Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP TEORI & ASKEP CLUBFOOT PADA ANAK

Oleh :

KRISOFORUS NONG RONI

NIM :P07120219039

KELAS B SEMESTER IV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN JAYAPURA

JURUSAN KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah memberikan waktu maupun pikirannya dalam
menyelesaikan makalah ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat memberi
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembacanya.

Karena keterbatasan kemampuan pengetahuan pengalaman saya, tentu saja masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makala hini.

Jayapura 5 Maret 2021

Penyusun

Kristoforus nong roni

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……..………………………………………………….……..............i

DAFTAR ISI………………………………...…………………………………….................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………….................1


1.2 Tujuan……………………………………………………………………..............1

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Definisi.....................................................................................................................2
2.2 Etiologi.....................................................................................................................2
2.3 Fisiologi....................................................................................................................3
2.4 Patofisiologi.............................................................................................................4
2.5 Manifestasi Klinis....................................................................................................4
2.6 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................5
2.7 Penatalaksanaan Medis............................................................................................5
2.8 Asuhan Keperawatan...............................................................................................6

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan. ...........................................................................................................11


3.2 Saran.......................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. …….……….....12

ii
BAB I

PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau biasa disebut Clubfoot merupakan
istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah
dari posisi normal yang umum terjadi pada anak-anak. CTEV adalah deformitas yang
meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi
media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz).

Congenital Talipes Equino Varus adalah suatu kondisi di mana kaki pada posisi
Plantar flexi talocranialis karena m. Tibialis anterior lemah, Inversi ankle karena m. Peroneus
longus, brevis dan tertius lemah, Adduksi subtalar dan midtarsal (Priciples of Surgery,
Schwartz).

Peran fisioterapi pada kasus CTEV yaitu mencegah deformitas dari tulang pembentuk
ankle dan memperbaikinya. Karena CTEV ini biasanya mengenai pada anak-anak oleh sebab
itu pada massa tersebut tulang dan struktur jaringan masih mudah untuk diperbaiki dan cepat
dalam proses perbaikan. Hanya yang perlu diperhatikan harus hati-hati dalam penanganan
kasus ini karena yang dihadapi adalah anak-anak.

Pada kondisi CTEV biasanya fisioterapi mendapat bagian untuk terpai lanjutan atau
rehablitasinya, bisa dengan terapi latihan, manual terapi dan energi mekanik berupa alat
bantu.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk memahami definisi dari club foot
2. Untuk memahami penyebab dari club foot
3. Untuk memahami fisiologi club foot
4. Untuk memahami patofisiologi club foot
5. Untuk memahami menifestasi klinis club foot
6. Untuk memahami asuhan keperawatan club foot

1
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi

Congenital Idiopathic Talipes Equinovarus (CTEV) atau deformitas club foot adalah
deformitas kaki yang komplek pada bayi baru lahir yang secara umum sehat. Congenital
Talipes Equinovarus (CTEV) merupakan sebuah anomali kongenital ortopedik pada daerah
kaki dan pergelangan kaki dimana terdapat fiksasi pada posisi adduksi, supinasi, dan varus.
Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) yang juga dikenal sebagai ‘club foot’ adalah suatu
gangguan perkembangan pada ekstremitas inferior yang sering ditemui, tetapi masih jarang
dipelajari. Kelainan yang terjadi pada club foot adalah equinus pada tumit, seluruh hindfoot
varus, serta midfoot dan forefoot adduksi dan supinasi. Derajat kelainan mulai dari ringan,
sedang atau berat yang dilihat dari rigiditasnya atau resistensinya, dan dari penampilannya.

2.2 Etiologi

Etiologi club foot congenital masih belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa
yang diduga menjadi faktor penyebab dari club foot, diantaranya:

2
1. Faktor Ekstrinsik: Asosiasi ekstrinsik termasuk agen teratogenik (misalnya, natrium
aminopterin), oligohidramnion, dan cincin penyempitan bawaan.
2. Faktor Genetik: Asosiasi genetik meliputi pewarisan Mendel (misalnya, Dwarfisme
diastrofik, pola resesif autosom dari pewarisan club foot).
3. Faktor Sitogenik: Abnormalitas sitogenik (misalnya Talipes Congenital Equinovarus)
dapat dilihat pada sindrom yang melibatkan penghapusan kromosom, telah diusulkan
bahwa CTEV idiopatik pada bayi yang sehat adalah hasil dari sistem pewarisan
multifaktorial.

Menurut White, 1929, penyebab CTEV adalah kerusakan nervus peroneus oleh tekanan
di dalam uterus. Menurut Midelton, 1934, oleh karena tidak adanya otot yang seimbang
karena dysplasia perineal dan menurut Bechtol dan Mossman, 1950, disebabkan oleh
pendekatan relatif dari serabut otot yang mengalami degenerasi di dalam uterus.

1.3 Fisiologi
Deformitas mayor club foot termasuk hindfoot varus dan equinus dan forefoot adductus
dan cavus. Kelainan ini merupakan hasil abnormalitas intraosseus (abnormal morfologi) dan
abnormalitas interosseus (hubungan abnormal antar tulang). (Hoosseinzaideh, 2014).
Deformitas intraosseus paling sering muncul di talus, dengan neck talar yang pendek dan
medial dan plantar deviasi dari bagian anterior. Pada permukaan inferior talus, facet medial
dan anterior belum berkembang. Kelainan pada calcaneus, cuboid, dan navicular tidaklah
terlalu parah dibandingkan talus. Pada calcaneus ditemukan lebih kecil dari kaki normal, dan
sustentaculum yang belum berkembang (Herring, 2014). Deformitas interosseus terlihat
seperti medial displacement dari navicular pada talar head dan cuboid pada calcaneus, secara
berurutan. Herzenberg dkk menunjukkan bahwa talus dan calcaneus lebih internal rotasi
sekitar 20o terhadap aksis tibiofibular pada clubfoot dibandingkan dengan kaki normal. Pada
studinya, body of the talus dilaporkan eksternal rotasi di dalam ankle mortise. Adanya
internal tibial torsion pada clubfoot masih kontroversial (Hoosseinzaideh, 2014).
Kontraktur dan fibrosis ligamen sisi medial kaki, termasuk spring ligament, master knot
of Henry, ligament tibionavicular, dan fascia plantaris, juga berkontribusi dalam
abnormalitas club foot (Hoosseinzaideh, 2014). Abnormalitas otot telah diamati selama
operasi release deformitas club foot Dobbs dkk melaporkan bahwa flexor digitorum
accesorius longus muscle terlihat pada anak-anak yang menjalani operative release sekitar
6,6% dan lebih banyak lagi pada anak-anak dengan adanya riwayat keluarga (prevalensi

3
23%). Flexor digitorum accesorius longus dilaporkan ada sekitar 1% sampai 8% pada
cadaver dewasa normal.
Anomalous soleus muscle juga telah dijelaskan dan dilaporkan berhubungan dengan
tingginya angka rekurensi (Hoosseinzaideh, 2014). Studi pada suplai darah telah
menunjukkan abnormalitas atau tidak adanya arteri tibialis anterior sekitar 90% dari club
foot. Tidak adanya arteri tibialis anterior juga dilaporkan namun jarang. Arteri anomali ini
meningkatkan risiko komplikasi vaskuler jika salah satu arteri dominan terkena saat
comprehensive soft-tissue release atau Achilles tenotomi (Hoosseinzaideh, 2014).

1.4 Patofisiologi

Berbagai teori patogenesis club foot telah dikemukakan bahwa sehubungan dengan faktor
neurogenik, kelainan histokimia telah dikemukakan pada kelompok otot posteromedial dan
peroneum pasien dengan club foot. Hal ini diduga karena perubahan persarafan dalam
kehidupan intrauterin sekunder akibat peristiwa neurologis, seperti stroke yang menyebabkan
hemiparesis ringan atau paraparesis. Fibrosis retraksi (atau miofibrosis) dapat terjadi akibat
peningkatan jaringan fibrosa pada otot dan ligamen. Tendon achilles, disisi lain, terdiri dari
kolagen berkerut yang kuat dan tahan terhadap peregangan; Zimmy et al. Menemukan
myoblast di fasia medial pada mikroskop elekton dan mengendalikan bahwa mereka
menyebabkan kontraksi medial.

1.5 Manifestasi Klinis


1. Kelainan bentuk kaki: Pergelangan kaki berada dalam equinus, dan telapak kaki diberi
supinasi (varus) dan adduksi (kaki bayi yang normal biasanya dapat didorsofleksi dan
dibelokkan, sehingga kaki menyentuh tibia anterior).
2. Perpindahan tulang: Navicular berada pada letak medial seperti halnya kuboid.
3. Kontraktur: Terjadi kontraktur jaringan lunak plantar medial; tidak hanya calcaneus
dalam posisi equinus, tetapi juga aspek anterior diputar secara medial dan aspek
posterior lateral.
4. Tumit kosong: Tumitnya kecil dan kosong. Tumit terasa lembut saat disentuh (mirip
dengan rasa pipi), saat perawatan berlangsung, tumit terasa padat serta terasa kencang
(mirip dengan hidung atau dagu).

4
1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Radiografi: Paralel Talanecaneal adalah fitur radiografi dari kaki jari. Pandangan
anteroposterior (AP) diambil dengan kaki pada 30° plantar flexi dan tabung pada 30°
dari vertikal. Pandangan lateral diambil dengan kaki pada plantar flexi 30°.

2.7 Penatalaksanaan Medis

Tujuan terapi talipes equinovarus adalah :


1. Mereduksi dislokasi atau sublokasi sendi talocalcaneonaviculare
2. Mempertahankan reduksi
3. Memperbaiki normal articular alignment
4. Membuat keseimbangan otot antara evorter dan invertor, dan dorsi flexor dan plantar
flexor
5. Membuat kaki mobile dengan fungsi normal dan weight bearing

5
Terapi harus sudah dimulai pada hari-hari pertama kelahiran, 3 minggu pertama
merupakan golden period, sebab jaringan lunak pada usia ini masih lentur. Terapi yang dapat
diberikan adalah terapi non operatif/konservatif. Perawatan non operatif dimulai sejak
penderita lahir, dengan melakukan elongasi jaringan lunak yang mengalami kontraktur dan
kemudian dipertahankan dengan pemasangan gips secara serial selama 6 minggu dan gips
diganti setiap minggu.
Dari 6 minggu sampai 12 minggu dipasang splint clubfoot tipe Denis Brown. Setelah
penderita waktunya berjalan setiap malam dipasang splint sepatu Denis Brown dan siang hari
memakai sepatu outflare sampai usia prasekolah. Dari serial terapi tersebut yang paling
penting adalah tahap pertama yaitu elongasi jaringan lunak yang mengalami kontraktur
dengan manipulasi pasif.
Perawatan non operatif tradisional. Dengan pengobatan nonoperatif tradisional,
splintage dimulai pada 2-3 hari setelah kelahiran; hanya membawa kaki ke posisi terbaik
yang dapat diperoleh, dan pertahankan posisi ini baik dengan mengikat setiap beberapa hari
atau dengan mengganti casing setiap minggu sampai koreksi penuh diperoleh atau koreksi
dihentikan oleh kekuatan yang tak tertahankan.

2.8 Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. identitas pasien
mengkaji identitas pasien dan mengetahui penangguang jawab pasien meliputi :
Nama, umur, agama, suku bangsa, alamat jenis kelamin dll.
b. keluhan utama
keluhan yang membuat pasien dibawa kerumah sakit karena adanya kelainan ataupun
keadaan abnormal pada kaki anak, seperti adanya kekakuan kaki, atrof i betis, hipoplasia
tibia,fibula, dan tu;ang-tulang kaki lain.
c. riwayat penyakit sekarang
keluhansampai pasien masuk rumah sakit atau saat pengkajian seperti klien hanya
mengeluh keadaan kkai abnormal dan gangguan pertumbuhan tulang.
d. riwayat penyakit keluarga
dapat dikaji melalui genogram untuk mengidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang ada dikeluarga.
e. riwayat antenatal, natal, dan posnatal.

6
1) antenatal
Kesehatan ibu selama kehamilan, penyakit yang pernah diderita selama kehamilan,
berapa kali perawatan antenatal, pemenuhan nutrisi selama hamil.
2) natal
Tanggal/waktu kelahiran, tempat pertolongan kelahiran, cara persalinan (spontan,
secaria,dll), presentasi kepala dan komplikasi atau kelainan kongenital, keadaan saat lahir
dan morbiditas pada hari pertama kelahiran, masa kehamilan cukup/ kurang.
3) post natal
-masalah yang muncul setelah persalinan, yang berhubungan dengan gangguan
sistem, masalah nutrisi, perubahan berat badan.
f. riwayat pertumbuhan dan perkembangan
berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada terakhir. Tingkat
perkembangan motorik kasar, halus yang telah dicapai. Bahasa, sosial.
g. pola nutrisi
makan pook, apakah ASI /PASI
h. pola eliminasi
sistem pencernaan dan perkemihan pada anak seperti pemeriksaan pada BAB dan
BAK
i. pola katifitas dan istirahat
kegitan atau gerakan yang sudah dicapai oleh anak pada usia sekelomponya
mengalami kemunduran aau percepatan. Kebutuhan istrahat setiap hari, adakah gangguan
tidur, hal-hal yang mengganggu tidur.
j. pemeriksaaan fisik
pantau status kardiovaskuler, nadi perifer, periksa sirkulasi adekuat,pernafasan, suhu,
adanya keterbatasan aktifitas fisik karena bentuk kaki yang abnormaladanya keterlambatan
berjalan, dan kelainan lannya.
k. kaji adanya peningkatan nyeri, bengkak, rasa dingin dan sianosi atau pucat.
l. pola persepsi diri, persepsi terhadap tindakn penyakitnya dan adakah menarik diri atau
malu dengan kondisi kakinya bagi usia anak yang sudah memahami penyakitnya.
m. persesi keluarga/ orang tua, apakah mengalami kecemasan, kurang pengetahuan.

2. diagnosa keperawatan
a. pre OP
1) hambatan mobilitas fisik b.d kelainan stuktur kaki.

7
2) gangguan citra tubuh b.d kelainan anatomi kaki
3) kecemasan b.d dampak hospitalisasi/ kecemasan b.d prosedur pembedahan (pasien
ataupun keluarga pasien)
4) kurang pengetahuan b.d penatalaksanaan penyakit anak/ pertamna kali mengalami.
b. post OP
1) nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (operasi)
2) hambatan mobilitas fisik b.d adanya luka insisi.
3) gangguan intergritas kulit b.d pemasangan gips

Diagnosa Rencana keperawatan


Tujuan keperawatan intervensi
n keperawatan
o
hambatan mobilitas - klien meningkat - monitor vital sign sebelum dan
1 fisik b.d kelainan dalam aktifitas fisik. sesudah diberi latihan dan lihat
stuktur kaki - mengerti dan respon pasien
memahami tujuan - ajarkan pasien dan tenaga
peningkatatan mobilitas kesehatan lain tentang teknik
- memverbalisasi ambulasi
perasaan dalam - kaji kemampuan pasien dalam
meningkatkan kekuatan mobilisasi
mobilitas - bantu dan dampingi dalam
- memperagakan pemenuhan harian
mobilitas fisik - ubah posisi secara berkala
gangguan citra tubuh -Body image positif -kaji secara verbal dan nonverbal
2 b.d kelainan anatomi -mampu respon klien terhadap tubuhnya,
kaki mengidentifikasi -Monitor frekuensi mengkritik
kekuatan personal dirinya
-mempertahankan - dorong pasien mengungkapkan
interaksi sosial perasaannya
Fasilitasi kontak dengan individu
lain dalam kelompok kecil
kecemasan b.d - klien mampu - gunakan pendekatan yang
dampak hospitalisasi/ mengungkapkan menenangkan

8
3 kecemasan b.d kecemasan yang - jelaskan semua prosedur yang
prosedur pembedahan dialami akan dilakukan
(pasien ataupun - mengungkapkan - temani pasien untuk
keluarga pasien) teknik yang mengontrol mengurangi ketakuatan
cemas - bantu pasien untuk mengenali
-vital sign dalam batas situasi yang menimbulkan cemas
normal. Dan tubuh -instruksikan pada pasien untuk
menunjukan cemas mengguanakn teknik relaksasi
berkurang
4 Nyeri akut - mampu mengontrol -Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan dengan nyeri secara komprehensif, lokasi,
cedera fisik (operasi) - melaporkan nyeri karakterisrtik, durasi, frekuensi,
berkurang dan kualitas.
menggunakan teknik - observasi tanda nonverbal dari
manajemen nyeri ketidaknyamanan.
- mampu mengenali - ajarkan relaksasi nyeri
nyeri, skala, intensitas, - kolaborasi pemberian analgetik
frekuensi. -tingkatkan istirahat
- menyatakan rasa -berikan informasi tentang nyeri
nyaman setelah nyeri -monitor vital sign sebelum dan
berkurang. sesudah pemberian analgetik.
-vital sign dalam
rentang normal, dan
tubuh/wajah
menunjukkan nyeri
berkurang.
5 gangguan intergritas - integritas kulit yang - anjurkan kelurga memakaikan
kulit b.d pemasangan baik bisa dipertahankan pakaian longgar pada anak.
gips (sensasi, elastisitas, - hindari kerutan pada tempat
suhu, pigmentasi) tidur
- perfusi jaringan baik - jaga kebersihan kulituntuk tetap
-menunjukkan proses kering dan bersih.
penyembuhan luka - monitor atau observasi keadaan
luka

9
- lalukan teknik perawatan luka
steril
- berikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka

2.9 Dampak Penyakit Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia

1.Berdampak terhadap kebutuhan aktivitas fisik sehari-hari anak karena, dengan bentuk
kelainan pada kaki akan mengakibatkan anak sulit untuk melakukan aktivitas fisik seperti
bermain, adanya keterlambatan berjalan, kekakuan kaki.

2. Berdampak terhadap kebersihan diri, perawatan dan tatalaksana hidup sehat sedikit
terganggu karena kondisi fisik, kebersihan ini mulai terganggu ketika pasien sudah masuk
usia remaja.

BAB III

PENUTUP

10
3.1 Kesimpulan

Congenital Idiopathic Talipes Equinovarus (CTEV) atau deformitas club foot adalah
deformitas kaki yang komplek pada bayi baru lahir yang secara umum sehat. Congenital
Talipes Equinovarus (CTEV) merupakan sebuah anomali kongenital ortopedik pada daerah
kaki dan pergelangan kaki dimana terdapat fiksasi pada posisi adduksi, supinasi, dan varus.

Faktor penyebab dari club foot ini ada yang berasal dari faktor ekstrinsik, faktor
genetik, dan faktor sitogenik. Tanda dan gejala yang tampa kpada club foot ini berupa
kelainan pada bentuk, perpindahan tulang berada pada letak medial seperti hal nya kuboid,
kontraktur anterior diputar secara medial dan aspek posterior lateral dan tumit kosong berupa
tumitnya kecil dan kosong. Sehingga dapat dilakukan berupa terapi talipes equinovarus
dengan bertujuan untuk mereduksi dislokasi atau sublokasi sendit local caneona viculare,
mempertahankan reduksi, memperbaiki normal articular alignment, membuat keseimbangan
otot antara evorter dan invertor, dandorsi flexor dan plantar flexor dan membuat kaki mobile
dengan fungsi normal dan weight bearing

3.2 Saran

Dapat melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah club foot sesuai
dengan ketentuan dan melakukan sesuai anjuran keperawatan yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

11
Ardesa, Yopi Harwinanda. 2015. Efektivitas Penggunaan Dennis Brown Splint Terhadap
Derajat Equinus pada Pasien Congenital Talipes Equinovarus (CTEV). Surakarta:
Departemen Ortotik Prostetik Politeknik Kesehatan Poltekkes Surakarta.

Belleza, Marianne. 2018. Congenital Talipes Equinovarus (Clubfoot). US: Nurseslabs.

Ismiarto, Yoyos Dias. 2015. Congenital Talipes Equinovarus (Club Foot). Bandung:
Departemen/SME Orthopaedidan Traumatologi RS Hasan Sadikin Bandung.

12

Anda mungkin juga menyukai