Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN MATERIAL

MODUL 2
PENGUJIAN LENTUR

Nama : Abdul Aziz


NIM : 16525024
Kelas : A1
Asisten : Erick
Hari / Tanggal : Senin, 16-04-2018

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017/2018

I. Tujuan Praktikum
1 Mahasiswa mampu melakukan pengujian lentur untuk menentukan sifat mekanika bahan
2 Mahasiswa mampu menetukan nilai keleturan dan modulus elastisitas bahan berdasarkan
hasil pengujian

II. Dasar teori


Uji lengkung ( bending test ) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk menentukan
mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending digunakan untuk mengukur kekuatan
material akibat pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan las baik di weld metal maupun
HAZ. Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada beberapa factor yang harus
diperhatikan, yaitu  :
1.                  Kekuatan tarik ( Tensile Strength )
2.                  Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C.
3.                  Tegangan luluh ( yield ).
Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji bending dibedakan menjadi 2 yaitu transversal
bending dan longitudinal bending.

A Transversal Bending.
Pada transversal bending ini, pengambilan spesimen tegak lurus dengan arah pengelasan.
Berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian transversal bending dibagi
menjadi tiga  :
 Face  Bend ( Bending pada permukaan las )
Dikatakan face bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las
 mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan ( gambar 5.1 ). Pengamatan
dilakukan pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik. Apakah timbul retak atau tidak.
Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau di fussion line (garis
perbatasan WM dan HAZ ).
 Root Bend ( Bending pada akar las )
Dikatakan roote bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami tegangan tarik dan
dasar las mengalami tegangan tekan ( gambar 5.2 ).
Pengamatan dilakukan pada akar las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau
tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal. HAZ atau di fusion line (garis
perbatasan WM dan HAZ)

 Side Bend ( Bending pada sisi las ).


Dikatakan side bend jika bending dilakukan pada sisi las ( gambar 5.3 ).
Pengujian ini dilakukan jika ketebalan material yang di las lebih besar dari 3/4 inchi (19 mm).
Pengamatan dilakukan pada sisi las tersebut, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak
dimanakah letaknya,apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan
HAZ).
B Longitudinal Bending
       Pada longitudinal bending ini, pengambilan spesimen searah dengan arah pengelasan
berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian longitudinal bending dibagi
menjadi dua :
 Face  Bend (Bending pada permukaan las)
Dikatakan face bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las mengalami tegangan tarik
dan dasar las mengalami tegangan tekan ( gambar 5.4 ). Pengamatan dilakukan pada permukaan
las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah
letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).

 Root Bend (Bending pada akar las)


Dikatakan root bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami tegangan tarik dan
dasar las mengalami tegangan tekan ( gambar 5.5 ). Pengamatan dilakukan pada akar las yang
mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya,
apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ). [ CITATION
Den18 \l 1033 ]
III.Alat dan Bahan

Gambar 2.1 Specimen B (Baja)

(Sumber : Lab. FTSP)

Gambar 2.2 Jangka Sorong

(Sumber : Lab. Proses Produksi)


Gambar 2.3 Shimadzu UMH-30 Unniversal Testing Machine
(Sumber : Lab. FTSP)

IV. Langkah Kerja


1 Menyiapkan benda uji dan mengamati apakah terdapat bagian yang cacat atau tidak
2 Mengukur dimensi benda uji menggunakan jangka sorong contoh : Panjang, Lebar dan
Tinggi
3 Memberi tanda/titik/garis pada benda uji untuk memudahkan pemasanagan pada
tumpuan
4 Memasanag benda uji diatas kedua tumpuan dan menurunkan penekan hingga menyentuh
benda uji
5 Mengukur jarak tumpuan dan jarak beban terhadap masing-masing tumpuan
6 Memasang dial indicator dibawah benda uji untuk mencatat defleksi yang terjadi
7 Melakukan pengujian dengan dipandu teknisi/laboran/asisten dengan mencatat semua
data hasil bena uji
V. Analisi dan Pembahasan
Data benda uji
Hasil Pengujian Lentur

Momen lentur yang terjadi pada pengujian tiga titik adalah :

P.L
M=
4

595. 400
=59500 Kgf . mm=59,5 kgf . m
4

Mornen inersia penampang lentur untuk penampang berbentuk poros pejal dengan lebar
(b) dan tinggi (h) adalah :

1
l= . b . h3
12
1
.11,48 .(11,48)3=1447,39 kg m2
12

Untuk tegangan lentur (σ f ) – Flexural Stress yang terjadi adalah :

M.y
σ f=
l

59,5 .5,74
σ f= =0,23 kgf /m 2
1447,39

VI. Kesimpulan
1 Pengujian lentur dengan dua titik pembebanan dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan
dalam melaksanakan pengujian kuat lentur beton di laboratorium untuk memperoleh nilai
kuat lentur beton normal guna keperluan perencanaan dan pelaksanaan.

VII. Daftar Pustaka

Hadyansyah, D. A. (2014). Retrieved 05 20, 2018, from


https://www.scribd.com/doc/294175730/Bending-Test

Anda mungkin juga menyukai