Anda di halaman 1dari 17

BUDAYA LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS MELALUI IMPLEMENTASI


PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
DALAM MENULIS KARYA ILMIAH

Riskha Arfiyanti
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

Abstrak

Pendidikan pada abad ke-21 menuntut mahasiswa menguasai


berbagai keterampilan. Apalagi, pada abad ini teknologi informasi dan
komunikasi berkembang sangat pesat. Berbagai sumber informasi dapat
diakses dengan cepat. Mahasiswa perlu menguasai keterampilan dalam
memperoleh, memilih, mengevaluasi, dan mengolah beragam informasi dari
berbagai sumber pembelajaran tersebut dengan kritis. Keterampilan literasi
informasi dan kemampuan berpikir kritis ini sangat diperlukan mahasiswa
agar dapat memilah secara cerdas beragam informasi dari berbagai sumber
pembelajaran yang tidak lagi terbatas pada sumber tercetak, tetapi juga
elektronik. Budaya literasi informasi dan kemampuan berpikir kritis
mahasiswa dapat ditumbuhkan melalui penerapan model pembelajaran
berbasis masalah dalam menulis karya ilmiah. Hal ini disebabkan sintaks
dalam pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa berpikir kritis dalam
mencari, memilih, menilai, menggunakan serta menyajikan sumber
informasi sebagai wujud keterampilan literasi informasi untuk menunjang
penulisan karya ilmiahnya.

Kata kunci: literasi informasi, berpikir kritis, pembelajaran berbasis


masalah, karya ilmiah

A. Pendahuluan

Abad 21 ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Pendidikan pada abad ini menuntut mahasiswa

menguasai berbagai keterampilan. Oberg (dalam Iriantara,

2009, hlm. 5) mengungkapkan bahwa perkembangan ilmu

Riskha Arfiyanti: Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui... | 1
pengetahuan dan teknologi melahirkan tantangan yang

menuntut manusia memiliki kemampuan literasi lain, di luar

melek huruf. Perkembangan ini mengakibatkan definisi dan

makna literasi sudah berubah dan akan terus berubah. Oleh

karena itu, muncul istilah literasi lain di luar kemampuan

membaca dan menulis, seperti literasi media, literasi teknologi,

dan literasi informasi.

Di era teknologi, informasi, dan komunikasi yang

berkembang dengan pesat tuntutan terhadap kemampuan

literasi informasi semakin penting dan mendesak. Banyaknya

informasi yang tersedia dalam berbagai bentuk mengharuskan

individu terampil memilih dan menggunakan informasi secara

efektif. Berbagai informasi dari berbagai sumber tersedia

bukan hanya dalam bentuk tercetak, melainkan juga elektronik.

Bahkan, dapat dipastikan ketersediaan sumber elektronik

melebihi sumber tercetak. Oleh karena itu, sumber elektronik

dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.

2| Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Implementasi....


Penguasaan literasi informasi sangat diperlukan dan

menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran.

Kemudahan mengakses berbagai sumber informasi dalam

bentuk elektronik tersebut mengharuskan mahasiswa juga

memiliki kemampuan berpikir kritis untuk memilih, memilah,

dan menilai informasi. Dengan kemampuan literasi informasi

dan berpikir kritis, mahasiswa dapat menentukan bahwa

informasi yang diperoleh tersebut merupakan informasi yang

penting, diperlukan, dan dapat dimanfaatkan, terutama dapat

menambah cakrawala pengetahuan. Budaya literasi informasi

dan kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan dalam

pembelajaran, salah satunya dalam pembelajaran menulis karya

ilmiah.

Karya ilmiah merupakan salah satu keterampilan

menulis yang harus dikuasai mahasiswa. Bentuk karya tulis

ilmiah dapat berupa makalah, skripsi, tesis, atau disertasi.

Karya tulis ilmiah merupakan bukti autentik penguasaan

mahasiswa akan ilmu yang diperolehnya. Bahkan, karya tulis

Riskha Arfiyanti: Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui... | 3
berbentuk skripsi, tesis, atau disertasi menjadi satu syarat bagi

mahasiwa dalam menyelesaikan studi.

Dalam pembelajaran menulis karya ilmiah diperlukan

model yang dapat menumbuhkan keterampilan literasi

informasi dan berpikir kritis. Model pembelajaran tersebut

yaitu model pembelajaran berbasis masalah. Pada

pembelajaran berbasis masalah mahasiswa dituntut untuk

melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan

cara menggali informasi sebanyak-banyaknya. Kemudian

informasi dianalisis sehingga diperoleh solusi untuk setiap

permasalahan yang ada. Pada proses pencarian informasilah

diperlukan keterampilan literasi informasi dan berpikir kritis.

B. Pembahasan

1. Literasi Informasi

Literasi secara sederhana terbatas pada kemampuan

membaca dan menulis. Namun kini, makna literasi ini menjadi

luas. Oleh karena itu, keterampilan mahasiswa juga harus

dikembangkan bukan hanya mencakup kemampuan membaca

4| Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Implementasi....


dan menulis, melainkan juga harus menguasai berbagai

keterampilan literasi, salah satunya literasi informasi.

Literasi informasi dibutuhkan dalam era digital karena

seperti yang kita ketahui informasi bukan hanya disajikan

dalam format tercetak, melainkan juga dalam bentuk

elektronik. Literasi informasi merupakan kemampuan mencari,

menentukan, menganalisis, mengevaluasi, dan menggunakan

informasi secara efektif. American Library Associaton (ALA,

2000, hlm 2) mendefinisikan literasi sebagai, “information

literacy is a set of abilities requiring individuals to recognize

when information is needed and have the ability to locate,

evaluate, and use effectively the needed information.” Literasi

informasi adalah serangkaian kemampuan yang dibutuhkan

seseorang untuk menyadari kapan informasi dibutuhkan dan

memiliki kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, dan

menggunakan, informasi secara efektif.

Adapun Riedling (2007, hlm. 9) mengidentifikasi 3

standar literasi informasi bagi pembelajar. Pembelajar yang

Riskha Arfiyanti: Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui... | 5
melek informasi menurut Riedling, yaitu 1) dapat mengakses

informasi secara efisien dan efektif; 2) dapat mengevaluasi

informasi secara kritis dan kompeten; 3) dapat menggunakan

informasi secara akurat dan kreatif. Dari standar ini, dapat

disimpulkan bahwa individu yang melek informasi harus

memiliki kemampuan berpikir kritis.

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk

menganalisis dan menilai sesuatu secara bijaksana dengan

penuh pertimbangan. Mahasiswa harus memiliki kemampuan

ini agar dapat memilih dan memilah setiap informasi yang

diperlukan. Kemampuan berpikir kritis, menurut Kuswarno

(2013, hlm. 21), meliputi pengamatan, interpretasi, analisis,

kesimpulan, evaluasi, penjelasan, metakognisi.

Menurut Beyer (dalam Hassoubah, 2008, hlm. 92)

keterampilan berpikir kritis meliputi kemampuan: 1)

menentukan kredibilitas sumber, 2) membedakan antara

relevan dari yang tidak relevan, 3) membedakan fakta dari

penilaian, 4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang

6| Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Implementasi....


tidak terucapkan, 5) mengidentifikasi bias yang ada, 6)

mengidentifikasi sudut pandang, dan 7) mengevaluasi bukti

yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.

Dalam mengembangkan berpikir kritis, langkah-

langkah berikut menurut Sihotang, dkk. (2012, hlm. 7) perlu

dilakukan. 1) Mengenali masalah. Pengenalan terhadap

masalah merupakan langkah pertama untuk menunjukkan

berpikir kritis. 2) Menemukan cara-cara untuk menangani

masalah. 3) Mengumpulkan dan menyusun informasi yang

diperlukan untuk penyelesaian masalah. 4) Mengenal asumsi

dan nilai yang tidak dinyatakan. 5) Menggunakan bahasa yang

tepat, jelas, dan khas. 6) Mengevaluasi data dan menilai fakta

serta pernyataan-pernyataan. 7) Mencermati adanya hubungan

logis antara masalah dengan jawaban yang diberikan. 8)

Menarik kesimpulan atau pendapat tentang isu atau persoalan.

3. Pembelajaran Berbasis Masalah

Sesuai dengan namanya, tentu saja pembelajaran

berbasis masalah menempatkan masalah sebagai fokus utama

pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu

Riskha Arfiyanti: Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui... | 7
pembelajaran yang menuntut aktivitas mental mahasiswa untuk

memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan

masalah yang disajikan pada awal pembelajaran. Masalah yang

disajikan pada mahasiswa merupakan masalah kehidupan

sehari-hari (kontekstual).

Menurut Tan (dalam Rusman, 2014, hlm. 229),

pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam

pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir

mahasiswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja

kelompok atau tim yang sistematis, sehingga mahasiswa dapat

memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan

kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Dalam

abad ke-21 ini model pembelajaran berbasis masalah tepat

digunakan untuk pembelajaran yang menuntut keterampilan

berpikir mahasiswa.

Prinsip utama pembelajaran berbasis masalah adalah

penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik

untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis,

8| Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Implementasi....


keterampilan menyelesaikan masalah, serta mengembangkan

pengetahuan. Masalah nyata merupakan masalah yang terdapat

dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila

diselesaikan (Priyatni, 2014, hlm. 113).

Sanjaya (2010, hlm. 214) mengemukakan 3 ciri utama

strategi pembelajaran berbasis masalah, yaitu 1) merupakan

rangkaian aktivitas pembelajaran, 2) aktivitas diarahkan untuk

menyelesaikan masalah, 3) pemecahan masalah dilakukan

dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Aktivitas,

pemecahan masalah, dan pendekatan ilmiah harus tampak

dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah.

Ibrahim dan Nur (2000) serta Ismail (2002) (dalam

Rusman, 2014, hlm. 243) mengemukakan sintaks pembelajaran

berbasis masalah sebagai berikut.

Tabel 1
Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

No Indikator Tingkah Laku Dosen


1 Orientasi mahasiswa pada Menjelaskan tujuan pembelajaran,
masalah menjelaskan logistik yang diperlukan,
dan memotivasi mahasiswa terlibat
dalam pada aktivitas pemecahan
masalah
2 Mengorganisasi Membantu mahasiswa mendefinisikan

Riskha Arfiyanti: Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui... | 9
mahasiswa untuk belajar dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
tersebut
3 Membimbing pengalaman Mendorong mahasiswa untuk
individual/kelompok mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
4 Mengembangkan dan Membantu mahasiswa dalam
menyajikan hasil karya merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, dan
membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya
5 Menganalisis dan Membantu mahasiswa untuk melakukan
mengevaluasi proses refleksi atau evaluasi terhadap
pemecahan masalah penyelidikan mereka dan proses yang
mereka gunakan.

4. Karya Ilmiah

Karya tulis merupakan suatu bentuk ekspresi seseorang

berupa hasil pemikiran, gagasan, ide yang dituangkan dalam

bentuk tulisan. Namun, tidak semua karya tulis disebut karya

ilmiah. Kusmana (2012, hlm. 2) mengemukakan bahwa suatu

karya tulis dikatakan ilmiah jika mengupas dan

mempermasalahkan pengetahuan; menerapkan kebenaran

ilmiah dan disajikan dengan metode ilmiah; serta

menggunakan bentuk dan bahasa ilmiah. Sementara itu,

Suyitno (2013, hlm. 8) mendefinisikan karya ilmiah sebagai

10| Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Implementasi....
produk yang disusun secara terencana, sistematis, dan

mengikuti prosedur atau tahap ilmiah.

Gagasan yang disajikan dalam karya ilmiah harus

berdasarkan fakta. Fakta tersebut diambil dari sumber yang

dapat dipercaya. Oleh karena itu, mahasiswa harus memiliki

kemampuan berpikir kritis dan kemampuan literasi informasi

dalam menentukan informasi yang diperoleh untuk bahan

tulisannya apakah benar-benar berupa fakta atau sekadar opini.

Karya tulis ilmiah terdiri atas beberapa jenis. Bentuk

karya tulis ilmiah meliputi artikel (ilmiah populer), makalah,

laporan penelitian (laporan penelitian lapangan dan kajian

pustaka), buku, dan laporan penyelesaian studi (Kusmana,

2012, hlm. 87). Setiap karya tulis tersebut memiliki

karakteristik dan struktur tertentu yang membedakan dengan

karya tulis lainnya. Pemahaman dan penguasaan terhadap

seluk-beluk karya ilmiah akan dapat menghasilkan tulisan yang

bernas, berkualitas, dan dapat dipertanggungjawabkan,

terutama dari segi keilmuan.

Riskha Arfiyanti: Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui... | 11
5. Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan Berpikir Kritis

Melalui Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah

dalam Menulis Karya Ilmiah

Literasi informasi dan kemampuan berpikir kritis

mahasiswa dapat dikembangkan dan dibudayakan melalui

rangkaian aktivitas pembelajaran berbasis masalah dalam

menulis karya ilmiah. Berikut sintaks pembelajaran tersebut.

a. Fase 1: Dosen mengorientasikan mahasiswa pada masalah


1) Dosen menyampaikan tujuan pembelajaran menulis dan
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan.
2) Dosen menyiapkan berbagai sumber bacaan yang
berkaitan dengan pembelajaran yang akan dilakukan,
terutama pada saat merumuskan masalah. Kegiatan
tersebut, misalnya membaca buku, koran, menyaksikan
film.
3) Mahasiswa mengamati fenomena yang terjadi sebagai
bahan tulisan. Misalnya mahasiswa menyimak tayangan
film.
b. Fase 2: Dosen mengorganisasi mahasiswa untuk belajar
1) Mahasiswa secara berkelompok mengidentifikasi
berbagai masalah yang ada dalam tayangan.

12| Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Implementasi....
2) Dosen membimbing mahasiswa untuk
menginventarisasi dan mengevaluasi secara kritis
berbagai masalah tersebut mana yang penting dan tidak
penting yang memang harus dicari solusinya. Setiap
kelompok diupayakan memilih masalah berbeda sesuai
dengan minat mereka, masalah yang menurut mereka
penting dipecahkan, dan relevan dengan materi pokok.
3) Setelah menginventarisasi masalah, mahasiswa
merumuskan masalah.
c. Fase 3: Dosen membimbing pengalaman individual dan
kelompok
1) Dengan kemampuan literasi informasi dan berpikir
kritis, mahasiswa secara berkelompok mengumpulkan
data sebanyak-banyaknya dengan mengakses informasi
secara efisien dan efektif dari berbagai sumber yang
sesuai dengan masalah yang dirumuskan. Hal ini
dilakukan untuk mencari penyelesaian masalah.
2) Secara berdiskusi, mahasiswa menganalisis,
mengevaluasi informasi secara kritis dan kompeten,
serta menguji kebenaran data yang dikumpulkan
tersebut.
3) Setiap mahasiswa memberikan argumen terhadap data
yang diperolehnya apakah relevan atau tidak dengan
masalah.

Riskha Arfiyanti: Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui... | 13
4) Secara berdiskusi mahasiswa memilih data yang tepat
untuk menyelesaikan masalah.
5) Secara berdiskusi, mahasiswa merumuskan jawaban
atas masalah berdasarkan data yang dipilih.
d. Fase 4: Mahasiswa mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
1) Dosen membantu mahasiswa dalam merencanakan dan
menyiapkan tugas berupa laporan hasil tulisannya
sesuai dengan topik/ masalah yang dipilih.
2) Dosen membantu mahasiswa berbagi tugas dengan
temannya dalam mengerjakan laporan, misalnya ketika
membuat kerangka tulisan.
3) Mahasiswa menggunakan informasi secara akurat dan
kreatif dengan mengembangkan kerangka yang telah
dibuat menjadi sebuah karya tulis.
4) Mahasiswa mempresentasikan hasil pekerjaan di depan
kelas.
e. Fase 5: Dosen dan mahasiswa menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah.
1) Dosen dan mahasiswa lain memberikan tanggapan
terhadap hasil karya mahasiswa yang dipresentasikan
tersebut.

14| Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Implementasi....
2) Dosen meminta mahasiswa merefleksi hasil pekerjaan
mereka, terutama kekurangan dan kelebihan pekerjaan
yang telah dibuat berdasarkan hasil tanggapan tadi.
3) Dosen meminta mahasiswa mengevaluasi proses belajar
dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data,
perumusan jawaban, hingga pelaporan hasil karya.
C. Penutup

Budaya literasi informasi menjadi syarat mutlak yang

harus dikuasai mahasiswa dalam menghadapi tantangan pada

abad 21, terutama menghadapi kemajuan perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, informasi, dan komunikasi.

Keterampilan literasi informasi merupakan dasar bagi

kemandirian belajar dan pembelajaran sepanjang hayat. Proses

pembelajaran berfungsi mengubah informasi yang diperoleh

menjadi pengetahuan. Hal ini berarti juga proses pembelajaran

akan berjalan lebih efektif bila didukung kompetensi literasi

informasi yang baik.

Pembelajaran berbasis masalah bertujuan

mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis,

menyelesaikan masalah, dan sekaligus mengembangkan

Riskha Arfiyanti: Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui... | 15
pengetahuannya. Di samping itu, pembelajaran berbasis

masalah bertujuan mengembangkan kemandirian belajar dan

keterampilan sosial mahasiswa yang dapat terbentuk ketika

mereka berkolaborasi dalam mengidentifikasi, menelusuri,

mengolah, dan mengevaluasi informasi, serta sumber belajar

yang relevan untuk menyelesaikan masalah. Dengan demikian,

budaya literasi informasi dan kemampuan berpikir kritis dapat

dikembangkan melalui implementasi pembelajaran berbasis

masalah.

Daftar Rujukan

American Library Association. (2000). Information literacy


competency standards for higher education. [online].
Tersedia:http://www.ala.org/acrl/standards/informationliterac
ycompetency. Diakses pada tanggal 16 Maret 2016.
Hassoubah, Z.A. (2008). Mengasah pikiran kreatif dan kritis.
Bandung: Nuansa.
Iriantara, Y. (2009). Literasi media: Apa, mengapa, dan bagaimana.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Kusmana, S. (2012). Merancang karya tulis ilmiah. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Kuswarno. (2013). Taksonomi berpikir. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Priyatni, E.T. (2014). Desain pembelajaran bahasa Indonesia dalam
Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Riedling, A.M. (2007). An educator’s guide to information literacy:
What every high school senior needs to know. London:
Westport The Greenwood Publishing Group.

16| Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Implementasi....
Rusman. (2014). Model-model pembelajaran: mengembangkan
profesionalisme guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sanjaya, W. (2010). Strategi pembelajaran berorientasi standar
proses pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup.
Sihotang, K., dkk. (2012). Critical thinking: Membangun pemikiran
logis. Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan.
Suyitno, I. ((2013). Karya tulis ilmiah: Panduan, teori, perlatihan,
dan contoh. Bandung: PT Refika Aditama.

Biodata Penulis
Nama : Riskha Arfiyanti
Afiliasi : Universitas Swadaya Gunung Jati, FKIP, Prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jalan
Perjuangan No 1, Cirebon
Nomor Telepon : 081321170453
Pos-el : arfiyanti.riskha@gmail.com

Riskha Arfiyanti: Budaya Literasi Informasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui... | 17

Anda mungkin juga menyukai