Anda di halaman 1dari 19

MK Kelas 12 | Mempelajari Alur

Praproduksi Produk Multimedia

 SMK Multimedia MM XII SMK Kelas xii

Artikel SMK jurusan Multimedia kali ini menjelaskan tentang alur atau proses
praproduksi pada produk multimedia.

--

Di situasi pandemi sekarang ini, sebagian besar aktivitas dilakukan di dalam rumah.
Biasanya nih, untuk menghilangkan rasa bosan, kita suka mencari hiburan, mulai dari main
sosmed, nge-game, baca buku atau komik, hingga nonton film. Nah, kalo kamu, lebih suka
melakukan apa nih, pas lagi bosan di rumah aja?
Ternyata, game, buku, komik, dan film merupakan contoh dari produk multimedia, lho. Bahkan,
konten-konten yang ada di sosial media pun, baik itu gambar maupun video, juga termasuk
produk multimedia. Hmm, kamu tau nggak nih, apa yang dimaksud dengan multimedia?
Nah, jadi, selain sebagai hiburan, multimedia juga bisa digunakan untuk memberikan informasi
kepada penggunanya, ya. Penggunaan multimedia ternyata lebih efektif loh dalam
menyampaikan suatu informasi. Alasannya karena multimedia dapat merangsang beberapa indra
manusia, seperti penglihatan, pendengaran, sampai penciuman.

Dalam alur produksi produk multimedia, terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu proses
praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Ketiga alur tersebut, termasuk ke dalam Standar
Operasional Prosedur (SOP). Nah, SOP sendiri merupakan prosedur atau tahapan
pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan standar yang sudah ditentukan.

Di artikel kali ini, kita akan membahas tentang alur praproduksi pada produk multimedia terlebih
dahulu, ya. Jadi, stay tuned aja di blog Ruangguru untuk update-an materi selanjutnya.

Oke, sebelumnya, ada yang sudah tau, apa itu praproduksi? Praproduksi merupakan tahap awal
dari proses produksi. Di tahap ini, kita akan mempersiapkan segala macam hal yang akan
diperlukan untuk proses produksi. Jadi, kalo diibaratkan nih, misalnya kamu ingin memasak
sesuatu, maka tahap kamu membeli bahan-bahannya dan mempersiapkan peralatan masaknya,
itu semua yang dimaksud dengan tahap praproduksi.

Kenapa harus dipersiapkan secara matang? Alasannya karena tahap praproduksi memiliki peran
penting terhadap kesuksesan atau kelancaran proses produksi. Oleh karena itu, tahap ini
membutuhkan waktu yang lumayan panjang, dibandingkan dengan tahap produksi dan
pascaproduksi. Hampir 70% dari kegiatan produksi produk multimedia itu dikerjakan di tahap
praproduksi, lho.
Nah, proses praproduksi ini terbagi menjadi sembilan tahapan. Waduh, banyak banget, ya! Kita
akan membahas satu per satu setiap tahapannya secara rinci, nih. So, baca terus sampai habis, ya.

Tahapan yang pertama adalah menentukan ide dan konsep. Ide merupakan gagasan awal yang
nantinya akan direalisasikan ke produk yang ingin diproduksi. Ide dapat diperoleh dari mana aja,
bisa dari imajinasi, hobi, pengalaman, buku, film, atau lingkungan sekitar. Dari ide ini, kita
akan tau, produk seperti apa sih yang ingin kita produksi.

Nah, setelah menemukan ide, kita bisa mengembangkannya menjadi sebuah konsep. Kita akan
menentukan, seperti apa bentuk dan gaya pengemasan produk yang ingin kita buat,
siapa aja target penontonnya, dan pesan apa yang ingin disampaikan.

Misalnya nih, kamu punya ide ingin membuat video mukbang (makan-makan). Nah, kamu harus


tentukan dulu konsep videonya mau seperti apa. Apakah mukbang biasa di rumah, mukbang ke
tempat makan, atau sambil ngevlog nih, jalan-jalan ke food festival misalnya. Pastinya, dari
ketiga pilihan konsep tersebut, akan menghasilkan video yang berbeda, dari segi pengambilan
gambar, background musik, kostum, dan lain sebagainya.

Tentunya, ide dan konsep yang menarik akan menghasilkan produk yang menarik juga, ya.
Selanjutnya, ada tahap pembuatan naskah. Tahap ini juga nggak kalah penting loh dari tahap
sebelumnya. Pada pembuatan video atau film, naskah bisa dijadikan acuan dalam proses
produksi. Tanpa adanya naskah, bisa-bisa, cerita yang ingin disampaikan nggak bisa tersusun
dengan baik, nih.

Nah, kamu harus tau juga, naskah ditulis secara bertahap, dimulai dari menentukan ide
cerita. Hayo, masih ingat nggak, ide bisa diperoleh dari mana aja? Setelah menentukan ide,
maka perlu dilakukan riset. Riset ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi terkait cerita
yang akan ditulis. Riset bisa dilakukan melalui internet, buku, wawancara, atau datang ke lokasi
langsung yang nantinya akan digunakan sebagai latar tempat cerita.

Setelah itu, langkah selanjutnya adalah membuat ringkasan cerita (sinopsis). Sinopsis berisi
garis besar jalan cerita, meliputi pengenalan karakter para tokoh, konflik cerita, klimaks, dan
penyelesaian masalah. Nah, setelah mengetahui gambaran cerita secara garis besar, cerita mulai
disusun berdasarkan urutan adegannya (scene). Tahap ini disebut dengan pembuatan outline.

Lalu, dari outline, akan dikembangkan lagi menjadi treatment, yaitu uraian mengenai segala
urutan kejadian secara rinci, mulai dari kemunculan gambar, sampai berakhirnya cerita.
Treatment biasanya digunakan saat membuat naskah film.
Nah, setelah treatment tersusun dengan baik, maka langkah terakhir adalah membuat naskah.
Naskah sendiri terbagi menjadi dua jenis nih, yaitu naskah 1 kolom (wide margin) dan naskah 2
kolom.
Kalo berikut ini, merupakan contoh naskah 2 kolom.
Tahap yang ketiga adalah membentuk tim produksi. Seorang content creator mungkin aja bisa
membuat karya seorang diri, tanpa bantuan tim. Tapi, hal itu tentu membutuhkan waktu dan
usaha yang luar biasa, ya. Nah, dalam skala produksi produk multimedia yang lebih besar,
seperti pembuatan film atau video klip, kita pasti membutuhkan sebuah tim produksi.
Mustahil dong jika semua kegiatan produksi dikerjakan oleh satu orang aja. Iya, nggak?

Biasanya, tim atau kru produksi terbagi menjadi dua kelompok, yaitu tim kreatif dan tim
teknis. Hmm, bedanya apa, ya? Oke, jadi, tim kreatif adalah tim yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan ide-ide menarik yang bisa memikat konsumen atau penonton. Sementara itu, tim
teknis adalah tim yang bertanggung jawab dalam urusan teknis produksi. Nah, masing-masing
tim terbagi lagi nih peran-perannya. Apa aja ya kira-kira? Yuk, perhatikan gambar berikut ini!
Tahap berikutnya adalah membuat panduan gambar. Maksud panduan gambar itu
gimana, sih? Nah, gampangnya, panduan gambar bisa diartikan sebagai gambar-gambar yang
dijadikan referensi atau contoh untuk memvisualisasikan suatu adegan. Misalnya nih, dalam
sebuah cerita, terdapat adegan dengan latar “kantin sekolah saat jam istirahat”. Maka, panduan
gambarnya bisa berupa kantin sekolah yang ramai dikunjungi siswa. Ada banyak siswa yang
sedang makan, ngobrol, atau mengantri makanan. Kebayang, ya?

Nah, dalam proses praproduksi, panduan gambar biasanya berupa storyboard. Storyboard sendiri


adalah sketsa gambar yang disusun secara berurutan sesuai naskah cerita. Dengan storyboard,
penulis cerita dapat membuat seseorang membayangkan alur cerita melalui gambar-gambar yang
disajikan, sehingga dapat menghasilkan persepsi yang sama mengenai ide cerita yang penulis
ingin sampaikan.
Dalam pembuatan storyboard, biasanya terdiri dari beberapa komponen, di antaranya bagian
judul, sub judul, visual, audio, dialog/action, dan properti. Coba flip gambar di bawah ini yuk,
untuk tau seperti apa contoh storyboard!

Oh iya, selain storyboard, ada juga media lain yang dapat digunakan sebagai panduan
gambar, loh. Kamu bisa menggunakan floor plan. Floor plan ini bentuknya seperti denah yang
menggambarkan posisi kamera dan pemain dari atas. Tentunya, dalam floor plan juga terdapat
jenis-jenis shot dan angle yang akan digunakan.

Selain itu, kamu juga bisa menggunakan photo board (papan foto). Bentuk photo board kurang
lebih sama seperti storyboard. Bedanya, kalo photo board bukan berupa ilustrasi gambar,
melainkan foto. Nah, kamu bisa mengambil beberapa foto yang dapat menggambarkan adegan
dalam cerita.
 

Selanjutnya, kita masuk ke tahap pembuatan jadwal produksi (working schedule). Working


schedule merupakan jadwal tahapan kerja secara keseluruhan, mulai dari tahap praproduksi,
produksi, hingga pascaproduksi. Nah, working schedule ini biasanya dibuat oleh seorang
produser, berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh tim produksi dan target waktu yang harus
dipenuhi.

Kamu harus tau, working schedule penting sekali untuk dibuat. Kenapa begitu? Alasannya
karena working schedule bisa digunakan sebagai laporan perkembangan, sehingga hasil kerja
setiap tim produksi dapat terpantau. Hal ini, tentu bertujuan agar kegiatan produksi dapat
berjalan sesuai waktunya, alias nggak molor. Jadi, dapat menghindari terjadinya pemborosan
biaya.
 

Setelah itu, kita akan menentukan perlengkapan apa aja yang dibutuhkan untuk proses produksi
nantinya. Tahap ini, harus dipikirkan baik-baik, ya. Jangan sampai, ketika proses syuting nanti,
ada beberapa peralatan yang belum ada. Atau bahkan, ada perlengkapan yang
seharusnya nggak terlalu dibutuhkan, tapi justru dibeli begitu aja. Kalo sudah begitu, proses
produksi jadi akan terhambat dan biaya produksi juga nggak bisa dikeluarkan secara
optimal, deh.

Nah, berikut ini terdapat beberapa perlengkapan yang biasa digunakan dalam proses produksi
audio video.
 

Selain menentukan perlengkapan produksi, kita juga perlu mencari pemain dan lokasi untuk
keperluan syuting nanti, nih. Kamu pasti pernah mendengar istilah casting, kan? Casting adalah
proses pemilihan pemain atau aktor untuk memerankan sebuah karakter pada cerita. Nah, di
tahap sebelumnya kan kita sudah membuat naskah, tuh. Dari naskah tersebut, bisa kita bedah,
karakter apa aja sih yang dibutuhkan.

Dalam produksi film, sebelum melakukan casting, sutradara dan penulis naskah biasanya akan
memformulasikan atau menyusun 3 dimensi tokoh. Jadi, masing-masing tokoh penting dalam
cerita akan dibedah (breakdown) 3 dimensi tokohnya. Tujuannya, agar si tokoh atau pemain
dapat lebih menghayati peran yang dimainkan. Nah, 3 dimensi tokoh ini meliputi segi fisiologis,
psikologis, dan sosiologis.
Proses casting biasanya dilakukan melalui dua cara, yaitu screen test atau audisi terbuka (open
casting). Pada screen test, biasanya sutradara sudah memiliki pandangan, siapa aja orang yang
cocok untuk memerankan karakter dalam cerita. Kemudian, sutradara dan casting director akan
mengundang orang yang dianggap cocok tersebut untuk melakukan uji kecocokan, dengan
memberikan naskah dan meminta orang tersebut untuk memerankan satu atau dua adegan.

Sementara itu, pada open casting, cara pemilihan pemain dilakukan dengan mengadakan audisi
secara terbuka. Jadi, siapa aja bisa mengikuti audisi tersebut. Nah, informasi open casting ini
biasanya akan disebarkan melalui sosial media. Sama halnya dengan screen test, sutradara
dan casting director akan memberikan naskah pada peserta dan memintanya untuk memerankan
beberapa adegan. Hayo, siapa yang pernah coba ikut open casting?

Dalam proses casting, akan dilakukan perekaman. Dari hasil rekaman tersebut, nantinya akan
dipilih, siapa aja yang paling cocok untuk menjadi pemain.

Oh iya, jika proses pemilihan pemain disebut dengan casting, maka proses pencarian lokasi bisa
kita sebut dengan istilah hunting location. Hunting location ini bertujuan untuk mencari lokasi
syuting yang pas dan dapat menginterpretasikan kebutuhan set dalam naskah. Eits! Mencari
lokasi syuting nggak bisa dilakukan sembarangan, ya. Kamu perlu memperhatikan beberapa hal,
di antaranya sebagai berikut:
Nah, setelah lokasi sudah fix nih, maka tim produksi akan mengunjungi lokasi tersebut. Proses
ini disebut dengan reece, yaitu proses mengunjungi lokasi yang sudah siap secara look, mood,
dan administrasi. Pada proses ini, kita nggak cuma lihat-lihat aja, tapi juga menentukan hal-hal
teknis di lapangan, seperti menentukan blocking dan penempatan adegan, menentukan teknis
kamera dan lighting, memperhatikan adanya gangguan suara, serta menentukan layout set dan
properti.

Jangan lupa juga untuk mengambil beberapa foto dan video saat proses hunting
location dan reece, ya. Kamu juga perlu mengecek keadaan lokasi sesuai waktu pada adegan.
Misalnya nih, ada adegan yang berlangsung pada malam hari, maka kamu harus melihat lokasi di
malam hari juga, untuk mendapat gambaran keadaan sebenarnya.

Oke, kita masuk ke tahap selanjutnya ya, yaitu merinci anggaran biaya produksi (breakdown
budget). Breakdown budget adalah rincian keseluruhan dana yang digunakan untuk proses
produksi. Masing-masing departemen pada tim produksi akan membuat rencana anggaran biaya,
mulai dari proses praproduksi sampai pascaproduksi. Kemudian, rencana anggaran biaya tersebut
akan disusun menjadi breakdown budget oleh produser.
Oh iya, kamu nggak perlu khawatir nih jika breakdown budget yang sudah kamu
susun, nggak sesuai dengan kondisi di lapangan nanti. Pada dasarnya, breakdown
budget hanyalah sebuah perkiraan. Artinya, bisa aja, di situasi real, akan terjadi pembengkakan
biaya produksi. Nah, jika mengalami kondisi seperti itu, kamu bisa berdiskusi dengan tim untuk
mendapatkan jalan keluar yang terbaik.
Akhirnya, sampai juga pada tahap terakhir dalam proses praproduksi produk multimedia nih,
yaitu melakukan reading dan rehearsal. Setelah naskah sudah siap dan para pemain sudah
ditentukan, maka saatnya untuk melakukan reading, yaitu proses pengarahan para pemain sesuai
dengan konsep dan skenario dari sutradara. Reading dilakukan secara bersama-sama dengan
membaca skenario sesuai dengan porsi perannya masing-masing yang dibimbing oleh
sutradara. Reading penting sekali dilakukan oleh para pemeran agar dapat mendalami karakter
yang dimainkan.

Setelah melakukan reading, maka langkah selanjutnya adalah latihan (rehearsal). Latihan ini,


dilakukan baik dalam bentuk pengolahan emosi dan dialog, maupun latihan blocking pemain dan
kamera. Sutradara biasanya akan mengarahkan para aktor saat melakukan rehearsal. Di
tahap  rehearsal ini juga, penata gambar bisa merancang angle dan pergerakan kamera.
Tapi, nggak semua adegan akan dilatih dalam rehearsal, ya. Hanya adegan-adegan yang dirasa
sulit atau adegan yang melibatkan banyak dialog aja.

Oke, selesai sudah materi kita kali ini. Wah, banyak juga ya yang dibahas. Nah, supaya
kamu nggak lupa dengan alur atau proses praproduksi yang sudah dijelaskan di atas tadi, di
bawah ini ada rangkumannya, nih.

Anda mungkin juga menyukai