Etik UMB
01
Ekonomi dan Bisnis Manajemen U001700009 Junaedi, SE., MM
Abstract Kompetensi
Etika membangun sikap Setelah membaca modul ini, mahasiswa
Profesionalisme merupakan diharapkan mampu untuk :
pembentuk karakter dan akhlak
individu Mengubah tingkah lakunya agar kualitas
hidupnya menjadi lebih baik
Etika dan Sikap Profesionalisme Sarjana
1.1 Pendahuluan
Buku Lessons From The Top yang ditulis oleh Thomas J. Neff dan James M. Citrin (1999),
mengatakan bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh 80-90% soft skills dan hanya 10-
20% saja ditentukan oleh hard skills. Buku ini mengupas tentang pengalaman dan hasil
wawancara terhadap 50 orang paling sukses di Amerika. Mereka sepakat bahwa yang
paling menentukan kesuksesan mereka bukanlah kemampuan teknis dan akademis (hard
skills) melainkan kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skills)
Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995) berkesimpulan
bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran
emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau yang popular
dengan sebutan “Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional digerakan oleh
emosi. Contoh keseharian dalam hal EQ adalah kemampuan berpikir positif terhadap orang
lain, empati, bertanggung jawab, berinteraksi sosial, mudah menahan emosi marah dan
kebencian atau pengendalian diri, kerjasama, kecakapan sosial, semangat dan motivasi,
dan menghargai orang lain.
Sementara itu SQ berperan dalam melengkapi IQ dan EQ yang dimiliki seseorang. Dengan
SQ seseorang dapat mengefektifkan IQ dan EQ yang dimilikinya dengan rambu-rambu
sistem nilai agama dan kemanusiaan. Karena itu dia mampu memaknai hidup dan
kehidupan dalam konteks yang lebih luas. Misalnya keseimbangan hidup untuk dunia dan
untuk akhirat. Menghargai sesama rekan kerja sebagai mahluk Tuhan. Dengan kata lain
tidak berperilaku sombong dan sebaliknya selalu rendah hati. Orang seperti ini juga pandai
bersyukur atas karunia Tuhan. Dan takut kepada-Nya kalau akan berbuat buruk.
Apa implikasi penguasaan IQ, E-SQ dalam dunia pekerjaan? Sudah banyak referensi yang
mengatakan bahwa IQ tidak akan berarti apa-apa ketika EQ dan SQ terbaikan. Lembaga di
Disadari bahwa selama ini perguruan tinggi tidak secara formal memasukkan E-SQ dalam
kurikulum. Karena itu selain kebutuhan akan IQ maka perusahaan perlu melakukan proses
pembelajaran E-SQ secara intensif ketika sudah menerima karyawan baru. Bentuknya
antara lain bisa berupa sosialisasi, pelatihan-pelatihan, dan seminar-seminar motivasi
berprestasi, pengendalian diri, kepemimpinan, komunikasi, kepribadian, kesadaran diri,
kecakapan sosial, keagamaan, soft skills, dsb. Disamping itu akan lebih baik lagi
perusahaan menanamkan dan mengembangkan budaya korporat, kedisiplinan, etos kerja
keras, kerjasama, dan kekeluargaan.
1.2 Sarjana
Sarjana adalah gelar akademik yang diberikan kepada lulusan program pendidikan
sarjana(S-1) Untuk mendapatkan gelar sarjana, secara normative dibutuhkan waktu selama
4 (empat) sampai 6 (enam) tahun, tapi ada juga yang menyelesaikannya dalam 3,5 tahun
ataupun lebih dari enam tahun.
Lulusan Perguruan Tinggi harus benar benar disiapkan oleh Universitas, agar mereka siap
pakai dalam arti siap membhaktikan dirinya kepada nusa dan bangsa. Seperti kita ketahui,
posisi sentral mahasiswa dalam membangun bangsa terletak dari intelektual yang mereka
miliki yang didapat selama kuliah di Perguruan Tinggi
Ke- 3 kemampuan itu harus terintegrasi dalam tubuh dan jiwa seorang sarjana. Mereka
wajib memiliki Ilmu Pengetahuan (Science) yang pari purna. Mereka harus menguasai Ilmu
Pengetahuan sesuai dengan bidangnya secara komprehensif layaknya seperti mengeja
abjad dari A sampai Z. Di era globalisasi seoseorang itu akan lebih unggul apabila dia
memiliki spesialisasi dalam penguasaan suatu bidang pekerjaan. Persaingan pangsa kerja
Dalam dunia kerja, kita dituntut untuk menjadi professional yang kompeten. Artinya, kita
tidak hanya dituntut untuk memiliki kecerdasan dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas
dan pekerjaan, tetapi juga dituntut untuk memiliki sikap, perilaku, dan pembawaan diri yang
baik, sehingga semua hal ini menjadi “nilai tambah” bagi kita. Selain itu, good attitude yang
disertai dengan ketulusan juga akan meningkatkan kredibilitas diri kita. Jelaslah bahwa sikap
yang senantiasa positif sudah menjadi tuntutan dalam dunia kerja.
Karakter yang dapat dipercaya akan meningkatkan citra, kredibilitas, dan reputasi kita.
Sekaligus perusahaan tempat kita bekerja. Dengan memahami etika diharapkan kita dapat
mengembangkan karakter diri, sehingga kita mampu menampilkan kepribadian diri kita
dengan baik, lahir dan batin, sesuai dengan kemampuan professional kita.
Visi menggambarkan tujuan atau kondisi dimasa depan yang ingin dicapai. Visi bisa
dikatakan sebagai impian atau cita-cita, Visi memberikan gambaran yang jelas dimasa
mendatang. Pernyataan visi yang bagus tidak hanya menginspirasikan dan menantang,
namun juga sangat berarti. Pernyataan visi harus mampu menjadi inspirasi dalam setiap
tindakan yang dilakukan. Yang paling penting pernyataan visi harus terukur sehingga kita
bisa mengetahui apakah tindakan yang dilakukannya dalam rangka mencapai visi atau Misi
tersebut.
Sikap Profesionalisme Sarjana dapat dibangun memalui Visi dan Misi yang dimiliki dan
menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam hidupnya.Seseorang mencapai gelar sarjana perlu
terlebih dahulu menjalani pendidikan formal di suatu lembaga pendidikan formal yaitu
perguruan tinggi. Perguruan Tinggi dimana mahasiswa menjalani pendidikan
kesarjanaannya tentunya juga memiliki visi dan misi.
Budaya Kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai
yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok
dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan
yang terwujud sebagai kerja.
Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada agar
dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang
akan datang.
Disiplin
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk
melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawab kita.
Jujur
Jujur jika diartikan secara baku adalah mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi
yang sesuai kenyataan dan kebenaran. Dalam praktek dan penerapannya, secara hukum
tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang
dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan pada
Saya sering mendengar orang tua menasehati anak supaya harus menjadi orang yang jujur.
Dalam mendidik dan memotivasi supaya seorang anak menjadi orang yang jujur, kerap kali
dikemukakan bahwa menjadi orang jujur itu sangat baik, akan dipercaya orang,
akandisayang orang tua, dan bahkan mungkin sering dikatakan bahwa kalau jujur akan
disayang/dikasihi oleh Tuhan.
Tanggung Jawab
Kreatif
Kata “Kreatif” merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris To Create, yang merupakan
singkatan dari :
1. Melepaskan diri dari pola umum yang sudah tertanam dalam ingatan.
2. Mampu mencermati sesuatu yang luput dari pengamatan orang lain.
Kearifan Lokal
Demikian pula suatu bangsa atau Negara, memiliki keunikan yang merupakan
kearifan local mereka. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia memiliki
keanekaragaman di berbagai hal. Berbagai keunikan yang kita miliki perlu
kita pelihara dan jadikan kekayaan bangsa. Dalam kearifan local, terkandung
pula kearifan budaya local. Budaya ini yang perlu kita junjung untuk
menunjukkan jati diri bangsa.
Febe Victoria Chen, 2012, Soft Skill for success, Sikap Tepat Karier
Hebat,BIP Gramedia, Jakarta
Sumber Internet :
http://www.geschool.net/ditaputriliana/blog/post/pengertian-iq-eq-dan-sq