Bab Ii Kajian Pustaka
Bab Ii Kajian Pustaka
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kematian ibu adalah jumlah kematian ibu selama periode waktu tertentu per
100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu adalah kematian seorang wanita saat hamil
atau dalam 42 hari pengakhiran kehamilan, terlepas dari durasi dan tempat kehamilan,
dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau
penanganannya tetapi bukan dari penyebab kecelakaan atau insidental (WHO, 2010).
dan sebab antara kehamilan dan kematian maternal. Ibu yang hamil mungkin
mengalami keguguran atau kehamilan ektopik terganggu, atau ibu yang hamil
mungkin meninggal dunia sebelum melahirkan atau ibu yang hamil telah melahirkan
seorang bayi dalam keadaan hidup atau mati yang diikuti dengan komplikasi
Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak
kematian perempuan usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan
berkembang, baru pada tahun 1987 untuk pertama kali diadakan Konferensi
Internasional tentang kematian ibu di Nairobi Kenya. Pada tahun 1990 dilangsungkan
World Summit for children di New York, USA yang antara lain bersepakat untuk
menurunkan angka kematian ibu menjadi separuh pada tahun 2000. (Saifudin, 2005).
Penyebab kematian dan kesakitan ibu dan bayi telah dikenal sejak dulu dan
tidak berubah banyak. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan post partum,
eklampsia, infeksi, aborsi tidak aman, partus macet, dan sebab-sebab lain seperti
kehamilan ektopik dan mola hidatidosa. Keadaan ini diperkuat dengan kurang gizi,
asma, atau HIV. Pada kehamilan remaja lebih sering terjadi komplikasi seperti anemia
dan persalinan preterm. Sementara itu, terdapat berbagai hambatan yang mengurangi
kebodohan, kesenjangan hak asasi pada remaja perempuan, kawin pada usia muda,
dan kehamilan yang tidak diinginkan. Kematian pada bayi baru lahir disebabkan oleh
tidak adekuatnya dan tidak tepatnya asuhan pada kehamilan dan persalinan, khususnya
pada saat-saat kritis persalinan. Konsumsi alkohol dan merokok merupakan penyebab
kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir yang seharusnya dapat dicegah. Ibu
perokok berhubungan dengan komplokasi seperti perdarahan, ketuban pecah dini, dan
persalinan preterm. Juga dapat berakibat pertumbuhan janin terhambat, berat badan
lahir rendah, serta kematian janin. Konsumsi alkohol selama kehamilan berhubungan
15
dengan abortus, lahir mati, prematuritas, dan kelainan bawaan fetal alcohol syndrome.
(Saifudin, 2005).
Menurut Saifudin (2002) kematian ibu dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
(1). Kematian obstetri langsung (direct obstetric death) yaitu kematian ibu yang
disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang timbul akibat
tindakan atau kelalaian dalam penanganan. Komplikasi yang dimaksud antara lain
macet, dan kematian pada kehamilan muda. (2). Kematian obstetri tidak langsung
(indirect obstetric death) adalah kematian ibu yang disebabkan oleh suatu penyakit
yang sudah diderita sebelum kehamilan atau persalinan yang berkembang dan
bertambah berat yang tidak berkaitan dengan penyebab obstetri langsung. Kematian
obstetri tidak langsung ini misalnya disebabkan oleh penyakit jantung, hipertensi,
kematian ibu ke dalam kategori baru yang disebut pregnancy related death yaitu
kematian wanita selama hamil atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan dan
Batasan 42 hari ini dapat berubah karena telah diketahui bahwa dengan
diperlama dan ditunda sehingga ICD-10 juga memasukkan suatu kategori baru yang
16
disebut kematian maternal terlambat (late maternal death) yaitu kematian wanita
akibat penyebab obstetric langsung atau tidak langsung yang terjadi lebih dari 42 hari
tetapi kurang dari satu tahun setelah berakhirnya kehamilan (WHO et al, 2010).
Negara berkembang masih tetap atau penurunannya sangat lambat. Safe Motherhood
dikemudian hari tidak atau kurang efektif, seperti penapisan risiko pada asuhan
f. Tidak tersedianya panduan teknis atau program, kurikulum pelatihan dan sumber
(Saifudin, 2005).
Menurut perkiraan WHO setiap tahun terjadi 500.000 kematian ibu yang
negara berkembang. Lebih dari separuhnya (300.000) terjadi di Asia, yang hampir 3/4-
nya di Asia Selatan. Risiko kematian maternal di negara maju 1 diantara 15-50, yang
Kematian maternal merupakan fungsi dari berbagai hal, bukan hanya dari
faktor-faktor pelayanan kesehatan saja. Kehamilan dan persalinan yang terlalu dini,
membayar pelayanan yang baik, dan pantangan tertentu pada wanita hamil juga ikut
Kematian ibu atau AKI di daerah berkembang sebesar 240 adalah 15 kali lebih
tinggi dari pada di negara maju yaitu 16 per 100.000 kelahiran hidup atau 99%
(284.000) kematian ibu secara global dan mayoritas di antaranya berada di sub-Sahara
Afrika (162.000 kematian ibu) dan Asia Selatan (83.000 kematian ibu).
Sub-Sahara Afrika memiliki angka kematian ibu (AKI) tertinggi yaitu 500
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (KH), sedangkan Asia Timur memiliki yang
terendah di antara negara berkembang yaitu 37 kematian ibu per 100.000 KH. Urutan
200/100.000 KH, South-East Asia 150/100.000 KH, Amerika Latin dan Karibia
18
80/100.000 KH, Afrika Utara 78/100.000 KH, Asia Barat 71/100.000 KH, Caucasus
namun ada beberapa nergara yang memiliki AKI rendah berkisar antara 20-99/100.000
KH seperti: Mauritius (60/100.000 KH), Sao Tome Principe (70/100.000 KH) dan
AKI moderat (100-299/100.000 KH) antara lain: Botswana 160/100.000 KH, Djibouti
berikut:
Faktor medis yang dipengaruhi oleh status reproduksi dan status kesehatan
ibu antara lain: umur, paritas, jarak kehamilan dan penyakit ibu, anemia dan kurang
gizi.
19
Umur ibu saat kehamilan terakhir dihitung dalam tahun berdasarkan tanggal
lahir atau ulang tahun terakhir yang ada hubungannya dengan faktor risiko dalam
kehamilan. Indeks kehamilan risiko tinggi adalah usia ibu pada waktu hamil terlalu
muda yaitu kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun (Fortney dalam Manuaba
2001).
Total fertility rate (TFR) adalah jumlah total anak yang mungkin akan dimiliki
oleh seorang wanita sampai akhir periode reproduksinya selama usia suburnya 15-49
tahun, atau disebut juga dengan rata-rata jumlah kelahiran per wanita. (Merrill RM,
2014).
2.1.4.2 Paritas
terjadi asfiksia yang dapat dinilai dari APGAR Score menit pertama setelah lahir.
(Manuba, 2010).
yang paling aman dilihat dari sudut kematian ibu. Paritas kurang dari satu dan usia
ibu terlalu muda di kategorikan berisiko tinggi karena ibu belum siap secara mental
maupun secara medis sedangkan paritas diatas empat dan usia ibu terlalu tua secara
Jarak kehamilan yang terlalu dekat atau kurang dari dua tahun berisiko
terhadap kematian maternal dan tergolong dalam kelompok risiko tinggi untuk
mengalami perdarahan post partum. Jarak kehamilan yang disarankan pada umumnya
adalah dua tahun agar memungkinkan tubuh wanita dapat pulih dari kebutuhan ekstra
Faktor non medis berkaitan dengan perilaku kesehatan ibu, status ibu dalam
keluarga, status sosial ekonomi dan budaya yang menghambat upaya penurunan
kesakitan dan kematian ibu adalah sebagai berikut: Kurangnya kesadaran ibu untuk
bahaya kehamilan resiko tinggi, ketidak berdayaan sebagian besar ibu hamil di daerah
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang
Status ibu dalam keluarga berkaitan dengan status pendidikan, pekerjaan dan
keterlambatan dalam merujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang lebih baik. Masih sering
ditemukan kasus yang terlambat dirujuk karena masalah ketersediaan transportasi dan
biaya juga masih merupakan kendala dalam upaya penyelamatan dan rujukan ke
dkk, 2005).
perawatan khusus agar dapat berlangsung dengan baik. Resiko kehamilan ini bersifat
dinamis karena ibu hamil yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat berisiko
tinggi. Jika status kesehatan ibu hamil buruk, misalnya menderita anemia maka bayi
yang dilahirkan berisiko lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR
ini memilki risiko kesakitan seperti infeksi saluran nafas bagian bawah dan kematian
yang lebih tinggi dari pada bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal. Bagi ibu
sendiri anemia ini meningkatkan risiko pendarahan pada saat persalinan dan pasca
Kronik (KEK) dan anemia mempunyai risiko kesakitan yang lebih besar terutama
pada trimester ke tiga kehamilan di bandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya
mereka mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR,
kematian saat persalinan, perdarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan
22
umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga dapat
menganggu kelangsungan hidupnya. Selain itu juga ibu hamil dengan KEK akan
meningkatkan risiko kesakitan dan kematian bayi karena rentan terhadap infeksi
saluran pernafasan bagian bawah, gangguan belajar, serta masalah perilaku. Seorang
ibu hamil juga memerlukan tambahan zat gizi besi rata-rata 20 mg per hari, sedangkan
kebutuhan sebelum hamil atau pada kondisi normal rata-rata 26 mg per hari (Najoan
dkk., 2011).
masyarakat pada seluruh kelompok umur dan dalam berbagai keadaan. Pelayanan
kesehatan adalah sebuah upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-
Hal ini sebagai akibat dari peningkatan pengetahuan dan kesadaran konsumen
maka mereka mempunyai kesadaran yang lebih besar yang berdampak pada gaya
pelayanan kesehatan karena adanya peralatan kedokteran yang lebih canggih dan
memadai walau di sisi yang lain juga berdampak pada beberapa hal seperti
modern.
kesehatan dan pengobatan, issu etik dan hukum semakin meningkat ketika mereka
membayanginya.
24
4. Ekonomi
fasilitas pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, namun bagi klien dengan status
ekonomi rendah tidak akan mampu mendapatkan pelayanan kesehatan yang paripurna
5. Politik
siapa yang menanggung biaya pelayanan kesehatan karena sistem terbentuk dari
subsistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sistem terdiri dari:
input, proses, output, dampak, umpan balik dan lingkungan. a) Input merupakan
subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah sistem.
Input sistem pelayanan kesehatan: potensi masyarakat, tenaga dan sarana kesehatan,
dan sebagainya. b) Proses kegiatan yang mengubah sebuah masukan menjadi sebuah
hasil yang diharapkan dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan:
diperoleh dari sebuah proses output pelayanan kesehatan yang berkualitas serta
terjangkau sehingga masyarakat sembuh dan sehat. d) Dampak merupakan akibat dari
output/hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu yang relatif lama. Dampak sistem
Pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat, angka kesakitan & kematian menurun.
Terjadi dari sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi sebagai
umpan balik dalam pelayanan kesehatan dan kualitas tenaga kesehatan. f) Lingkungan
tidak strategis sulit dicapai oleh para ibu menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil
dilihat dari beberapa faktor seperti lokasi dimana ibu dapat memperoleh pemeriksaan
selama kehamilan dengan ketentuan 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan
belum 14 minggu) 1 kali selama trimester kedua (usia kehamilan antara 14 sampai 28
minggu) dan 2 kali selama trimester ketiga (usia kehamilan antara 28 sampai dengan
timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian
imunisasi Tetanus Toxoid, pemberian tablet zat besi, tes terhadap penyakit menular
sexual dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. (Depkes RI, 2004).
Tujuan dari antenatal care adalah menjaring ibu hamil secara teratur selama
komplikasi selama kehamilan atau persalinan. Sebuah studi oleh Abraham & Joseph
menerima antenatal care dengan baik namun sekitar 15% dari kasus berisiko tinggi
tidak menerima antenatal care dengan baik selama pemeriksaan rutin kehamilan.
Menurut Rooney (2001) bahwa tujuan utama dari antenatal care adalah untuk
memperhatikan serta memperoleh hasil yang aman dan sehat bagi ibu dan anak pada
akhir kehamilan, namun peningkatan kesehatan ibu selama masa kehamilan dan
menunjukkan bahwa prosedur rutin pelayanan antenatal care memiliki pengaruh yang
yang benar, seperti skrining faktor resiko tertentu yang memerlukan kunjungan rutin
selama periode waktu tertentu (trimester kehamilan). Sebuah studi yang dilakukan
oleh Bulatao & Ross pada tahun 2002 di 49 negara-negara berkembang menunjukkan
bahwa dalam implementasi antenatal care program yang paling mendapat perhatian
konseling atau promosi kesehatan untuk memperkenalkan kepada ibu hamil tentang
Ada dua pengertian Sistem Rujukan yaitu pengertian konseptual yang bersifat
universal dan diterima semua negara di dunia dan pengertian (Teknik) Operasional
Sistem Rujukan adalah suatu sistem pelayanan kesehatan di mana terjadi pelimpahan
tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul, baik
Sistem Rujukan merupakan suatu tatanan, dimana berbagai komponen dalam jaringan
pelayanan kesehatan reproduksi dapat berinteraksi dua arah timbal balik, antara
kesehatan, dalam upaya penyelamatan ibu dan bayi baru lahir, melalui penanganan ibu
risiko tinggi dan gawat darurat obstetri, secara profesional, efisien, efektif, rasional
dan relevan. Dalam Sistem Rujukan, sarana dan prasarana alat yang berteknologi
cangih, dipusatkan pada suatu tempat, yaitu Hospital (RS) Kabupaten atau Hospital
(RS) Nasional.
pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang
28
timbul, baik secara horizontal maupun vertikal, baik untuk kegiatan pengiriman
setidaknya satu dari tiga keterlambatan (The Three Delay Models). Keterlambatan
pada tenaga kesehatan professional apabila terjadi komplikasi obstetrik. Ibu yang
dari 30 menit harus segera dirujuk untuk mendapatkan penanganan, akan tetapi ini
suami atau mertua yang sedang tidak berada di tempat untuk mengambil keputusan
Kendala geografis di lapangan mengakibatkan rumah sakit rujukan sulit dicapai dalam
waktu 2 jam dan merupakan waktu maksimal yang diperlukan untuk menyelamatkan
perawatan di fasilitas kesehatan. Ibu yang bersangkutan harus menunggu beberapa jam
manajemen staf yang kurang baik misalnya: ibu kesulitan memperoleh darah untuk
yang baik didasarkan pada regionalisasi pelayanan perinatal dimana ibu hamil harus
29
pelayanan operatif dalam waktu tidak lebih dari satu jam dan bayi harus dapat segera
Terlambat adalah:
Dalam keadaan ini sering keluarga menjadi panik sehingga tidak segera dapat
pengambilan keputusan ini mungkin karena faktor sosiobudaya, biaya, transportasi dan
lingkungan.
b. Penolong pertama, jumlah penolong dan lama pertolongan di luar rumah sakit.
c. Pertolongan “estafet”
d. Geografis.
Salah satu faktor tingginya AKI di RDTL disebabkan karena masih rendahnya
cakupan pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan yaitu 29% sedangkan 70%
persalinan ditolong oleh bukan tenaga kesehatan dan 1% tidak diketahui penolongnya.
(WHO, 2010).
Penolong persalinan yang terlatih merupakan salah satu teknik yang paling
penting dalam menurunkan AKI. Sebagian besar komplikasi obstetri terjadi pada saat
persalinan berlangsung. Angka kematian ibu akan dapat diturunkan secara adekuat
30
apabila 15% kelahiran ditangani oleh dokter dan 85% ditangani oleh bidan. Rasio ini
paling efektif bila bidan dapat menangani persalinan normal dan dapat secara efektif
merujuk 15% persalinan yang mengalami komplikasi kepada dokter. (Ika., 2014).
mempengaruhi proses terjadinya kematian ibu hamil antara lain: determinan dekat,
kehamilan itu sendiri dan komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan nifas
(komplikasi obstetri). Wanita yang hamil memiliki risiko untuk mengalami komplikasi
baik komplikasi kehamilan maupun persalinan sedangkan wanita yang tidak hamil
a. Perdarahan
Pada masa kehamilan muda dan kehamilan lanjut biasanya terjadi perdarahan
yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu (KET) dan abortus. Di negara-
sekitar 1 : 80 sampai 150 kehamilan. Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi
bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri.
31
Sebagian besar kehamilan ektopik (ectopic gestation) terjadi di tuba falopii namun
permukaan ovarium, servik uteri atau yang sangat jarang adalah pada omentum.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan kehamilan ektopik antara lain: (1).
kehamilan intrauterin dan ekstrauterin lebih dulu terjadi, tapi janin sudah mati dan
penyebab kehamilan ektopik yang paling sering adalah faktor tuba (95%). Di bawah
1. Faktor tuba, meliputi: penyempitan lumen tuba, gangguan silia tuba, operasi
2. Faktor ovum, meliputi: rapid cell devision, migrasi eksternal dan internal
4. Kegagalan kontrasepsi
riwayat infertilitas, riwayat pemakaian IUD belum lama berselang, riwayat penyakit
menular seksual (PMS) seperti: gonore dan klamidia, faktor usia hamil di atas 35
tahun, riwayat kebiasaan buruk (merokok) dan pasien dalam proses fertilisasi in vitro.
Gejala dan tanda kehamilan ektopik adalah sebagai berikut: Ibu hamil yang
mengalami kehamilan ektopik akan merasakan gejala pada usia kehamilan 6-10
minggu. Adapun gejala dan tanda yang dirasakan antara lain: amenorea/tidak haid,
nyeri perut bagian bawah, perdarahan per vaginam iregular (biasanya dalam bentuk
bercak-bercak darah), rasa sakit pada salah satu sisi panggul, tampak pucat, tekanan
darah rendah, denyut nadi meningkat, ibu hamil mengalami pingsan dan terkadang
disertai nyeri bahu akibat iritasi diafragma dari hemoperitoneum. Selain perdarahan
akibat kehamilan ektopik terganggu ada perdarahan yang disebabkan oleh abortus
tersebut berusia 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan
terjadi pada kehamilan trimester ketiga disebabkan adanya kelainan plasenta yaitu
plasenta previa dan solutsio plasenta. Plasenta previa perdarahan yang terjadi pada
implantasi plasenta yang menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum.
33
dan plasenta previa letak rendah sedangkan solusio plasenta adalah perdarahan yang
terjadi akibat lepasnya plasenta dari insersinya di fundus uteri sebelum waktu
perdarahan kurang dari 500 cc, solusio sedang dengan perdarahan sekitar 1000 cc
dan solusio plasenta berat suatu keadaan dimana plasenta sudah lepas melebihi 2/3
bagian, perut nyeri dan tegang, bagian janin sulit diraba seperti papan, darah dapat
masuk otot rahim, uterus couvelaire yang menyebabkan atoni uteri serta perdarahan
pascapartus dan terdapat gangguan pembekuan darah fibrinogen kurang dari 100
500 ml atau lebih sesudah anak lahir. Perdarahan pasca persalianan dapat disebabkan
oleh atoni uteri sisa plasenta, retensio plasenta, inversion uteri, robekan pada jalan
lahir dan gangguan pembekuan darah. Haemorargic Post Partum (HPP) adalah
hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi.
post partum primer atau perdarahan Pasca Persalinan Segera. Perdarahan pasca
persalinan primer adalah atoni uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan
2). Perdarahan masa nifas atau Perdarahan Persalinan Sekunder atau Perdarahan Pasca
rahim yang tidak baik atau sisa plasenta yang tertinggal. (Rahmawati, 2011).
disebabkan oleh pendarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai
pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang
berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan.
(WHO, 2010).
c. Aborsi
konsepsi dapat bertahan hidup di luar kandungan ibunya. (WHO, 1994). Sedangkan
dunia kedokteran berpendapat bahwa janin yang lahir dengan berat badan kurang dari
atau sama dengan 500 gram tidak mungkin hidup di luar kandungan, karena janin
yang berat badan 500 gram sama dengan usia kehamilan 22 minggu, maka kelahiran
Ada dua jenis aborsi yaitu Aborsi spontaneous dan aborsi provocatos.
embrio atau fetos akibat kecelakaan, ketidaksengajaan atau penyebab alami lainnya
yang mengakibatkan terhentinya kehamilan sebelum minggu ke- 22. Aborsi spontan
merupakan proses terjadi sendiri tanpa campur tangan manusia. Secara global 10-50%
hamil. Kebanyakan keguguran terjadi di masa awal kehamilan dan pada kebanyakan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus, abortus
completus yaitu pengeluaran keseluruhan buah kehamilan dari rahim dan keadaan
demikian tidak memerlukan pengobatan. Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan dan
missed abortion adalah keadaan dimana hasil pembuahan yang telah mati tertahan
dalam rahim selama delapan minggu atau lebih dan pasien biasanya tidak menderita
gejala kecuali tidak mendapat haid. Kebanyakan akan berakhir dengan pengeluaran
buah kehamilan secara spontan dengan gejala yang sama dengan abortus yang lain.
hidup di luar kandungan yang dilakukan dengan sengaja dengan tujuan tertentu.
abortus yang dilakukan dengan disertai indikasi medik, dengan alasan bila kehamilan
36
Biasanya diperlukan persetujuan dari 2 sampai 3 orang dokter ahli, (b) Abortus
Provokatus Kriminalis, abortus yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik
(ilegal). Perilaku ini sifatnya ilegal dan seringkali dilakukan secara sembunyi-
Pre-eklamsia adalah suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil.
Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh
peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga
muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang
Preeklamsia dibagi dalam dua bagian yaitu preeklamsia ringan dan preeklamsia
berat. Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinurea dan edema
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini timbul
berat adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110
mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih
(Rahmawati, 2011).
37
dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena
eklampsia juga sering mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma
atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau setelah melahirkan. Penyebab pasti dari
kelainan ini masih belum diketahui, namun beberapa penelitian menyebutkan ada
beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklamsia dan eklamsia. Faktor
faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim.
Faktor resiko terjadinya preeklamsia antara lain: pada umumnya terjadi pada
kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita
diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah : riwayat tekanan darah tinggi yang
preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari
satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis.
Infeksi pada kehamilan adalah infeksi jalan lahir yang terjadi pada kehamilan
muda dan tua. Infeksi pada kehamilan muda adalah infeksi jalan lahir yang terjadi
pada kehamilan kurang dari 20 sampai 22 minggu yang disebabkan adanya abortus
yang terinfeksi. Sedangkan infeksi jalan lahir pada kehamilan pada kehamilan tua
adalah infeksi yang terjadi pada trimester kedua dan ketiga. Infeksi jalan lahir ini
dapat terjadi akibat ketuban pecah sebelum waktunya, infeksi saluran kencing
misalnya sistitis, nefritis atau akibat penyakit sistemik seperti: malaria, demam tifoid,
38
hepatitis dan lain-lain. Keadaan ini berbahaya karena dapat menyebabkan terjadinya
sepsis yang dapat menyumbang kematian ibu sebesar 15%. (WHO, 2003).
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinan
dan nifas. Kuman penyebab infeksi dapat masuk ke dalam saluran genital dengan
berbagai cara antara lain melalui tangan penolong persalian yang tidak bersih atau
penggunaan instrumen yang kotor. Mula-mula infeksi terbatas pada uterus dimana
terdapat rasa nyeri dan nyeri tekan pada perut bagian bawah dengan cairan vagina
yang berbau busuk. Demam disertai nyeri perut yang bertambah, muntah, nyeri kepala
lain. Selanjutnya dapat terjadi abses di tuba falopii, panggul dan difragma bagian
bawah. Pada kasus yang berat infeksi dapat menyebar ke dalam aliran darah
(septicemia) menimbulkan abses dalam otak dan otot ginjal. Jika infeksi tidak
dikendalikan selanjutnya dapat terjadi gangguan mental dan koma. Infeksi nifas
menyebabkan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca persalinan. Kematian terjadi
karena berbagai komplikasi termasuk syok, gagal ginjal, gagal hati dan anemia.
Insidensi infeksi nifas terjadi antara 2-8% dari seluruh wanita hamil dan memberikan
predisposisi infeksi nifas antara lain kurang gizi, anemia, higyene persalinan yang
buruk, kelelahan ibu, sosial ekonomi rendah, proses persalinan yang bermasalah
39
seperti partus lama atau partus macet, persalinan traumatik, manipulasi berlebihan dan
meliputi status gizi, anemia, penyakit yang diderita ibu dan riwayat komplikasi pada
kehamilan dan persalinan sebelumnya. Status gizi ibu hamil dapat dilihat dari hasil
pengukuran terhadap lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran lingkar lengan atas
bertujuan untuk mendeteksi apakah ibu hamil termasuk kategori kurang energi kronis
(KEK) atau tidak. Ibu dengan status gizi buruk memiliki resiko untuk terjadinya
perdarahan dan infeksi pada masa nifas. Anemia merupakan maslah penting yang
harus diperhatikan selama kehamilan. Seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia
bila kadar haemoglobin (Hb) kurang dari 11g/dl. Berbagai sebab anemia yang saling
berkaitan antara lain intake yang kurang adekuat, malaria, parasit, defisiensi zat besi,
asam folat dan vitamin A. Kurang lebih 50% dari seluruh ibu hamil di seluruh dunia
menderita anemia. Wanita yang menderita anemia berat akan lebih rentan terhadap
infeksi selama kehamilan dan persalinan akan meningkatkan risiko kematian akibat
perdarahan dan akan memiliki risiko komplikasi operatif bila dibutuhkan persalinan
dengan seksio sesaria. Penyebab kematian maternal tidak langsung lainnya antara lain
40
obstetrik yang buruk seperti persalinan dengan tindakan, perdarahan, partus lama dan
adalah usia ibu hamil, jumlah paritas, jarak kehamilan dan status perkawinan ibu. Usia
di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia berisiko untuk hamil dan
melahirkan. Risiko paling besar terdapat pada ibu hamil berusia ≤ 14 tahun.
Komplikasi yang sering timbul pada kehamilan di usia muda adalah anemia, partus
bagi terjadinya kematian maternal di usia muda. Kemiskinan dan ibu hamil yang tidak
berpendidikan atau buta huruf maupun ketidak setaraan kedudukan antara pria dan
wanita, pernikahan usia muda dan kehamilan yang tidak diinginkan akan
medik dan obstetrik seperti risiko terjadinya hipertensi kehamilan, diabetes, penyakit
kardiovaskuler, penyakit ginjal dan gangguan fungsi paru. Kejadian perdarahan pada
usia kehamilan lanjut meningkat pada wanita yang hamil di usia > 35 tahun dengan
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas kurang dari satu atau belum pernah melahirkan atau baru melahirkan
petama kali dan paritas labih 4 kali memiliki angka kematian maternal lebih tinggi.
terhadap determinan antara yang meliputi faktor sosio-kultural dan faktor ekonomi,
seperti status wanita dalam keluarga dan masyarakat, status keluarga dalam
determinan dekat secara langsung dipengaruhi oleh determinan antara yaitu status
kesehatan atau pengunaan pelayanan kesehatan dan faktor-faktor lain yang tidak
diketahui atau tidak terduga. Proses yang paling dekat terhadap kematian ibu disebut
sebagai determinan dekat yaitu kehamilan itu sendiri dan komplikasi yang terjadi
dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas yang dikenal dengan komplikasi obstertri.
(Royston, 1998).
42
individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan
kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri
individu dan masyarakat. Faktor pendukung (enabling factors) ialah tersedianya sarana
(reinforcing factors) adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan. Menurut Green
ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan sehingga menimbulkan
perilaku positif dari masyarakat terhadap program tersebut dan terhadap kesehatan pada
umumnya. Sebagai contoh model Green ini dapat digunakan untuk menganalisis
imunisasi di setiap desa (faktor pendukung), para dokter, perawat dan petugas
paham atas pentingnya mencegah penyakit melalui imunisasi (faktor predisposisi). Ini
semua diarahkan untuk mencapai perilaku positif, yaitu membawa anak ke posyandu,
Puskesmas atau praktek dokter swasta untuk imunisasi. Namun disamping perilaku, ada
jika dia tidak patuh, atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan jika dia
mematuhi anjuran tersebut. Tahap ini disebut tahap kepatuhan (compliance). Biasanya
perubahan yang terjadi dalam tahap ini sifatnya sementara, artinya bahwa tindakan itu
dilakukan selama masih ada pengawasan petugas. Tetatpi begitu pengawasan itu
kehadiran fisik petugas atau tokoh otoriter, melainkan cukup rasa takut terhadap
ancaman sangsi yang berlaku, jika individu tidak melakukan tindakan tersebut.
Kepatuhan individu yang berdasarkan rasa terpaksa atau ketidak pahaman tentang
pentingnya perilaku yang baru itu, dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda
jenisnya, yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan atau
tokoh yang mengajurkan perubahan tersebut (change agent). Biasanya kepatuhan ini
timbul karena individu merasa tertarik atau mengagumi tokoh tersebut, sehingga ingin
menirukan tindakannya tanpa memahami sepenuhnya arti dan manfaat dari tindakan
tersebut. Proses ini disebut identifikasi. Meskipun motivasi untuk mengubah perilaku
individu dalam tahap ini lebih baik dari pada dalam compliance, namun motivasi ini
belum dapat menjamin kelestarian perilaku itu karena individu belum dapat
mengkaitkan perilaku tersebut dengan nilai-nilai lain dalam hidupnya sehingga jika
ditinggalkan oleh tokoh idolanya itu maka dia merasa tidak perlu lagi melanjutkan
perilaku tersebut.
44
Perubahan perilaku individu baru dapat menjadi optimal jika perubahan tersebut
terjadi melalui proses internalisasi dimana perilaku yang baru itu dianggap bernilai
positif bagi diri individu itu sendiri dan diintegrasikan dengan nilai-nilai kehidupannya.
(Solita, 1993).
Selain faktor sikap dan perilaku yeng berkontribusi pada penyebab kematian ibu
hamil meurut Saifudin ada faktor penyebab kematian lain yang perlu mendapat
kematian langsung (direct obstetric death) yaitu kematian ibu yang disebabkan
langsung oleh penyulit obstetrik pada masa kehamilan, persalinan dan nifas atau
kematian ibu yang disebabkan oleh suatu tindakan atau berbagai hal yang terjadi akibat
tindakan yang dilakukan selama hamil, persalinan dan nifas dan (2). Penyebab
kematian tidak langsung (indirect obstetric death) yaitu kematian ibu yang disebabkan
oleh suatu penyakit yang berkembang dan bertambah berat akibat kehamilan dan
bukti baru tentang keterlibatan laki-laki dalam pelayanan persalinan di daerah terpencil
Bangladesh. Temuan ini memiliki implikasi yang baik bagi penangugjawab program
melalui strategi pendidikan yang efektif dan tidak bertentangan dengan budaya
terpencil dan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan yang trampil. Tujuan utama
45
penilitian ini adalah untuk mengetahui masalah apa yang membatasi tenaga kesehatan
dan perawatan kepada ibu hamil di daerah pedesaan. Penelitian ini dilakukan pada
tahun 2006 dengan rancangan cross-sectional, dan yang menjadi target adalah 150
wanita yang memiliki kelahiran hidup dalam 24 bulan sebelum survey dilakukan. Data
perempuan menikah dengan usia 15-49 tahun yaitu 46 (31%) wanita melahirkan bayi
mereka di rumah sakit dan 104 (69%) yang melahirkan di rumah. (Roman Shrestha,
2012).
Pada tahun (2007) di Peru para dokter untuk Hak Asasi Manusia
menyebutkan kematian ibu yang terjadi sering disebakan oleh Penundaan Mematikan:
tidak ada pendekatan berbasis hak untuk keselamatan ibu, terdapat dokumentasi
pelayanan kasus yang tidak adil terhadap perempuan pribumi seperti contoh ibu hamil
yang sebenarnya tidak sampai menyebabkan kematian ibu tidak perlu. Masalah
kematian ibu adalah masalah sosial, penyebab kematian ibu diketahui oleh semua
masalah ibu hamil antara lain: kurangnya pengetahuan mengenali risiko kehamilan,
kurangnya transportasi, dan waktu yang dibutuhkan oleh staf di Puskesmas untuk
berhubungan dengan komplikasi persalinan pada daerah penelitian ini 993 wanita
hamil yang diseleksi yang paling sedikit satu kali menerima ante natal care (ANC)
selama masa kehamilan. Dilaporkan juga bahwa setiap tahun sekitar 500.000 wanita
hamil meninggal dunia berkaitan dengan masalah komplikasi selama masa kehamilan
dan hal ini 99% terjadi di negara-negara berkembang. Di Bangladesh hampir semua
wanita hamil di daerah terpencil dilayani oleh dukun bersalin dan hal ini sangat
kurangnya kesadaran terhadap persalinan, dan biaya. Alasan utama untuk mencari
perawatan adalah persalinan yang lama, retensi plasenta, dan perdarahan yang
berlebihan. Hanya seperempat wanita mencari perawatan setelah masalah terjadi dan
alasan utama mencari perawatan akhir adalah wanita hamil atau keluarga kurang
menyadari bahwa ada masalah serius mengenai jarak ke fasilitas kesehatan dan kurang
transportasi dan lain lain. Dengan demikian persalinan yang di lakukan oleh tenaga
tidak terlatih masih merupakan pilihan terbaik bagi masyarakat di daerah terpencil di
Nepal. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang ada erat hubungannya dengan
pelayanan dari tenaga kesehatan yang ikut diidentifikasi meliputi usia, etnis, pekerjaan
suami dan pekerjaan istri, jumlah kehamilan dan anak-anak, penggunaan ANC dan
47
pengalaman maslah selama kehamilan. Oleh karena itu tersedianya tenaga kesehatan
trampil di daerah terpencil untuk menyadarkan ibu hamil dalam proses persalinan di
lainnya bahwa kehamilan dan persalinan memiliki potensi-potensi yang patologik bagi
wanita karena periode ini dilalui dengan kondisi-kondisi yang rawan dan rentan,
lemah, perdarahan dan banyaknya keluar cairan tubuh yang secara ekstrim dapat
berakibat kematian. Potensi dan kondisi patologik ini dapat mengganggu fungsi social
1986).
keagamaan, bersifat personal dan merupakan pengalaman yang akrab bagi anggota
keluarga lainnya. Perawatan sejak awal kehamilan terjadi hingga pasca persalinan
biasa dilakukan di rumah dengan dibantu seorang dukun bayi. Pada kesempatan itu
anggota keluarga seperti ibu, suami, serta saudara dan kerabat memainkan peranan
kehamilan dan persalinan sebagai suatu gejala social (Foster Anderson, 2005).
48
Berikut ini adalah gambaran maternal moratlity rate dan maternal mortality
ratio di selururh dunia yang dilaporkan oleh WHO pada tahun 2010 sebagai berikut:
Gambar 2.5 Peta Maternal Mortality Rate World Wide (WHO, 2010).