Anda di halaman 1dari 7

SISTEM EKONOMI INDONESIA

KELOMPOK 7 :

KHOFIFAH HIJRIAH KAMAL E011181334


MUH. ASHABUL KAHFI E011181336
MUH JANUARIBU AKBAR E011181337
REVALINO YESAYA BUNGA E011181339
MUH. FADLI AZHIMIASGAR E011181340

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018
3.1 PENGERTIAN SISTEM
Pada dasarnya suatu “organisasi besar” menjalin berbagai sumber atau
objek serta perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan tertentu. Subjek atau
objek merupakan sebuah pembentuk sistem dapat berupa orang-orang atau
masyarakat, untuk sistem sosial dan sistem kemasyarakatan; makhluk hidup dan
benda alam, untuk suatu sistem kehidupan atau sistem lingkungan; barang atau
alat, untuk suatu sistem peralatan; data, catatan, atau kumpulan fakta, untuk
suatu sistem informasi; atau bahkan kombinasi dari subjek/objek tersebut.

Kehadiran subjek atau objek semata belum cukup untuk membentuk


sebuah sistem, sistem jika dikatakan lengkap bila perangkat kelembagaan yang
mengatur dan menjalin tentang bagaimana subjek/objek yang ada bekerja,
berhubungan, dan berjalan atau dijalankan. Perangkat kelembagaan yang
dimaksud meliputi lembaga atau wadah tempat subjek/objek serta kaidah atau
norma yang mengatur hubungan subjek/objek tersebut agar serasi.

Keserasian antara subjek dan objek menjadi bagian atau syarat sebuah
sistem karena, sebagai “organisasi” , setiap sistem tentu mempunyai tujuan
tertentu. Keserasian itulah yang akan dijadikan petunjuk apakah sistem dapat
berjalan sehingga pada gilirannya kelak akan tercapai atau tidak. Guna
membentuk dan memelihara keserasian dibutuhkan kaidah atau norma tertentu
yaitu berupa aturan dan peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Contohnya aturan-aturan dalam suatu sistem kekerabatan, peraturan dalam
suatu sistem politik atau pemerintahan. Kaidah itu juga bisa berupa ketentuan
teknis, untuk suatu sistem yang menjalin hubungan antarkomponen sebuah alat
atau perlengkapan.

Sebuah sistem sesederhana apapun, senantiasa mengandung kadar


kompleksitas tertentu. Yang jelas sebuah sistem adalah jalinan semua itu,
mencakup subjek atau objek dan perangkat kelembagaan yang membentuknya.
Setiap sistem jika diurai pada dasarnya selalu mempunyai atau dapat dipilah
menjadi beberapa sub-sistem, yakni sistem lebih kecil yang merupakan bagian
dari dirinya sebaliknya,setiap sistem pada hakekatnya senantiasa merupakan
bagian dari suprasistem, yakni sebuah sistem lebih besar kemana ia menginduk
dan seringkali sebuah sistem tidak dapat berdiri sendiri melainkan terkait dengan
sistem lain yang dimana polanya sangat bervariasi .

Kesadaran bahwa sistem dapat atau sering berkaitan, itu perlu. Agar dapat
terhindar dari perangkat kepicikan yakni, memandang sesuatu secara tegar hanya
berdasarkan tinjauan sempit sebuah bidang berbeda jika terdapat kesadaran akan
memperluas wawasan yakni, memandang secara arif berdasarkan pemahaman
lintas bidang.

3.2 SISTEM EKONOMI DAN SISTEM POLITIK


Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang mengatur serta menjalin
hubungan ekonomi antarmanusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu
tatanan kehidupan. Terdiri dari unsur manusia sebagai subjek; barang-barang
ekonomi sebagai objek; serta seperangkat kelembagaan yang mengatur dan
menjalinnya dalam kegiatan berekonomi. Perangkat yang dimaksud meliputi
lembaga ekonomi (formal maupun non-formal); cara kerja; mekanisme
hubungan; hukum dan peraturan perekonomian; serta kaidah dan norma lain
(tertulis maupun tidak tertulis). Jadi, dalam perangkat kelembagaan meliputi
kebiasaan, perilaku, dan etika masyarakat; sebagaimana diterapkan dalam
berbagai aktivitas yang berkenaan dengan pemanfaatan sumberdaya bagi
pemenuhan kebutuhan.

Sistem ekonomi juga tidak berdiri sendiri yang berkaitan dengan falsafah,
pandangan dan pola hidup masyarakat tempatnya berpijak. Dan menjadi salah
satu unsur dalam suatu suprasistem kehidupan masyarakat. Oleh karenanya tidak
mengherankan jika penerapan suatu sistem ekonomi tertentu disuatu negara
terjadi benturan, konflik, atau bahkan tentangan. Sebab pelaksanaannya akan
berjalan mulus jika dan hanya jika lingkungan kelembagaannya mendukung.

Sebagai bagian dari suprasistem kehidupan, sistem ekonomi berkaitan erat


dengan sistem-sistem sosial yang ada di masyarakat. Di dunia ini terdapat
kecenderungan umum bahwa sistem ekonomi sangat berkaitan dengan sistem
politik. Antara unsur-unsur sistem ekonomi dan unsur-unsur sistem politik dapat
ditarik benang merah sebagai berikut :

Sejarah mencatat, negara-negara yang berideologi politik liberalisme


dengan pemerintahan demokratis, umumnya menganut ideologi ekonomi
kapitalisme dengan pengelolaan ekonomi yang berlandaskan pada mekanisme
pasar. Di negara semacam ini penyelenggaraan kenegaraannya bersifat egaliter
dan struktur birokrasinya desentralistis. Di lain pihak, negara yang berideologi
politik komunisme dengan pemerintahan yang otoriter, ideologi ekonominya
cenderung sosialisme dengan pengelolaan ekonomi berdasarkan perencanaan
terpusat.

Istilah liberalisme dan komunisme bukan saja bagi ideologi politik, akan
tetapi juga nama bagi sistem politik. Sama halnya, kapitalisme dan sosialisme
bukan sekadar bagi ideologi ekonomi, melainkan sekaligus juga merupakan
sebutan terhadap sistem ekonominya. Hal ini tidak salah mengingat ideologi
memang mrupakan salah satu unsur sistem.

Sistem ekonomi suatu negara dikatakan bersifat khas, sehingga bisa dibedakan
dari sistem ekonomi yang berlaku atau diterapkan di negara lain, berdasarkan
beberapa sudut tinjauan seperti :

1. Sistem pemilikan sumber daya atau faktor-faktor produksi.


2. Keleluasaan masyarakat saling berkompetisi satu sama lain dan untuk
menerima imbalan atas prestasi kerjanya.
3. Kadar peranan pemerintah dalam mengatur, mengarahkan, dan
merencanakan kehidupan bisnis dan ekonomi pada umumnya.

3.3 KAPITALISME DAN SOSIALISME


Di dunia ini pernah dikenal dua macam sistem ekonomi yang ekstrem, yaitu
sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosialis. Kedua sistem ini sangat
berbeda, sistem ekonomi kapitalis mengakui pemilikan individu atas sumber
daya ekonomi atau faktor produksi. Setidaknya terdapat kebebasan individu
untuk memiliki sumberdaya prinsip “keadilan” yang dianut oleh sistem ekonomi
kapitalis ialah “setiap orang menerima imbalan berdasarkan prestasi kerjanya”
campur tangan pemerintah atau negara sangat minim. Pemerintah lebih
berkedudukan sebagai pengamat dan pelindung perekonomian sedangkan,
sistem ekonomi sosialis adalah sebaliknya sumber daya ekonomi atau faktor
produksi diklaim sebagai milik negara. Sistem ini lebih menekankan kebersamaan
masyarakat dalam menjalankan dan memajukan perekonomian. Imbalan yang
diterima didasarkan pada kebutuhannya, bukan berdasar jasa yang dicurahkan
prinsipnya “setiap orang menerima imbalan sama”. Campur tangan pemerintah
sangat tinggi dan justrupemerintahlah yang menentukan dan merencakan
persoalan pokok ekonomi yaitu :

 What (apa yang harus diproduksi)


 How ( bagaimana memproduksinya) dan
 For whom (untuk siapa diproduksi)
Di antara kedua sistem ekonomi tersebut, terdapat sebuah sistem lain yang
merupakan “campuran” keduanya dengan berbagai variasi kadar dominasinya
dan juga dengan berbagai variasi nama atau istilah. Sistem ekonomi campuran
pada umumnya diterapkan oleh negara-negara berkembang atau negara-negara
dunia ketiga beberapa diantaranya kadar kapitalisme selalu lebih tinggi
(contohnya Filipina), atau bobot sosialismenya senantiasa lebih besar (misalnya
India). Banyak pula negara berkembang yang goyah meramu campuran kedua
sistem ini. Sistem ini kadang condong kapitalistik, sementara lain waktu
cenderung sosialistik, mengikuti pemerintah yang berkuasa.

3.4 PERSAINGAN TERKENDALI


Dilihat dari sistem kepemlikan sumber daya ekonomi atau faktor-faktor
produksi, tak terdapat alasan untuk menyatakan sistem yang dianut oleh negara
kita adalah kapitalistik. Sama halnya, dengan mengatakan bahwa kita menganut
sistem ekonomi sosialis. Indonesia mengakui kepemilikan invidual atas faktor-
faktor produksi, kecuali untuk sumber daya yang menguasai hajat hidup orang
banyak, dikuasai oleh negara. Sebagaimana diketahui sudah diatur Pasal 33 UUD
1945 jadi, secara konstitusional sistem ekonomi Indonesia bukan Kapitalisme
maupun Sosialisme.

Kompetisi untuk memperbaiki taraf hidup, baik antarindividu maupun


antarbadan-usaha, tidak dikekang. Tetapi juga tidak membiarkan orang-orang
memasuki bidang pendidikan yang sudah jenuh pasar tenaga kerjanya untuk itu
pemerintah turut mengatur penyediaan bidang pendidikan/keahlian, berdasarkan
proyeksi kebutuhan. Jadi, tidak sepenuhnya dlepas pihak swasta tetapi juga bukan
sekedar menyediakan anggaran atau subsidi dan pendidikan, sebagaimana yang
berlangsung pada umumnya di negara kapitalis.

Untuk menghindari persaingan tak sehat dalam pasar barang tertentu yang
sudah jenuh, pemerintah mengendalikannya dengan membuka prioritas-prioritas
bidang usaha; termasuk prioritas lokasi usaha. Pengendalian dimaksud misalnya
mengumumkan Daftar Negatif Investasi (DNI). Dalam hal pnerimaan imbalan atas
prestasi kerja, juga tidak terdapat kekangan sangat terbuka peluang bagi
pekerja/pemodal untuk mendapatkan imbalan melebihi sekedar kebutuhannya
pemerintah justru mengatur ketentuan upah minimum bagi pekerja, agar
memenuhi standar kebutuhan hidup yang layak.

Jadi dapat disimpulkan, Bahwa iklim persaingan berekonomi di Indonesia


bukanlah persaingan bebas-lepas, melainkan yang terencana dan terkendali
dimana sistem ekonomi kapitalis, persaingan bersifat bebas tanpa kendali
pemerintah. sedangkan, dalam sistem ekonomi sosialis, perencanaan terpusat
sehingga persaingan praktis terkendali atau bahkan tidak ada sama sekali.
Persaingan tetap ada akan tetapi dalam beberapa hal terkendali.

3.5 KADAR KAPITALISME DAN SOSIALISME


Unsur-unsur kapitalisme dan sosialisme jelas terkandung dalam
pengorganisasian ekonomi Indonesia. Untuk melihat kadar masing-masing “isme”
ini mewarnai perekonomian, dapat dilihat dari dua pendekatan Pertama dengan
pendekatan faktual-struktural yakni dengan menelaah peranan pemerintah atau
negara dalam struktur perekonomian. Kedua dengan pendekatan sejarah yakni
bagaimana perekonomian bangsa diorganisasikan dari waktu ke waktu.

Untuk mengukur kadar keterlibatan pemerintah dalam perekonomian


dengan pendekatan factual-struktural, dapat dilihat Kesamaan Agregat Keynesian
yang berumuskan Y = C + I + G + (X-M). dengan formula ini berarti produk atau
pendapatan nasional dirinci menurut penggunaan atau sector pelakunya.
Sedangkan mengukur melalui pendekatan sejarah dapat dipelajari, betapa bangsa
atau masyarakat kita tidak pernah dapat menerima pengelolaan makroekonomi
yang terlalu berat dan kekapitalisme ataupun kesosialisme.

Anda mungkin juga menyukai