mencuci tangan dengan larutan berbahan dasar alcohol.
Langkah-langkah mencuci tangan dengan sabun :
1. Basuh tangan dengan air
2. Tuangkan sabun secukupnya
3. Ratakan dengan kedua telapak tangan
4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya
5. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
6. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan lakukan sebaliknya
8. Gosok dengan memutar ujung jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya.
9. Bilas kedua tangan dibawah air yang mengalir
10. Keringkan dengan handuk bersih sekali paki benar-benar kering
11. Gunakan siku untuk mematikan keran air.

2.3 manfaat mencuci tangan

Tangan merupakan bagian dari anggota tubuh yang sering bersentuhan dengan kotoran.
Tangan juga digunakan untuk memegang dan memasukkan makanan atau minuman ke dalam
mulut. Salah satu upaya efektif menjaga kebersihan adalah dengan cara mencucitangan. Manfaat
mencuci tangan ada banyak salah satunya untuk menghindari penyebaran penyakit ke diri sendiri
maupun orang lain.

2
Namun kesadaran masyarakat akan arti penting kesehatan belum memadai. Sehingga
banyak yang tidak menyadari angka kejadian berbagi penyakit infeksi di Indonesia cukup tinggi.
Jika kita mengabaikan mencucitangan di saat-saat penting bias menyebabkan diare.

2.4 pengertian alat pelindung diri(APD)


Bila mana suatu bahay timbul, maka setiap usaha dilakukan untuk menghilangkan
ataupun mengendalikannya dengan engineering control. Dimana tidak menggunakan untuk
mengisolasi proses atau membuat pelindung bahaya secara keseluruhan. Maka perlu
mempertimbangkan penggunaan alat pelindung diri sebagai solusi terakhir.
Alat pelindung diri adalah suatu alay yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang dalam pekerjaannya, yang fungsinya mengisolasi tubuh seseorang dari bahaya
ditempat kerja dan memperkecil akibat yang timbul dari bahay tersebut.
APD adalah semua perlengkapan termasuk pakaian yang memberi perlindungan terhadap
cuaca, yang ditujukan untuk dipakai seseorang dalam pekerjaannya dan yang melindunginya dari
satu atau lebih resiko terhadap keselamatan dan kesehatannya.
2.5 penggunaan APD
Tipe APD yang digunakan bervariasi dan bergantung pada tingkat kewaspadaan yang
diperlukan, misalnya untuk melindungi diri dari infeksi melalui kontak langsung, droplet, atau
udara.
Prosedur penggunaan APD:
1. GAUN
Tutup bagian tubuh yang depan secara penuh dari leher hingga lutut, lalu ikat dibagaian
belakang tubuh.
2. MASKER
Eratkan ikatan atau karet elastis tepat ditengah-tengah bagian belakang kepala dan leher,
pasang dengan pas kawat fleksibel pada bagian jembatan tulang hidung, Pasang bagian
bawah masker agar menutupi bagian bawah wajah dan dagu.
3. PELINDUNG MATA(GOOGLE)
Pasang menutupi bagian mata di wajah dan sesuaikan hingga pas
4. MITELA
Pasangan di bagian kepala, usahakan semua masuk kedalam penutup mitela, dan ikat
kebagian belakang.

3
5. Sarung tangan
Pasang dan tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan dan pada gaun isolasi
6. Sepatu boots
Dipakai dikaki untuk melindungi kaki dari benda benda tajam yang bertebaran dilantai.

2.6 pelepasan APD


1. SARUNG TANGAN
Dengan tangan yang masih menggunakan sarung tangan, tarik bagian telapak tangan anda
yang lain dan lepaskan sarung tangan, pegang sarung tangan yang sduah dipelas dengan tangan
yang masih menggunakan sarung tangan, selipkan jaritangan yang sudah tidak menggunakan
sarung tanagn kebagia pergelangan tangan sarung tangan yang masih terpasang, lepaskan sarung
tangan kedua menutupi sarung tangan pertama, buang sarung tangan ketempat pembuangan.
2. KACAMATA (GOOGLE)
Lepaskan pelindung mata atau pelindung wajah dari belakang dengan mengangkat karet
kepala. Apabila masih bias dikenakan kembali letakkan diwadah yang dapat di daur ulang, bila
tidak buang ketempat pembuangan.
3. GAUN
Longgarkan ikatan gaun, pastikan bagian lengan gaun tidak mengenai bagian tubuh anda
saat melonggarkan ikatan gaun, lepaskan gaun dari leher pegang bagian dalam gaun untuk
melepaskannya, balik gaun sehingga bagian dalam gaun berada diluar, lipat atau gulung gaun
dan buang pada tempatnya.
4. MASKER
Pegang bagian bawah ikatan lalu bagian atas dan lepaskan masker tanpa menyentuh bagian
terluar masker, lalu lipat masker hingga bagian luar masker terlipat kedalam, lalu buang masker
pada tempatnya.
5. MITELA
Buka pengikat dari bagian belakang kepala, lalulipat sehingga bagian terluat terlipat kedalam
dan letakkan kebagian wadah apakah masih bias di daur ulang atau tidak.
6.SEPATU BOOTS
Buka sepatu lalu letakkan kewadah apakh bias di daur u;ang atau tidak.

4
2.7 Pengertian dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu proses untuk menghilangkan atau memusnahkan
mikroorganisme dan kotoran yang melekat pada peralatan medis atau objek, sehingga aman
untukpenggunaan selanjutnya, meliputi pembersihan, disinfeksi, sterilisasi.
Tujuan peralatan perawatan apsien adalah memutuskan mata rantai penularan infeksi dari
peralatan medis jepada pasien, petugas kesehatan, penunjang dan lingkungan rumah sakit.
Indikasi dokumentasi adalah :
1.Alat medis habis pakai
2. Permukaan meja atau permukaan lain yang tercemar atau tertumpah darah atau cairan
tubuh pasien
3. Linen bekas pakai yang tercemar darah atau cairan tubuh pasien

2.8 prosedur dekontaminasi permukaan yang tercemar darah atau cairan tubuh pasien
1. Lakukan kebersihan tangan
2. Pakai APD sarung tangan, apron, masker, kacamata
3. Serap darah atau cairan tubuh sebnayak banyaknya dengan kertas atau tissue
4. Buang tissue atau kertas penyerap kedalam kantong sampai infeksi.
5. Bersihkan daerah bekas tumpahan dengan larutan disinfektan
6. Buka sarung tangan
7. Lakukan kebersihan tangan

2.9 pembersihan
Suatu proses untuk menghilangkan kotoran yang terlihat atau tidak terlihat pada peralatan
medis atau objek setelah dilakukan perendaman, dengan menggunakan air mengalir, sikat
detergen sehingga kotoran atau bahan organic hilang dari permukaan.
Prosedur pembersihan cara manual
1. Lakukan kebersihan tangan
2. Pakai alata pelindung diri (masker, sarung tangan, gaun)
3. Keluarkan alat yang sudah direndam, bilas dengan air mengalir.
4.Lepaskan atau buka alat medis yang dapat dilepas pada saat membersihkan
5. Sikat perlahan-lahan alat medis dari setiap permukaan termasuk gerigi dan lekukan
bila sampai bersih dengan air hangat
6. Keringkan alat dengan kain atau di angina-anginkan.
7. Buka sarung tangan dan alat pelindung diri lainnya
8. Lakukan kebersihan tangan

5
2.10 disinfeksi
Suatu proses untuk menghilangkan atau memusnahkan mikroorganisme virus, bakteri,
fungsi dan sejumlah spora pada peralatan medis atau objek dengan menggunakan cairan
disinfektan. Klasifikasi disinfeksi yaitu :
1. High level disinfekction (HDL) atau disinfeksi tingkat tingi (DIT) dapat membunuh semua
mikroorganisme kecuali endospore
2. Intermediate level disinfection (ILD) atau disinfeksi tingkat sedang. Disinfeksi iniakan
membunuh mikroorganisme bakteri, fungsi, virus, namun tidak mempunyai aktivitas membunuh
spora.
3. Low level disinfection (LLD) atau disinfeksi tingkat rendah. Disinfeksi ini tidak mempunyai
daya untuk membunuh mikroorganisme fungsi, bakteri, virus.

2.11 sterilisasi
Suatu proses menghilangkan atau memusnahkan semua bentuk mikroorganisme pada
peralatan media atau objek termasuk endospore yang dpaat dilakukan melalui proses fisika dan
kimiawi dengan menggunakan alat sterilisator. Sterilisasi sebaiknya dilaksanakan disuatu unit
tersendiri yang disebut pelayanan sterilisasi sentral (CSSD). Tujuan pelayanan sterilisasi sentral
yaitu:
1. Menyediakan alat-alat medis yang steril
2. Membantu mencegah terjadinya infeksi nosocomial
3. Menjamin kualitas sterilisasi
4. Efisiensi tenaga, bahan dan alat
Proses sterilisasi terjadi dengan memaparankan energy thermal dalam bentuk panas
kering atau basah, zat kimia dalam wujud cair atau gas maupun bentuk radiasi terhadap suatu
benda dalam waktu tertentu. Kriteria sterilisasi yang ideal yaitu :
1. Daya bunuh yang kuat
2. Daya penetrasi yang baik
3. Aman atau tidak toksik
4. Bias digunakan untuk semua alat indicator
5. Proses cepat
Metode sterilisasi ada dua yaitu :
1) Sterilisasi dengan suhu tinggi
• Sterilisasi uap (steam heat)
• Sterilisasi panas kering (dry heat)
2) Sterilisasi dengan suhu rendah
• Ethylene oxide
• Hydrogen peroxide plasma sterilization
• Liquid paracetic acid
6
STERILISASI UAP
Metode sterilisasi paling tua, aman efektif, relative tidak mahal, bersifat non toksik
Suhu dan waktu :
• 121 derajat Celsius (250 derajat faranheit) selama 30 menit
• 132 derajat celcius (270 derajat faranheit) selama 4 menit
Direkomendasikan untuk peralatan yang tahan panas dan uap

STERILISASI PANAS KERING


Keuntungan : dapat mensterilisasikan bahan yang tidak dapat ditembus stem, tidak bersifat
korosi, mencapai seluruh permukaan alat
Kelemahan : penetrasi panas lambat-waktu lama, perlu suhu tinggi, dapat merusak bahan karet
Penggunaan untuk :kaca, gelas, benda tajam
Suhu dan waktu :
• 170 derakat celcius (340 derajat farenhet) selama 60 menit
• 160 derajat celcius (320 derajat farenheit) selama 120 menit
• 150 derajat celcius (300 derajat farenheit) selama 150 menit

2.12 pengemasan
Kegiatan prasetilisasi untuk menjaga keamanan dan efektifitas alat-alat medis pada saat
digunakan untuk perawatan pasien
Syarat dari bahan pengemasan :
1. Sesuai dengan metode sterilisasi yang dipakai
2. Dapat menahan mikroorganisme dan bakteri
3. Kuat dan tahan lama
4. Mudah digunakan
5. Tidak mengandung racun
6. Segel yang baik
7. Aman dan mudah dibuka
8. Masa kadaluarsa
Penyegelan kemasan:
1. Linen
• Tidak dianjurkan bahan yang di-blech
• Bukan dari bahan kancas atau tebal dan kaku
2. Kertas
• Hanya satu kali pakai
• Hanya bersifat menolak atau tidak mengabsorpsi air
• Harus mempunyai sifat penghalang bakteri yang baik
• Harus bebas dari materi toksik

7
3. Plastic flim
• Film plastic tidak dapat menyerap air
• Tidak bias digunakan untuk sterilisasi uap
• Dikombinasikan dengan kertas pada salah satu sisinya
• Polyethylene dapat menyerap ethylene oxide
4. Kombinasi plastic film dan kertas
• Nama alat yang akan dikemas
• Langkah penyiapan dan disortir alat
• Metode sterilisasi yang digunakan
• Cara penempatan item yang benar dalam kemasan
• Cara penempatan indicator kimia internal dan eksternal
• Metode penyegelan kemasan
• Cara penempatan kemasan dalam chamber
• Cara penyimpanan yang benar

2.13 pengertian linen


Linen adalah bahan / kain yang digunakan di rumah sakit untuk kebutuhan pembungkus
kasur, bantal, guling, selimut, baju petugas, baju pasien dan alat instrument steril lainnya. Jenis
kain yang banyak digunakan seperti katun jepang, drill, flanel, bahan anti air dan anti bakteri
(Aini Nur, 2010).

Peran linen sangat penting bagi nilai jual ruangan. Selain itu pengelolaan linen yang
kurang baik dapat menyebabkan timbulnya infeksi. Jenis linen menurut kontaminasinya ada dua,
yaitu linen infeksius dan linen non infeksius. Linen infeksius adalah linen yang terkena cairan
tubuh pasien seperti feses, muntahan, darah, dan air seni. Linen non infeksius adalah linen yang
tidak terkena cairan tubuh manusia. Menurut nodanya, linen terbagi menjadi tiga, linen noda
berat, sedang, dan ringan.

a. Jenis Linen
Menurut Depkes RI tahun 2004, macam linen yang dibutuhkan di rumah sakit beberapa
diantaranya ialah:
Perlengkapan alas kasur, sprei, sarung guling, selimut, dll. Perlengkapan baju pasien serta semua
perlengkapan baju operasi, berbagai macam doek, dan peralatan baju bayi.

b. Bahan yang digunakan untuk linen


1) Kain Katun
2) Kain Wool
3) Kain kombinasi (65% aconilic:35% wool)
4) Kain Silk
8
5) Kain Blacu
6) Kain Flanel
Kain Tetra
8) Kain CVC 50% - 50%
9) Kain Polyester 100%
10) Kain Twill/ drill
11) Bahan pembuat linen sebaiknya disesuaikan dengan fungsinya dan cara pengelolaan atau
perawatan linen harus sesuai juga penampilan yang baik diharapkan (Depkes RI, 2004)

2.13 pemasangan linen tempat tidur tertutup


Tempat tidur tertutup adalah tempat tidur yang sudah disiapkan dengan overlaken
menutupi seluruh tempat tidur.
Tujuan :
1. Menyiapkan tempat tidur yang dapat digunakan sewaktu-waktu
2. Mempertahankan kerapian tempat tidur
3. Memberi ketenangan dan kenyamanan pada klien
Persiapan Alat :
1. Tempat tidur, kasur, dan bantal
2. Linen yang disusun sesuai urutan pemasangan
a. Alas kasur
b. Laken
c. Perlak
d. Stik Laken
e. Bovenlaken
f. Selimut yang dilipat terbalik (bagian dalam selimut dilipat keluar)
g. Sarung Bantal
h. Overlaken
Prosedur Pelaksanaan :
1. Cuci tangan.
2. Letakkan alat tenun yang telah disusun sesuai urutan pemasangan di dekat tempat tidur.
Mempermudah kerja perawat.
3. Pasang alat kasur dan kasur.
4. Pasang laken dengan cara sebagai berikut :
a. Letakkan garis tengah lipatan tepat di tengah kasur
b. Bentangkan laken, kemudian masukkan ujung laken bagian kepala ke bawah kasur 30cm.
Lakukan hal yang sama pada ujung laken bagian kaki, selanjutnya tarik hingga tidak ada kerutan
pada laken.

9
c. Lipat setiap ujung laken dengan membentuk sudut 90 derajat,kemudian masukkan tepi laken
ke bawah kasur hingga rapi dan tidak ada kerutan pada laken
5. Letakkan perlak pada posisi melintang sekitar 50cm dari kepala tempat tidur.
6. Lapisi perlak dengan stik laken, kemudian masukkan kedua sisi stik laken ke bawah kasur
bersama dengan perlak
7. Pasang bovenlaken di bagian kaki secara terbalik, yaitu bagian kain yang halus menghadap
kasur, dan masukkan ujungnya ke bawah kasur. Bentuk sudut 90 derajat pada ujung bovenlaken
bagian kaki dan masukkan ke bawah kasur, kemudian tarik bovenlaken hingga terbentang
menutupi kasur.
Bovenlaken dipasang secara terbalik agar klien tidak mengalami iritasi atau alergi akibat serat
kain selimut yang kurang halus.
8. Pasang selimut dibagian kaki kasur dan masukkan ujungnya ke bawah kasur sekitar 10 cm.
Bentuk sudut 90 derajat di ujung selimut bagian kaki, kemudian masukkan ke bawah kasur.
Tarik selimut hingga terbentang menutupi kasur.
9. Lipat ujung atas bovenlaken, bersama selimut, hingga tampak pitanya.
10. Masukkan bantal ke dalam sarungnya dan letakkan di atas tempat tidur dengan bagian yang
terbuka menghadap ke bawah atau membelakangi pintu.
11. Pasang overlaken.
12. Cuci tangan.
Perhatian :
1. Jika tindakan menyiapkan tempat tidur dikerjakan oleh dua perawat, masing-masing perawat
berdiri di kanan dan kiri tempat tidur, dan tindakan dikerjakan bersamaan.
2. Hindari menggunakan linen yang sobek.
3. Memasang alat tenun harus tegang dan rata agar rapi dan nyaman dipakai.

2.14 Menyiapkan Tempat Tidur Terbuka


Tempat tidur terbuka adalah tempat tidur yang sudah disiapkan dengan rapi, namun tanpa
menggunakan overlaken. Penggantian linen dengan kondisi tempat tidur terbuka lazim dilakukan
pada klien baru atau klien yang dapat turun dari tempat tidur.
Tujuan :
Memudahkan klien menggunakan tempat tidur dengan segera.
Persiapan Alat :
Sama dengan menyiapkan tempat tidur tertutup, namun tidak menggunakan overlaken
Prosedur pelaksanaan :
Sama dengan cara menyiapkan tempat tidur tertutup, tetapi overlaken tidak dipasang. Jika tempat
tidur tertutup telah tersedia, angkat dan lipat overlaken.

10
BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan perilaku yang telah terbukti secara ilmiah
dapat mencegah penyebaran penyakit menular seperti diare, infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA) dan flu burung, bahkan disarankan untuk mencegah penularan influenza. Hal ini dapat
dilakukan dengan mudah, sederhana dan dapat dilakukan oleh mayoritas masyarakat Indonesia.
Survey di lapangan menunjukkan menurunnya angka ketidakhadiran anak karena sakit yang
disebabkan oleh penyakitpenyakit tersebut di atas setelah di intervensi dengan CTPS (Depkes RI,
2009).
Alat pelindung diri adalah suatu alay yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang dalam pekerjaannya, yang fungsinya mengisolasi tubuh seseorang dari bahaya
ditempat kerja dan memperkecil akibat yang timbul dari bahay tersebut.
APD adalah semua perlengkapan termasuk pakaian yang memberi perlindungan terhadap
cuaca, yang ditujukan untuk dipakai seseorang dalam pekerjaannya dan yang melindunginya dari
satu atau lebih resiko terhadap keselamatan dan kesehatannya.
Dokumentasi adalah suatu proses untuk menghilangkan atau memusnahkan
mikroorganisme dan kotoran yang melekat pada peralatan medis atau objek, sehingga aman
untukpenggunaan selanjutnya, meliputi pembersihan, disinfeksi, sterilisasi.
Tujuan peralatan perawatan apsien adalah memutuskan mata rantai penularan infeksi dari
peralatan medis jepada pasien, petugas kesehatan, penunjang dan lingkungan rumah sakit.
Indikasi dokumentasi adalah :
1.Alat medis habis pakai
2. Permukaan meja atau permukaan lain yang tercemar atau tertumpah darah atau cairan
tubuh pasien
3. Linen bekas pakai yang tercemar darah atau cairan tubuh pasien
Dokumentasi adalah suatu proses untuk menghilangkan atau memusnahkan mikroorganisme dan
kotoran yang melekat pada peralatan medis atau objek, sehingga aman untukpenggunaan
selanjutnya, meliputi pembersihan, disinfeksi, sterilisasi.
Tujuan peralatan perawatan apsien adalah memutuskan mata rantai penularan infeksi dari
peralatan medis jepada pasien, petugas kesehatan, penunjang dan lingkungan rumah sakit.
Indikasi dokumentasi adalah :
1.Alat medis habis pakai
2. Permukaan meja atau permukaan lain yang tercemar atau tertumpah darah atau cairan tubuh
pasien
3. Linen bekas pakai yang tercemar darah atau cairan tubuh pasien

11

Linen adalah bahan / kain yang digunakan di rumah sakit untuk kebutuhan pembungkus
kasur, bantal, guling, selimut, baju petugas, baju pasien dan alat instrument steril lainnya. Jenis
kain yang banyak digunakan seperti katun jepang, drill, flanel, bahan anti air dan anti bakteri
(Aini Nur, 2010).
Tempat tidur tertutup adalah tempat tidur yang sudah disiapkan dengan overlaken
menutupi seluruh tempat tidur.
Tujuan :
1. Menyiapkan tempat tidur yang dapat digunakan sewaktu-waktu
2. Mempertahankan kerapian tempat tidur
3. Memberi ketenangan dan kenyamanan pada klien
Tempat tidur terbuka adalah tempat tidur yang sudah disiapkan dengan rapi, namun tanpa
menggunakan overlaken. Penggantian linen dengan kondisi tempat tidur terbuka lazim dilakukan
pada klien baru atau klien yang dapat turun dari tempat tidur.
Tujuan :
Memudahkan klien menggunakan tempat tidur dengan segera.

12

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, S. 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


Depkes RI. 2008. Pedoman umum cuci tangan pakai sabun. http: //www.Depkes.go.id. Diakses
pada tanggal 1 November 2019.
Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Depkes RI, Jakarta.
Kemenkes RI. 2011. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Perilaku Sederhana yang Berdampak
Luar Biasa. http://depkes.go.id/index.php/berita/press release/2086.html 1 November 2019.
Potter, P.A & Perry, A.G (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC
Ns. Eni Kusyanti, S.Kep, M.Si.Med.CWCS, Ns. Yunani, M.Kep, Sp.MB, Ns. Achmad
Syaifudin, M.Kep, Ns. Retno Dyah Wahyuningsih, S.Kep, Ns. Mustaida, S.Kep, Nur Fauziyah
R, Amd.Keb, SKM, Aswidiastoeti Hartana, Amd,Kep. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2011.
Keterampilan & Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta
Potter & Perry. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006. Fundamental Keperawatan edisi 4

13

Anda mungkin juga menyukai