Anda di halaman 1dari 8

Tugas Pertemuan 8

Tugas 8 Tanggap Darurat Kebakaran

Nama : Asih Sriyanti


Nim : 20190301096
Soal !
1. Jelaskan tahapan manajemen kebakaran!
Jawab :
Manajemen kebakaran dilaksanakan dalam 3 tahapan yang dimulai dari pencegahan,
penanggulangan kebakaran dan rehabilitasnya :
Pencegahan
Langkah-langkah yang dilakukan sebelum kebakaran terjadi atau disebut juga pencegahan
kebakaran (fire prevention). Pencegahan kebakaran merupakan tahap stategis, karena dilakukan
agar mencegah agat kebakaran tidak terjadi. Dalam kenyataan, langkah ini paling sering
diabaikan atau tidak mendapat perhatian oleh semua pihak.
Upaya yang dilakukan, misalnya menetapkan kebijakan, melakukan pelatihan, rancangan
bangun, membuat analisa risiko kebakaran dan prosedur keselamatan.
Pada tahap pencegahan ini dilakukan 3 E yaitu engeenering, Education, dan Enforcement, yaitu :
a. Engineering, adalah perancangan sistem manajemen kebakaran yang baik, termaskud
sarana proteksi kebakaran mulai sejak rancangan bangun sampai pengoperasian fasilitas.
b. Education, adalah upaya pembinaan keterampilan, keahlian, kemampuan dan kepedulian
mengenai kabakaran, termaksud tata cara memadamkan kebakaran dan membina budaya
sadar kebakaran.
c. Enforcement, adalah upaya penegakan prosedur, perundangan atau ketentuan mengenai
kebakaran yang belaku tinggi organisasi. Enforcement dapat dilakukan secara eksternal
oleh pihak eksternal seperti instansi pemerintahan dalam memantau pelaksanaan
perundangan dan ketentuan mengenai kebakaran.
Penanggulangan Kebakaran
Tahap berikutnya adalah saat kebakaran terjadi atau disebut juga fire fighting. Tahap ini
merupakan langkah kunci untuk menanggulangi dan memadamkan kebakaran secepat mungkin
hingga korban dan kerugian dapat dicegah. Dalam fase ini dikembangkan sistem tanggap darurat
yang baik dan efektif, sehingga kebakaran dapat dipadamkan dengan cepat sebelum sempat
membesar. Fase ini juga berkaitan denganfungsinya sistem proteksi kebakaran yang dipasang
atau disediakan didalam fasilitas. Sistem pemadam otomatis misalnya, diharapkan akan bekerja
sesuai peruntukannya. Dengan demikian api dapat dipadamkan dengan segera
Rehabilitas
Langkah ini dilakukan setelah kebakaran terjadi yaitu fase rehabilitasi dan rekonstruksi dampak
kebakaran. Kegiatan operasi harus dipulihkan kembali, korban harus dirawat dan dikembalikan
kesehatannya seperti semula, keluarga korban diberi santunan dan dukungan agar tidak
menderita. Termaskud dalam fase ini adalah melakukan investigasi atau penyelidikan kebakaran
untuk mengetahui faktor penyebabnya. Penyelidikan ini sangat penting dilakukan dengan segera
setelah kebakaran terjadi, untuk menghindarkan hilangnya bukti atau fakta kejadian. Hasil
penyelidikan ini hendaknya diginakan sebagai masukan dalam menyusun kebijakan, peraturan,
standart atau pedoman bagi semua pihak. Tanpa adanya lesson learn ini, program pencegahan
kebakaran tidak akan berjalan dengan efektif.
2. Jelaskan jenis audit manajemen kebakaran!
Jawab :
a. Audit sistem manajemen kebakaran (management system audit) untuk melihat sistem
pelaksanaan dan pengelolaan kebakaran.
b. Audit pemenhan perundangan (compliance audit), yaitu mengaudit kesesuaian pelaksanaan
perundangan atau standar yang berlaku dalam bidang kebakaran.
c. Audit teknis (technical audit), yaitu mengaudit kondisi teknis tertentu, misalnya audit
bangunan gedung, pompa kebakaran dan lainnya.

Tugas 8 SMK3
Nama : Asih Sriyanti
Nim :20190301096
Soal !
1. Berikan contoh pelaksanaan tahap perencanaan dalam SMK3
Jawab :
Tahapan Perencanaan SMK3 Konstruksi, sebagai berikut :
a. Tahap Pra Konstruksi
Tahap pra konstruksi terdiri dari 3 macam pekerjaan, yaitu tahapan rancangan
konseptual, tahapan penyusunan DED (Detailed Engineering Design), dan tahapan
penyusunan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa. Dari ketiga tahap tersebut.
Tahapan penyusunan dokumen pemilihan barang/jasa merupakan pintu masuk dalam
penerapan K3. Tugas penyedia jasa pekerja pra konstruksi seperti studi kelayakan, studi
identifikasi dan desain adalah mengidentifikasi dan menganalisis tingkat risiko K3 dari
kegiatan yang akan dilaksanakan.

b. Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa


Tugas tanggung jawab penyedia jasa perencanaan konstruksi meliputi membuat telaan
aspek K3 dalam perencanaan pekerjaan konstruksi. Implikasinya adalah penyedia jasa
perencana konstruksi harus memiliki Ahli K3 Konstruksi yang memiliki tugas dan
tanggung jawab melakukan mengidentifikasi dan menganalisis tingkat risiko K3 dari
kegiatan atau proyek yang akan dilaksanakan termasuk biaya penyelenggaraan K3
Konstruksi.

c. Tahap Pelaksanaan Konstruksi


Pada tahap awal pelaksanaan konstruksi dilakukan presentasi RK3K, telaah, dan
pengesahan RK3K yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen kontrak
konstruksi dan menjadi acuan penerapan dan acuan evaluasi.kinerja SMK3 Konstruksi.

Pada tahap pelaksanaan konstruksi, penyedia jasa wajib mengikutsertakan pekerjanya


dalam program perlindungan tenaga kerja selama kegiatan pekerjaan konstruksi. Program
perlindungan tenaga kerja sekurang kurangnya program jaminan kecelakaan kerja dan
jaminan kematian sebagaimana diatur dalam PP No 44 tahun 2015.

d. Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan


Pada tahap serah terima pekerjaan diakukan uji coba dan laik fungsi sistem atau
bangunan. Penerapan K3 Konstruksi pada tahap ini, selain di susun prosedur penerapan
K3 pada pekerjaan uji coba dan laik fungsi juga disusun laporan hasil akhir penerapan K3
untuk memastikan bahwa RK3K yang disepakati sudah dilaksanakan dengan baik.
Laporan akhir hasil penerapan K3 hasil kinerja SMK3, statistik kecelakaan dan penyaki
akibat kerja, laporan-laporan kejadian kecelakaan kerja dan usulan perbaikan SMK3
untuk proyek sejenis yang akan datang. Laporan tersebut harus dipenuhi dalam
persayaratan serah terima pekerjaan.

Tugas 8 PKK
Nama : Asih Sriyanti
Nim :20190301096
Soal !
PT ABC merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pergudangan. Setiap
harinya terdapat sekitar 200 karyawan yang bekerja di area Gudang logistic yang
bekerja dengan metode manual handling. Hasil analisis pada 6 bulan pertama di tahun
2020 menunjukkan bahwa terjadi penurunan produktivitas kerja, berdasarkan hasil
evaluasi diketahui bahwa 67% pekerja menyampaikan keluhan terkait kelelahan kerja.

Lakukan analisis kebutuhan Program kebugaran untuk menyelesaikan permasalahn di


atas!
Jawab :
Program keafiatan di tempat kerja (Worksite Wellness Program) merupakan program kesehatan
yang ditujukan bagi pekerja yang melakukan upaya promosi dan dukungan untuk kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan bagi pekerja.
Pengembangan program ini secara umum ditujukan untuk meningkatkan kesehatan staf, moral,
dan produktivitas serta untuk memberi dukungan bagi pekerja untuk melakukan gaya hidup sehat
sehingga dapat menjadi panutan bagi pekerja lain di sekelilingnya.
Melalui program keafiatan bagi pekerja yang terdiri dari pengelolaan aktivitas fisik dan
pencapaian kebugaran jasmani, gizi seimbang, upaya berhenti merokok dan pengelolaan stres
dipantau secara berkesinambungan.
Hal-hal penting yang harus digarisbawahi pada pelaksanaan program ini adalah:
1. Dukungan manajemen puncak, termasuk dukungan filosofis dan dukungan dalam hal staf dan
fasilitas.
2. Serikat kerja harusnya mendukung program yang baik dan ikut berpartisipasi di dalamnya.
3. Hasil terbesar yang dapat diterima dari promosi kesehatan ini tidak tercipta secara seketika,
tapidari usaha yang terus-menerus, dan oleh karena itu dibutuhkan komitmen jangka panjang.
4. Keterlibatan pekerja yang luas dan terus-menerus seharusnya tidak hanya dalam perencanaan
awal, tapi juga dalam pelaksanaan dan pemeliharaan, sehingga dapat memastikan partisipasi
pekerja di dalamnya.
5. Dengan jelas menyatakan tujuan program adalah memberikan fondasi yang kokoh untuk
program.
6. Pekerja harus mampu berpartisipasi dengan bebas tanpa tekanan maupun stigma.
7. Kerahasiaan pekerja harus dapat dijaga, sehingga partisipasi pekerja dalam cara apapun tidak
akan mempengaruhi keberadaan mereka di dalam organisasi.
Mengacu pada hal tersebut di atas, maka kegiatan keafiatan bagi pekerja ditekankan kepada 4
bidang, yaitu:
A. Aktivitas fisik di tempat kerja
B. Perilaku gizi di tempat kerja
C. Kesehatan jiwa di tempat kerja
D. Pengendalian merokok di tempat kerja

Tugas 8 Surveilans
Nama : Asih Sriyanti
Nim :20190301096
Soal !
1. Berikan argumentum (didukung data pendukung) mengenai bagaimana pelaksanaan
surveilans AFP dan Tetanus di Indonesia!
Jawab :
Surveilans AFP menunjukkan penurunan peforma dalam penemuan kasus AFP sebesar 56.8%
selama pandemi COVID-19 (Januari sampai dengan Mei 2020) dibandingkan data tahun 2019.
Berdasarkan data minggu ke 26 2020, Non Polio AFP rate sebesar 0.44 dengan spesimen adekuat
sebesar 78.8%. Sedangkan, untuk surveilans polio lingkungan terdapat 6 dari 11 site (64%) tidak
melakukan pengumpulan dan pemeriksaan sampel selama pandemi COVID-19.
Insiden atau angka kejadian tetanus pada masyarakat kurang dari 1 tetanus neonatorum (TN)
dalam 1000 kelahiran hidup pada setiap Kabupaten/kota.
2. Sebutkan kendala dalam pelaksanaan surveilans AFP dan Tetanus di Indonesia!
Jawab :
Masih terdapat beberapa kendala pada sistem pencatatan dan pelaporan yang menyebabkan
pencatatan register yang kurang lengkap sehingga belum dapat memberikan keluaran yang
berkualitas. Pengembangan pencatatan dan pelaporan tersebut dapat menghasilkan informasi
berupa laporan rutin baik bulanan atau tahunan sesuai dengan standar yang telah di tetapkan.

3. Berikan solusi atas kendala dalam pelaksanaan surveilans AFP dan Tetanus di Indonesia!
Jawab :
a. Meningkatkan kelengkapan zero reporting puskesmas dan rumah sakit
b. Meningkatkan sensitifitas surveilans AFP pada daerah crossnotifikasi.
c. Memperbaiki & melengkapi sistim pencatatan dan pelaporan  PD3.I ( Campak, Tetanus
Neonatorum dan Difteri ).
d. Meningkatkan upaya sosialiasi dan advokasi tentang surveilans AFP & PD3.I.
Tugas 8 Laboratorium
Nama : Asih Sriyanti
Nim :20190301096
Soal !
Jelaskan lokasi pemasangan alat ukur getaran pada pekerja di tempat kerja misalnya forklift
truck driver untuk 2 jenis getaran yang Anda ketahui!
Jawab :
• Whole body vibration : pemaparan seluruh tubuh terhadap getaran, pada saat pekerja
sedang berdiri, atau getaran yang dirasakan pada saat pekerja duduk
• Hand Arm Vibration : pemaparan yang bersifat segmental yaitu hanya bagian tubuh
tertentu (misalnya : lengan dan bahu) yang mengalami kontak dengan sumber getaran

Tugas 8 Epidemiologi
Nama : Asih Sriyanti
Nim :20190301096
Soal !
1. Bagaimana kejadian Hipertensi di Indonesia?

Jawab :

Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka


kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) yang dilakukan Kementerian Kesehatan tahun 2018 menghasilkan peningkatan
kejadian hipertensi dibandingkan hasil pada tahun 2013. 
2. Jelaskan bagaimana kebiasaan merokok, konsumsi alcohol dan kelainan spesifik seperti pada ginjal
dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena Hipertensi!

Jawab :

Merokok dapat merusak jantung dan pembuluh darah Anda. Selain itu nikotin dapat
meningkatkan tekanan darah, dan menghirup karbon monoksida yang dihasilkan dari asap
rokok akan mengurangi jumlah oksigen yang bisa dibawa oleh darah.

Akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.
Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau
memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah.
3. Berikan Argumentum Anda mengenai bagaimana pelaksanaan pencegahan dan pengendalian
Hipertensi di Indonesia! Sertakan data pendukung

Jawab :

Upaya yang telah dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian Hipertensi diantaranya adalah
meningkatkan promosi kesehatan melalui KIE dalam pengendalian Hipertensi dengan perilaku
CERDIK dan PATUH; meningkatkan pencegahan dan pengendalian Hipertensi berbasis
masyarakat dengan Self Awareness melalui pengukuran tekanan darah secara rutin; penguatan
pelayanan kesehatan khususnya Hipertensi.

Kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah menyelenggarakan ''Bulan Pengukuran Tekanan


Darah'' yang dimulai Mei Juni 2019 bekerja sama dengan organisasi profesi seperti Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskuler Indonesia (PERKI), dan Perhimpunan Hipertensi Indonesia (PERHI),
melaksanakan sosialisasi dan diseminasi informasi tentang Hipertensi melalui berbagai media
cetak, elektronik, dan media tradisional serta pemasangan spanduk, umbul-umbul berisi pesan
tentang Hipertensi.
prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3%
orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi
sehingga tidak mendapatkan pengobatan.

Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita hipertensi merasa sehat
(59,8%), kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%), minum obat tradisional (14,5%), menggunakan
terapi lain (12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat efek samping obat
(4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%).

Anda mungkin juga menyukai