Anda di halaman 1dari 3

Menurut Depkes RI ( 2019 ) penyebab anemia yaitu kekurangan zat besi, dengan

terjadinya anemia maka tingkat kelahiran bayi premature meningkat, kematian ibu juga

anak meningkat, dan penyakit infeksi. Anemia defisiensi besi pada ibu dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin/bayi saat kehamilan maupun

setelahnya. Zat besi memiliki peran vital terhadap pertumbuhan janin selama hamil,

asupan zat besi harus ditambah mengingat selama kehamilan, volume darah pada tubuh

ibu meningkat. Sehingga, untuk dapat tetap memenuhi kebutuhan ibu dan menyuplai

makanan serta oksigen pada janin melalui plasenta, dibutuhkan asupan zat besi yang

lebih banyak. Asupan zat besi yang diberikan oleh ibu hamil kepada janinnya melalui

plasenta akan digunakan janin dalam kebutuhan tumbuh kembangnya, termasuk untuk

perkembangan otaknya, sekaligus menyimpannya di hati sebagai cadangan bayi berusia 6

bulan. Selain itu zat besi juga membantu dalam mempercepat proses penyembuhan luka,

khususnya luka yang timbul dalam proses persalinan (Deswati et al., 2019).

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama

bagi kelompok wanita usia reproduksi (WUS). Anemia pada wanita usia subur (WUS)

dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan kapasitas/kemampuan atau

produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah

kekurangan zat besi, asam folat, dan perdarahan akut dapat terjadi karena interaksi antara

keduanya (Noverstiti, 2012).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia kehamilan diantaranya

gravid, umur, paritas, tingkat pendidikan, status ekonomi dan kepatuhan konsumsi tablet Fe

(Keisnawati, dkk, 2015).

Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil. Umur seorang ibu

berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah
umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan

anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya

cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang

mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama

kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan

daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Hasil penelitian

didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap kajadian anemia

(Amirrudin dan Wahyuddin, 2014).

Komplikasi terjadi sebagian besar pada pasca perkembangan ibu hamil selama

kehamilan hal tersebut dapat dicegah atau diobati sebelum menyebabkan keadaan yang

lebih buruk dan bahkan bisa memburuk selama kehamilan. Menurut WHO tahun 2016,

ada lima penyebab terjadinya komplikasi terbesar menyebabkan 75% kematian pada ibu

hamil yaitu pendarahan hebat, infeksi yang terjadi setelah melahirkan, preeklamsia dan

ekslamsia, komplikasi persaninan, aborsi yang berbahaya (WHO,2016). Menurut

Manuaba ( 2010 ) dalam (Pujiastutik et al., 2019) anemia dapat meningkatkan resiko

terjadinya pendarahan pada ibu hamil selama persalinan.

Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga

terjadinya kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur, gangguan proses

persalinan (perdarahan), gangguan masa nifas (daya tahan terhadap infeksi dan stres kurang,

produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, cacat

bawaan, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain) (Irianto, 2014).

Kekurangan gizi pada minggu pertama kehamilan dapat menimbulkan kelainan

pada bayi atau bahkan kelahiran premature. Ketika seorang wanita dinyatakan hamil,

perubahan fisiologis tubuh turut berubah, sehingga kebutuhan gizi juga akan berubah.
Pertumbuhan dan perkembangan janin sangat dipengaruhi oleh asupan gizi ibu karena

kebutuhan gizi janin berasal dari ibu. Status gizi ibu sebelum hamil dan selama hamil

mempengaruhi status gizi ibu juga bayi (Chandra et al., 2019).

Anda mungkin juga menyukai