Anda di halaman 1dari 21

BAB III

KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1 Kegiatan di PT. Borneo Vision


Selama melakukan kegiatan praktik kerja lapangan, penulis melakukan
beberapa kegiatan terkait dengan prosedur praktik kerja lapangan yang diterapkan
oleh PT. Borneo Vision Beberapa kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan diri
2. Pemberian materi
3. Pengamatan Generator PT. Borneo Vision
4. Praktik lapangan perawatan Generator PT. Borneo Vision

3.1.1 Pengamatan Generator-Set (Genset) Di PT. Borneo Vision


Salah Satu kegiatan yang dilakukan oleh penulis di PT. Borneo Vision
adalah mengamati generator yang digunakan di PT. Borneo Vision Balikpapan
yang mana merupakan tempat dimana penulis melakukan praktik kerja
lapangan. Pengamatan ini dilakukan guna memberikan pengetahuan pada
penulis tentang gambaran langsung perawatan generator yang digunakan di PT.
Borneo Vision dan prosedur pengoperasian Generator.

3.1.2 Praktik Lapangan


Selama melaksanakan praktik kerja lapangan di PT. Borneo Vision,
penulis beberapa kali diajak oleh pembimbing dari unit bangunan bagian
mekanikal dan elektrikal untuk melakukan praktik lapangan atau dalam istilah
kereta api yaitu lintas, penulis beserta pembimbing kegiatan praktik kerja
lapangan berkeliling ke untuk melihat pengaplikasian Kontrol Penerangan.
Antara lain berkunjung ke bagian generator, melihat altenator,stator dan rotor
dari generator, dan banyaknya lampu pada Ruangan kantor di PT.Borneo
Vision.

21
3.2 Penjabaran Hasil Praktik Kerja Lapangan
Dari hasil kegiatan selama praktik kerja lapangan, maka pada poin ini penulis
akan membahas tentang penerapan perawatan Generator Set (Gen-set).

3.2.1.1 Pengoperasian Generator Untuk Penerangan Di Ruangan


keuangan PT.Borneo Vision
Dalam pengoperasian generator, dilakukan dengan prosedur tertentu
sesuai dengan rangkaian kontrol yang sudah digunakan di PT. Borneo Vision .
Sebelum melakukan pengoperasian, kita perlu memahami terlebih dahulu
tentang kegunaan dan ruangan-ruangan kerja di PT.Borneo Vision

3.2.1.2 Komponen Pendukung Instalasi Penerangan


Instalasi penerangan merupakan suatu instalasi listrik yang
bebannya merupakan komponen penerangan. Rangkaian Instalasi
penerangan terdiri dari beberapa komponen listrik yang saling terhubung
dari sumber listrik ke beban yang terletak pada suatu tempat atau ruangan
tertentu. Secara umum komponen-komponen pendukung tersebut, antara
lain:

1) Bagian Pencahayaan
Dalam kehidupan sehari-hari pencahayaan merupakan bagian penting
dalam suatu instalasi penerangan, karena berguna sebagai menyuplai
cahaya pada sebuah ruangan atau objek. Yang termasuk komponen utama
dari pencahayaan adalah lampu. Lampu yang di gunakan pada tiap
ruangan dan zona berbeda-beda tergantung kebutuhan intensitas cahaya,
lux dan efisiensi dari segi finansial maupun suplai tegangan.

Fungsi lain dari bagian pencahayaan :


1. Membantu mengidentifikasi objek oleh indra
penglihatan/mata.
2. Memanbah Keindahan sebuah ruangan/objek.
3. Memberi kesan luas pada ruangan sempit.

22
Gambar 3.4 Lampu LED Ruangan General Manager PT. Borneo Vision

2) Bagian Rangkaian Kontrol


Untuk merancang suatu sistem rangkaian untuk instalasi penerangan,
harus mempunyai rencana pemasangan sehingga memiliki acuan dalam
pemasangan rangkaian instalasi tersebut. Selain itu suatu instalasi
penerangan dapat berfungsi dengan baik dan aman apabila memenuhi
syarat pemilihan pengaman dan juga penghantar. Maka dari itu untuk
memenuhi syarat tersebut agar dapat merancang suatu rangkaian yang
aman dan baik maka dapat berpedoman pada PUIL. Pada bagian
rangkaian kontrol penerangan, komponen yang digunakan antara lain :
MCB, kontaktor, PLC, kabel NYAF dan komponen pelengkap lainya
sesuai dengan kebutuhan rangkaian.

Gambar 3.5 Panel SDP Penerangan Stasiun Tawang

23
3.2.2 Komponen Dalam Generator
Sebelum melakukan pengoperasian generator terdapat banyak hal
yang perlu diperhatikan guna mencegah adanya ketimpangan dalam
pengoperasian generator. Setidaknya operator perlu ditraining untuk pengenalan
mengenai pengoperasian serta perawatan generator yang sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur ( SOP ) tersebut.Sebelum menjalankan pengoperasian
generator alangkah baiknya memahami komponen-komponen pada generator.
Generator Set memiliki 9 komponen utama, meliputi:

1. Mesin
Mesin adalah sumber energi mekanik yang masuk ke generator. Ukuran mesin
berbanding lurus dengan output data maksimum yang bisa disediakan
generator.
2. Alternator
Alternator, yang juga dikenal sebagai Generator atau Genhead, adalah bagian
dari genset yang menhasilkan output listrik yang didapat dari gerakan mekanis
yang diberikan oleh mesin. Alternator sendiri terdiri dari rakitan bagian yang
tidak bergerak dan bagian yang bergerak yang terbungkus dalam satu kesatuan.
Komponen-komponen tersebut bekerja bersama dan menghasilkan gerakan
yang relatif antara medan magnet & listrik. Secara bersamaan, pergerakan
tersebut menghasilkan listrik.
3. Sistem Bahan Bakar
Tangki bahan bakar biasanya memiliki kapasitas yang cukup untuk menjaga
generator tetap beroperasi rata-rata 6-8 jam. Dalam kasus unit generator kecil,
tangki bahan bakar adalah bagian dari bawah generator atau dipasang di atas
frame generator. Untuk aplikasi komersial, biasanya menggunakan tangki
bahan bakar eksternal. Semua instalasi harus memiliki persetujuan Divisi
Perencanaan Kota.
4. Regulator Tegangan
Sesuai dengan namanya, komponen ini mengatur tegangan keluaran generator.
Komponen ini meliputi: Regulator Tegangan (Konversi tegangan AC ke DC),
Exciter Windings (Konversi arus DC ke AC), Rotating Rectifier (Konversi arus

24
AC ke DC), dan Rotor/ Armature (Konversi arus DC ke AC). Siklus dari
keempat bagian ini berlanjut sampai generator menghasilkan tegangan keluaran
yang setara dengan kapasitas operasi penuhnya.
5. Sistem Pendingin & Sistem Pembuangan Panas
Penggunaan generator secara terus menerus menyebabkan berbagai
komponennya menjadi panas. Sangat penting untuk memiliki sistem pendingin
dan pembuangan panas untuk menyalurkan panas yang dihasilkan dalam
proses.
6. Sistem Pelumas
Karena generator terdiri dari bagian yang bergerak pada mesinnya, diperlukan
pelumasan untuk memastikan daya tahan dan kelancaran operasi dalam j4angka
waktu yang lama.
7. Charger Baterai
Pengoperasian genset dimulai dari tahap pengoperasian beterai. Pengisi daya
baterai memastikan baterai generator diisi dengan voltase yang tepat.
8. Panel Kontrol
Komponen ini merupakan penghubung antara pengguna generator dan
generator itu sendiri. Tiap pabrikan memiliki berbagai fitur berbeda di panel
kontrol unit mereka.
9. Ruangan/ Bingkai
Semua generator, baik portable atau stationer, memiliki “rumah” atau ruangan
tersendiri yang berfungsi sebagai bingkai. Idealnya, ruangan ini dibuat agar
ramah lingkungan dan aman.

3.2.3 Pemilihan Sistem Penerangan


Setelah mengetahui jenis-jenis sistem penerangan berdasarkan
pembagian flux cahayanya oleh sumber cahaya dan armatur kemudian diadakan
pengecekan pada wilayah zona yang akan dipasang lampu, maka di dapatkan
jenis sistem yang paling tepat yaitu sistem penerangan langsung untuk zona 1
dan 3 karena penerangan langsung terutama digunakan di ruangan-ruangan yang
tinggi, misalnya di bengkel, pabrik dan untuk penerangan luar. Sedangkan

25
untuk zona 2 merupakan kombinasi dari penerangan langsung dan penerangan
tak langsung. Pada sistem penerangan tak langsung cahayanya dipantulkan oleh
langit-langit dan dinding-dinding, hal tersebut biasanya di gunakan pada
rungan-rungan untuk membaca menulis dan untuk melakuan pekerjaan halus
lainnya.
Armatur yang digunakan untuk penerangan langsung pada zona-zona
tersebut yang paling tepat ialah armatur pancaran lebar. Armatur pancaran lebar
biasanya digunakan untuk penerangan umum dalam bengkel. Namun pada
praktik nya di lapangan, armatur yang di gunakan pada setiap zona berbeda-
beda. Pada zona 3 dan zona 1 di Stasiun Semarang Tawang armatur yang
digunakan sama yaitu armatur dengan lampu BY698P PHILIPS dan pada zona
2 armatur yang digunakan sama yaitu armatur dengan lampu BY698P PHILIPS
dan lampu E27 PHILIPS.
Sedangkan pada zona 2 yaitu Hall, menggunakan armatur yang sama
pada zona 3 dan 1 dikarenakan tingginya dinding pada rungan tersebut
ditambah armatur gantung pada tengah ruangan dengan posisi tempat lampu
pada armatur gantung menghadap ke atas, jadi cahaya yang terpancar oleh
lampu pada armatur gantung tersebut tidak menimbulkan bayang-bayang yang
banyak karena sebagian besar dari cahaya diarahkan ke atas. Hal tersebut
sangatlah tepat mengingat bahwa Hall adalah ruang tunggu bagi penumpang
yang memungkinkan penumpang melakukan aktifitas yang tidak memerlukan
cahaya langsung yang terlalu banyak.

Gambar 3.6 Armatur Lampu pada Zona 2 ( Hall )

26
3.2.4 Pemilihan Jenis Lampu
Dari data yang telah di sebutkan sebelumnya bahwa pada wilayah zona
3 dan zona 1 di Stasiun Semarang Tawang armatur yang digunakan sama yaitu
armatur dengan lampu BY698P PHILIPS dan pada zona 2 armatur yang
digunakan sama yaitu armatur dengan lampu BY698P PHILIPS dan lampu E27
PHILIPS. Lampu- lampu tersebut memiliki spesifikasi antara lain :

Daya Flux cahaya V input Frekuensi I


NO Jenis Lampu
(watt) (lumen/watt) (volt) (Hz) (mA)
1 BY698P PHILIPS 85 118 220-240 60 46
2 E27 PHILIPS 18 61 220-240 60 130

Tabel 3.1 Spesifikasi Lampu yang Digunakan pada Tiap Zona

3.2.5 Luas Wilayah Penerangan


Pada bagian ini yang perlu diperhatikan yaitu luas suatu wilayah yang
akan diberi penerangan. Hal tersebut bertujuan agar sistem penerangan yang di
pakai dapat efektif dan efisien, dengan diketahuinya luas wilayah tersebut dapat
membantu dalam perhitungan jumlah armatur yang digunakan dan jarak antar
armatur.
Untuk wilayah stasiun Semarang Tawang, tinggi tembok pada stasiun
tersebut berkisar 21 meter, dengan panjang dan lebar wilayah yang bervariasi.
Pada wilayah zona 3 memiliki panjang sekitar 54 meter dan lebar 10 meter
pada bagian selasar kiri dan 39 dan lebar 10 meter pada bagian selasar kanan,
untuk zona 2 panjang ruangan sekitar 21 meter dan lebar 18 meter, serta pada
zona 1 memiliki panjang wilayah sekitar 137 meter dan lebar 6 meter.

3.2.6 Perhitungan Jumlah Armatur Lampu


Selain pemasangan yang benar, Armatur juga harus hitung agar dapat
beroperasi sesuai dengan yang diinginkan serta dapat menambah kesan estetika
pada suatu wilayah. Faktor pemanfaatan atau biasa di sebut efisiensi pada
sebuah lampu berkisar 50 - 65 %, Tiap–tiap wilayah juga memilki faktor
refleksi berbeda-beda berdasarkan warna dinding dan langit-langit ruangan,
yaitu untuk :

27
Warna putih dan sangat muda : 0,7
Warna muda : 0,5
Warna sedang : 0,3
Warna gelap : 0,1

3.2.6.1 Perhitungan Pada Wilayah Zona 1


Dengan diketahuinya hal-hal seperti panjang wilayah zona 1
sekitar 137 meter dan lebar 6 meter, tinggi tembok sekitar 21 meter dan
pada zona 1 instalasinya tidak dalam keadaan baru atau sudah dipakai,
maka faktor pengotoran atau despresiasinya 0,8 ( pengotoran ringan
dengan masa perbaikan 2 tahun) dan hanya memberi intensitas cahaya
atau iluminasi sebesar 200 lux. Lampu yang digunakan yaitu lampu 1 x 85
watt jenis BY698P PHILIPS dengan flux cahayanya 118 lumen/watt.
Sehingga, perhitungannya yaitu :
Diketahui = P : 137 meter d : 0,8
L : 6 meter E : 200 lux
T : 21 meter lampu : 1 x 85 watt
∅ cahaya : 118 lumen/watt
Ditanya = Jumlah armatur ?
Solusi = Langkah pertama, menentukan flux armatur
yang di perlukan untuk keadaan sudah dipakai
dengan rumus :
∅ armatur = 85 watt x 118 lumen/watt
= 10030 lumen
Maka, flux armatur : 1 x 10030 lumen = 10030 lumen
ExA
n = ∅ x efisiensi x d
200 x 822
= 10030 x 0,5 x 0,8 = 40,97
Sehingga, jumlah armatur yang di perlukan adalah 41 armatur.

28
3.2.7 Pemilihan Jenis Kabel Penghantar (dari Panel ke Beban)
Pada setiap instalasi penerangan, cahaya lampu di bangkitkan dengan
mengalirkan arus listrik dalam suatu kawat halus dan dalam kawat ini energi
listrik diubah menjadi panas dan cahaya. Lampu-lampu pijar kebanyakan di
lengkapi dengan sepotong kawat monel yang di pasang di dalam lampu , seri
dengan kawat-kawat penghubungnya. Kawat monel ini berfungsi sebagai
pengaman lebur. Kalau terjadi gangguan hubungan singkat di dalam lampu,
kawat monel tersebut akan lebur, sehingga pengaman instalasinya tidak rusak.
Agar tidak terjadi hubung singkat maka penghantar yang di gunakan
harus mampu mengalirkan beban arus yang ada pada wilayah tersebut. Hal
tersebut dapat diketahui dengan cara menghitung besar arus maksimal yang
terpakai, setelah diketahui besar arus maksimal lalu untuk menentukan jenis dan
ukuran kabel dapat dilihat pada tabel kuat hantar arus ( KHA ), seperti berikut :

Tabel 3.2 KHA Kabel Instalasi Berisolasi dan Berselubung PVC

Dari data survey yang diperoleh pada Stasiun Semarang Tawang


diketahui tegangan input sebesar 380V dan tegangan output sebesar 220V,

29
dengan daya sebesar 105 KVA. Untuk menentukan jenis dan ukuran kabel
pengahantar, Tahap-tahap yang harus dilakukan yaitu menentukan arus :
P = V x I x cos ⱷ x √ 3
105.000 = 380 . I . o,8 . √ 3
105.000 va
I =
516,8 v
I = 203,17 Ampere
Dari hasil perhitungan tersebut, maka jenis dan ukuran kabel yang digunakan
berdasarkan kuat hantar arus ( KHA ) untuk Stasiun Semarang Tawang yaitu :
P : 105 KVA
I : 203,17 Ampere
Jenis Kabel : NYY
Ukuran Kabel : 70 mm2
Dengan memperhitungkan efisiensi dan jangka waktu 2 sampai 3 tahun ke
depan, maka ukuran kabel yang digunakan diperbesar, untuk Stasiun Semarang
Tawang menjadi 120 mm2 / 150 mm2 dengan jenis kabel yang digunakan yaitu
NYY.

3.2.8 Perawatan Generator


3.2.8.1 Konsep Dasar Generator
Genset atau kepanjangan dari generator set adalah sebuah
perangkat yang berfungsi menghasilkan daya listrik. Disebut sebagai
generator set dengan pengertian adalah satu set peralatan gabungan dari
dua perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau alternator. Engine
sebagai perangkat pemutar sedangkan generator atau alternator sebagai
perangkat pembangkit listrik. Engine dapat berupa perangkat mesin diesel
berbahan bakar solar atau mesin berbahan bakar bensin, sedangkan
generator atau alternator merupakan kumparan atau gulungan tembaga
yang terdiri dari stator ( kumparan statis ) dan rotor (kumparan berputar).
Dalam ilmu fisika yang sederhana dapat dijelaskan bahwa engine
memutar rotor pada generator sehingga timbul medan magnet pada
kumparan stator generator, medan magnet yang timbul pada stator dan

30
berinteraksi dengan rotor yang berputar akan menghasilkan arus listrik
sesuai hukum Lorentz. Arus listrik yang dihasilkan oleh generator akan
memiliki perbedaan tegangan di antara kedua kutub generatornya sehingga
apabila dihubungkan dengan beban akan menghasilkan daya listrik, atau
dalam rumusan fisika sebagai P (daya) = V (tegangan) x I (arus), dengan
satuan adalah VA atau Volt Ampere. Rumusan fisika yang lebih kompleks
lagi dijelaskan bahwa P (daya) = V (tegangan) x I (arus) x CosPhi (faktor
daya) dengan satuan Watt.
Genset dapat dibedakan dari jenis engine penggeraknya,
dimana kita kenal tipe-tipe engine yaitu engine diesel dan engine non
diesel /bensin. Engine diesel dikenali dari bahan bakarnya berupa solar,
sedangkan engine non diesel berbahan bakar bensin premium. Di pasaran,
genset dengan engine non diesel atau berbahan bakar bensin biasa
diaplikasikan pada genset berkapasitas kecil atau dalam kapasitas
maksimum 10.000 VA atau 10 kVA, sedangkan genset diesel berbahan
bakar solar diaplikasikan pada genset berkapasitas > 10 kVA. Hal terkait
dengan tenaga yang dihasilkan oleh diesel lebih besar dari pada engine
non diesel, dimana cara kerja pembakaran diesel yang lebih sederhana
yaitu tanpa busi, lebih hemat dalam pemeliharaan, lebih responsif dan
bertenaga. Selain itu untuk aplikasi industri dimana bahan bakar diesel
(solar) lebih murah daripada bensin (gasoline).
3.2.8.2 Cara Kerja Generator Dalam Energy Mekanik Ke Electric

3.2.9 Penggunaan PLC, RTC, dan LDR untuk Kontrol Penerangan


PLC atau programmable logic controller adalah
suatu mikroprosesor yang digunakan untuk otomasi proses industri seperti
pengawasan dan pengontrolan mesin di jalur perakitan suatu pabrik. PLC
memiliki perangkat masukan dan keluaran yang digunakan untuk berhubungan
dengan perangkat luar seperti sensor, relay,  contactor, dll. Bahasa
pemrograman yang digunakan untuk mengoperasikan PLC berbeda dengan
bahasa pemrograman biasa. Bahasa yang digunakan adalah ladder, yang hanya

31
berisi input-proses-output. Disebut ladder karena bentuk tampilan bahasa
pemrogramannya seperti tampilan tangga.

Gambar 3.7 PLC Schneider TWIDO


PLC Schneider bekerja pada tegangan DC 24V. Base pada PLC
Schneider TWIDO umumnya memiliki beberapa angka unik yang menandakan
jumlah input dan output dari base tersebut.

Tabel 3.3 Spesifikasi PLC Schneider TWIDO

Real-time clock (RTC) merupakan salah satu modul/integrated circuit


(IC) yang memiliki kemampuan untuk melakukan penghitungan waktu secara
real-time atau secara terus-menerus. Pada PLC Schneider TWIDO, RTC
merupakan sebuah expansion module. Jenis RTC yang sering digunakan pada
modul PLC TWIDO yaitu TWDXCPRTC. RTC juga biasa disebut sebagai

32
input analog. Input ke PLC biasanya berupa perintah %SWxx atau system
words.

Gambar 3.8 Modul RTC TWDXCPRTC

Selain RTC, penggunaan komponen listrik khususnya pada area luar


ruangan yang sering di jumpai adalah LDR. Fungi dari LDR ini juga sama
dengan penggunaan RTC, yaitu untuk mengoperasikan lampu luar rungan
secara otomatis tanpa bantuan operator/manusia.
Light Dependent Resistor (LDR) adalah suatu komponen yang akan
bekerja menurut resistansi yang ditimbulkan oleh intensitas cahaya yang dibaca
oleh sensor tersebut.
Cara kerja dari LDR yaitu apabila LDR mendapatkan sinar matahari
(pagi hingga siang) maka resistansi yang ditimbulkan oleh intensitas cahaya yng
terbaca oleh sensor menjadi besar, sehingga arus tidak dapat mengalir dan
memutuskan jaringan menuju beban atau alat listrik lainnya dan sebaliknya nilai
resistansi yang ditimbulkan akan menjadi lebih kecil apabila sensor tidak
terkena cahaya matahari (sore menjelang malam), sehingga arus listrik dapat
mengalir dan dapat menghubungkan instalasi jaringan menuju beban ataupun
alat listrik lainnya.

Gambar 3.9 Simbol dan Bentuk LDR

33
Penggunanaan PLC, RTC, dan LDR pada instalasi penerangan Stasiun
Semarang Tawang, bertujuan agar dapat mempermudah dan membantu operator
untuk mengoperasikan lampu secara otomatis sesuai dengan waktu yang
ditentukan oleh operator serta mempermudah pemasangan instalasinya karena
adanya PLC.

3.2.10 Panel Penerangan


Panel Penerangan merupakan bagian terpenting dari instalasi
penerangan. Fungsi utama dari panel penerangan adalah untuk melayani
pembagian listrik pada komponen penerangan. Umunya, kontrol instalasi
penerangan berada dalam satu panel listrik beserta dengan kontrol instalsi
tenaganya.

3.2.11 Bagian Utama Panel Penarangan


a. Penghubung yang berfungsi untuk menghubungkan rangkaian listrik dengan
rangkaian listrik lainnya pada suatu operasi kerja, sehingga suplai tenaga
listrik dari panel utama sampai ke beban.
b. Penyuplai yang berfungsi sebagai pendistribusian tenaga listrik dari panel
utama, panel cabang, sampai ke pusat beban.
c. Pengontrol komponen yang berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan
komponen penerangan.

3.2.11.1 Komponen Panel Penerangan


1. PLC + Expansion Module 6. Adaptor (DC power supply)
2. Lampu indikator 7. Kontaktor
3. Push button 8. MCB 10 A
4. RTC 9. Kabel NYA 1 x 0,5 mm2
5. Kabel NYA 1 x 1,5 mm2

34
3.2.11.2 Rangkaian Kontrol Panel Penerangan

3.2.12 Pengaman yang Ada pada Panel Kontrol Penerangan


1. Apabila terjadi hubungan singkat MCB akan trip. Pemilihan MCB dapat
dilakukan sebelum melakukan pengawatan pada panel.
2. Apabila terjadi gangguan pada rangkaian seperti muncul percikan api,
emergency switch ditekan untuk menghentikan kerja rangkaian.

3.2.13 Gangguan dan Penyebab pada Panel Penerangan


Pada sebuah kontrol penerangan dalam pengoperasiannya pasti pernah
mengalami suatu gangguan dan penyebabnya pada sistem kelistrikan itu sendiri
antara lain :
1. Lampu tidak menyala.
2. Menyala tapi tidak normal.
3. Daya keluaran rendah.
4. Lampu terlambat menyala.
5. Lampu padam secara mendadak.

35
No Sistem Kelistrikan 1 2 3 4 5
Kabel panel rusak/tidak
1 X X
berfungsi/kendur

2 MCB rusak/kendur/sudah putus X X

3 Ada gangguan pada MDP/SDP X X

4 Kontaktor tidak bekerja X X


Genset Tidak bekerja saat tidak
5 X
ada supply tegangan dari PLN

6 LDR tidak bekerja X

7 RTC tidak bekerja/ hitungan salah X X


Tabel 3.4 Penyebab Gangguan Sistem Penerangan

3.2.14 Troubleshooting
A. Jika tegangan tidak sampai ke beban saat MCB dinyalakan.
1. Periksalah apakah lampu dalam keadaan baik dan tidak rusak.
2. Periksalah armatur/fitting lampu dengan test pen, apakah teraliri
arus atau tidak.
3. Periksalah hubungan kabel antar terminal.

B. Muncul percikan api pada panel.


1. Periksalah kabel penghantar pada panel apakah ada yang
terkelupas atau meyambung (short circuit).
2. Periksalah setting MCB yang digunakan sesuai dengan beban yang
ditanggung atau tidak.

C. Panas pada armatur lampu dan stop kontak.


1. Periksalah jenis pengantar yang digunakan, daya yang tersalurkan
apakah sesuai dengan jenis kabel yang digunakan.
2. Periksalah sambungan kabel pada kotak hubung dan pipa yang
menuju armatur atau stop kontak yang panas untuk memastikan
ada sambungan kabel yang longgar atau tidak.

36
3.2.15 Sistem Plambing Air Bekas, Air Kotor, dan Air Hujan
Setiap bangunan atau gedung pasti dilengkapi dengan sistem
plambing. Sistem plambing sendiri ialah pekerjaan yang meliputi sistem
pembuangan limbah/air buangan (air kotor dan air bekas), dan air hujan.

Pada Stasiun Semarang Tawang ini, sistem plambing yang tersedia


yaitu untuk air bekas, air kotor, dan air hujan. Ketiga kategori air tersebut akan
dialirkan ke dalam penampungan sementara yang apabila penampung air
tersebut penuh maka akan dibuang ke kali di depan stasiun. Guna memudahkan
kegiatan, dibutuhkan alat yang berfungsi secara otomatis untuk menghidupkan
pompa yang dapat membuang air kotor, bekas, dan hujan apabila penampung
air sudah penuh. Alat yang digunakan yaitu WLC (Water Level Control) yang
dioperasikan dengan PLC.

3.2.16 Komponen–Komponen Panel Sistem Plambing


Komponen–komponen didalam panel pompa untuk peremajaan
Stasiun Tawang memiliki perbedaan mendasar dibandingkan dengan panel
Pompa sebelumnya, perbedaan itu terdapat pada jumlah pompanya, dimana
pompa sebelumnya hanya berjumlah 1 yang mana tidak ada backup jika terjadi
kerusakan pada pompa. Komponen yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. PFR (Phase Failure Relay)
2. WLC (Water Level Control)
3. PLC TWDXCP20DTK
4. Push Button
5. MCB 1 fasa 10A
6. MCB 3 fasa 20A
7. Kontaktor Magnet

3.2.17 Rangkaian Kontrol Panel Sistem Plambing

37
3.2.18 Perhitungan Arus Nominal Pompa
Menentukan besarnya arus nominal pada motor penggerak pada
pompa sangatlah penting unutk menentukan pengaman serta spesifikasi dari
komponen lainnya. Berikut adalah perhitungan besarnya arus nominal sistem
dengan daya motor sebersar 11kW (11.000 Watt) :
Motor Penggerak (Motor Induksi 3 Fasa)
Daya : V x In x √3
11.000 : 380 x In x 1.73
11.000 : 657 x In
In : 11.000/657
In : 16 Ampere

Dari perhitungan di atas, diperoleh arus nominal motor penggerak


sebesar 16 Ampere.

3.2.19 Perhitungan Besar Pengaman Outgoing untuk Pompa

38
Pemilihan pengaman sangatlah penting dalam perencanaan panel.
Selain demi keamanan, pemilihan pengaman juga berpengaruh pada kelayakan
pengoperasian panel. Dalam perenanaan panel ini, pengaman yang digukanan
adalah MCB (Miniatur Circuit Breaker).
Pemilihan besarnya kemampuan arus nominal pada pengaman
ditentukan dengan rumus pendekatan yang besarnya 125% dari In (arus
nominal) motor.
Dari data sebelumnya didapat In motor sebesar 16 Ampere.
In Pengaman : 125% x In motor
In Pengaman : 125% x 16 Ampere
In Pengaman : 20 Ampere
Dari hasil perhitungan di atas didapatkan arus nominal pengaman
sebesar 20 Ampere. Sehingga dalam pemasangan panel ini digunakan MCB
dengan spesifikasi Schneider 20A.

3.2.20 Analisis Harga Pengadaan Panel


No Material Volume Satuan Harga Jumlah
1 Box Panel 60x80x20 1 buah 425000 425000
3 Busbar Ground/Netral 21 cm (8+5 baut) 1 buah 30000 30000
Busbar Sisir 3 Phasa 63A 1 meter (18x3
4 1 buah 95000 95000
pole)
5 Fuse Holder 600V 10A 6x30mm 3 buah 10000 30000
6 Kabel Duct 25x25 2 buah 15000 30000
7 Relay RXM2LB2BD 24VDC+Socket 15 buah 55000 825000
8 Adaptor 220 VAC - 24 VDC 1 buah 80000 80000
9 Kabel NYAF Blue 1.5 mm 2.5 meter 2500 6250
10 Kabel NYAF Red 1.5 mm 5 meter 2500 12500
11 Kabel NYAF Yellow - Green 1.5 mm 1.5 meter 2500 3750
12 Kabel Ties 50 buah 350 17500
13 MCB 1 Phase 10A 1 buah 50000 50000
14 MCB 3 Phase 10A 1 buah 210000 210000
15 MCB 3 Phase 20A 1 buah 300000 300000
16 NFB NF-125 CW Mitsubishi 2 buah 365000 730000
17 Rel MCB 1.1 mm 1 meter 2 buah 16000 32000
18 Spiral 2 meter 13000 26000
19 PLC TWDXCP20DTK 1 buah 1500000 1500000
20 Modul TWDXCPRTC 1 buah 300000 300000
21 WLC OMRON G1F-G1-AP 1 buah 750000 750000

39
22 Phase Control Relay A9E21180 8A 400V 1 buah 900000 900000
23 Kontaktor Mitsubishi SN35 220 Volt 60A 5 buah 300000 1500000
24 Upah 1 ls 300000 300000
Total 8153000
Overhead 5% 407650
Keuntungan 5% 407650
PPh 2.50% 203825
Rp
Total Analisa
9,172,125

PPN 10% 917,212.50

RAB Rp10,089,338

3.2.21 Gangguan dan Penyebab pada Panel Pompa Pembuangan


Pada sebuah kontrol penerangan dalam pengoperasiannya pasti pernah
mengalami suatu gangguan dan penyebabnya pada sistem kelistrikan itu sendiri
antara lain :
1. Pompa tidak bekerja.
2. Pompa cepat panas.
3. Pompa berhenti bekerja secara mendadak.

No Sistem Kelistrikan 1 2 3
1 Kabel panel rusak/tidak berfungsi/kendur X    
2 MCB rusak/kendur/sudah putus X    
3 Ada gangguan pada MDP/SDP X   X
4 Kontaktor tidak bekerja X    

5 Hilangnya salah satu fasa pada motor 3 fasa   X  

Arus yang masuk ke motor terlalu besar dari


6   X  
arus pada spesifikasi motor
Genset Tidak bekerja saat tidak ada supply
7 X   X
tegangan dari PLN
Tabel 3.5 Penyebab Gangguan Sistem Pompa Pembuangan

3.2.22 Kelebihan dan Kekurangan Panel dengan PLC


3.2.22.1 Kelebihan
1. Mempermudah operator dalam mengoperasikan panel
penerangan.

40
2. Memberikan ruang kepada operator untuk melakukan
pekerjaan lain yang lebih membutuhkan seorang operator.
3. Sistem pengkabelan dapat dikurangi sampai 80% bila
dibandingkan dengan sistem konvensional.
4. Konsumsi daya PLC lebih rendah daripada sistem
konvensional.
5. Sistem kontrol dengan PLC dapat mendeteksi kesalahan
dengan lebih mudah dan cepat/mudah dalam
troubleshooting.

3.2.22.2 Kekurangan
1. Sistem PLC ini rentan terhadap perubahan suhu dan
lingkungan.
2. Karena sistem PLC ini merupakan teknologi baru, sehingga
dibutuhkan waktu untuk mengubah sistem konvensional
yang telah ada.
3. Bagi teknisi yang baru mengenal PLC mungkin akan
kesulitan dalam melakukan pemrograman PLC.
4. Sistem PLC ini sebenarnya buruk untuk aplikasi program
yang tetap.

41

Anda mungkin juga menyukai