Anda di halaman 1dari 10

PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN ANAK YANG

BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI LAPAS ANAK BLITAR


Yanuar Farida Wismayanti

ABSTRAK

Anak yang berkonflik dengan hukum harus dilihat secara komprehensif baik sosiologis, psikologis
dan juridis formalnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan anak
yang berkonflik dengan hukum di Lapas Anak Blitar. Identifikasi permasalahan dan kebutuhan yang
dilakukan di Lapas Anak Blitar menunjukkan masih begitu banyaknya pelanggaran atas hak anak dengan
perlakuan yang tidak berpihak pada kepentingan terbaik bagi anak, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan
dasar anak seperti kesehatan, pendidikan dan kebutuhan pelayanan konseling. Untuk itu perlu dilakukan
upaya peningkatan pelayanan di Lapas anak yang child friendly, untuk pemenuhan kebutuhan hak dasar
anak.

I. PENDAHULUAN memandang bahwa anak-anak adalah korban


dari lingkungannya, di satu sisi lain perilaku
Permasalahan tindak kriminalitas di Jawa mereka sudah semakin merugikan dan tidak
Timur seolah tidak pernah hilang dan tidak bisa ditolerir lagi.
pernah tuntas terselesaikan, bahkan grafiknya
mengalami peningkatan baik secara kuantitas Data-data yang berhasil dihimpun LPA
maupun kualitas. Hal ini juga berimbas pada (Lembaga Perlindungan Anak) Jatim dari 2
meningkatnya jumlah pelaku tindak kriminal media massa (Jawa Pos dan Surya)
dari kalangan anak-anak di bawah umur. Saat menunjukkan bahwa di Jawa Timur jumlah
ini, ditengarai jumlah anak-anak dibawah umur Kasus Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum dari
yang terlibat tindak kriminalitas semakin tahun 2003 – 2004 adalah sebagai berikut:
meningkat. Hal ini berkaitan dengan pola hidup Kasus Anak Berkonflik Dengan Hukum
sehari-hari dari anak-anak serta tekanan sosial. Di Jawa Timur
Dari kondisi seperti itulah, kemudian terjadi
proses pembelajaran terhadap tindakan-
tindakan yang perlu dilakukan agar dapat 90
bertahan ditengah kondisi yang sulit sekalipun. 80
Salah satu upaya yang mereka lakukan adalah 70
dengan melakukan penodongan, pencopetan
60
maupun tindakan kriminalitas lainnya.
50
Anak yang melakukan pelanggaran 40
hukum atau tindakan kriminal, tidak bisa
30
sepenuhnya dipersalahkan, karena faktor
lingkungan juga mempengaruhi sikap, perilaku 20

dan tindakan anak. Bila dilihat dari kondisi anak- 10

anak tersebut, sebenarnya mereka adalah 0


korban dari lingkungan. Maka dari itu, anak- 2003 2004

anak tersebut lebih tepat disebut dengan istilah Sumber : LPA Jawa Timur, 2005
anak-anak yang berkonflik dengan hukum,
bukannya anak-anak pelaku kriminal. Berkaitan Pengkondisian anak sebagai korban
dengan permasalahan tersebut, kita tidak bisa memang berkait erat ketika anak-anak
menampik dilema yang berkembang di dihadapkan pada hukum. Di sini anak-anak
masyarakat mengenai anak yang berkonflik akan mendapatkan perlakuan yang bersifat
dengan hukum. Di satu sisi masyarakat harus mendidik dan mengarahkan agar anak-anak

64
Permasalahan dan Kebutuhan Anak di Lapas Anak Blitar (Yanuar Farida Wismayanti)

dapat merubah perilakunya menjadi lebih baik. anak yang berkonflik dengan hukum di Lapas
Hanya saja, justru sistem penanganan yang Anak Blitar.
diterapkan di Lembaga Pemasyarakatan
(Lapas) Anak hanya lebih bertujuan untuk II. METODOLOGI PENELITIAN
membuat jera dan tidak ada penanganan
khusus terhadap anak-anak tersebut sehingga Dalam rangka penanganan anak yang
hak-hak anak untuk tumbuh dan berkembang berkonflik dengan hukum diharapkan diperoleh
kurang mendapatkan perhatian. data yang dapat memberikan gambaran
Dalam Beijing Rule, mengatur mengenai tentang permasalahan-permasalahan yang
penanganan hukum terhadap anak-anak yang dihadapi anak dan kebutuhan-kebutuhan apa
melakukan pelanggaran hukum. Anak-anak yang diperlukan anak dalam memenuhi hak
yang melakukan pelanggaran hukum anak. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
sebenarnya harus diberikan penanganan khusus penelitian kualitatif, dan pengumpulan data
yang bertujuan untuk membentuk sikap dan yang dilakukan adalah dengan partisipatori,
perilaku yang baik. Hal lain untuk memberikan dengan pendekatan CCCD (Child Centered
hukuman kepada anak-anak yang melanggar Community Development). Informan dalam
hukum adalah dengan dikenai hukuman kerja penelitian ini adalah anak-anak konflik hukum
sosial dengan jaminan dari keluarganya. yang berada di LAPAS anak Blitar. Teknik
Dengan konsep seperti ini merupakan upaya pengumpulan data dilakukan melalui teknik
untuk membuat seorang anak jera tetap ada, wawancara, studi dokumentasi, observasi serta
tetapi lebih dari itu justru upaya untuk FGD (Focus Group Discussion) dengan
memberikan pendidikan moral lebih dominan. menggunakan beberapa alat (tools) di
Anak yang berkonflik dengan hukum harus antaranya :
dilihat secara komprehensif baik sosiologis, 1. MAPPING
psikologis dan juridis formalnya. Jika dilakukan
secara cermat maka akan kita dapatkan upaya yaitu membuat peta lokasi dimana akan
perlindungan menyeluruh terhadap hak anak dilakukan pemetaan permasalahan yang
dan hak asasi manusia. Dan kita semua akan menjadi tujuan dengan meng-
berharap di era perubahan ini merupakan saat gunakan simbol-simbol tertentu. Metode
yang tepat untuk membangun segala sesuatu ini bertujuan mengungkapkan letak
secara lebih baik diberbagai bidang, baik dimana permasalahan anak terjadi tanpa
hukum, sosial, dan politis. Berbagai instansi secara langsung (simbol), permasalahan
telah melakukan berbagai orientasi, posisi dan apa yang sering terjadi pada suatu lokasi
penciptaan paradigma baru dalam melakukan tertentu. Metode ini ditunjang dengan
pelayanan terhadap rakyat. Akhirnya kita meminta anak membuat tulisan apa yang
berharap dukungan berbagai pihak yang dialami anak dalam waktu sehari.
terlibat didalam program ini akan dapat
berperan secara aktif demi kepentingan terbaik 2. TIME LINE
bagi anak.
yaitu mendaftar berbagai macam
Melalui penelitian ini bertujuan untuk kegiatan yang dilakukan anak ketika
mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan
berada dalam tahanan dan kegiatan
anak yang berkonflik dengan hukum di Lapas
Anak Blitar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat setelah anak lepas dari tahanan dalam
bermanfaat sebagai masukan bagi instansi waktu sehari. Metode ini ditunjang dengan
pemerintah khususnya Lapas dan Departemen meminta anak membuatkan tulisan apa
Kehakiman serta Lembaga Swadaya yang dialami anak selama satu minggu.
Masyarakat (LSM) dalam memberikan 3. TRANSECT WALK
pelayanan bagi Anak Konflik Hukum (AKH).
Untuk itu, dalam penelitian ini diharapkan yaitu mengamati perilaku anak dalam
dapat (1) melakukan pemetaan terhadap ruang tahanan untuk mengetahui indikator-
permasalahan yang dialami anak-anak yang indikator permasalahan yang akan
berkonflik dengan hukum, (2) mengetahui menjadi tujuan utama, monitoring dan
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan anak - evaluasi. Metode ini bertujuan untuk

65
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 12, No. 01, 2007 : 64-73

klarifikasi data yang diperoleh dengan emosional, yakni terdapat tiga emosi dasar
data yang ada serta mengetahui yang dimiliki manusia, marah, senang dan
pengenalan anak terhadap anak lain. takut, 3) Kebutuhan sosial, interaksi anak
Selanjutnya dibuatkan form-form yang dengan orang-orang di sekitarnya akan
mendukung pemetaan permasalahan memberikan pengalaman hubungan sosial
yang dialami anak. yang luas dan kompleks, 4) Kebutuhan
intelektual, anak menginginkan dirinya
4. PROBLEM TREE (Pohon Masalah) berprestasi, ingin mengamati sesuatu secara
serius, ingin mengetahui hal-hal baru, mencoba
yaitu dengan dampingan fasilitator anak sesuatu serta menciptakan sesuatu.
diminta untuk membuat rincian tentang
permasalahan apa saja yang menjadi Indonesia telah meratifikasi adanya
masalahnya, harapan-harapan apa yang Konvensi Hak Anak (KHA) melalui Keppres No.
diinginkan anak, bagaimana anak 20 Tahun 1990, sebagai konsekuensinya
memberikan pemecahan masalah yang pemerintah Indonesia secara politis telah
dihadapinya tersebut dengan mem- sepakat untuk melaksanakan substansi konvensi
buatkan pohon masalah. Melalui alat ini tentang perlindungan, pemenuhan hak anak
diharapkan anak-anak mampu meng- yang tercantum dalam butir-butir konvensi
identifikasi permasalahannya. didalam wilayah yurisdiksinya. Dari konsekuensi
tersebut telah keluar Undang-Undang No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan ini
III. KERANGKA KONSEP merupakan kewajiban semua pihak untuk ikut
serta dalam mendukung upaya-upaya
Anak dalam hukum di Indonesia
pemerintah melaksanakan ketentuan dari KHA
merupakan kelompok masyarakat yang belum
dan UU Perlindungan Anak sesuai dengan
berusia 21 tahun, dan belum menikah.
kompetensi masing-masing. Dalam butir KHA
Undang-Undang No. 4 tentang Kesejahteraan
maupun UU Perlindungan Anak disebutkan
Anak membatasi anak dengan usia 0-21 tahun.
adanya prinsip non-diskriminasi atas hak anak,
Sedangkan Undang-Undang No. 23 tahun
yang mengisyaratkan perlindungan dan
2002 tentang Perlindungan Anak membatasi
pemenuhan hak anak pada semua anak yang
anak usia 0-18 tahun. Dalam perkem- berada di wilayah Indonesia, termasuk pada
bangannya, anak mempunyai fase tumbuh anak yang tidak beruntung atau anak-anak
kembang serta kebutuhan yang berbeda sesuai yang memerlukan perlindungan khusus (CNSP-
dengan usia serta tahapan tumbuh kembang Children In Need Special Protection), termasuk
anak. Menurut Havighurst (dalam Hurlock, didalamnya anak yang sedang berkonflik
1999) menyebutkan bahwa fase perkem- dengan hukum. Menurut Sekjen Komnas PA, Arist
bangan anak dibagi dalam dua tahap yaitu Merdeka Sirait dalam buku “Raju yang Diburu”
tahap awal dan akhir. Tahap awal menyatakan bahwa sepanjang tahun 2005
perkembangan anak mempunyai tugas sama ditemukan 4700 kasus anak berkonflik dengan
dengan bayi, sehingga masuk kelompok balita. hukum di Indonesia. Jumlah itu sangat besar,
Sedangkan fase tahap akhir memiliki tugas di kasusnya beragam. Korban Narkoba, pen-
antaranya membangun sikap yang sehat curian, perkelahian, tawuran, serta membunuh
mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang teman sendiri. (Jufri Bulian Ababil, 2006 : 45-
sedang tumbuh, mempelajari keterampilan 46)
fisik, belajar menyesuaikan diri, mengem-
bangkan peran sosial, serta mencapai Pandangan hak anak dalam Konvensi Hak
kebebasan pribadi. Anak (KHA), pelaksanaan perlindungan anak,
khususnya anak yang berkonflik dengan hukum
Sedangkan menurut Nuryoto (1985) masih harus terus ditingkatkan. Pemerintah telah
menyebutkan bahwa anak memiliki kebutuhan melaksanakan usaha perlindungan anak
dari sisi fisik, emosional, sosial dan intelektual ; dengan adanya Undang-Undang No. 3 Tahun
1) Kebutuhan fisik, merupakan kebutuhan yang 1997 tentang Peradilan Anak. Namun pada
berhubungan dengan pertumbuhan dan pelaksanaannya masih banyak kendala untuk
kesehatan fisik seperti makanan, udara segar, bisa melakukannya secara sempurna dan sesuai
sinar matahari dan aktivitas fisik, 2) Kebutuhan dengan amanat Konvensi Hak Anak. Untuk itu

66
Permasalahan dan Kebutuhan Anak di Lapas Anak Blitar (Yanuar Farida Wismayanti)

anak yang berkonflik dengan hukum perlu pemeriksaan sidang anak dilakukan dengan
penanganan yang lain dibandingkan dengan pintu tertutup. Namun kenyataan yang kita lihat
orang dewasa seperti prinsip-prinsip dasar yang sekarang, masih banyak persidangan anak
terkandung dalam Bejing Rules. Adapun prinsip yang tidak memenuhi aturan tersebut. Bahkan
dari Beijing Rules, antara lain: anak merasa tertekan dengan kondisi
1. Perlakuan yang adil dan manusiawi persidangan yang tidak Child freindly. Termasuk
terhadap anak yang bermasalah dengan dalam penanganan kasus anak yang berkonflik
hukum, serta mengutamakan kesejah- dengan hukum perlu adanya suatu pembedaan
teraan anak. dengan penanganan pada orang dewasa.
2. Sistem harus bereaksi secara proporsional Namun sering dijumpai adanya suatu kondisi
baik terhadap pelaku kejahatan maupun dan situasi yang berbeda dengan apa yang
korban. ada di dalam Bejing Rules atau UU No. 3 Tahun
1997 tentang Peradilan Anak. Dalam
3. Penggunaan program masyarakat untuk penanganan kasus, hukuman yang diterapkan
peralihan dari prosedur pengadilan for- pada anak yang berkonflik dengan hukum
mal, dengan persetujuan anak. sebagai penyelesaiannya ada tiga (3) macam
4. Penahanan dilakukan hanya sebagai (UU No. 3 Tahun 1997 Pasal 24):
upaya terakhir dengan sesingkat mungkin.
1. Dikembalikan pada orang tua, wali, atau
5. Anak-anak yang ditahan harus terpisah orang tua asuh,
dengan tahanan dewasa.
2. Diserahkan pada pemerintah untuk
6. Pengajuan anak ke persidangan mengikuti pendidikan, pembinaan dan
pengadilan harus dilakukan dengan latihan kerja, atau
memperhatikan kepentingan terbaik bagi
3. Menyerahkan kepada Departemen Sosial,
anak.
atau gerak di bidang pendidikan,
7. Pengajuan anak ke persidangan pembinaan dan latihan kerja.
pengadilan harus dilakukan dengan
memperhatikan partisipasi penuh anak.
8. Pemenjaraan anak harus dipertimbangkan
IV. HASIL PENELITIAN
dengan hati-hati dan hanya untuk A. Gambaran Lapas Anak Blitar
kejahatan yang serius.
9. Hukuman mati dan hukuman badan harus Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak
dihilangkan. Blitar berlokasi di Desa Karang Tengah
Kecamatan Sanan Kotamadya Blitar tepatnya
10. Pengajuan ke muka pengadilan hanya
merupakan langkah terakhir setelah di Jl. Bali no. 60 Blitar. Lapas Anak Blitar
melalui pertimbangan berbagai alternatif. merupakan peninggalan dari Belanda, awal
mula Lapas Anak Blitar adalah pabrik minyak
11. Harus dilakukan secara kontinyu dan insulinde namun tidak diketahui karena apa
khusus program pelatihan bagi polisi yang selanjutnya dijadikan tempat mendidik dan
menangani kasus anak-anak. menampung anak yang melanggar hukum baik
12. Ketika anak menjalani hukuman, harus pidana maupun politik. Sejalan dengan per-
tetap diberikan layanan pendidikan agar kembangannya maka Lapas Anak Blitar pada
nantinya anak dapat kembali berintegrasi pemerintahan RI diganti nama menjadi rumah
dengan masyarakat. pendidikan negara.
13. Pelepasan harus sesegera mungkin Secara fisik gedung Lapas Anak Blitar
dilakukan setelah penahanan. nampak bangunan kuno,bercat kuning gading,
Khusus dalam persidangan juga telah di ada dua gapura pada pintu masuk dan pohon
atur dalam Peraturan Menteri Kehakiman RI beringin di halaman depannya.Gedung utama
Nomor M.06.UM.01.06 Tahun 1983 tentang Lapas Anak Blitar terdiri dari Ruang Kalapas,
Tata Tertib Persidangan dan Tata Ruang Sidang ruang Kasubag TU, ruang seksi kegiatan kerja,
dalam Pasal (1) yang menyatakan bahwa ruang seksi bimbingan napi atau anak didik,
sidang anak dilakukan dengan hakim tunggal, ruang seksi administrasi keamanan dan
serta disebutkan juga dalam pasal (2) bahwa ketertiban, ruang inventaris dan pengolahan,

67
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 12, No. 01, 2007 : 64-73

ruang kesatuan pengamanan lembaga dari kota-kota yang ada di Jawa Timur. Macam
pemasyarakatan, ruang penjagaan merangkap anak-anak yang di dalam Lapas Anak Blitar di
ruang tamu/ruang anak didik, ruang kategorikan menjadi 4 macam, yaitu Anak
pertemuan/aula, dapur, ruang makan, ruang Negara, Anak Pidana, Anak Tahanan, dan Anak
latihan kerja, ruang kelas,ruang koperasi Sipil.
pegawai, ruang penerimaan dan pengenalan
lingkungan, ruang karantina, ruang kesehatan, Umur anak-anak yang berkonflik dengan
mushola, gereja, 55 kamar (dilengkapi kamar hukum relatif bervariasi, berdasarkan Undang-
mandi pada masing-masing kamar) yang Undang No. 3 tahun 1997 tentang Peradilan
dibagi dalam 4 blok yaitu Blok I terdiri dari 16 Anak, ada batasan untuk anak-anak yang dapat
kamar, Blok II terdiri 12 kamar, Blok III terdiri 8 diajukan atau bertanggungjawab menurut
kamar dan Blok IV terdiri 14 kamar, gudang, hukum, yaitu anak-anak yang berumur 8 tahun
garasi, dan pos penjagaan atas. sampai dengan dibawah 18 tahun.
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum
Setiap kamar anak ada kamar mandinya, Pidana (KUHP) yang dimaksud anak-anak
cukup besar namun tidak ada pintunya, adalah mereka berumur sampai dengan 21
dindingnya sebatas setengah tinggi badan tahun. Dan itu masih dipergunakan oleh Lapas
orang pada umumnya. Lantai kamar terbuat Anak Blitar maupun Lapas Anak yang lain
dari keramik putih namun udara kamar terasa dimana anak-anak yang ada di Lapas Anak
lembab, dingin. Blitar berumur sampai dengan umur 21 tahun.
Di tengah-tengah bangunan Lapas Tabel 1
terdapat sumur yang biasa digunakan anak Umur Anak yang ada di Lapas Anak Blitar
untuk mandi, mencuci dan disampingnya ada NO UMUR JUMLAH PROSENTASE
mushola selain sebagai tempat ibadah juga 1. 13 - 18 Tahun 54 65,06 %
tempat anak untuk nongkrong sambil merokok 2. 19 – 21 Tahun 29 39,94 %
atau tidur. Untuk tempat nonton TV disediakan TOTAL 83 100 %
Sumber : Lapas Blitar, 2005
tersendiri oleh Lapas seperti rumah namun
lantainya sudah banyak yang rusak dan terbuat Dari data yang didapat, anak-anak yang
dari semen/plester. Di ruang karantina (atau berumur antara 13 – 18 tahun menempati
anak biasa terdapat lima kamar yang hanya peringkat yang paling tinggi yaitu 54 anak
cukup untuk satu orang, pada saat malam dingin (65.06 %) dan anak-anak yang berumur antara
dan pada saat siang sangat panas. Di ruang 19 – 21 tahun berjumlah 29 anak (34.94 %).
aula ada seperangkat gamelan yang biasa Meskipun ada anak-anak yang berumur 19 -
digunakan Lapas untuk pembinaan ketram- 21 tahun di dalam lapas anak tetapi perhatian
pilan, untuk ruang latihan musik juga disediakan untuk anak-anak yang berumur 13 – 18 tahun
oleh Lapas di dalamnya terdapat alat musik juga harus mendapatkan perhatian yang sama,
seperti drum, gitar, bass, ketipung. Hasil karena anak-anak yang berkonflik dengan
ketrampilan anak ditempatkan diruang koperasi hukum masih membutuhkan perhatian untuk
pegawai dan ruang inventaris dan pengolahan dapat terpenuhi hak-haknya. Salah satu hak
Ruang makan dan ruang dapur ber- yang seharusnya mendapat perhatian dari
dekatan. Di dalam ruang makan terdapat kursi pihak pemerintah maupun lembaga yang lain
dan meja makan yang ditata memanjang, kursi adalah hak anak untuk tumbuh dan
berhadap-hadapan dan tempat makan anak berkembang, perlindungan dari kekerasan baik
ditempatkan di wadah yang terbuat dari bahan dari teman sebayanya maupun dari petugas
aluminium dengan sendok plastik. Ruang lapas sendiri, serta masih banyak hak-hak yang
sekolah yang disediakan oleh lapas tidak selalu lain.
terpakai tiap hari. Bila dilihat dari tingkat pendidikan anak-
anak yang berada di dalam Lapas Anak Blitar
B. Profil Anak di Lapas Blitar mempunyai tingkat pendidikan yang bervariasi
Lapas Anak Blitar merupakan satu-satunya mulai dari tingkat SD – SMU, sebagian besar
Lapas Anak yang ada di Jawa Timur, dari anak-anak yang berada di dalam Lapas Anak
jumlah total 83 anak yang ada di Lapas Anak Blitar masih berstatus sebagai pelajar. Waktu
Blitar, rata-rata merupakan anak yang berasal kejadian mereka melakukan pelanggaran

68
Permasalahan dan Kebutuhan Anak di Lapas Anak Blitar (Yanuar Farida Wismayanti)

hukum. Untuk itu seharusnya anak-anak Jenis pekerjaan orang tua anak yang di
tersebut, meskipun melakukan pelanggaran LAPAS cenderung bervariasi, dan sebagian
hukum dan berada di dalam Lapas Anak, besar bekerja di sektor informal. Kondisi ini
mereka harus mendapatkan haknya untuk tentunya berpengaruh terhadap pemenuhan
dapat melanjutkan sekolahnya. Namun tidak kebutuhan hak dasar anak. Perkembangan kota-
semua anak-anak yang berada di dalam Lapas kota dan kompleksitas fungsinya tidaklah hanya
Anak Blitar waktu kejadian mereka melakukan memiliki fungsi ekonomi saja, tetapi juga
pelanggaran hukum bersekolah. berfungsi sebagai tempat tumbuhnya pusat
Tabel 2 interaksi yang mempengaruhi nilai dan norma
Status Pendidikan Anak-anak warga masyarakat lingkungan sosial tersebut
di Lapas Anak Blitar dapat mendukung maupun menolak semua
TINGKAT
perubahan yang tidak sesuai bahkan cenderung
NO JUMLAH PROSENTASE melanggar norma atau hukuman. Dalam hal
PENDIDIKAN
1 SD 45 54.21 % ini, kasus anak yang melakukan pelanggaran
2 SLTP 32 38,55 % hukum, memang sangat bervariasi mulai dari
3 SLTA 6 7,24 % pencurian, kesusilaan, narkotika, penipuan,
TOTAL 83 100 % penganiayaan sampai dengan pembunuhan.
Sumber : Lapas Anak Blitar, 2005
Tabel 4
Kalau melihat tingkat pendidikan anak- Jenis Kasus yang dialami Anak
anak yang berada di dalam Lapas Anak Blitar di Lapas Anak Blitar
tingkat pendidikan mereka sangat rendah
NO KASUS JUMLAH PROSENTASE
sebagian besar masih dalam tingkat sekolah
1 Pencurian 34 40,95 %
dasar, ini berarti menunjukan kebutuhan anak
2 Kesusilaan 33 39,75 %
untuk dapat memperoleh pendidikan yang
3 Pembunuhan 7 8,43 %
sesuai seperti yang diwajibkan oleh pemerintah
(wajib belajar 9 tahun) tidak dapat diperoleh 4 Penculikan 1 1,21 %
5 Penganiayaan 2 2,41 %
anak dikarenakan mereka harus berada di
6 Penggelapan 1 1,21 %
lapas. Sebenarnya anak-anak yang berada di
dalam Lapas Anak Blitar masih bisa mem- 7 Perampokan 2 2,41 %
peroleh pendidikan mulai dari SD – SMP tetapi 8 Penipuan 1 1,21 %
permasalahannya adalah anak-anak sendiri 9 Ketertiban 1 1,21 %
kurang ada minat untuk mengikuti pelajaran di 10 Penadahan 1 1,21 %
dalam Lapas. Selain itu guru yang terlibat TOTAL 83 100 %
Sumber : Lapas Anak Blitar, 2005
didalam sekolah yang ada di Lapas adalah
petugas-petugas Lapas sendiri. Latar belakang ekonomi dan lingkungan
Tabel 3
sangat mempengaruhi anak-anak berkonflik
dengan hukum, kalau kita melihat data diatas
Jenis Pekerjaan Orang Tua Anak
maka kasus pencurian menempati rangking
di Lapas Anak Blitar
tertinggi disusul dengan kasus kesusilaan, kasus
NO PEKERJAAN JUMLAH PROSENTASE pembunuhan, dan kasus-kasus yang lain.
1 Nelayan 2 2,41% Dalam kasus anak yang berhadapan dengan
2 Tani 18 21,68 % hukum, kehadiran oang tua atau wali anak
3 Becak 1 1,20 % mutlak dilakukan (Artikel 40 Konvensi Hak Anak,
4 Wiraswasta 10 12,05 % Bejing Rules butir 7.1 dan 10.1 mengenai Hak-
5 Supir 4 4,82 % Hak Anak). Diharapkan dengan hadirnya
6 Swasta 12 14,46 % orang tua sebagai pihak yang bertanggung-
7 Tukang 1 1,20 % jawab kepada anak, anak akan mendapatkan
8 Bengkel 1 1,20 % perlindungan dan pendampingan dalam
9 Lain-lain 34 40,96 % menghadapi penyelesaian kasusnya.
TOTAL 83 100 %
Sumber : Lapas Anak Blitar, 2005

69
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 12, No. 01, 2007 : 64-73

Tabel 5 lapas anak, atau kunjungan dari lembaga lain.


Kota Asal Anak-anak yang ada Tetapi hal ini tidak menjadi suatu masalah bagi
di Lapas Anak Blitar tim peneliti untuk menyelesaikannya. Dari hasil
Focus Group Discussion (FGD) dengan anak-
NO KOTA ASAL JUMLAH PROSENTASE
anak di Lapas Anak Blitar, maka diperoleh
1 Bojonegoro 2 2,4 %
2 Pasuruan 5 6,02 %
beberapa permasalahan yang di alami anak-
3 Tulungagung 6 7,23 %
anak selama di Lapas. Di antaranya ada
4 Malang 26 31,33 %
beberapa permasalahan yang bersifat internal
5 Blitar 28 33,73 % yaitu :
6 Probolinggo 2 2,4 % 1. Ada dua tempat yang dianggap anak-
7 Mojokerto 1 1,2 % anak merupakan tempat yang tidak
8 Kediri 2 2,4 %
nyaman, yaitu KPLP (Kesatuan Pe-
9 Jombang 3 3,61 %
ngamanan Lembaga Pemasyarakatan)
10 Jember 1 1,2 %
dan tempat pengasingan. Untuk Ruang
11 Sidoajo 1 1,2 %
12 Surabaya 3 3,61 %
pengasingan terlalu lembab, dingin, dan
13 Banyuwangi 1 1,2 % ada 5 kamar di dalamnya. Selama dalam
14 Lumajang 1 1,2 % ruang pengasingan sering terjadi
15 Gresik 1 1,2 % perlakuan keras
TOTAL 83 100 % 2. Anak baru sering dikompas yaitu dimintain
Sumber : Lapas Anak Blitar, 2005 uang, makanan, rokok, dan lainnya,
Dari jumlah total 83 anak yang ada di dipukul, pelecehan seksual oleh anak yang
Lapas Anak Blitar, 33.73 % adalah anak-anak lebih besar serta ada kediktatoran dari
yang berasal dari kota sekitar Blitar, 31.33 % sebagian regu jaga. Juga Ada sistem
berasal dari kota sekitar Malang, 7.23 % senior dan yunior diantara anak binaan.
berasal dari kota sekitar Tulungagung, 6.02 % Serta sistem upeti baik pada senior maupun
berasal dari Kota Pasuruan, dan masih banyak pada petugas setelah ada besukan/
kota lagi tempat asal anak-anak tersebut. kunjungan.
Kabupaten Blitar dan Malang menempati 3. Ada anak-anak yang tidak sekolah
rangking yang tertinggi untuk anak yang sehingga waktunya dihabiskan untuk
berkonflik dengan hukum, itu bukan merupakan merokok, nonton tv, dan nongkrong.
tolak ukur bahwa kedua kabupaten tersebut 4. Merasa jenuh dengan jadwal yang sudah
banyak anak-anak yang melakukan perbuatan dibikin karena kegiatan anak-anak
melanggar hukum. Tetapi sebenarnya di monoton, dan malam hari tidak ada
kabupaten/kota lainnya kasus anak yang aktivitas yang berarti.
melakukan pelanggaran hukum juga banyak 5. Terlalu banyak aturan, di antaranya tidak
tetapi lama putusan pengadilan dan keputusan boleh makan di blok, waktu apel lebih
dari hakim mempengaruhi dimana anak-anak banyak dari pada lapas dewasa, waktu
yang melanggar hukum tersebut akan di tahan. masuk sel blok terlalu siang sehingga
Belum adanya tahanan khusus anak di masing- didalam sering kelaparan dan kehausan
masing kabupaten/kota menyebabkan anak-
anak yang telah melakukan pelanggaran 6. Banyak terjadi kekerasan terhadap anak
hukum akan dicampur dengan tahanan didik di dalam lapas anak yang dilakukan
dewasa, hal ini menyebabkan anak-anak akan oleh petugas.
mengalami kekerasan dari tahanan dewasa. 7. Fasilitas Lapas anak yang terbatas di
antaranya air mandi tidak bersih/kotor/
C. Permasalahan Anak di Lapas Anak keruh, WC/ toilet kamar bau tidak sedap
Blitar dan sering tidak ada air, air minum untuk
malam hari tidak ada, sehingga minum
Selama proses pelaksanaan Focus Group air sumur.
Discussion (FGD) dengan anak-anak bisa
8. Petugas dalam menyelesaikan masalah
berlangsung dengan baik lancar meskipun ada
anak sering pilih kasih dan memihak pada
sedikit atau beberapa kendala, misalnya
anak yang sering dibesuk saja, petugas
adanya tamu dan pengawasan dari pihak

70
Permasalahan dan Kebutuhan Anak di Lapas Anak Blitar (Yanuar Farida Wismayanti)

sering mau menangnya sendiri/otoriter, 6. Kegiatan lain yang sesuai dengan bakat
beberapa petugas tidak selalu peduli dan minatnya,
dengan kesehatan anak sakit sehingga 7. Hiburan pada saat di dalam blok,
anak berusaha mengobati dirinya sendiri.
8. Dapat meneruskan sekolahnya kembali,
9. Waktu makan sering terlambat dan menu
9. Di beri Grasi sehingga anak-anak tersebut
makanan kurang enak.
bisa cepat pulang,
10. Masih ada tindakan pelecehan seksual
10. Orang tua maupun keluarga dekatnya
khususnya pada anak baru, seperti disuruh
mau mengunjunginya,
onani.
11. Penguatan psikologis anak sehingga anak-
Sedangkan permasalahan eksternal yang anak tidak merasa bersalah,
dihadapi anak-anak di Lapas Anak Blitar antara
12. Anak-anak mengharapkan orang tuanya
lain :
mengusahakan Grasi bagi dirinya.
1. Anak-anak malu dengan keluarga dan
tetangga karena merasa melakukan Kebutuhan eksternal anak lapas (setelah
perbuatan yang melanggar hukum hingga lepas dari Lapas Anak) diantaranya :
sampai menjadi tahanan. 1. Keluar dari lapas segera dapat bekerja
2. Pengaruh lingkungan dan teman sehingga untuk persiapan mereka menikah.
anak-anak melakukan pelanggaran 2. Sebagian anak-anak akan pulang ke
hukum. rumah untuk memperbaiki perbuatannya
3. Faktor ekonomi dan pendidikan yang dan tidak akan mengulang kembali,
rendah Sehingga anak-anak bisa segera kembali
ke keluarga dan masyarakat serta dapat
4. Kurang perhatian dari orang tua dan or-
diterima kembali dilingkungannya.
ang tua lebih mementingkan pekerjaannya
3. Anak-anak ingin menjadi anak yang baik
5. Ada anak yang dendam sehingga dia
dan tidak akan mengulangi perbuatannya
melakukan perbuatan yang melanggar
kembali.
hukum.
4. Anak-anak mempunyai cita-cita setelah
D. Kebutuhan Anak di Lapas Anak Blitar keluar dari LAPAS, contohnya ingin menjadi
cerpenis, instruktur atau pengajar.
Dari permasalahan yang muncul,baik
permasalahan internal maupun permasalahan 5. Ingin menjadi orang benar dan jujur,
eksternal ada kebutuhan yang diharapkan anak sembahyang di mesjid dan mengaji.
meliputi kebutuhan internal dan eksternal. Untuk Melihat dari hasil kebutuhan yang
kebutuhan internal anak di lapas anak meliputi: diharapkan oleh anak-anak, maka dapat dilihat
1. Anak-anak mengharapkan untuk masuk ke bahwa permasalahan lebih besar dari pada
blok tidak terlalu siang sehingga waktu kebutuhan yang harus terpenuhi. Untuk itu
anak didalam tidak terlalu lama dan anak- merupakan suatu kewajiban dari kita semua
anak merasa jenuh bila lama-lama baik dari instansi pemerintah, Perguruan Tinggi,
dikamar. dan Lembaga-Lembaga kemasyarakatan untuk
dapat segera membantu permasalahan yang
2. Anak-anak menginginkan ada kantin sering dihadapi oleh anak-anak ini. Kalau kita
didalam lapas sehingga anak-anak tidak mau melihat lagi permasalahan yang muncul
harus minta tolong petugas untuk beli dari anak-anak tersebut maka ada beberapa
makanan maupun rokok, kebutuhan-kebutuhan yang sebenarnya bisa
3. Ketersediaan klinik dan obat karena atau dapat dipenuhi oleh kita bersama.
banyak anak yang sakit, Kebutuhan yang diperlukan oleh anak seperti
4. Ketersediaan air bersih bagi anak-anak di yang terlihat di atas merupakan suatu rangkaian
dalam lapas anak untuk kepentingan yang tidak terpisah dari apa yang menjadi
minum dan mandi, sumber masalah yang menjadi penyebab
5. Perhatian dari petugas untuk sekedar munculnya masalah tersebut, tetapi yang perlu
membicarakan permasalahan yang diperhatikan adalah bagaimana membantu
dihadapi anak, mengatasi permasalahan tersebut dengan

71
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 12, No. 01, 2007 : 64-73

melibatkan beberapa pihak. b. Kebutuhan Psikis


Seperti anak dapat menceritakan
V. PENUTUP persoalannya kepada petugas
secara terbuka,konsultasi psikologi
A. Kesimpulan untuk meminimalkan rasa bersalah,
Dari hal-hal yang telah diuraikan di atas, anak ingin cepat pulang, ingin
maka dapat dikemukakan beberapa temuan mendapat grasi,anak ingin keluarga
pokok yang merupakan kesimpulan yaitu : mengunjungi dan mengupayakan
grasi baginya, ingin menjadi cerpenis
1. Masalah Anak di LAPAS dan instruktur/guru
a. Masalah Pemenuhan kebutuhan fisik c. Kebutuhan Sosial
Terbatasnya fasilitas umum bagi Anak dapat mengembangkan minat
anak-anak di Lapas, seperti WC, dan bakatnya, anak membutuhkan
kamar mandi, dan ruangan/kamar pengakuan dari keluarga sebagai
tahanan. Selain itu juga adanya orang yang baik dan jujur, anak
tempat/kamar pengasingan bagi dapat kembali/diterima masyarakat
anak yang melanggar dengan dan keluarga, anak ingin menikah,
kondisi yang sangat tidak layak. dapat bekerja, dan dapat sekolah
Termasuk masalah pemenuhan lagi
makanan bagi anak yang tidak
memenuhi gizi. B. Rekomendasi
b. Masalah Pemenuhan kebutuhan Masalah anak yang berkonflik dengan
psikis hukum perlu mendapatkan pengayoman
sebagaimana seharusnya , sehingga hak-hak
Tidak adanya pelayanan konseling mereka dapat terpenuhi sesuai dengan
bagi anak, serta seringnya terjadi konvensi, konstitusi dan peraturan perundang-
kasus kekerasan antar anak undangan yang berlaku serta memperoleh hak
menyebabkan kondisi psikis anak untuk tumbuh kembangnya dan hak
tertekan, termasuk kekerasan seksual. perlindungan yang wajar dari moral, mental,
dan sosialnya. Tetapi, dengan menyadari
c. Masalah Pemenuhan kebutuhan
sosial bahwa jumlah anak-anak yang berkonflik
dengan hukum dari tahun ke tahun semakin
Kesempatan anak untuk berinteraksi meningkat, maka sudah menjadi kewajiban kita
dengan lingkungan di dalam lapas bersama untuk segera mengambil langkah-
yang tidak Child friendly bagi anak langkah yang dibutuhkan untuk mewujudkan
juga sangat mempengaruhi sebuah model pembinaan Lapas Anak yang
pemenuhan kebutuhan sosialnya. ramah terhadap anak. Untuk itu ada beberapa
Termasuk penerimaan anak pasca hal yang dapat digunakan sebagai upaya
keluar dari Lapas juga masih ada penangganan permasalahan tersebut antara
masalah karena belum diterima lain :
dengan baik oleh lingkungan
masyarakat sekitar. 1. Untuk masalah pemenuhan kebutuhan
anak secara fisik maka perlu diupayakan
2. Kebutuhan Anak di LAPAS adanya kerjasama dari pihak-pihak yang
berkompeten dalam penanganannya
a. Kebutuhan Fisik dan biologis
misalnya untuk kebutuhan perawatan dan
Seperti pelayanan medis, peng- pengobatan melibatkan dinas kesehatan
obatan, kebutuhan air yang sehat setempat dengan mengoptimalkan
untuk mandi dan minum, menu yang
bergizi, kantin.

72
Permasalahan dan Kebutuhan Anak di Lapas Anak Blitar (Yanuar Farida Wismayanti)

pelayanan di lapas dalam hal penyediaan 2. Permasalahan anak yang berkaitan


obat,pelayanan medis dan pelayanan dengan kebutuhan psikis perlu adanya
menu yang sehat, pemenuhan kebutuhan kesadaran dari pihak lapas untuk
air bersih untuk penyediaan air memperhatikan kebutuhan anak untuk
bersih,melibatkan pihak yang berada di didengar, sosialisasi tentang hak-hak anak,
lapas untuk memberikan penyediaan adanya tenaga konselor, adanya tempat
kantin didalam lapas yang diusahakan bagi anak untuk berbagi cerita, mencoba
dari dan untuk anak. untuk mengevaluasi aturan/kebijaksanaan
yang berlaku didalam lapas.

DAFTAR PUSTAKA
B.Mujiyadi, dkk, 2005, Analisis Cost Effectiveness Pelayanan Sosial Anak, Jakarta, Puslitbang Depsos.
Dedy Mulyana, MA, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosdakarya
Endang Sumiarni, Dr , 2003, Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Hukum Pidana, Yogyakarta,
Universitas Atma Jaya
Elizabeth B. Hurlock, 1997, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta. Erlangga
Ima Susilowati,dkk, 1999, Konvensi Hak Anak, Yogyakarta, Sahabat Remaja PKBI-UNICEF
Jufri Bulian Ababil, 2006, Raju yang Diburu, Buruknya Peradilan Anak di Indonesia, Bantul, Pondok
Edukasi.
Nuryoto, Sartini. 1995. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta, UGM
................., Undang-Undang No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak
................., Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak
…………..., Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor M.06.UM.01.06 Tahun 1983 tentang Tata Tertib
Persidangan dan Tata Ruang Sidang.

BIODATA PENULIS:
Yanuar Farida Wismayanti, staf pada Bidang Kerjasama dan Publikasi pada Pusat Penelitian
dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial,
Departemen Sosial Republik Indonesia.

73

Anda mungkin juga menyukai