i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca .
Makalah ini membahas tentang gerakan non blok. Untuk lebih jauh, penulis akan
jabarkan di dalam makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harap kan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
B. Dampak GNB terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi,dan Politik
Negara Berkembang 8
A. Kesimpulan................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benih perang dingin mulai tumbuh pada masa Perang Dunia II (PD II). Keberhasilan pasukan
sekutu membebaskan negara-negara di Eropa dari pendudukan Jerman. tampaknya, Uni Soviet
harus berpacu dengan Sekutu agar memperoleh daerah pengaruh apabila PD II berakhir. Masalah
inilah yang menjadi pemicu keretakan antar negara-negara Eropa di bawah pengaruh Amerika
Serikat dan dibawah hegemoni Uni Soviet. Ketegangan semakin berkembang setelah Uni Soviet
menduduki negara-negara Baltik seperti Latvia, Estonia, dan Lithuania, yang merupakan wilayah
Polandia.
Meskipun diantara sejarawan belum mencapai kesepakatan tentang kapan dimulainya perang
dingin, namun kebanyakan berpendapat bahwa pertemuan para pemimpin Sekuti dan Uni Soviet
pada bulan Pebruari 1945 di konferensi Yalta adalah awal dari perang dingin. Perang dingin
adalah istilah yang merujuk pada persaingan yang berkembang setelah PD II, antara negara
kelompok komunis dan nonkomunis. Dalam konteks pengertian tersebut, negara komunis seperti
Uni Soviet beserta sekutunya disebut Blok Timur dan kelompok negara demokrasi seperti
Amerika Serikat dan aliansinya disebut Blok Barat. Pergulatan antara dua kelompok itulah yang
dinamakan perang dingin,karena tidak sampai menjadi “perang panas” dalam skala yang luas.
Seorang kolumnis bernama Walter Lipman mempopulerkan pergulatan itu dengan istilah Cold
War (Perang Dingin) dalam bukunya Cold War.
Perang dingin ditandai oleh sikap saling ketidakpercayaan, keurigaan dan kesalahpahaman antara
Blok Barat dan Blok Timur. Keadaan tersebut mendorong ketegangan kian bertambah dan
menjurus terjadinya Perang Dunia III. Amerika Serikat dituduh melakukan politik imperialisme
untuk memengaruhi dunia, sementara Uni Soviet dianggap melakukan perluasan hegemoni atas
negara-negara demokrasi melalui ideologi komunis.
Negara yang baru merdeka atau berkembang khawatir akan situasi seperti ini, untuk itu mereka
membentuk suatu kelompok yang tidak memihak pada Blok Barar maupun Blok Timur yang
disebut dengan Gerakan Non Blok (GNB).Maka dari itu, kami memilih judul “Gerakan Non
Blok dan Dampaknya terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Politik Negara berkembang”.
iv
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
2. Menjelaskan dampak dari peristiwa GNB terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan politik
di negara berkembang.
v
BAB II
PEMBAHASAN
Konverensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955 merupakan proses awal
terbentuknya Gerakan Non-Blok (GNB). KAA diselenggarakan pada tanggal 1824 April 1955
dan dihadiri oleh 29 kepala negara dan kepala pemerintah dari benua Asia dan Afrika yang baru
saja menapai kemerdekaannya. KAA ditujukan untuk mengidentifikasi dan medalami masalah-
masalah dunia waktu itu dan berupaya untuk menformulasikan kebijakan bersama negara-negara
baru tersebut pada tataran hubungan internasional.
GNB berdiri saat diselenggarakannya konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I GNB di Beograd,
Yugoslavia 1-6 September 1961. KTT I GNB dihadiri oleh 25 negara yakni Afghanistan,
Algeria, Yeman, Myanmar, Cambodia, Srilanka, Cango, Cuba, Cyprus, Mesir, Ethiopia, Ghana,
Guinea, India , Indonesia, Iraq, Lebanon, Mali, Maroco, Nepal, Arab Saudi, Somalia, Sudan,
Suriah, Tunisia, Yugoslavia.
GNB menepati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia,karena Indonesia sejak
awal memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. KAA tahun 1955 yang diselenggarakan di
Bandung dan menghasilkan Dasa Sila Bandung yang menjadi prinsip-prinsip utama GNB,
merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali pendirian GNB.
Secara khusus, Presiden Soekarno juga diketahui sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB.
Indonesia menilai penting GNB tidak sekedar dari peran yang selama ini dikontribusikan, tetapi
lebih-lebih mengingat prinsip dan tujuan GNB merupakan refleksi dari perjuangan dan tujuan
kebangsaan Indonesi sebagaimana tertuang dalam UUD 1945.
vi
2. Tujuan GNB
b. Turut serta meredakan ketegangan dunia akibat perebutan pengaruh Amerika Serikat
melawan Uni Soviet dalam perang dingin.
c. Berusaha membendung pengaruh negatif baik blok barat maupun blok timur ke negara-
negara anggota GNB.
d. Berusaha memajukan pembangunan ekonomi, sosial, budaya, dan politik agar tidak
tertinggal dari negara maju.
c. Menolak aliansi bilateral terhadap negara berkekuatan suore (super power country);
vii
Pelaksanaan KAA I Bandung dipandang sebagai pendahulu untuk berdirinya GNB.
Konferensi itu telah mampu menghasilkan prinsip-prinsip Perdamaian dalam bentuk kerjasama
internasional, kebebasan atau kemerdekaan, serta hubungan antar bangsa dan negara yang
diperlukan untuk kesejahteraan hidup manusia.
GNB didirikan berdasarkan prinsip-prinsip dasar Dasa Sila Bandung. Substansi Dasa Sila
Bandung berisi tentang “pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia”.
Dasa Sila Bandung memasukkan prinsip-prinsip dalam piagam PBB dan prinsip Nehru, yaitu
sebagai berikut:
a. Menghormati hak-hak dasar manusia (HAM) dan tujuan serta asas-asas dalam piagam
PBB.
d. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan masalah pribadi negara lain.
e. Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara individual atau kolektif
sesuai dengan piagam PBB.
f. Tidak menggunakan peraturan diri pertahanan kolektif untuk bertidak dalam kepentingan
salah satu negara besar.
h. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau penggunaan kekerasan terhadap
integritas territorial atas kemerdekaan politik suatu Negara.
viii
4. Tokoh Pemrakarsa Pendiri GNB
Tokoh yang dianggap sebagai pendiri GNB lebih dikenal dengan The Initiative Of Five yaitu:
a. KTT I GNB (1-6 September 1961) di Beograd, Yugoslavia, pelaksanaan KTT I ini
didorong oleh keadaan krisis Kuba. Konferensi ini dihadiri oleh 25 negara dan menghasilkan
deklarasi Beograd yang intinya menyerukan untuk menghentikan perang dingin dan
mendamaikan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Keputusan KTT I GNB melalui Presiden
Soekarno dan Presiden Menibo Keita (Mali) disampaikan kepada Presiden F.Kennedy (Amerika
Serikat) sedangkan PM Nehru (India) dan Presiden Kuame Nkrumah (Ghana) menyampaikan
kepada PM Kruschev (Perdana Menteri Uni Soviet).
b. KTT II GNB (5-10 Oktober 1964) di Kairo, Mesir. Pada KTT II GNB ini diikuti oleh 47
negara serta 10 peninjau lainnya antara lain sekretaris jendral organisasi persatuan Afrika dan
Liga Arab. Masalah perkembangan dan masalah ekonomi juga mendapat perhatian pada KTT II
GNB.
c. KTT III GNB (8-10 September 1970) di Lusaka, Zambia. Negara peserta yang hadir
adalah 53 negara. Hasil terpenting KTT kali ini adalah perlunya upaya meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran negara berkembang.
d. KTT IV GNB (5-9 September 1973) di Algiers, Aljazair. KTT IV GNB ini membahas
tentang peningkatan kerjasama dan saling pengertian antara negara-negara yang sedang
berkembang serta berusaha meredakan ketegangan di Timur Tengah pergolakkan di Rhodesia,
dan bagian-bagian afrika lainnya.
e. KTT V GNB (16-19 September 1976) di Kolombo, Srilanka pada KTT V GNB ini
membahas tentang penyelamatan dunia dari ancaman perang nuklir dan berusaha memajukan
negara-negara non blok.
ix
f. KTT VI GNB (3-9 September 1979) di Havana, Kuba. KTT ini bertujuan untuk
memperjuangkan bantuan ekonomi bagi negara-negara non blok dan menggiatkan perang PBB
dalam tata ekonomi dunia baru.
g. KTT VII GNB (7-12 Maret 1983) di New Delhi, India. KTT ini menghasilkan seruan
dilaksanaknnya demokrasi tahta ekonomi yakni dihapuskan proteksonisme oleh negara maju.
h. KTT VIII GNB (1-6 September 1968) di Harane, Zimbabwe. KTT kali ini menghasilkan
seruan dihapuskannya politik Apartheid di Afrika Selatan serta membahas sengketa Irak Iran.
i. KTT IX GNB (1-6 September 1989) di Beograd, Yugoslavia. KTT yang dihadiri oleh 102
negara ini berhasil membahas kerjasama Selatan-selatan (antar negara berkembang).
j. KTT X GNB (1-6 September 1992) di Jakarta, Indonesia. KTT yang dihadiri oleh 108
negara ini berhasil merumuskan “Pesan Jakarta” (Jakarta Messege) antara lain berhasil
menggalang kerjasama Selatan-Selatan dan Utara Selatan.
k. KTT XI GNB (16-22 Oktober 1995) di Cartagena, Kolombia. KTT ini dihadiri oleh 113
negara yang bertujuan memperjuangkan demokratisasi di PBB.
l. KTT XII GNB (1-6 September 1998) di Durban, Afrika Selatan. KTT XII GNB ini
dihadiri oleh 113 negara yang bertujuan memperjuangkan demokratisasi di dalam hubungan
Internasional.
m. KTT XIII GNB (20-25 Pebruari 2003) di Kuala Lumpur, Malaysia. Resolusi KTT GNB
Kuala Lumpur antara lain berisi penolakan tiga negara Iran, Irak, dan Korea Utara, atas sebutan
sebagai proses kejahatan oleh Washington.
n. KTT XIV (11-16 September 2006) di Havana, Kuba. Menghasilkan deklarasi yang
mengutuk serangan Israel atas Lebanon, mendukung program nuklir Iran, mengkritik kebijakan
Negara Amerika Serikat, dan menyerukan kepada PBB agar lebih berpihak kepada negara kecil
dan brkembang.
o. KTT GNB XV (11-16 Juli 2009) di Sharm El-Sheikh, Mesir. Menghadirkan sebuah final
dokumen yang merupakan sikap, pandangan dan posisi GNB tentang semua isu dan
permasalahan Internasional dewasa ini. KTT ini menegaskan oerhatian GNB atas krisis ekonomi
dan moneter global, perlunya komunitas Internasional kembali pada komitmen menjunjung
prinsip-prinsip pada piagam PBB, hukum Internasional, peningkatan kerjasama antar negara
maju dan berkembang untuk mengatasi berbagai krisis.
p. KTT GNB XVI berakhir pada 31 Agustus 2012 dan menghasilkan berbagai kesepakatan
dalam sebuah deklarasi final, diantaranya : dukungan terhadap program nuklir sipil Iran,
penolakan sanksi sepihak Amerika Serikat anti Iran, dukungan terhadap perjuangan bangsa
Palestina, memerangi Islamphobia, rasisme, dan permusuhan senjata nuklir.
x
B. Dampak GNB terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Politik Negara Berkembang
Dalam KTT GNB mencari perdamaian yang berkelanjutan melalui pemerintah global dan
mewujudkan adanya rasa optimisme bahwa GNB dapat memainkan peran yang sangat penting
dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas. Pentingnya GNB terletak pada kenyataan
bahwa GNB merupakan gerakan Internasional terbesar kedua, setelah Perserikatan Bangsa-
bangsa (PBB)
GNB dapat mewujudkan eratnya hubungan kerjasama antara negara satu dengan negara
yang lain. GNB juga berupaya untuk melestarikan lingkungan hidup, yaitu mengurangi
pencemaran terhadap air, udara dan tanah dan perusakan hutan. Sehingga meningkatkan
kesejahteraan bagi negara berkembang.
Kerjasama antara anggota-anggota GNB dapat memiliki dampak positif pada situasi ekonomi
dunia. Dengan menciptakan tata hubungan ekonomi Internasional yang masih seimbang, dan
memperluas partisipasi negara-negara berkembang dalam proses pengambilan keputusan
mengenai masalah-masalah ekonomi dunia. GNB membuat negara-negara anggota Non-Blok
berjalan lancar tanpa hambatan. Jadi GNB ini meningkatkan program kearah tata ekonomi dunia.
KTT GNB I mencetuskan prinsip politik bersama, yaitu bahwa politik berdasarkan koeksistensi
damai, bebas blok, tidak menjadi anggota pasukan militer dan bercita-cita melenyapkan
kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasi. GNB juga membantu Afrika Selatan dalam
menghapus politik Apartheid.
xi
C. Peran Indonesia dalam GNB
Indonesia sangat berperan penting dalam GNB, beberapa peran penting yang dilakukan
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Presiden Soekarno adalah satu dari lima pemimpin dunia yang mendirikan GNB;
2. Indonesia menjadi pemimpin GNB pada tahun 1991. Saat itu, Presiden Soeharto terpilih
menjadi ketua GNB. Sebagai pemimpin GNB, Indonesia sukses menggelar KTT X GNB di
Jakarta;
GNB mempunyai arti yang khusus bagi bangsa Indonesia yang dapat dikatakan lahir
sebagai negara netral yang tidak memihak. Hal tersebut tercermin dalam pembukaan UUD 1945
yang menyatakan bahwa “kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan”.
Selain itu, diamanatkan pula bahwa Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sesuai dengan politik luar negeri yang bebas
aktif, Indonesia memilih untuk menentukan jalannya sendiri dalam upaya membantu tercapainya
perdamaian dunia dengan mengadakan persahabatan dengan seluruh bangsa.
Sebagai implementasi dari politik luar negeri yang bebas aktif itu, selain sebagai salah satu
negara pendiri GNB, Indonesia juga senantiasa setia dan komitmen pada prinsip-prinsip dan
aspirasi GNB. Pada masa itu, Indonesia telah berhasil membawa GNB untuk mampu
menentukan arah dan secara dinamis menyesuaikan diri pada setiap perubahan yang terjadi.
xii
D. Upaya Mengatasi Masalah pada Negara Berkembang
Visi GNB untuk berperan dalam mendorong dunia yang lebih damai, stabil dan makmur
sebagaimana telah ditetapkan di Bali. Peran GNB dalam menciptakan tata kelola global yang
efektif dalam menciptakan perdamaian dan keamanan dunia.
GNB harus mendukung peran dan kapasitas Dewan Keamanan PBB dalam menyelesaikan
konflik, menciptakan perdamaian dan mencegah potensi konflik. GNB harus dapat mendorong
terbangunnya institusi demokrasi, kebebasan, perdamaian, moderasi serta kemakmuran dapat
berjalan dan tumbuh berkembang secara bersama.
Dalam bidang ekonomi, selama menjadi ketua GNB, Indonesia juga secara konsisten telah
mengupayakan pemecahan masalah hutang luar negeri negara-negara miskin dan pembangunan
mengenai penyelesaian hutang luar negeri.
xiii
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. KAA menyepakatu “Dasa Sila Bandung”yang dirumuskan sebagai prinsip-prinsip dasar bagi
penyelanggaraan hubungan dan kerjasama antar bangsa-bangsa. Sejak saat itu proses pendirian
GNB semakin mendekati kenyataan, dan dalam proses ini tokoh-tokoh yang memegang peran
kunci sejak awal adalah presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, Presiden Indonesia Soekarno, dan
Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito. Kelima tokoh dunia ini kemudian dikenal sebagai pendiri
GNB.
2. Dampak Gerakan Non-Blok Terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Politik Negara
Berkembang :
3. Indonesia sangat berperan penting dalam GNB, beberapa peran penting yang dilakukan
Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Presiden Soekarno adalah satu dari lima pemimpin dunia yang mendirikan GNB;
b. Indonesia menjadi pemimpin GNB pada tahun 1991. Saat itu, Presiden Soeharto terpilih
menjadi ketua GNB. Sebagai pemimpin GNB, Indonesia sukses mengglar KTT X GNB di
Jakarta;
4. Dalam bidang ekonomi, selama menjadi ketua GNB, Indonesia juga secara konsisten telah
mengupayakan pemecahan masalah hutang luar negeri negara-negara miskin dan pembangunan
mengenai penyelesaian hutang luar negeri.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Riskiani,L.I.2013.Prespektif Global-GNB. (http://eazt-
widhianien.blogspot.com/2014/02/perspektif-global-gnb.html). Diakses pada tanggal 5 Maret
2016.
xv