Anda di halaman 1dari 4

Hubungan Industrial dan Hukum Perburuhan

A. Pengertian Hubungan Industrial

Hubungan industrial yaitu suatu bentuk interaksi antara berbagai bentuk

interaksi seperti serikat buruh, asosiasi pengusaha, kelembagaan terkait tawar-

menawar yang menghasilkan perjanjian. Pelaku hubungan industrial ada tiga,

yaitu:

1. Pengusaha, yang menjalankan visi misi perusahaan

2. Pekerja/buruh

3. Pemerintah, sebagai pembuat/pengubah/penetap undang-undang terkait

hubungan industrial.

B. Sejarah Perburuhan

Hubungan industrial bermula dari munculnya serikat-serikat buruh.

Sejarah perburuhan dibagi menjadi 4 fase, sebagai berikut:

a. Periode Sebelum Kemerdekaan

Hubungan industrial pertama kali masuk ke Indonesia dibawa oleh

belanda melalui perusahaan-perusahaan Belanda yang ada di Indonesia.

Fase ini diawali pada tahun 1919 didirikan Persatuan Pergerakan Buruh

(PPB) yang diketuai oleh Semaoen dan didampingi Surjopranoto sebagai

wakil, dengan penulis yaitu KH. Agus Salim, dan Alimin sebagai

bendahara. Tujuan dibentukanya serikat ini adalah bermaksud untuk

mengajak dan mengadakan persatuan antara kaum buruh sederajat

sehingga mendapat suatu kekuasaan yang akan dipergunakan untuk

kesejahteraan kaum buruh. Pada zamannya, PPB tersebut dijadikan


sebagai wadah pertama persatuan kaum buruh di seluruh Indonesia yang

berhasil didirikan setelah adanya perdebatan antara pro dan kontra. Pro

dan kontra tersebut dilatarbelakangi oleh prasangka buruk para pemuda

terhadap pemerintah mengenai nasib pekerja karena pada waktu itu

Indonesia masih dibayang-bayangi oleh jajahan Belanda. Adanya PBB

disebut menjadi pelopor lahirnya serikat buruh lainnya, yang

dicampurtangani oleh pemerintah dan pihak Belanda. Salah satu serikat

buruh yang dicampurtangani pihak Belanda adalah Nnioche, yaitu serikat

pekerja yang diadakan oleh pegawai pemerintah dari golongan pemimpin.

Dalam hal ini, anggotanya hanya dibatasi oleh kaum pemimpin saja.

Akibat dari adanya serikat-serikat buruh tersebut, terjadi perselisihan

sehingga PPB hanya bertahan 2 tahun dan dibubarkan. Pihak-pihak yag

mengundurkan diri tersebut mengusulkan persatuan baru, yang dinamai

revolusioner faksentral yang dipimpin oleh Semaoen. Jadi, awal mula

terbentuknya serikat buruh yaitu berawal dari setelah adanya PPB sebagai

wadah perserikatan buruh paling pertama yang mempelopori serikat-

serikat buruh lainnya di Indonesia.

b. Periode Setelah Kemerdekaan

Masa setelah kemerdekaan, Indonesia masih disibukkan dengan

perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan upaya melawan

pemberontakan di daerah-daerah, sehingga hubungan industrial tidak

begitu menjadi perhatian. Namun, orientasi politik masih snagat kental

dalam pergerakanserikat-serikat buruh yang pluralistis dengan berbagai

paham, sehingga di perusahaan-perusahaan berkembang pola hubungan


industrial yang bermacam-macamsesuai dengan paham dan orientasi dari

setiap serikat pekerja yang ada di perusahaan.

Setelah adanya dekrit Presiden 5 juli 1959, paham komunis

semakin berkembang dan cukup menonjol dalam perpolitikkan di

Indonesia melalui PKI (Partai Komunis Indonesia) dan menjadi SOBSI

(Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) yang merupakan organisasi

sayap PKI sebagai wadah untuk mendominasi hubungan industrial di

Indonesia dengan paham komunis. Setelah peristiwa G 20 S/ PKI,

pemerintah Indonesia memasuki Era orde baru. Pada masa ini pemerintah

berkomitmen untuk menjalankan Pancasila dengan murni dan konsekuen,

sehingga hubungan industrial di Indonesia saat itu dikenal dengan

Hubungan Industrial Pancasila. Pada masa pemerintahan Orde Baru juga

dilakukan penyederhanaan organisasi pekerja. Pada tanggal 1 November

1969 terbentuk MPBI (Majelis Permusyawaratan Buruh Indonesia).

Kemudian pada 20 februari 1973 berdasarkan deklarasi persatuan buruh

seluruh Indonesia lahirlah FBSI (Federasi buruh seluruh Indonesia) yang

kemudian pada tahun 1985 berubah nama menjadi SPSI (serikat pekerja

seluruh Indonesia).

c. Periode Kelahiran SPSI hingga era reformasi

Tahun 1998 pemerintahan orde baru berakhir, digantikan ole horde

reformasi. Kebebasan berserikat yang sempat terbelenggu di masa orde

baru kembali diberikan kebebsan di masa orde reformasi dengan

dikeluarkannya keputusan Presiden republk Indonesia No. 83 Tahun 1998

– Pengesahan Konvensi ILO Nomor 87 Tentang Kebebasan Berserikat dan


Perlindungan Hak untuk Berorganisasi. Hubungan Industrial di Indonesia

kembali diwarai dengan dikeluarkannya UU No. 13 Tahun 2003 Tentang

ketenagakerjaan. Sejak saat itu, meskipun masih menjunjung nlai-nilai

Pancasila istilah “Hubungan industrial Pancasila” digantikan dengan

istilah “Hubungan Industrial Indonesia”.

C. Hukum Perburuhan

Hukum perburuhan atau ketenagakerjaan adalah bagian dari hukum berkenaan

dengan pengaturan hubungan perburuhan baik bersifat perseorangan maupun

kolektif. Hukum perburuhan menurut Soepomo (1995) adalah himpunan

peraturan, baik tertulis maupun tidak yang berkenaan degan kejadian dimana

seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah. Disiplin hukum ini

mencakup persoalan-persoalan seperti pengaturan hukum atau kesepakatan

kerja, hak dan kewajiban bertimbal-balik dari buruh/pekerja dan majikan,

penetapan upah, jaminan kerja, kesehatan dan keamanan kerja dalam

lingkungan kerja, non-diskriminasi, kesepakatan kerja bersama/kolektif,

peran-serta pekerja, hak mogok, jaminan pendapatan/penghasilan dan

penyelenggaraan jaminan kesejahteraan bagi pekerja dan keluarga mereka.

Landasan hukum perburuhan di Indonesia, sebagai berikut:

1) Landasan Idiil yang meliputi Dasar Negara Pancasila, dan UUD Negara

Republik Indonesia tahun 1945

2) Landasan Operasional terdapat pada pasal 2 UU No. 13 Tahun 2003.

Anda mungkin juga menyukai