Anda di halaman 1dari 6

GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG CARA MERAWAT

PASIEN HALUSINASI DI RUMAH

Lendra Hayani1, Veny Elita2, Oswati Hasanah3

Program Studi Ilmu


Keperawatan Universitas Riau
Email: Lendra Hayani@yahoo.com

Abstract
The purpose of this study is to describe a family of knowledge about how to care for patients
with hallucination at home. The design used is simple descriptive. This research is conducted
at the clinic at Tampan Mental Hospital with 30 respondents. Measuring instrument used is
a questionnaire that has been tested for validity and the reliability.. The result shows that the
majority of respondents as many as 21 people (70%.) Have good level of knowledge. It is
expected to nurse at Tampan Mental Hospital Riau Province, to give health education about
hallucinations more frequent whichis useful to increase family knowledge about the
hallucinations, as well as the patient's family can be motivate to control patients to the
hospital on a regular basis.

Keywords : Hallucinations, Families, Knowledge

PENDAHULUAN

Gangguan jiwa (Mental Disorder) Potensi seseorang mudah terserang


merupakan salah satu dari empat masalah gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat
kesehatan utama di negara-negara maju, 450 juta orang diseluruh dunia terkena
modern dan industri. Keempat masalah dampak permasalahan jiwa, saraf, maupun
kesehatan utama tersebut adalah penyakit perilaku. Salah satu bentuk gangguan jiwa
degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan yang terdapat diseluruh dunia adalah
kecelakaan (Mardjono, 1992 dalam gangguan jiwa berat yaitu Skizofrenia
Hawari, 2007). Meskipun gangguan jiwa (Hawari, 2007).
tersebut tidak dianggap sebagai hal yang Jumlah penderita skizofrenia di
menyebabkan kematian secara langsung, Indonesia adalah tiga sampai lima per
namun beratnya gangguan tersebut dalam 1000 penduduk. Mayoritas penderita
arti ketidak mampuan secara invaliditas berada di kota besar. Ini terkait dengan
baik secara individu maupun kelompok tingginya stres yang muncul di daerah
akan menghambat pembangunan, karena perkotaan. Dari hasil survei di rumah sakit
mereka tidak produktif dan tidak efisien di Indonesia, ada 0,5-1,5 perseribu
(Setyonegoro, 1992 dalam Hawari, 2007). penduduk mengalami gangguan jiwa
Data statistik yang dikemukakan oleh (Hawari 2009, dalam Chaery 2009). Pada
WHO atau World Health Organization penderita skizofrenia 70% diantaranya
(2002) menyebutkan bahwa prevalensi mengalami halusinasi (Purba,Wahyuni,
masalah kesehatan jiwa saat ini cukup Nasution & Daulay, 2008).
tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah Halusinasi merupakan gangguan atau
menderita masalah kesehatan jiwa, 1% perubahan persepsi dimana pasien
diantaranya adalah gangguan jiwa berat. mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi. Suatu penerapan panca indera persepsi palsu. Gangguan dari halusinasi
tanpa ada rangsangan dari luar dan tersebut menunjukkan gejala, seperti klien
penghayatan yang dialami adalah suatu berbicara sendiri, mata melihat kekanan dan
persepsi melalui pancaindera yaitu kekiri, jalan mondar-mandir, sering
tersenyum dan tertawa sendiri, dan sering Keluarga Tentang Cara Perawatan Pasien
mendengar suara-suara. (Maramis, 2005). Halusinasi Di Rumah.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau,
tepatnya di Ruang Poliklinik Jiwa (Rawat TUJUAN PENELITIAN
Jalan) jumlah penderita skizofrenia Untuk mengetahui gambaran
mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 pengetahuan keluarga tentang cara
(Januari-Desember) berjumlah 4.782 merawat pasien halusinasi di rumah.
orang, sedangkan tahun 2012 (Januari- METODOLOGI
Desember) berjumlah 7493 orang.. Jumlah Desain penelitian merupakan
data penderita skizofrenia dengan masalah petunjuk dalam perencanaan dan
keperawatan halusinasi belum pelaksanaan penelitian untuk mencapai
terdokumentasikan. suatu tujuan atau menjawab suatu
Menurut penelitian Nurdiana (2007) pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008).
ditemukan bahwa salah satu faktor Jenis penelitian adalah deskripsi
penyebab terjadinya kekambuhan kuantitatif, yang merupakan suatu metode
penderita skizofrenia khususnya halusinasi dalam meneliti status sekelompok
adalah kurangnya peran serta keluarga manusia, suatu obyek, suatu set kondisi,
dalam perawatan terhadap anggota suatu sistem pikiran, ataupun suatu kelas
keluarga yang menderita penyakit tersebut. peristiwa pada masa sekarang.
Salah satu penyebabnya adalah karena Sampel: sampel yang digunakan
keluarga yang tidak tahu cara menangani sebanyak 30 responden dengan kriteria
penderita halusinasi di rumah. inklusi bersedia menjadi responden,
Keluarga merupakan unit paling Keluarga pasien yang datang ke poliklinik
dekat dengan penderita, dan merupakan
jiwa dengan membawa pasien halusinasi.
perawat utama bagi penderita. Keluarga
Instrument: instrument yang
berperan dalam menentukan cara atau
digunakan berupa kuesioner pengetahuan.
perawatan yang diperlukan penderita di
Prosedur: Tahapan awal peneliti
rumah. Keberhasilan perawat di rumah
mengajukan surat permohonan ke PSIK
sakit akan sia-sia jika tidak diteruskan di
UR yang selanjutnya diteruskan kepada
rumah yang kemudian mengakibatkan
direktur RSJ Tampan untuk melakukan
penderita harus di rawat kembali
penelitian di poliklinik jiwa.
(kambuh). Peran serta keluarga sejak awal
perawatan di rumah sakit akan
HASIL PENELITIAN
meningkatkan kemampuan keluarga
Analisa Univariat
merawat penderita sehingga kemampuan
Tabel 3.
kambuh dapat dicegah.
Distribusi frekuensi karakteristik
Uraian di atas menunjukkan bahwa
responden
banyak anggota keluarga belum
Karakteristik Frekuensi %
Umur
Dewasa awal (21-40 8 26,7
tahun)
Dewasa tengah (41- 19 63,3
60 tahun)
Dewasa akhir (>60 3 10
tahun)
Status pendidikan
mengetahui cara merawat pasien dengan - SD 2 6,7
halusinasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik - SMP 6 20
untuk meneliti Gambaran Pengetahuan - SMA 16 53,3
- PT 6 20 Juga di dukung oleh Hurlock (2002), Usia
Jenis kelamin 41-60 tahun dinamakan dewasa tengah
- Laki-laki - Permpu an Pekerjaan
- IRT 14 46,7 dimana kemampuan mental mencapai
- Swasta 16 53,3 puncaknya untuk mempelajari dan
- Wiraswasta menyesuaikan diri pada situasi-situasi baru
- PNS 11 36,7 seperti pada misalnya mengingat hal-hal
- Dll 6 20 yang pernah dipelajari, penalaran analogis
4 13,3 dan berfikir kreatif.
4 13,3
5 16,7 c. Pendidikan
Total 30 100 Berdasarkan penelitian bahwa paling
banyak responden berpendidikan SMA
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebanyak 16 orang (53,3%). Sesuai dengan
mayoritas responden berada pada teori Notoadmodjo (2003), pengetahuan
kelompok dewasa tengan (41-60 tahun) seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa
sebanyak 19 orang (63,3%). Pendidikan faktor, salah satu diantaranya adalah
paling banyak adalah SMA sebanyak 16 tingkat pendidikan. Secara umum, orang
orang (53,3%). Jenis kelamin paling yag berpendidikan lebih tinggi akan
banyak adalah berjenis kelamin mempunyai pengetahuan lebih luas di
perempuan sebanyak 16 orang (53,3%). bandingkan dengan seseorang yang tingkat
Bahwa pekerjaan paling banyak responden pendidikannya lebih rendah.
sebagai IRT sebanyak 11 orang (36,7%).
d. Jenis kelamin
Tabel 4 Berdasarkan penelitian diketahui
Distribusi frekuensi pengetahuan bahwa paling banyak responden berjenis
responden tentang cara perawatan kelamin perempuan sebanyak 16 orang
halusinasi dirumah (53,3%). Menurut Siagian (2004), anggota
Pengetahuan Frekuensi % keluarga berjenis kelamin perempuan lebih
Baik 21 70 sabar dan telaten dalam melakuan
Cukup 7 23,3 perawatan pada anggota keluarganya yang
Kurang 2 6,7 sakit, sedangkan laki-laki secara fisik
Total 30 100 lebih kuat dibandingkan dengan
perempuan.
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa
mayoritas responden berpengetahuan baik e. Gambaran pengetahuan keluarga
sebanyak 21 orang (70%). tentang cara merawat pasien halusinasi
di rumah
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian tentang
1. Karakteristik responden gambaran pengetahuan keluarga tentang
a. Umur cara merawat pasien halusinasi di rumah
Berdasarkan penelitian diketahui diketahui bahwa mayoritas keluarga
bahwa mayoritas responden berada pada mempunyai pengetahuan yang baik
kelompok dewasa tengah (41-60 tahun) tentang cara merawat pasien halusinasi di
sebanyak 19 orang (63,3%). Notoatmodjo rumah sebanyak 21 responden (70%). Ini
(2007), mengatakan semakin tua seseorang disebabkan karena paling banyak
maka semakin bijaksana, semakin banyak responden berpendidikan SMA sebanyak
informasi yang dijumpai dan semakin 16 orang (53,3%). Menurut Arifin (2004)
banyak hal yang akan dikerjakan sehingga pendidikan adalah usaha sadar dan
menambah pengetahuan keluarga tentang terencana untuk mewujudkan suasana
cara merawat pasien halusinasi di rumah. belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan teori Notoadmodjo (2003), pengetahuan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa
spiritual keagamaan, pengendalian diri, faktor, salah satu diantaranya adalah tingkat
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, pendidikan. Secara umum, orang yag
serta keterampilan yang diperlukan berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
dirinya dan masyarakat. Sesuai dengan pengetahuan lebih luas di bandingkan
dengan seseorang yang tingkat analogis dan berfikir kreatif. Umur
pendidikannya lebih rendah. Menurut mempengaruhi terhadap daya tangkap dan
Kirana (2003), pendidikan dikelompokkan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
berdasarkan tingkatan, yaitu : pendidikan umur akan semakin berkembang pula daya
tinggi ≥ SMA, pendidikan menengah = tangkap dan pola pikirnya, sehingga
SMP dan pendidikan rendah = SD dan pengetahuan yang diperolehnya semakin
tidak sekolah sama sekali. Faktor lain yang membaik. Pada rentang usia ini termasuk
membuat pengetahuan keluarga baik kedalam rentang usia produktif, dimana
tentang halusinasi adalah karena keluarga pada usia ini individu berinteraksi dengan
secara rutin membawa anggota keluarga masyarakat luas dan termasuk juga
yang mengalami halusinasi ke rumah sakit perubahan intelektual yang mencolok,
jiwa untuk berobat/kontrol sehingga sehingga pada masa usia tersebut
keluarga sering mendapatkan penyuluhan seseorang akan lebih aktif dalam mencari
tentang kesehatan jiwa (halusinasi) dari informasi untuk menambah pengetahuan
mahasiswa yang praktik. Menurut asumsi melalui berbagai hal yaitu televisi,
peneliti bahwa semakin tinggi tingkat majalah, Koran, mengikuti penyuluhan
pendidikan responden maka semakin baik masalah kesehatan jiwa, mencari informasi
pula cara menerima informasi yang dari perawat yang ada dipoliklinik.
didapat sehingga tingkat pengetahuaanya Berdasarkan jenis kelamin diketahui
tentang cara perawatan pasien dengan bahwa paling banyak responden berjenis
halusinasi dirumah semaki baik. kelamin perempuan sebanyak 16 orang
Kemudian untuk karakteristik umur (53,3%) hal ini dikarenakan jenis kelamin
dari hasil penelitian berada pada kelompok perempuan selalu berada dirumah dari
dewasa tengah (41-60 tahun) sebanyak 19 pada laki-laki dan sangat terlaten dalan
orang (63,3%). Notoatmodjo (2007), mengurus keluarga sehingga perempuan
mengatakan semakin tua seseorang maka lebih banyak tau masalah kesehatan
semakin bijaksana, semakin banyak keluarganya. Menurut Siagian (2004),
informasi yang dijumpai dan semakin anggota keluarga berjenis kelamin
banyak hal yang akan dikerjakan sehingga perempuan lebih sabar dan telaten dalam
menambah pengetahuan keluarga tentang melakuan perawatan pada anggota
cara merawat pasien halusinasi di rumah. keluarganya yang sakit, sedangkan laki-
Hal ini juga di dukung oleh Hurlock laki secara fisik lebih kuat dibandingkan
(2002), Usia 41-60 tahun dinamakan dengan perempuan. Sejalan dengan
dewasa tengah dimana kemampuan mental Ahmadi (2003), mengemukakan bahwa
mencapai puncaknya untuk mempelajari sampai saat ini belum ada petunjuk yang
dan menyesuaikan diri pada situasi-situasi menguatkan tentang adaya perbedaan skill,
baru seperti pada misalnya mengingat hal- sikap, minat, temperamen, bakat dan pola
hal yang pernah dipelajari, penalaran tingkah laku antara laki laki dan
perempuan merupakan hasil dari
perbedaan tradisi kehidupan dan bukan
semata-mata perbedaan jenis kelamin,
selain itu fakta menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan yang berarti antara pria dan
wanita dalam hal intelegensi, uraian ini
dapat kita ketahui bahwa tidak ada
perbedaan antara pengetahuan yang
diperoleh laki-laki ataupun perempuan.
Berdasarkan pekerjaan responden
paling banyak responden bekerja sebagai
IRT sebanyak 11 orang (36,7%). Ibu
rumah tangga merupakan anggota keluarga dipastikan ibu rumah tangga lebih sering
yang kegiatan kesehariannya lebih banyak merawat anggota keluarganya yang terkena
mengurus rumah dan selalu meperhatikan gangguan jiwa (halusinasi). Ibu rumah
keadaan keluarganya,sehingga bisa tangga juga mempunyai banyak waktu untuk
berperan aktif dalam kegiatan masyarakat Bagi rumah sakit penelitian ini
dan mencari informasi yang berguna untuk diharapkan kepada petugas kesehatan di
diri dan keluarga seperti mengikuti instansi RSJ Tampan Provinsi Riau, untuk
kegiatan Pemberdayaan Kesejahteraan lebih sering malakukan penyuluhan
Keluarga (PKK) atau ikut melihat kesehatan tentang halusinasi yang berguna
penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh untuk lebih meningkatkan pengetahuan
Puskesmas sehingga pengetahuan ibu keluarga tentang halusinasi, serta dapat
rumah tangga akan bertambah tentang cara memotifasi keluarga pasie dalam
merawat pasien halusinasi di rumah. Hal mengontrol pasien ke rumah sakit agar
ini didukung oleh teori menurut Mohamed tidak putus obat.
(2006) mengemukakan bahwa ibu yang Bagi pasien dan keluarga penelitian
tidak bekerja atau ibu rumah tangga akan ini diharapkan kepada keluarga pasien agar
mempunyai banyak waktu luang untuk lebih dapat meningkatkan pengetahuanya
mencari informasi tentang suatu hal yang serta mengaplikasikannya dalam merawat
menarik di bicarakan saat itu. Bisa melalui pasien halusinasi dirumah.
televisi, media cetak, dan pendidikan
kesehatan.

KESIMPULAN 1. Lendra Hayani, S.Kep. Mahasiswa


Hasil penelitian tentang gambaran Program Studi Ilmu Keperawatan
pengetahuan keluarga tentang cara Universitas Riau
merawat pasien halusinasi terhadap 30 2. Venny Elita, MN (MH). Dosen
responden didapatkan hasil sebagai berikut Departemen Keperawatan Jiwa Program
: Mayoritas responden berada pada Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau
kelompok dewasa tengah (41-60 tahun) 3. Oswati Hasanah, M.Kep, Sp. Kep. An
sebanyak 19 orang (63,3%). Paling banyak Dosen Departemen Keperawatan Anak
responden berjenis kelamin perempuan Program Studi Ilmu Keperawatan
sebanyak 16 orang (53,3%). Paling banyak Universitas Riau
responden berpendidikan SMA sebanyak
16 orang (53,3%). Paling banyak
responden bekerja sebagai IRT sebanyak DAFTAR PUSTAKA
11 orang (36,7%). Mayoritas responden
berpengetahuan baik sebanyak 21 orang Hawari, D. (2007). Hubungan
(70%). Pengetahuan dan Peran Keluarga
dalam Merawat Pasien Skizofrenia
SARAN yang Mengalami Gejala Relaps.
Bagi bidang ilmu keperawatan Diperoleh tanggal 10 Juli 2012 dari
khususnya keperawatan jiwa hendaknya http://www.Library.upnvj.ac.id/pdf/5
senantiasa mengembangkan program FIKESSI
edukasi tentang perawatan pasien dengan KEPERAWATAN/1010712005/BA
halusinasi oleh keluarga dirumah. B%201.pdf.
Nasution. (2003). Jurnal Keperawatan.
Diperoleh tangggal 13 Juli 2012 dari
http://repository.USU.ac.id/bitstream
/123456789/25993/5/chapter%201.p
df
Maramis, W, F. (2005). Ilmu
Kedokteran Jiwa. Surabaya: Unair.
Nurdiana. (2007). Peran Dukungan
Keluarga Pada Penanganan
Penderita Skizofrenia. Diperoleh
Tanggal 23 Sepetember 2012 dari
http ://repository
unand.ac.id/17926/1/Hubungan%20
Lingkungan%20 Klinik%agn%20.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan Edisi 1. Jakarta :
Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan Dan
Prilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2007). Ilmu Kesehatan
Masyarakat (IKM). Jakarta : Rineka
Cipta.
Hurlock. (2008). Psikologi Perkembangan
Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta:
Erlangga
Mohamed. (2006).
http://www.pdfusu.go.id/node/44/942
//

Anda mungkin juga menyukai