Anda di halaman 1dari 26

MANAJEMEN PERPAJAKAN

“DASAR-DASAR MANAJEMEN PERPAJAKAN”

Dosen Pengampu :
Saprudin, SE, M.Si, Ak, CA.

Disusun oleh Kelompok 1 :


1. Adisti Rahmatiasari (1710313220003)
2. Muhammad Juni Sapriansyah (1710313310045)
3. Izdihar Monica Sari (1710313320033)
4. Muchamad Yusup (1810313110046)
5. Azkiya Salma Muntaza (1810313220007)
6. Siti Maisyarah (1810313320056)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan nikmat dan rahmat kepada kita semua, sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas kelompok untuk mata kuliah Manajemen Perpajakan, dengan judul
“Dasar-Dasar Manajemen Perpajakan”.

Kami juga menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penggarapan makalah ini, terutama kepada dosen pengampu kami.
Sehingga kami mampu melaksanakan tugas mata kuliah ini.

Kami memohon maaf apabila dalam makalah yang kami buat ini masih jauh dari
sempurna, dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Untuk itu kami kelompok satu akan terbuka terhadap kritik maupun saran agar
kedepannya kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Wassalamualaikum.Wr.Wb.

Banjarmasin, 04 Oktober 2020

Kelompok 1

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................3
I.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
I.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5
I.3 Tujuan Makalah...........................................................................................................................5
I.4 Manfaat Makalah.........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................6
II.1 Pengertian Manajemen Perpajakan..............................................................................................6
II.2 Fungsi Manajemen Perpajakan....................................................................................................6
II.3 Motivasi Perencanaan Pajak........................................................................................................8
II.4 Manfaat Perencanaan Pajak.........................................................................................................9
II.5 Tujuan Perencanaan Pajak.........................................................................................................10
II.6 Persyaratan Tax Planning Yang Baik.........................................................................................10
II.7 Kapan Dilaksanakannya Tax Planning......................................................................................11
II.8 Resistensi Pajak.........................................................................................................................11
II.9 Cara-Cara Pengelakan Pajak......................................................................................................13
II.10 Rambu-Rambu dalam Penyusunan Tax Planning......................................................................14
II.11 Tahapan Pokok Tax Planning....................................................................................................15
II.12 Langkah-Langkah Praktis yang Dapat Dilakukan dalam Perencanaan Pajak............................17
II.13 Perangkat Tax Planning.............................................................................................................18
II.14 Strategi Tax Planning................................................................................................................20
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................23
III.1 Kesimpulan................................................................................................................................23
III.2 Saran..........................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................25

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era globalisasi yang semakin berkembang seiring berjalannya waktu merupakan
salah satu faktor terjadinya integrasi ekonomi dunia yang mempengaruhi arus distribusi
faktor – faktor produksi yang meluas ke berbagai penjuru dunia. Hal ini akan
berpengaruh terhadap terintegrasinya perekonimian dunia dan perkembangan transaksi
internasional.

Transaksi internasional yang berkembang memberi dampak positif bagi suatu


negara dengan meningkatnya penerimaan suatu negara terutama pada sektor pajak yang
dalam hal ini akan memberi kontribusi besar bagi pergerakan perekonomian dalam negeri
pada suatu negara. Dampak negatif yang timbul dari transaksi internasional adalah
besarnya kemungkinan terjadi permasalahan antar negara akibat adanya perbedaan
regulasi pada suatu negara, misalnya perbedaan tarif pajak, perbedaan fasilitas perpajakan
dan perencanaan perpajakan yang dapat mengakibatkan adanya pengenaan pajak
berganda atas suatu transaksi yang dilakukan oleh negara – negara.

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu negara yang
berperan sebagai sarana pembiayaan pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun
pengeluaran pembangunan. Sedangkan, bagi perusahaan pajak merupakan beban yang
akan mengurangi laba bersih, dalam hal ini perusahaan akan berupaya semaksimal
mungkin untuk dapat membayar pajak dengan nominal seminimal mungkin atau bahkan
menghindari pajak. Penghindaran atas pajak dapat dilakukan melalui cara yang baik dan
legal yang tidak akan membahayakan keberlangsungan usaha perusahaan melalui
manajemen pajak.

Manajemen pajak adalah sarana dalam memenuhi kewajiban perpajakan dengan


menekan nominal pembayaran pajak untuk memperoleh laba dan likuiditas yang

3
diharapkan dengan metode yang benar dan tidak melanggar peraturan yang berlaku atau
legal. Dalam hal ini, diperlukan adanya wawasan yang perlu dikuasai yaitu :

a. Memahami Ketentuan Peraturan Perpajakan, dengan mempelajari peraturan


perundang – undangan, keputusan serta edaran maka dapat diketahui hal – hal yang
dapat menguntungkan dalam rangka penghematan pajak.

b. Menyelenggarakan Pembukuan yang Memenuhi Syarat, Pembukuan merupakan


sarana yang sangat penting dlm penyajian informasi keuangan perusahaan yang
disajikan dalam bentuk laporan keuangan dan menjadi dasar dalam menghitung
besarnya jumlah pajak terutang.

Pengenaan pajak yang dilakukan di Negara Indonesia dapat dilakukan dengan


kewenangan yang dimiliki Negara Indonesia sebagai pemegang kedaulatan hukum dan
wilayah, namun demikian juga harus mempertimbangkan aspek perekonomian nasional
dan hubungan kerjasama antar negara. Transaksi antar negara dapat menimbulkan aspek
perpajakan, hal ini perlu diatur dan disepakati oleh kedua negara atau seluruh dunia guna
meningkatkan perekonomian dan perdagangan kedua negara, agar tidak menghambat
investasi penanaman modal asing akibat pengenaan pajak yang memberatkan wajib pajak
yang berkedudukan di kedua negara yang mengadakan transaksi tersebut.

Untuk itu diperlukan adanya kebijakan perpajakan untuk mengatur hak pengenaan
pajak yang berlaku di suatu negara, dimana setiap negara dipastikan mengatur adanya
pajak di wilayah kedaulatan negara tersebut. Pengetahuan masyarakat atau wajib pajak
tentang pdirasa kurang memadai, karena hanya sedikit jumlah wajib pajak yang terlibat
dalam transaksi. Sebagian masyarakat atau wajib pajak yang tidak memahami pajak
internasional mungkin wajar, karena penduduk Indonesia umumnya bukan subjek pajak
yang terkait dengan aspek pajak. Oleh karena itu, diperlukan adanya wawasan terkait
perpajakan dan peraturan yang mengikatnya pada suatu negara. Terkait hal ini, Dasar –
Dasar Manajemen Perpajakan akan dibahas dengan rinci didalam materi makalah ini.

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah pada
makalah yaitu :

1. Apa yang di maksud dengan manajemen perpajakan ?


2. Apa saja hal-hal yang diperlukan dalam manajemen perpajakan?
3. Apa saja tujuan dan fungsi manajemen perpajakan ?
4. Apa saja langkah penerapan manajemen perpajakan ?
5. Apa saja manfaat manajemen perpajakan ?

1.3 Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari penyusunan dmakalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Manajemen Perpajakan dan untuk mengetahui:

1. Apa yang di maksud dengan manajemen perpajakan ?


2. Apa saja hal-hal yang diperlukan dalam manajemen perpajakan?
3. Apa saja tujuan dan fungsi manajemen perpajakan ?
4. Apa saja langkah penerapan manajemen perpajakan ?
5. Apa saja manfaat manajemen perpajakan ?

1.4 Manfaat Makalah

Makalah ini disusun agar dapat memberi manfaat yang diantaranya :

1. Sebagai media belajar dan tambahan wawasan bagi penulis.


2. Memberikan informasi bagi pembaca.
3. Dapat memahami atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Perpajakan

Manajemen perpajakan adalah suatu strategi manajemen untuk mengendalikan,


merencanakan, dan mengorganisasikan aspek-aspek perpajakan dari sisi yang dapat
menguntungkan nilai bisnis perusahaan dengan tetap melaksanakan kewajiban
perpajakan secara peraturan dan perundang-undangan. Sehingga dengan adanya
perencanaan pajak yang didukung suatu konsep manajeman pajak yang jelas, diharapkan
dapat mengoptimalkan tingkat likuiditas perusahaan.

Menurut Sophar Lumbantoruan 1996, Manajemen Pajak adalah sarana untuk


memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat
ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Manajemen pajak merupakan upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal.

2.2 Fungsi Manajemen Perpajakan

a. Tax Planning
Tax Planning adalah usaha yang mencakup perencanaan perpajakan agar pajak
yang dibayar oleh perusahaan benar-benar efisien. Tujuan utama tax planning adalah
mencari berbagai celah yang dapat ditempuh dalam koridor peraturan perpajakan
(loopholes), agar perusahaan dapat membayar pajak dalam jumlah minimal.
Dalam tax planning ada 3 macam cara yag dapat dilakukan wajib untuk menekan jumlah
beban perpajakan, yaitu:
1) Tax Avoidance (penghindaran pajak)
2) Tax Evasion (Penyelundupan Pajak)
3) Tax Saving (Penghematan Pajak)

6
Kalau Tax Avoidance adalah strategi dan teknik penghindaran pajak dilakukan
secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan
perpajakan. Metode dan teknik yang digunakan adalah dengan memanfaatkan kelemahan
(grey area) yang terdapat dalam undang-undang dan peraturan perpajakan itu sendiri.

Tax Evasion adalah kebalikan dari Tax Avoidance , strategi dan teknik
penghindaran pajak dilakukan secara ilegal dan tidak aman bagi wajib pajak, dan cara
penyelundupan pajak ini bertentangan dengan ketentuan perpajakan, karena metode dan
teknik yang digunakan tidak berada dalam koridor undang-undang dan peraturan
perpajakan. Cara yang ditempuh beresiko tinggi dan beresiko dikenakannya sanksi
pelanggaran hukum atau tindak pidana fiskal atau kriminal. Oleh karena itu, tax planner
yang baik tidak direkomendasikan tax evasion.

Lain halnya dengan Tax Saving yang tidak lain merupakan suatu tindakan
penghematan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak dilakukan secara legal dan aman
bagi wajib pajak karena tanpa bertentangan dengan ketentuan perpajakan.

b. Tax Administration /Tax Compliance

Tax Administration /Tax Compliance mencakup usaha-usaha untuk memenuhi


kewajiban administrasi perpajakan dengan cara menghitung pajak secara benar, sesuai
dengan ketentuan perpajakan, kepatuhan dalam membayar dan melaporkan tepat waktu
sesuai deadline pembayaran dan pelaporan pajak yang telah ditetapkan.

c. Tax Audit

Tax Audit mencakup strategi dalam pemeriksaaan pajak menanggapi hasil


pemeriksaan pajak maupun strategi dalam mengajukan surat keberatan atau surat
banding.

d. Other Tax Matter

Masalah yang mencakup fungsi-fungsi lain yang berkenaan dengan perpajakan


seperti mengkomunikasikan ketentuan-ketentuan sistem dan prosedur perpajakan kepada
pihak-pihak atau bagian-bagian lain dalam perusahaan, seperti penerbitan faktur

7
penjualan standar yang terhubung dengan PPN pemotongan withholding tax (PPh Ps.
23/26) yang terkait dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, dan jasa profesi
serta objek withholding lainnya, juga termasuk pelatihan bagi staf yang berkaitan dengan
masalah perpajakan dan sebagainya.

2.3 Motivasi Perencanaan Pajak

Beberapa hal yang mempengaruhi perilaku wajib pajak untuk meminimumkan


kewajiban pembayaran pajak mereka, baik secara legal maupun ilegal. Yang kita sebut
dengan propensity of dishonesty, adalah sebagai berikut:

a. Tingkat kerumitan suatu peraturan (Compelxity of rule)


Makin rumitnya peraturan perpajakan, muncul kecenderungan wajib pajak untuk
menghindarinya karena biaya untuk memtuhinya (compliance cost) menjadi tinggi.
b. Besarnya pajak yang dibayar (Tax required to pay)
Makin besar jumlah pajak yang harus dibayar akan makin besar pula
kecenderungan wajib pajak untuk melakukan kecurangan dengan cara memperkecil
jumlah pembayaran pajaknya.
c. Biaya untuk negosiasi (cost of bribe)
Disengaja atau tidak, kadang-kadang wajib pajak melakukan negosiasi dan
memberikan uang sogokan kepada fiskus dalam pelaksanaan hak dan kewajiban
perpajakannya. Makin tinggi uang sogokan yang dibayarkan, semakin kecil pula
kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.
d. Risiko deteksi (Probability of detection)
Resiko deteksi ini berhubungan dengan tingkat probabilitas apakah pelanggaran
ketentuan perpajakan ini akan terdeteksi atau tidak. Makin rendah risiko terdeteksi, wajib
pajak cenderung untuk melakukan pelanggaran. Sebaliknya, bila suatu pelanggaran
mudah diketahui, wajib pajak akan memilih posisi konservatif dengan tidak melanggar
aturan.
e. Besarnya denda (Size of penalty)
Makin berat sanksi perpajakan yang bisa dikenakan, maka wajib pajak akan
cenderung mengambil posisi konservatif dengan tidak melanggar ketentuan perpajakan.

8
Sebaliknya semakin ringan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan wajib pajak, maka
kecenderungan untuk melanggar akan lebih besar.
f. Moral masyarakat
Moral masyarakat akan memberi warna tersendiri dalam menentukan kepatuhan
atau kesadaran mereka dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak (tax planning) adalah


untuk memaksimakan laba setelah pajak (after tax return) karena pajak itu mempengaruhi
pengambilan keputusan atas suatu tindakan dalam operasi perusahaan untuk melakukan
investasi melalui analisis yang cermat dan pemanfaatan peluang atau kesempatan dalam
ketentuan peraturan yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk memberikan perlakuan
yang berbeda atas objek yang secara ekonomi hakikatnya sama dengan memanfaatkan:

a. Perbedaan tarif pajak (tax rate)


b. Perbedaan perlakuan atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak (tax base).

c. Loopholes, shelters, havens

2.4 Manfaat Perencanaan Pajak

Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari perencanaan pajak yang dilakukan
secara cermat:

a. Penghematan kas keluar, karena beban pajak yang merupakan unsur biaya dapat
dikurangi.

b. Mengatur aliran kas masuk dan keluar (cash flow), karena dengan perencanaan pajak
yang matang dapat diperkirakan kebutuhan kas untuk pajak, dan menentukan saat
pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat.

2.5 Tujuan Perencanaan Pajak


Secara umum tujuan pokok yang ingin dicapai dari manajemen pajak/perencanaan
pajak yang baik adalah:

a. Meminimalisasi beban pajak yang terutang.

9
Tindakan yang harus diambil dalam rangka perencaaan pajak tersebut berupa
usaha-usaha mengefisiensikan beban pajak yang masih dalam ruang lingkup
perpajakan dan tidak melanggar peraturan perpajakan.
b. Memaksimalkan laba setelah pajak.
c. Meminimalkan terjadinya kejutan pajak (tax surprise) jika terjadi pemeriksaan
pajak oleh fiskus.
d. Memenuhi kewajiban perpajakan secara benar, efisienf, dan efektif, sesuai dengan
ketentuan perpajakan, yang antara lain meliputi:
1) Mematuhi segala ketentuan administratif, sehingga terhindar dari pengenaan
sanksi, baik sanksi administratif maupun pidana, seperti bunga, kenaikan,
denda, dan hukum kurung, atau penjara.
2) Melaksanakan secara efektif segala ketentuan undang-undang perpajakan yang
terkait dengan pelaksanaan pemasaran, pembelian, dan fungsi keuangan,
seperti pemotongan dan pemungutan pajak (PPh Pasal 21, pasal 22, dan pasal
23).

2.6 Persyaratan Tax Planning Yang Baik

Tax Management/Tax Planning yang baik mensyaratkan beberapa hal yang


diantaranya yaitu :

a. Tidak Melanggar Ketentuan Perpajakan.


Jadi rekayasa perpajakan yang di desain bukan merupakan tax evasion.
b. Secara Bisnis Masuk Akal (Reasonable).
Kewajaran melakukan bisnis harus berpegang kepada praktik perdagangan
yang sehat dan menggunakan standar harga pasar yang wajar, yakni tingkat antara
pembeli dan penjual yang independen, bebas untuk melakukan transaksi.
c. Didukung oleh bukti-bukti pendukung yang memadai (misalnya kontrak,
invoice, faktur pajak, PO dan DO).
Kebenaran formal dan material mengenai suatu transaksi keuangan
perusahaan dapat dibuktikan dengan adanya kontrak perjanjian dengan pihak ketiga

10
purchase order (PO) dari pelanggan, bukti penyerahan barang atau jasa (delivery
order), invoice, faktur pajak sebagai bukti penagihan serta pembukuannya.

2.7 Kapan Dilaksanakannya Tax Planning

Pajak itu melihat pada subjek yang sudah terbebani sebagai wajib pajak (WP)
orang pribadi atau badan sejak awal, misalnya perusahaan baru berdiri, kemudian mulai
berjalan, dan tidak lama bubar. Jadi walaupun sudah bubar, pajaknya belum selesai.
Maka planning-nya dilakukan sepanjang usia perusahaan. Jadi sejak saat berdiri, aktivitas
manajemen sudah mulai, banyak sekali tax management yang harus dilaksanakan. Pada
saat perusahaan besar atau pada saat WP orang pribadi meninggal, masalah pajaknya
masih ada. Jadi pajak tidak habis karena WP meninggal, karena warisan warisan ini oleh
fiskus masih diotak-atik.

2.8 Resistensi Pajak

Perlawanan terhadap pajak yang dilakukan wajib pajak merupakan hambatan


dalam pemungutan pajak, baik yang disebabkan oleh kondisi negara dan masyarakat,
maupun oleh usaha-usaha wajib pajak yang disadari atau tidak mempersulit pemasukan
pajak sebagai sumber penerimaan negara.

Ada dua bentuk perlawanan pajak yang dilakukan oleh warga negara menurut R.
Santoso Brotodiharjo (1993:13-14), yakni:

a. Perlawanan Pasif: Meliputi hambatan-hambatan yang mempersukar pemungutan


pajak yang erat hubungannya dengan struktur ekonomi suatu negara, perkembangan
intelektual dan moral penduduk, serta sistem dan cara pemungutan pajak itu sendiri.

b. Perlawanan Aktif: Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang
secara langsung ditujukan kepada fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak.

Dalam kaitannya dengan perlawanan aktif, ada beberapa modus yang biasanya
digunakan wajib pajak untuk menghindari pajak, yakni:

11
 Tax avoidance (penghindaran pajak), adalah upaya penghindaran pajak yang
dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan
ketentuan perpajakan, di mana metode dan teknik yang digunakan cenderung
memanfaatkan kelemahan kelemahan (grey area) yang terdapat dalam undang-
undang dan peraturan perpajakan itu sendiri, untuk memperkecil jumlah pajak yang
terutang

 Tax evasion (penggelapan atau penyelundupan pajak) adalah upaya wajib pajak
menghindari pajak terutang secara ilegal dengan cara menyembunyikan keadaan
yang sebenamya. Cara ini tidak aman bagi wajib pajak, karena metode dan teknik
yang digunakan tidak berada dalam koridor undang-undang dan peraturan
perpajakan Cara yang ditempuh berisiko tinggi dan berpotensi dikenai sanksi
pelang garan hukum/tindak pidana fiskal, atau kriminil. Oleh sebab itu, tax planner
yang baik, cara ini tidak direkomendasi untuk diaplikasikan Tax evasion adalah
kebalikan dari tax avoidance:

 Tax saving (penghematan pajak), adalah upaya wajib pajak mengelak utang
pajaknya dengan jalan menahan diri untuk tidak membeli produk-produk yang ada
pajak pertambahan nilainya, atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau
pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi kecil dan
dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar.

2.9 Cara-Cara Pengelakan Pajak

Ada enam cara pengelakan pajak yang biasa dipraktikkan, yaitu:

1. Pergeseran pajak (tax shifting).

2. Kapitalisasi (capitalization),

3. Transformasi (transformation)

4. Penyelundupan pajak (tax evasion).

5. Penghindaran pajak (tax avoidance).

12
6. Pengecualian pajak (tax exemption).

(Sophar, 1999: 489)

Pergeseran pajak (tax shifting) ialah pemindahan atau pentransferan beban pajak
dari subjek pajak kepada pihak lain, dengan demikian orang atau beban yang dikenakan
pajak mungkin sekali tidak menanggungnya. Ada dua jenis pergeseran pajak yang sering
dilakukan dalam pengelakan pajak:

a. Pergeseran Pajak Ke Depan (Forward shifting)

Pergeseran ini terjadi apabila pabrikan mentransfer beban pajaknya kepada


penyalur utama, pedagang besar, dan akhirnya kepada konsumen. Misalnya PPN.
Penggeseran ini mengakibatkan kenaikan harga sebesar pajak (PPN) yang
dikenakan.

b. Pergeseran Pajak Ke Belakang (Backward shifting)

Pergeseran ini terjadi bilamana beban pajak ditransfer dari konsumen atau pembeli
melalui faktor distribusi kepada pabrikan. Penggeseran ini mengakibatkan
pemotongan harga jual sebesar pajak yang dikenakan kepadanya.

Kapitalisasi pajak adalah pengurangan harga objek pajak yang besarnya sama
dengan jumlah pajak yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli. Kapitalisasi ini
sering terjadi jika pembeli harga tetap seperti tanah atau gedung dibebani pajak balik
nama. Agar beban pajak tidak menjadi tanggungan pembeli, maka beban pajak dialihkan
kepada penjual. Dengan demikian, harga beli harta menjadi berkurang. Kapitalisasi pajak
ini dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk penggalihan pajak ke belakang.

Transformasi adalah cara pengelakkan pajak yang dilakukan oleh pabrik an


dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan terhadapnya, Cara ini biasanya
dilakukan oleh produsen sehingga kenaikan harga jual tidak menurunkan pangsa pasar.
Supaya keuntungan perusahaan tidak berkurang maka beban pajak yang seharusnya dapat
ditransfer kepada konsumen, dikompensasikan dengan meningkatkan efisiensi
perusahaan Pengelakan pajak terjadi dengan mengubah pajak (transformasi) ke da lam
keuntungan yang diperoleh melalui efisiensi produksi.

13
Tax avoidance menunjuk pada rekayasa tax affairs yang masih dalam bingkai
ketentuan perpajakan, sedangkan tax evasion berada di luar bingkai peraturan perpajakan,
seperti yang telah diuraikan di atas.

Pengecualian Pajak (Tax Exemption) adalah pengecualian pengenaan pajak yang


diberikan kepada perorangan atau badan berdasarkan undang-undang pajak.

2.10 Rambu-Rambu dalam Penyusunan Tax Planning

Dalam strategi perpajakan, kita mengenal tax avoidance dan tax evasion. Dalam
praktik di lapangan, kedua metode penghindaran pajak tersebut tipis perbedaannya,
sehingga bisa terjadi bahwa apa yang pada awalnya didesain untuk melakukan tax
avoidance akhirnya terjebak melakukan tax evasion. Untuk menentukan legalitas tax
management/tax planning yang didesain, baik legal (tax avoidance) atau ilegal (tax
evasion), rambu rambu yang dapat dipakai adalah ketentuan pidana Pasal 38, 39, 41,
41A, 41B, dan 43 Undang-Undang KUP No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah
dengan UU KUP No. 7 Tahun 2007.

2.11 Tahapan Pokok Tax Planning

Agar tax plan sesuai harapan, Barry Spitz (1983: 86) mengemukakan tahap-
tahapan yang harus ditempuh, yakni:

1. Analysis of the existing data base (Melakukan analisis data base yang ada).

2. Design of one or more possible tax plans (Membuat satu model atau lebih rencana
besarnya pajak).

3. Evaluating a tax plan (Melakukan evaluasi atas perencanaan pajak).

4. Debugging the tax plan (Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana
pajak).

5. Updating the tax plan (Memutakhirkan rencana pajak).

Tahapan pertama - Merupakan tahap analisis terhadap komponen-komponen


yang berbeda pengakuannya antara komersial dan fiskal, dan menghitung seakurat

14
mungkin beban pajak yang harus ditanggung perusahaan. Analisis ini dilakukan dengan
mempertimbangkan masing-masing elemen pajak, baik secara sendiri-sendiri maupun
secara total pajak yang nantinya akan dirumuskan sebagai perencanaan pajak yang paling
efisien.

Tahapan kedua - Setelah melakukan tahapan awal, harus dibuat bebe rapa model
perencanaan pajak yang akan dilakukan. Pembuatan model model perencanaan pajak
tersebut dimaksudkan sebagai alternatif untuk menentukan tax plan mana yang applicable
dan paling efisien dan efektif untuk diimplementasikan.

Tahapan ketiga - Tahap evaluasi perencanaan pajak. Tahap evaluasi yang


sekaligus merupakan tahap pengendalian pajak ini merupakan langkah akhir dalam
manajemen pajak. Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban
pajak telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi
persyaratan formal maupun material. Pengendalian pajak dapat dilakukan melalui
penelaahan pajak (tax review). Dengan memperhatikan contoh di atas, pengendalian
pajak dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Melakukan review atas pengkreditan Pajak Masukan, apakah Faktur Pajak yang
diterima memenuhi syarat sebagai Faktur Pajak Standar.

b. Melakukan review apakah Faktur Pajak telah dibuat dan dilaporkan tepat waktu.

c. Melakukan review apakah retur yang telah dicatat dan dilaporkan telah benar, baik
secara formal maupun materi.

Dalam tahap evaluasi perencanaan pajak, kita misalnya, dapat


mengimplementasikan program Tax Diagnostic Review (TDR), semacam program untuk
menangani kepatuhan wajib pajak yang dapat disusun sendiri oleh tax manager atau tax
consultant dari masing-masing perusahaan Setelah menetapkan alternatif mana yang akan
digunakan, perlu dila kukan evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil yang akan
diperoleh dari suatu perencanaan pajak.

Tahapan keempat - Dalam konsep manajemen, pengawasan atau pengen dalian


(controlling) dapat dilakukan dengan dua cara, pengawasan preventif dan pengawasan

15
represif. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (tax plan) adalah
bentuk pengawasan represif. Perencanaan pajak yang telah diimplementasikan harus
dimonitor dan di-tieu terus dan dicari kelemahan dan kekurangannya. Terkadang ada hal
yang menyebabkan suatu rencana pajak memiliki kekurangan, baik yang disebabkan
adanya perubahan peraturan perpajakan atau faktor lainnya, sehingga rencana pajak
tersebut harus dikaji ulang dan bila ditemukan kesalahan harus segera dimodifikasi untuk
keberhasilan tax plan tersebut agar rencana dan tindakan dapat dilakukan tepat waktu.
Penambahan biaya yang terjadi akibat adanya perubahan rencana pajak harus dilihat dari
perspektif ekonomi, yakni bahwa benefit yang diperoleh harus lebih besar dari cost yang
dikeluarkan, atau kita bersikap konservatif selama masih diperoleh penghematan pajak
yang lebih besar dengan mengantisipasi kerugian yang akan timbul pada tingkat kerugian
yang minimum.

Tahapan kelima - Dalam melaksanakan perencanaan pajak, perlu diproyeksikan


perubahan yang terjadi saat ini dan yang akan datang dalam tax plan. Tax plan tersebut
harus terus dimutakhirkan sesuai dengan ke tentuan terkini, sehingga akibat yang
merugikan dari adanya perubahan dan perkembangan tersebut dapat sedini mungkin
diantisipasi. Dengan pemutakhiran, diharapkan perencanaan pajak yang sedang berjalan
tidak akan mengalami hambatan yang berarti.

Sebagai bagian dari pemutakhiran tax plan tersebut, pengembangan rencana atau
perangkat tindakan dapat dilakukan, misalnya dengan mengadakan atau
mengintegrasikan sistem informasi (information system) yang memadai, dalam kaitannya
dengan penyampaiannya tax plan kepada petugas yang memonitor implementasi tax plan
tersebut dan juga efek tifan pengendalian pajak penghasilan dan pajak pajak lainnya yang
terkait dengan masalah-masalah perpajakan yang dicantumkan dalam setiap kontrak
bisnis, sehingga tidak terjadi pelanggaran ketentuan per pajakan

2.12 Langkah-Langkah Praktis yang Dapat Dilakukan dalam Perencanaan


Pajak

Agar tax plan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, langkah praktis yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:

16
1. Mengusahakan agar terdapat penghasilan yang stabil untuk menghindari
pengenaan pajak dari kelas penghasilan yang tarifnya tinggi (top rate brackets).

2. Mempercepat atau menunda beberapa penghasilan dan biaya-biaya untuk


memperoleh keuntungan dari kemungkinan perubahan tarif pajak yang tinggi atau
rendah, seperti penangguhan pengenaan PPN, PPN yang ditanggung pemerintah,
dan seterusnya.

3. Menyebarkan penghasilan menjadi penghasilan dari beberapa wajib pajak, seperti


pembentukan kelompok perusahaan.

4. Menyebarkan penghasilan menjadi penghasilan beberapa tahun untuk mencegah


penghasilan tersebut termasuk kedalam kelas penghasilan yang tarifnya tinggi,
dan tunda pembayaran pajaknya dengan penjualan cicilan, kredit, dan seterusnya.

5. Mentransformasikan penghasilan biasa menjadi capital gain jangka panjang.

6. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari ketentuan mengena pengecualian


dari potongan-potongan.

7. Mempergunakan uang dari hasil pembebasan pengenaan pajak untuk keperluan


perluasan perusahaan yang mendapatkan kemudahan.

8. Memilih bentuk usaha yang terbaik untuk operasional usaha.

9. Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha yang sedemikian rupa schingga
dapat diatur secara keseluruhan penggunaan tarif pajak. potensi penghasilan,
kerugian kerugian, dan aset yang dapat dihapus (Hermanto, 1994).

2.13 Perangkat Tax Planning

Pajak itu dianggap suatu beban dan secara umum orang menerimanya sebagai
suatu kebenaran. Dalam pengorganisasian dibuat perangkat-pe rangkat sedemikian rupa
sehingga perencanaan pajak dapat dilakukan dengan baik. Perangkat itu adalah:

17
1. Pemahaman Ketentuan Perpajakan

Agar berhasil dengan baik, tax planning ini harus dikaitkan dengan
kondisi tax administration setempat. Bukan hanya terhadap undang-undang, tetapi
juga Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Menteri Keuangan, Putusan
Pengadilan Pajak, Keputusan Dirjen, Surat Edaran, bahkan kadang-kadang ada
private ruling/surat-menyurat kepada individu. Semakin banyak yang dikuasai
seorang tax planner, semakin efektif pula ha silnya. Untuk yang sifatnya pajak
daerah/lokal, tax planner tentu juga harus paham berbagai ketentuan pajak daerah.

2. Pengadministrasian atau Pendokumentasian yang Baik

Penyelenggaraan pembukuan yang baik dan lengkap merupakan suatu


persyaratan untuk pengorganisasian suatu tax management yang baik. Pembukuan
itu sendiri bisa direkayasa untuk meminimalisasi beban pajak. Karena dalam
pembukuan ini ada berbagai macam opsi dalam pajak. Opsi dalam pajak ini
merupakan suatu masukkan untuk membuat plan mg. Tidak ada opsi tidak akan
ada planning, banyak opsi akan ada banyak planning. Sama dengan tidak ada
perbedaan treaty kurang bagus, semakin banyak perbedaan treaty makin banyak
peluang karena makin banyak pilihan.

3. Menjaga Hubungan dan Komunikasi yang Baik

Menjaga hubungan baik dengan fiskus perlu dilakukan, terutama di negara


berkembang. Kalau di negara maju, hubungan itu sifatnya proporsional saja.
Selain dengan fiskus, penting juga untuk selalu menjalin komunikasi dalam
manajemen internal:

 Komunikasi dengan Kepala Divisi/Bagian


Sebagai bagian dari tax plan, seorang tax manager harus
mengomunikasikan ketentuan dan prosedur perpajakan terkini kepada
bagian - bagian dalam perusahaan, seperti bagian penjualan, pembelian,
akuntansi, dan kepegawaian. Masing - masing bagian diberi suatu
perangkat manual tax plan yang hanya berkenaan dengan fungsi dan

18
aktivitas mereka masing - masing, agar pelaksanaannya tidak
menyimpang.
 Komunikasi dengan Top Management dan Asosiasi

Dałam melaksanakan tax plan, sangat dibutuhkan dukungan dan


manajemen, sebab kebijakan perpajakan yang diambil merupakan bagian
dan corporate policy yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh segenap
jajaran manajemen, mulai dari top hingga ke lower management hal
berdampak pada pencapaian net profit after tax. Oleh sebab itu top
management harus banyak dilibatkan dałam pemilihan strategi perpajakan
yang diambil agar selaras dengan master plan perusahaan.

 Komunikasi dengan Konsultan Pajak

Konsultan pajak berfungsi sebagai penyuluh dan jembatan antara


wajib pajak dengan fiskus, serta sebagai kuasa wajib pajak dipengadilan
pajak, selain fungsi - fungsi yang Iain. Keberadaan konsultan pajak harus
dimanfaatkan seoptimal mungkin agar tujuan perusahaan tercapai.
Sehubungan dengan itu, sebelum memilih konsultan pajak, sudah
selayaknya jika kita mengetahui kualifikasi dan pengalaman mereka dalam
menangani hal serupa. Jangan sampai penunjukan konsultan pajak justru
makin memperburuk kondisi perusahaan dan menimbulkan beban pajak
yang lebih besar. Hal ini banyak terjadi dalam praktik, dan diketahui
waktu perusahaan diperiksa oleh fiskus.

2.14 Strategi Tax Planning

A. Strategi Umum Perencanaan Pajak


 Tax saving
Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan
alternatif pengenaan pajak dengan tarifyang lebih rendah.Misalnya,
perusahaanyang memiliki penghasilan kena pajak lebih dari RP. 100 juta dapat

19
melakukan perubahan pemberian natura kepada karyawan menjadi tunjangan
dalam bentuk uang.

 Tax avoidance
Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan
menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek
pajak. Misalnya, perusahaan masih mengalami kerugian,perlu mengubah
tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi pemberian natura karena natura
bukan merupakan objek pajak PPh Pasal 21.
 Menghindari pelanggaran atas peraturan perpajakan
Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat
menghindari timbulnya sanksi perpajakan berupa: sanksi administrasi, denda,
bunga, atau kurungan.
 Menunda pembayaran kewajiban pajak
Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang
berlaku dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini
dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas
waktuyang diperkenankan, khususnya untuk penjualankredit. Dalam hal ini,
penjual dapat menerbitkan faktur pajak pada akhirbulan berikutnya setelah bulan
penyerahan barang.
 Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan
Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran
pajak yang dapat dikreditkan yang merupakan pajak dibayar dimuka. Misalnya,
PPh Pasal 22 atas pembelian solar dan/atau impor dan Fiskal Luar Negeri atas
perjalanan dinas pegawai.
 Dalam kredit pajak PPN (Pajak Masukan)
Pengusaha Kena Pajak dapat menggunakan dokumenlain yang fungsinya
sama dengan faktur pajak standar, seperti SPPB atauSurat Perintah Pengiriman
Barang(delivery order) yang dikeluarkan oleh Bulog untuk penyaluran tepung
terigu, FNBP(Faktur Nota Bon Penyerahan)yang dikeluarkan oleh Pertamina

20
untuk penyerahan BBM dan/atau bukan BBM, dan tanda pembayaran atau
kuitansi telepon.

B. Jurus Tax Planner


Ada empat modus yang digunakan wajib dalam menyusun perencanaan
pembayaran pajaknya. Sayangnya sebagian dilakukan dengan cara ilegal (tax
evasion), dengan prinsip:
a. Kalau bisa tidak membayar pajak sama sekali. Walaupun cara tidak melanggar
UU Perpajakan, cara ini tidak direkomendasikan karena sebagai warga negara
yang baik kita harus memahami bahwa negara kita sedang membutuhkan dana
dari setotan pajak untuk membiayai kelangsungan pembangunan.
b. Kalau tidak bisa tidak membayar pajak sama sekali, mereka akan mengurangi
pembayaran pajaknya dengan tidak melanggar UU Perpajakan. Umumnya
mereka memanfaatkan grea area ketentuan perpajakan.
c. Kalau bisa digeset waktunya. Daripada bayar sekarang, lebih baik membayat
tahun depan (forward shifting), jadi bunga uangnya bisa mereka nikmati.
d. Kalau ketiga-tiganya tidak ketemu, baru membayar pajak.

C. Secara Umum Konsepsi tentang Tax Planning Paling Kurang pada 7 situasi
a. Pada saat mempertimbangkan bentuk usaha sebelum usaha dimulai.
Sebelumnya memulai usaha, perlu dipikirkan bentuk usaha apa yang mau
didirikan.
b. Mempertimbangkan kembali struktur usaha.
Jika usaha telah didirikan, maka ada kemungkinan untuk mempertimbangkan
kembali struktur usahanya. Hal ini kemungkinan dikarenakan adanya perubahan
peraturan yang ada sehingga perlu adanya penyesuaian struktur usaha.
c. Apabila terjadi perubahan kepemilikan perusahaan.
Umumnya tax planning akan mencari metode yang tidak dikenai pajak. Seperti
merger maka tax planning akan menggunakan metode nilai buku.

21
d. Apabila perusahaan mempertimbangkan suatu proyek/transaksi/perolehan asets
dalam rangka meminimalkan pajak.
e. Apabila suatu perusahaan akan memperoleh penghasilan kena pajak (PKP) yang
cukup besar dalam satu tahun, maka dia akan mencari jalan untuk mengurangi
beban.
f. Apabila terjadi perubahan keadaan individu WP (pensiunan, perkawinan, pisah).
g. Apabila perusahaan/orang pribadi akan menjua; altiva atau perusahaan akan
bubar atau orang meninggal dunia.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perpajakan sama hal nya dengan ilmu pengetahuan yang lain memiliki
perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut nantinya akan memunculkan
beberapa spesialisasi. Manajemen perpajakan adalah suatu strategi manajemen untuk
mengendalikan, merencanakan, dan mengorganisasikan aspek-aspek perpajakan dari sisi
yang dapat menguntungkan nilai bisnis perusahaan dengan tetap melaksanakan
kewajiban perpajakan secara peraturan dan perundang-undangan. Sehingga dengan
adanya perencanaan pajak yang didukung suatu konsep manajeman pajak yang jelas,
diharapkan dapat mengoptimalkan tingkat likuiditas perusahaan.

Pada umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses


merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang
minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian,
perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban
perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat secara optimal
menghindari pemborosan sumber daya.

Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen


pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar,
tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin terhadap
peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis tindakan  penghematan
pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan perencanaan  pajak (tax planning)
adalah untuk meminimimalisasi kewajiban pajak.

23
3.2 Saran

Setelah disusunnya makalah mengenai Pengertian Manajemen Perpajakan,


diharapkan dapat menambah wawasan pembaca khususnya dimata kuliah Manajemen
Perpajakan dimana bisa dilihat manajemen perpajakan sangat berguna apabila kita
pahami dan kita ketahui.

24
DAFTAR PUSTAKA

POHAN, Chairil Anwar. Manajemen Perpajakan strategi perencanaan pajak dan


bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2017.

SUANDY, Erly. Manajemen perpajakan. Yogyakarta: Andi, 2011.

25

Anda mungkin juga menyukai