Anda di halaman 1dari 3

Nama : Jerry Aldani Putra Group A

NIM : 17254113050
Prodi : Pengelolaan Perkebunan

KONDISI KEHUTANAN DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN


SEKTOR PERTANIAN / PERKEBUNAN

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa Hamparan lahan berisi


sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41
tahun 1999 tentang Kehutanan).
Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat memberikan manfaat
berlipat ganda, baik manfaat yang secara langsung maupun manfaat secara tidak
langsung. Manfaat hutan secara langsung adalah sebagai sumber berbagai jenis
barang, seperti kayu, getah, kulit kayu, daun, akar, buah, bunga dan lain- lain yang
dapat dimanfaatkan secara langsung oleh manusia atau menjadi bahan baku
berbagai industri yang hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi hampir semua
kebutuhan manusia.
Manfaat hutan yang tidak langsung meliputi:
(a) Gudang keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terbesar di dunia meliputi
flora dan fauna,
(b) Bank lingkungan regional dan global yang tidak ternilai, baik sebagai pengatur
iklim, penyerap CO2 serta penghasil oksigen,
(c) Fungsi hidrologi yang sangat penting artinya bagi kehidupan manusia di
sekitar hutan dan plasma nutfah yang dikandungnya,
(d) Sumber bahan obat-obatan,
(e) Ekoturisme,
(f) Bank genetik yang hampir-hampir tidak terbatas, dan lain-lain (Jayapercunda,
2002).
Indonesia diberkahi dengan hutan-hutan tropis terluas dan beragam hayati
di dunia. Puluhan juta rakyat Indonesia secara langsung bergantung pada hutan-
hutan ini untuk kehidupan mereka, entah itu mengumpulkan hasil hutan untuk
kebutuhan sehari-hari atau bekerja di sektor pengolahan kayu. Hutan-hutan ini
adalah rumah bagi banyak flora dan fauna yang tak tertandingi di negara dengan
ukuran yang sebanding manapun. Bahkan saat ini, hampir setiap ekspedisi ilmiah
yang dilakukan di hutan tropis Indonesia kembali dengan penemuan spesies baru.
Namun tragedi sedang berlangsung di Indonesia. Negara ini sekarang
berada pada pusat perhatian dunia. Sebagai contoh, salah satu sektor yang paling
cepat berkembang di negara yaitu, industri pulp dan kertas, belum mendirikan
perkebunan yang diperlukan untuk menyediakan pasokan yang cukup dari kayu
pulp. Sebaliknya, penghasil pulp sebagian besar bergantung pada pembukaan
hutan alam.
Penebangan liar telah merajalela selama bertahun-tahun dan diyakini telah
menghancurkan sekitar 10 juta hektar hutan. Industri pengolahan kayu di
Indonesia beroperasi di ketidakjelasan hukum, dimana perusahaan-perusahaan
besar yangmenarik miliaran dolar investasi dari Barat, memperoleh lebih dari
setengah pasokan kayu dari sumber-sumber ilegal. Kayu secara rutin
diselundupkan melintasi perbatasan ke negara-negara tetangga, membuat jutaan
dolar pendapatan pemerintah Indonesia hilang setiap tahunnya.
Jutaan hektar bekas hutan sekarang tertutup sisa-sisa hutan yang telah
terdegradasi, semak belukar, dan rumput alang-alang disana-sini. Dengan
hilangnya hutan, Indonesia kehilangan keanekaragaman hayati, pasokan kayu,
pendapatan, dan jasa ekosistem.
Lahan hutan yang rusak dapat ditanami kembali dan dikelola oleh manusia
untuk menyediakan kayu, hasil kebun, buah-buahan, dan produk-produk non-kayu
lainnya. Jasa ekosistem seperti pengaturan air tawar dan retensi tanah dapat
dikembalikan. Bagian dari tragedi di hutan Indonesia adalah bahwa saat ini
program hutan tanaman industri dan sistem konversi hutan ke perkebunan belum
memberikan kontribusi untuk pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan justru
mempercepat deforestasi.
Secara resmi, keputusan dalam sektor kehutanan tidak lagi berorientasi
pada pembukaan dan konversi lahan tetapi, dalam kenyataannya, pembukaan dan
konversi masih terus dipraktekkan. Sistem ini harus direstrukturisasi dengan
mengharuskan pembangunan perkebunan baru di wilayah lahan kritis yang sudah
tersedia untuk penanaman. Persyaratan ini harus ditegakkan. Indonesia berada di
persimpangan jalan di mana banyak sumber daya alam yang telah hancur atau
rusak, tapi masih banyak juga yang terjaga. Pengembangan lahan perkebunan
untuk memasok kayu dan ekspor tanaman berharga adalah bagian penting dari
strategi ekonomi negara.
Dalam tahun-tahun mendatang, jalan termudah adalah dengan terus
mengizinkan operasi penebangan dan perkebunan serta membiarkan semakin
banyak tanah disia-siakan seiring pengembangannya waktu dan kemudian terus
merambah ke hutan-hutan alam yang tersisa, dan memberikan keuntungan bagi
pengembang dengan profit besar secara cuma-cuma. Jalan yang lebih sulit namun
berkelanjutan adalah merebut kembali lahan yang saat ini menganggur dan
melestarikan hutan primer yang masih tersisa. Enam puluh empat juta hektar
hutan telah ditebang selama 50 tahun terakhir. Tidak ada pembenaran ekonomi
maupun etika untuk membiarkan 64 juta hektar lagi hilang selama 50 tahun ke
depan. Maka dengan demikian hutan yang ada di Indonesia tidak akan ada lagi.
Kondisi hutan yang ada di Indonesia saat ini tentu memiliki hubungan
yang sangat berpengaruh pada berbagai sektor terutama pada sektor pertanian di
Indonesia hal ini dikarenakan hampir seluruh masyarakat Indonesia yang sangat
bergantung pada alam terutama pada hutan, dengan adanya pembukaan lahan baru
yang bertujuan untuk bercocok tanam, hal ini tentu akan menyebabkan terjadinya
pengurangan terhadap hutan yang ada di Indonesia, terutama pada saat ini banyak
pihak yang malakukan penebangan hutan yang bertujuan untuk menjadikan lahan
tersebut menjadi areal perkebunan sawit secara besar-besaran yang mana tidak
memperhatikan dampak terhadap kondisi pada daerah tersebut. Sehingga banyak
flora dan fauna yang ada pada hutan tersebut yang mati dan juga banyak hewan
liar yang masuk ke perkampungan masyarakat serta dapat menyebabkan
terjadinya longsor pada areal perbukitan.

Anda mungkin juga menyukai