Anda di halaman 1dari 8

MENEJEMEN RESIKO K3 DALAM DAN LUAR GEDUNG

DISUSUN
O
L
E
H

JULIANA RATNA SARI SEMBIRING


032019048
NERS 2B

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN


T.A 2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………… i

BAB I MATERI………….……………………………………………….. 1
2.1 faktor resiko K3 di dalam dan luar gedung RS …...........…………… 1
2.2 cara pengendalian dan monitoring resiko K3 di dalam dan luar
gedung rumah sakit…………………………….................…............. 1

BAB II KASUS………………………………………………………......... 3

BAB III PEMBAHASAN……………………………………………......... 4

DAFTARA PUSTAKA………………………………................................. 6

i
BAB II
MATERI

2.1 faktor resiko K3 di dalam dan luar gedung RS


1. fator resiko K3 didalam rumah sakit
dalam pekerjaan sehari hari petgas kesehatan selalau dihadapkan pada bahaya bahaya ternetu,
misalnya bahaya infeksius, regenesia yang toksik, peraatan listrik maupun peralatan kesehatan,
secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan dapat
digolongkan dalam :
a) bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak
b) bahan beracun
c) bahaya radiasi
d) pencahayaan
e) syok akibat aliran listrik
f) luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam
g) bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasi

2. faktor resiko K3 diluar rumah sakit


secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan dapat
digolongkan dalam :
a) ruang bangunan dan halam RS
b) lingkungan bangunan RS
c) pencahayaan faktor faktor resiko K3 di luar gedung
d) kebisingan
e) kebersihan
f) saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah
g) jalur lalulintas pejalan kaki dan jalur kendaraan harus dipisahkan
h) kriteria limbah berbahaya

2.2 cara pengendalian dan monitoring resiko K3 di dalam dan luar gedung rumah sakit
1. didalam rumah sakit
a) planing/(perencanaan)
fungsi dari perencanan yaitu asuhan menentukan kegiatan yang akan di lakukan
dimasa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegaitan tersebut,
kegiatan yang ditentukan meliputi:
a. hala apa yang dikerjakan
b. bagaimana cara mengerjakan
1
c. mengapa mengerjakan
d. kapan harus dikerjakan
e. siapa yang mengerjakan
f. diaman kegiatan itu harus dikerjakan
g. hubungan timbal balik

b) organizing/(organisasi)
keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung atau tidak langsung
sangat diperlukan.pemerintah dapat menempatkan penjabat yang terkait dalam organisasi
ini ditingkat pusat dan tingkat daerah disamping memberlakukan undang undang
keselamatan kerja.
c) Actuating/(pelaksanaan)
Fungsi dari pelaksanaan adalah kegiatan mendorong semangat kerja sehingga semua
aktifitas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
d) Controlling/(pengawasan)
Fungsi pengawasan yaitu aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan pekerjaan
terlaksanan sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki.

2.Luara gedung rumah sakit


1. Eliminasi : memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya.
2. Substitusi : pengganti bahan kurang bebahaya atau mengurangi energi sistem
3. Kontrol teknik/perencangan : menginstal sistem ventilasi, mesin penjagaan.
4. Kontrol administratif : tanda tanda keselamatan, tanda daerah berbahaya, tanda untuk
trotoar pejalan kaki
5. Alat pelindung diri APD : kacamata safety, perlindungan pendengaran, pelindung wajah,
respirator, dan sarung tangan

2
BAB II
KHASUS

Kemungkinan terjadinya resiko pada kesehatan dan keselamatan kerja K3 sangat berpengaruh
terhadap biaya, waktu dan mutu yang akan berdampak pada kelancaran pekerjaan konstruksi.
Kesehatan dan keselamatan kerja K3 melekat pada tenaga kerja konstruksi, mulai dari menejer
sampai pembantu tukang. Kedudukan tenaga kerja merupakan aser yang perlu dilindungi agar
dapat bekerja dengan baik dan produktif sampai dengan tujua proyek tercapai denganbaik.
Dengan adanya menejemen resiko ini diharapkan kecelakaan kerja yang terjadi dapat dikurangi,
sehingga jika terjadi kecelakaan kerja maka dampak dari kecelakaan tersebut tidak akan
berpengaruh banyak dan menghambat pekerjaan yang lainnya. Maka permasalahan dari khasus
ini adalah resiko apa yang sangat berepngaruh dan menghabat terhadap progres pekerjaan
proyek, cara identifikasi, penilaian, evaluasi dan mengendalikan resiko resiko pada keselamatan
dan kecelakaan kerja.

3
BAB III
PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN
1. Mengiden tifikasi data proyek
2. Analisis resiko
Didalam analisis resiko peneliti akan menemukan status dari resiko (risk event status).
Status resiko adlaah hasil perkalian dari probabilitas dengan dampak. Di dalam penelitian
ini analisis resiko yang dilakukan berdasarkan NHS highland.
3. Teknik analisis data
Setelah data dri kuesioer diperoleh maka hal selanjutnya adalah menganalisis data,
peneliti menggunakan metode impact matrix. Impact matrik adalah metode dalam
peenlitian resiko diformulasikan sebagai fungsi dari kemungkinan terjadinya probabilitas
dan dampak. Tahapan analisis data ini melalu dua tahap yaitu tahap penilaian resiko dan
tahap strategi pengendalian yang harus di lakukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran umum responden didapatkan bahwa 30 responden dari penelitian ini yang
dilihat dari jabatan, pengalaman kerja dan pendidikan terakhir.
2. Penilaian resiko. Setelah di identifikasi resiko didapatkan selanjtunya yaitu melakukan
penelitian resiko, penelitian resiko diformulasikan dari probabilitas dikasi dampak, hasil
dari nilai tersebut digunakan sebagai pengelompokan kategori resiko berdasarkan matriks
riks.
3. Pengendalian resiko
a. Menekan probabilitas dengan cara :
1. Melakukan safety induction seminggu sekali yaitu sebelum di mulai semua
aktifitas pada proyek, para perkja baik pekerja kantor dan pekerja lapangan
dikumpulkan terlebih dahulu untuk diingatkan pentingya penggunaan APD.
2. Melakukan patroli K3 (penggunaan APD) pada tiap pekerjaan secara rutin untuk
mengawasi para pekerja dan memberi tahu para pekerja pentingnya penggunaan
APD saat bekerja.
3. Memasang rambu rambu peringatan agar pekerja selalu bekerja dengan waspada
dan hati hati
b. Menekan konsekuensi dengan cara :
1. Selalau menggunakan alat pelindung diri dalam bekerja, seprti pada pekerjaan di
ketinggian diwajibkan menggunakan full body harness dan penggunaan APD
pada pekerjaan yang lainnya sesuai kebuthan.
4
2. Membuat inofasi alat dan metode kerja yang membuat pekerja merasa aman dan
nyaman.
3. Memberi pelatihan pada pekerja mengenai metode metode penggunaan alat kerja.

c. Hindari resiko dengan cara:


1. Mengganti alat alat dan material yang sudah tidak layak pakai, seperti pada
pekerjaan bekisting, kayu kayu yang sudah kropos diganti dengan yang baru.
d. Pengalihan resiko dengan cara:
1. Setiap tenaga kerja diproyek dilindngi oleh program janostek
2. Pada pekerjaan bekisting dikerjakan oleh subkon PT putra saluyu.

5
DAFTAR PUSTAKA

Silalahi, Bennett.1995 menejemen keselamatan dan kesehatan kerja PT, pustaka Binaman
P, Jakarta
UU RI No 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Undang-undang No 3 Tahun 1992
Tentang jaminan sosial tenaga kerja
Suardi , R. 2005. Sistem menejemen keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta; PPM.
DalamBeryl, A., Soy, I. 2013 “menejemen resiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
pada pekerjaan struktur bawah dan struktur atas konstruksi gedung bertingkat”, Program
sarjana, universitas diponegoro, semarang
Yuliani, uppit. 2011 “menejemen resiko keselmatan dan kesehatan kerja K3 pada proyek
infrastruktur gedung” universitas gunadarma jakarta
Ridley, john 2003 kesehatan dan keselamatan kerja edisi ke-3 erlangga jakartan

Anda mungkin juga menyukai