Anda di halaman 1dari 3

Taqwa itu seperti apa? Para ulama biasa mendefinisikan singkat.

Taqwa adalah mengerjakan


perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dalam Al Quran, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan karakter orang bertaqwa dalam
banyak ayat. Di antaranya dalam Surat Ali Imran ayat 133-135.
1. Gemar berinfaq
Karakter orang bertaqwa yang pertama adalah gemar berinfaq baik dalam kondisi lapang maupun
sempit.

َّ ‫ون ِفي ال َّسرَّا ِء َوال‬


‫ضرَّا ِء‬ َ ‫الَّ ِذ‬
َ ُ‫ين يُ ْنفِق‬
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit (QS. Ai
Imran: 134)
Bulan Ramadhan yang disebut juga sebagai syahrul infaq telah melatih kita untuk banyak berinfaq.
Rasulullah juga mencontohkan, beliau yang sangat dermawan menjadi jauh lebih dermawan pada
bulan Ramadhan.
Infaq dan sedekah yang telah dilatih di bulan Ramadhan itu, hendaknya menjadi karakter kita
karena itulah karakter orang bertaqwa; berinfaq baik dalam kondisi lapang maupun sempit.
Berinfaq baik dalam keadaan kaya atau miskin. Berinfaq baik di tanggal muda maupun tanggal tua.
Tentu besarannya disesuaikan dengan kemampuan.
Para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum, mereka mencontohkan gemar berinfaq dalam segala
kondisi. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengumumkan Perang Tabuk, dan waktu
itu kondisinya paceklik, para sahabat berbondong-bondong untuk berinfaq.
Umar radhiyallahu ‘anhu datang membawa harta yang banyak. Beliau menginfakkan harta itu untuk
jihad fi sabilillah yakni Perang Tabuk. Ketika ditanya Rasulullah, “Apa yang engkau sisakan untuk
keluargamu?” Umar menjawab, “Aku menginfakkan separuh hartaku dan untuk keluargaku masih
ada separuh hartaku.”
Setelah itu datang Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Beliau menginfakkan harta yang lebih banyak
daripada infaq Umar. “Ya Rasulullah, aku infakkan seluruh hartaku.” Ketika ditanya Rasulullah,
apa yang ia tinggalkan untuk keluarganya, Abu Bakar menjawab, “Aku tinggalkan untuk mereka,
Allah dan Rasul-Nya.”
Umar yang awalnya ingin mengungguli amal Abu Bakar, saat itu tersadar, “Aku tidak pernah bisa
mengungguli Abu Bakar.”
Selain Abu Bakar dan Umar, para sahabat lainnya juga berbondong-bondong untuk berinfaq. Ada
pula sahabat yang karena keterbatasan ekonomi, hanya berinfaq segenggam kurma.
Orang-orang munafik mengejek, “Allah tidak membutuhkan infaq yang sangat sedikit seperti itu.”
Namun Rasulullah justru memuji sahabat yang infaq meskipun segenggam kurma karena
kemampuannya memang hanya sebesar itu.
Dan tidak ada ceritanya Umar jatuh miskin setelah menginfakkan separuh hartanya. Juga tidak ada
ceritanya Abu Bakar jatuh bangkrut setelah menginfakkan seluruh hartanya. Yang ada, justru
kekayaan mereka di kemudian hari bertambah dan semakin berkah. Persis seperti sabda Nabi:
ٍ ‫ص َدقَةٌ ِم ْن َم‬
‫ال‬ ْ ‫ص‬
َ ‫ت‬ َ َ‫َما نَق‬
“Tidaklah sedekah mengurangi harta” (HR. Muslim)
Maka mari kita miliki karakter orang bertaqwa ini. Jangan menunggu kaya baru sedekah,
sedekahlah! Insya Allah kita akan dijadikan kaya oleh Allah.
2. Menahan marah
Karakter orang bertaqwa yang kedua adalah menahan marah, mampu mengelola emosi.

َ‫ين ْال َغ ْيظ‬ ِ ‫َو ْال َك‬


َ ‫اظ ِم‬
dan orang-orang yang menahan amarahnya (QS. Ali Imran: 134)
Puasa Ramadhan telah mendidik kita untuk mampu mengelola emosi dengan baik. Puasa Ramadhan
telah mendidik kita untuk bersabar, menahan diri dan tidak marah. Bahkan sekalipun ada orang-
orang yang memprovokasi atau mengajak kita berkelahi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ َوإِ ِن ا ْم ُر ٌؤ قَاتَلَهُ أَ ْو َشاتَ َمهُ فَ ْليَقُلْ إِنِّى‬، ْ‫ث َوالَ يَجْ هَل‬
ْ ُ‫ فَالَ يَرْ ف‬، ٌ‫صيَا ُم ُجنَّة‬
ِّ ‫ال‬
‫صائِ ٌم‬
َ
“Puasa adalah perisai, maka barang siapa sedang berpuasa janganlah berkata keji dan mengumpat.
Jika seseorang mencela atau mengajaknya bertengkar hendaklah dia mengatakan: aku sedang
berpuasa” (Muttafaq ’alaih)
Marah sering kali membuat orang hilang akal sehat, kata-kata tidak terkontrol, keputusan tidak
bijak dan emosi tak terkendali. Puasa Ramadhan telah melatih kita untuk bisa menahan marah dan
hendaknya itu terus menjadi karakter kita.
Rasulullah menyebutkan bahwa orang-orang yang mampu mengelola emosinya, mampu menahan
marah, itulah orang-orang yang sejatinya benar-benar kuat.

‫ب‬ َ ‫ك نَ ْف َسهُ ِع ْن َد ْال َغ‬


ِ ‫ض‬ ُ ِ‫ إِنَّ َما ال َّش ِدي ُد الَّ ِذى يَ ْمل‬، ‫ْس ال َّش ِدي ُد بِالصُّ َر َع ِة‬
َ ‫لَي‬
“Orang yang kuat bukanlah orang (menang dalam) gulat, tetapi orang kuat (yang sebenarnya)
adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Memafkan manusia
Karakter orang bertaqwa yang ketiga adalah adalah suka memaafkan.

َ ِ‫َو ْال َعاف‬


ِ َّ‫ين َع ِن الن‬
‫اس‬
Dan memaafkan manusia (QS. Ali Imran: 134)
Tak hanya mampu menahan marah, orang bertaqwa juga pandai memaafkan kesahalah orang lain.
Dan memaafkan tidak akan menurunkan harga diri seseorang, ia justru menambah kemuliaan.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

‫َو َما َزا َد هَّللا ُ َع ْب ًدا بِ َع ْف ٍو إِالَّ ِع ًّزا‬


“Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin
memuliakan dirinya” (HR. Muslim)
Memaafkan juga membuat hati lapang, penuh kedamaian dan mudah bahagia.

4. Suka berbuat baik


Karakter keempat dari orang bertaqwa adalah suka berbuat baik; ia menjadi muhsinin.

َ ِ‫َوهَّللا ُ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسن‬


‫ين‬
Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik (QS. Ali Imran: 134)
Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan dalam Tafsir Al Munir bahwa muhsinin adalah orang yang
membalas kejelekan dengan kebaikan.
Orang mencela kita, kita tidak marah, justru memaafkannya dan menyambung silaturahim
dengannya, ini adalah contoh muhsinin. Ada orang menyakiti kita, kita justru memaafkan dan
menolongya saat membutuhkan, juga contoh muhsinin.
Ramadhan telah mendidik kita untuk berbuat baik kepada siapa pun. Dan sudah seharusnya karakter
itu kita teruskan sepanjang tahun karena itulah karakter orang bertaqwa.

5. Segera bertaubat
Karakter kelima dari orang bertaqwa adalah segera ingat Allah dan bertaubat kepada-Nya ketika
melakukan dosa dan kemaksiatan.(QS. Ali Imran: 135)
Tidak ada manusia yang bersih dari salah dan dosa kecuali Rasulullah yang ma’shum. Setiap orang
bisa salah, setiap orang bisa terperosok ke dalam dosa, setiap orang bisa berbuat maksiat. Yang
paling penting adalah segera bertaubat; ingat Allah, memohon ampun kepadaNya dan tidak
mengulanginya lagi.
Demikianlah karakter kelima dari orang bertaqwa, sekaligus mengakhiri khutbah pertama dari
khutbah Jumat Syawal ini.

‫وقل رب اغفر وارحم و انت خير الراحمين‬

‫ص’’لُّوا َعلَيْ’’ ِه‬ َ ‫ون َعلَى النَّبِ ِّي يَ’’ا أَيُّهَ’’ا الَّ ِذ‬
َ ‫ين آ َمنُ’’وا‬ َ ُّ‫ُص’’ل‬
َ ‫إِ َّن هَّللا َ َو َماَل ئِ َكتَ’’هُ ي‬
ً ‫َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِيما‬

Anda mungkin juga menyukai