Anda di halaman 1dari 10

RANTAI PASOK

diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Mata Kuliah Manajemen Rantai
Pasok pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember

Dosen Pengampu:
Intan Kartika Setyawati S.P., M.P.

Oleh :
Rizka Maulidia 181510601081

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rantai pasok merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa bagian yaitu
pemasok, manufaktur, perusahaan, pengangkutan, pergudangan, pengusaha retail
serta konsumen yang memiliki tujuan untuk memproduksi barang maupun jasa
sampai pada proses akhir yaitu penyampaian barang atau jasa ke tangan konsumen
akhir. Rantai pasok yang telah dirancang dapat dipengaruhi oleh permintaan
konsumen yang sifatnya tidak pasti. Permintaan konsumen yang tidak pasti terhadap
permintaan suatu produk antara lain yaitu variasi dari jenis produk yang ditawarkan,
variasi dari jumlah produk yang diminta oleh konsumen, jumlah saluran pemasaran
yang digunakan dalam memasarkan produk, dan tingkat inovasi (Susanty dkk., 2018).
Jenis produk yang ditawarkan semakin beragam maka akan semakin sulit
untuk dapat memperkirakan jumlah permintaan dari konsumen. Contoh produk
dengan ketidakpastian permintaan yang tinggi yaitu telepon genggam (hanphone),
sedangkan untuk produk dengan ketidakpastian permintaan yang rendah yaitu produk
kebutuhan sehari-hari seperti beras, gula, garam dan sebagainya. Produk yang
memiliki ketidakpastian tinggi, memiliki margin yang lebih besar dibandingkan
dengan produk dengan ketidakpastian permintaan yang rendah. Produk yang
memiliki ketidakpastian permintaan produk yang tinggi memiliki rata-rata tingkat
kesalahan dalam melalukan peramalan sebesar 400% sampai 100%, sedangkan untuk
produk yang memiliki ketidakpastian permintaan yang rendah memiliki rata-rata
tingkat kesalahan dalam melakukan peramalan hanya sebesar 10% saja. Produk yang
memiliki tingkat ketidakpastian permintaan tinggi memiliki probabilitas untuk stock
out sebesar 10% sampai 40%, sedangkan untuk produk yang memiliki tingkat
ketidakpastian permintaan yang rendah memiliki probabilitas untuk stock out hanya
sebesar 1% sampai 2% saja. Produk yang memiliki tingkat ketidakpastian permintaan
tinggi rata-rata akan mengalami pemotongan harga di akhir musimnya sebesar 10%
sampai dengan 25% (Susanty dkk., 2018).
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan rantai pasok ?
b. Apa saja permasalahan yang terjadi pada rantai pasok tradisional ?
c. Bagaimana sistem manajemen rantai pasok ?
d. Apa saja fungsi dari manajemen rantai pasok ?
e. Bagaimana strategi dasar manajemen rantai pasok ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan rantai pasok
b. Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada rantai pasok tradisional
c. Untuk mengetahui sistem manajemen rantai pasok
d. Untuk mengetahui fungsi dari manajemen rantai pasok
e. Untuk mengetahui strategi dasar manajemen rantai pasok
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Rantai Pasok


Menurut Maddeppungeng, (2017) Rantai pasok merupakan jaringan bagi
perusahaan yang melakukan kerjasama dengan tujuan untuk menciptakan dan
menyalurkan suatu produk ke tangan konsumen akhir. Rantai pasok memiliki tiga
aliran yang perlu dikelola yaitu aliran barang atau material yang mengalir dari hulur
ke hilir, aliran uang yang mengalir dari hilir ke hulu, dan aliran informasi yang
mengalir dari hulu ke hilir atau sebaliknya. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Aliran barang atau material yang mengalir dari hulur ke hilir : Kelancaran
pengiriman material, penjadwalan pembelian material, kecukupan material pada
saat pengadaan material, tidak ada waktu tenggang pada saat pengadaan material,
prosedur pergudangan, material hadling dan packaging, pencatatatan material yang
keluar masuk gudang, konfigurasi gudang, lay out, dan penetuan ruang, sistem
distribusi material.
2) Aliran uang atau finansial yang mengalir dari hilir ke hulu : Modal yang cukup
untuk memulai pelaksanaan proyek, kelancaran pembayaran pekerjaan oleh pihak
owner, perubahan harga di pasaran yang tidak sesuai kontrak, frekuensi
pembayaran yang terlalu banyak, kelancaran arus dana proyek, modal dalam
pengelolaan perusahaan, kebijakan pemerintah di sektor keuangan atau
perbankkan, besar kecilnya modal dalam perusahan, penetapan harga dan
kesepakatan pembayaran
3) Aliran informasi mengalir dari hulu ke hilir: Panjangnya alur koordinasi untuk
menggambil suatu keputusan, kelengkapan detail design gambar proyek,
koordinasi pihak owner dalam pelaksanaan proyek, permasalahan aliran informasi,
komunikasi untuk pengadaan dan perubahan harga material, komunikasi kendala
selama pelaksanaan proyek, kinerja supplyer yang optimal, aliran proses dan
informasi secara internal mengenai inventory, perusahaan rantai pasok dalam
pemrosesan pengadaan material.
2.2 Permasalahan Pada Rantai Pasok Tradisional
Menurut Sutandi (2017), Rantai pasok terdiri dari beberapa tahapan dan
banyak pihak yang terlibat didalamnya, dalam proses tersebut terdapat beberapa
masalah yang dihadapi. Masalah pada rantai pasok yaitu perubahan atau krisis
mendadak yang terjadi sehingga dapat menimbulkan dampak yang negatif pada
proses tersebut. Permasalahan yang biasanya terjadi pada rantai pasok tradisional
yaitu sistem rantai pasok yang panjang sehingga mencapai 5 eselon dan mengalami
beberapa proses perpindahan kepemilikan. Perpindahan kepemilikan tersebut dapat
mengeluarkan biaya pada setiap perpindahan barang seperti biaya distribusi sehingga
harga jual barang lebih tinggi pada tingkat akhir.
Menurut Setijadi proses dalam rantai pasok terdapat ketidakpastian, faktor
yang dapat menimbulkan ketidakpastian ini yaitu dari aspek permintaan dan aspek
pasok. Ketidakpastian aspek permintaan yaitu: Variasi produk, diantaranya yaitu
merk, ukuran, dan lainnya. Variasi kuantitas produk, misalnya seorang konsumen
membutuhkan produk dalam jumlah sedikit (dalam satuan unit) sedangkan pelanggan
lain membutuhkan dalam jumlah banyak (dalam satuan karton). Perbedaan ukuran
lot, misalnya konsumen membutuhkan produk dalam kemasan yang berisi 12 unit
sedangkan konsumen lain membutuhkan produk dalam kemasan yang berisi 24 unit.
Waktu tanggap, misalnya permintaan dari apotek atau rumah sakit yang sangat
longgar sedangkan untuk permintaan produk farmasi untuk kondisi darurat sangat
sempit. Tingkat pelayanan, sangat bervariasi tergantung dengan karakteristik
pelanggan dan tingkat kebutuhannya saat itu. Kepekaan terhadap harga produk bias
diterima oleh konsumen berbeda-beda misalnya di supermarket dan di convenience
stores.
Ketidakpastian pasokan yaitu berupa: Kualitas produk, yang berbeda pada saat
pengenalan produk dibandingkan dengan masa berikutnya, bisa juga dipengaruhi oleh
kualitas bahan baku, mesin, dan lainnya yang digunakan. Tingkat inovasi produk
yang tinggi maka ketidakpastian rantai pasok akan meningkat seperti pada produk
bahan pokok dan elektronik. Keterbatasan kapasitas produksi seperti mesin produksi
yang digunakan, ketersediaan operator dan lainnya. Fleksibilitas kapasitas produksi
yang rendah akan menimbulkan ketidakpastian rantai pasok. Gangguan pada fasilitas
produksi, seperti aliran listrik terputus, kerusakan mesin dan lainnya yang dapat
menimbulkan ketidakpastian rantai pasok.
2.3 Sistem Manajemen Rantai Pasok
Menurut Maddeppungeng, (2017) manajemen rantai pasok merupakan suatu
usaha yang digunakan untuk mengintegrasikan pihak-pihak yang terlibat dalam
kegiatan rantai pasok pembuatan produk dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi
operasi, kualitas serta layanan yang diberikan kepada konsumen atau pelanggan.
Manajemen rantai pasok memiliki beberapa prinsip yaitu merangkul semua entitas
pada rantai pasok menjadi satu kesatuan, mendorong integritas dan sinkronisasi dari
aliran material dan menekankan setiap entitas dalam rantai pasok dalam membangun
hubungan kemitraan yang strategis dengan tujuan untuk meminimalisir biaya total
sehingga dapat meningkatkan tingkat kepuasan konsumen.

2.4 Fungsi Dari Manajemen Rantai Pasok


Menurut Puryono dan Listiarini (2018), Manajemen rantai pasok memiliki
peranan yang sangat penting bagi seorang pebisnis atau wirausahawan dalam
menjalankan usahanya. Manajemen rantai pasok memiliki beberapa fungsi yang
dapat dirasakan oleh pihak perusahaan, adapun fungsi atau manfaat dengan
menerapkan manajemen rantai pasok yaitu sebagai berikut:
1) Sistem pengambilan keputusan : membantu pihak perusahaan dalam proses
pengambilan keputusan bisnis yang penting dan strategis misalnya dalam
menciptakan produk baru, dan investasi.
2) Operasional : membantu pihak perusahaan memberikan informasi saat proses
operasional, seperti perkembangan teknologi yang digunakan, produk yang sedang
banyak dibutuhkan oleh konsumen serta dapat memberikan informasi terkait
dengan perkiraan pasar.
3) Koordinasi antar perusahaan : pihak perusahaan selain berkomunikasi dengan
pemasok dan konsumen dapat juga saling berbagi pengalaman dengan pihak
perusahaan lainnya yang berkaitan dengan produk, proses bisnis, pelanggan atau
konsumen dan hal lainnya yang bersangkutan dengan kepentingan bersama.
4) Pemasaran : penerapan manajemen rantai pasok yang baik dapat memastikan
semua barang yang dipasok telah sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen
sehingga akan mudah dalam memasarkannya.
2.5 Strategi Dasar Manajemen Rantai Pasok
Menurut Harianto, (Strategi yang telah dirancang oleh perusahaan perlu
dilakukan secara maksimal, dan dapat mempermudah pekerjaan bagi semua orang
yang terlibat didalamnya seperti supplier, manufaktur, distributor serta pelanggan.
Strategi yang dilakukan tersebut memiliki tujuan untuk meminimalisir biaya produksi
dan distribusi dan tetap dapat memenuhi jumlah permintaan. Strategi dalam
manajemen rantai pasok meliputi:
1) Membuat perencanaan yang disesuaikan dengan permintaan, langkah pertama
yang perlu dilakukan yaitu melakukan perencanaan terkait dengan jumlah
permintaan konsumen agar dapat memenuhi semua permintaan. Perencanaan
untuk memenuhi semua permintaan konsumen dapat dilakukan dengan melihat
jumlah permintaan periode sebelumnya, kemudian merancang tugas-tugas yang
hendak dilakukan, menentukan inventaris yang dibutuhkan terutama bagi barang
atau produk yang membutuhkan lead time yang tinggi.
2) Visibilitas dan pengendalian, sistem ini sangat berperan penting dalam
memberikan informasi yang dibutuhkan terutama terkait dengan operasi bisnis
secara real time. Data ini dapat berfungsi dalam mengontrol yang lebih baik serta
dapat membuat keputusan dalam waktu yang cepat dan dapat dipercaya sehingga
dapat mencegah masalah dan menjadikan SCM lebih efektif. Pengendalian ini
melibatkan beberapa tindakan yang dilakukan untuk memeperbaiki operasi SCM
secara keseluruhan.
3) Membangun hubungan kemitraan yang kuat dengan supplier, hubungan kemitraan
dapat berjalan secara baik apabila dilakukan dengan komunikasi yang baik antara
penjual dan pembeli. Hubungan yang berjalan baik dapat memeberikan
keuntungan bagi kedua belah pihak seperti kemudahan transaksi, dan dapat
meningkatkan performa masing-masing serta dapat meminimalisir masalah yang
terjadi.
4) Fokus SCM pada pelanggan (Customer Service), pemenuhan permintaan
konsumen sangat penting, akan tetapi ada hal yang perlu diperhatikan selain dari
segi jumlah persediaan yang disediakan yaitu pelayanan dari pihak penjual kepada
konsumen. Bentuk pelayanan yang baik seperti memberikan respon yang cepat
kepada pelanggan, bersifat ramah dan lain sebagainya.
5) Melakukan review berkala dan perlu memastikan rencana mitigasi risiko efektif,
manajemen rantai pasok didalamnya seperti orang-orang yang terlibat perlu
memperhatikan prosedur dan kebijakan yang telah diciptakan agar dapat
memastikan bisnis yang dijalankan berjalan dengan baik, relevan dan efisien.
Kegiatan ini dapat meminimalisir terjadinya resiko seperti pencurian, kecurangan
dan lain sebagainya.
BAB 3. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Harianto, R. A. 2020. Strategi Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain). Jakarta:


IT Perpustakaan.
Maddeppungeng, A. 2017. Pengaruh Manajemen Rantai Pasok (MRP) pada Daya
Saing dan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Di Dki-Jakarta. Konstruksia.
8(2): 23-36.
Puryono, D. A. Listiarini, E. S. 2018. Penguatan UMKM Tepung Tapioka Berbasis
Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasok Ramah Lingkungan. Proceeding
SENDI_U. 1(1): 283-288.
Susanty, A., Diana, P. S., Dyah, I. R. 2018. Manajemen Rantai Pasok Hijau.
Semarang: Tiga Media.
Sutandi. 2017. Model Jaringan Rantai Pasok Pasar Tradisional untuk Komoditas Gula
Kristal Putih Di Provinsi Jawa Barat. Logistic Indonesia. 1(1): 7-16.
Setijadi

Anda mungkin juga menyukai