PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
B. ANATOMI FISIOLOGI
a) ANATOMI
Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paruparu adalah
berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya
berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu, paru kanan
dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri
mempunyai dua lobus. Setiap paruparu terbagi lagi menjadi beberapa sub-bagian,
terdapat sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments.
Paru-paru bagian kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh sebuah ruang yang
disebut mediastinum (Evelyn, 2009).
Paru-paru manusia dibungkus oleh selaput tipis yang bernama pleura.
Pleura terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu
selaput tipis yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu
selaput yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat rongga
yang disebut cavum pleura (Guyton, 2007).
Menurut Juarfianti (2015) sistem pernafasan manusia dapat dibagi ke
dalam sistem pernafasan bagian atas dan pernafasan bagian bawah. a. Pernafasan
bagian atas meliputi hidung, rongga hidung, sinus paranasal, dan faring. b.
Pernafasan bagian bawah meliputi laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveolus
paru.
Menurut Alsagaff (2015)sistem pernapasan terbagi menjadi dari dua proses, yaitu
inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah pergerakan dari atmosfer ke dalam paru,
sedangkan ekspirasi adalah pergerakan dari 10 dalam paru ke atmosfer. Agar
proses ventilasi dapat berjalan lancar dibutuhkan fungsi yang baik pada otot
pernafasan dan elastisitas jaringan paru. Otot-otot pernafasan dibagi menjadi dua
yaitu :
a. Otot inspirasi yang terdiri atas, otot interkostalis eksterna,
sternokleidomastoideus, skalenus dan diafragma.
b. Otot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis internus
b) FISOLOGI
Paru-paru dan dinding dada mempunyai struktur yang elastis. Dalam
keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada
sehingga paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada karena memiliki
struktur yang elastis. Tekanan yang masuk pada ruangan antara paru-paru dan
dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer.
Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara darah dan
atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon
dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang,
akan tetapi pernafasan harus tetap dapat berjalan agar pasokan kandungan oksigen
dan karbon dioksida bisa normal
Udara yang dihirup dan masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa
yang menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-
paru utama (trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembunggelembung paru-paru
(alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan
karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari
300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia dan bersifat elastis. Ruang udara
tersebut dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat
menetralkan kecenderungan alveoli untuk mengempis (Yunus, 2007).
c) SURFAKTAN
Surfaktan merupakan suatu bahan senyawa kimia yang memiliki sifat
permukaan aktif. Surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10 % protein,
lipoprotein ini berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan menjaga
agar alveoli tetap mengembang. Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang
matur. Surfaktan dibuat oleh sel alveolus tipe II yang mulai tumbuh pada gestasi
32 – 36 minggu. Produksi surfaktan pada janin di kontrol melalui reseptor kortisol
yang memadai guna mencegah alveolar collape dan elektasis sehingga dapat
terjadi respiratory disterss syndrome (RDS).
d) FUNGSI SURFAKTAN
a) Untuk mengurangi tekanan / tegangan permukaan pada rongga alveoli,
memdasilitasi ekspirasi paru dan mencegah kolapsnya alveoli selama eksporasi
dan memungkinkan yang lebih rendah untuk mengembangkan pa ru paru,
sehingga peregangan yang berlebihan dari paru – paru dapat dicegah dan resiko
terjadi nuptur alveolus berkurang akibat surfaktan mengurangi tekanan negatif
yang diperlukan untuk membuka jalan napas dan kerja pernapasan
b) Mencegah ederma paru serta berperan pada sistem pertahanan terhadap
infeksi
c) Biasanya ditemukaan telapnea,gruntin (merintih), retraksi interkostal dan
subkostal, pernapasan cuping hidung.
d) Sianosis meningkat, yang biasanya meningka tidak responsif terhadap
oksigen. Suara napas dapat normal / hilang dengan kualitas tubular yang
kasar dan pada inspirasi dalam dapat terdengar ronkhi basah halus,
terutama pada
e) Terjasi perburukan yang progresif dari sianosis dan dyspnea.
C. ETIOLOGI
RDS/HMD terjadi pada bayi prematur / kurang bulan, karena kurangnya
produksi surfaktan. Ptoduksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke 22
makin muda usia kehamilam, makin besar pula kemungkinan terhadap RDS. Ada 4
faktor penting penyebab defisiensi surfaktan dari RDS yaitu prematut,
asfiksia,perinatal maternal diabetes, seksual sesaria. Surfaktan biasanya didapatkan
paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk menjadi menjaga gar katong alveoli tetap
berkambang menyebankan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami
sesak napas. Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah bayi lahit dan akan
bertambah berat.
RDS merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Sindrom ini dapat terjadi
karna ada kelainan di dalam / diluar, sehingga tindakan diseduaikan dengan
penyebab sindrom in kelainan didalam paru yang menunjukkan sindrom ini adalah
pheumonthoraks / pheumodhemedishnum, penyakit membran hialin
(PMH),pnerumonia,asprsasi, faktor – faktornya antara lain :
1) Faktor ibu.
Meliputi hipoksia pada ibu, gravian empat / sosial ekonomi, rendah maupun
penyakit pembuluh darah ibu mengangu pertukaran gas janin seperti hipertensi,
penyakit diabetes melitus, dll, hipotensi sc, pendarahan anterparium,
sebelumnya melahirkan dengan HMD.
2) Faktor Plasenta
Meliputi sulosio plasenta, pendarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta tipis,
plasenta tidak menempel pada tempatnya
3) Faktor Janin
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat
antara lain janin dan jalan lahir, kelainan kongenital pada neonatus dll
4) Faktor Persalinan
Meliputi partus lama, partus dengan tindakan, dll
Penyebab dari HMD ini diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Prematuritas dengan paru – paru yang imatur (gestasi dibawah 32
minggu)
b) Gangguan / defisiensi surfaktan
c) Bayi prematur yang lahir dengan operasi caesar
d) Penurunan suplay oksigen saat janin / saat kelahiran pada bayi matur /
prematur
D. KLASIFIKASI
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut ZR and Sari (2009) tanda dan gejala yang timbul pada RDS yaitu :
manifestasi klinis dari gangguan pertukaran gas menurut Tim Pokja DPP PPNI
(2017) data mayor untuk gangguan pertukaran gas yaitu :
Sintesis surfaktan dipengaruhi sebagian oleh pH, suhu dan perfusi normal,
asfiksia, hipoksemia dan iskemia paru terutama dalam hubungannya dengan
hipovolemia, hipotensi dan stress dingin dapat menekan sintesis surfaktan. Lapisan
epitel paru dapat juga terkena trauma akibat kadar oksigen yang tinggi dan pengaruh
penatalaksanaan pernapasan yang mengakibatkan penurunan surfaktan lebih lanjut
(Asrining Surasmi, Siti Handayani, 2003). Akibat lain adalah kerusakan endotel
kapiler dan epitel duktus alveolus yang menyebabkan terjadinya transudasi ke dalam
alveoli dan terbentuknya fibrin, selanjutnya fibrin 10 bersama-sama dengan jaringan
epitel yang nekrotik membentuk suatu lapisan yang disebut membran hialin.
Membran hialin ini melapisi alveoli dan menghambat pertukaran gas sehingga timbul
masalah gangguan pertukaran gas.Membran hialin yang meliputu alveoli dibentuk
dalam satu setengah jam setlah lahir. Epithrllum mulai membaik dan surfaktan mulai
dibentuk pada 36 – 72 jam setalah lahir.
Proses penyembuhan ini adalah komplek pada bayi yang imature dan
mengalami salat yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu yang chorlaamnionitis
dan sering berlanjut menjadi btonchopulmonal displasia (BPD). Gambaran radiologi
tampak adanya retinogranular karna ateleksis, dan air bronchogram. Gejala klinis
yang progresif dari resitensi. Respirasi distress syndrome adalah takipnea diatas 60
x/menit, gruntinh ekspirator, subcostal dan intercostal,teraksi,syanosis,nasal faring.
Pada bayi ekstermely premature (BBLSR) mungkin dapat berlajut apnea / hipertensi,
parespirasi dystress syndrom yang tanpa komplokasi maka surfaktan akan tampak
kembali dalam patu pada umur 36 – 48 jam. Gejala dapat memburuk secara bertahap
pada 24 – 36 jam pertama. Selanjutnya bila kondisi stabil dalam 24 jam akan
membaik dalm 60 – 72 jam dan sembuh pada kahir minggu pertama.
G. WOC
Bayi lahir dengan prematur dengan SC, Prematuritas dengan paru yang
Imatur, Asfiksia,Perinatal, Maternal diabetes
H. KOMPLIKASI
1) Komplikasi jangka pendek
a) Ruptur Alveoli
b) Infeksi
c) Pendarahan interkronial dan leukomalea preventrikular
d) Paten duklus Anteriosus (PDA)
2) Komplikasi jangka panjang
a) Bronchos Pulmonary Dysolasia (BPD)
b) Retinopaty Premature
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Tes Hiperoksia
Dapat membantu membedakan sinosis pada kelainan jantung /paru. Pulse
Oxymeter (oksimeter nadi) dapat membantu apakah tes hiperoksia ini berguna.
Bayi yang mengalami sianosis tanpa distress respiratory yang jelas memiliki
SaO2 <85% pada udar kamar dan oksigen 100% mempunyai plrau intrakardial.
Bila Sao2 > 85% oksigen 100% maka harus dilakukan tes hiperoksia. Tes
hiperoksia terdiri dari pengambilan data dasar tentang analisis gas darah dan
arteri radialis deksia (preduktal) pada bayi yang bernapas dengan udara kamar
yang diulang dengan bernapas pada oksigen 100% berlangsung selama 10 menit.
Bila PaO2 mmhg pada oksigen 100% berarti normal bila PaO2 > 150 mmhg curiga
penyakit paru. Bila PaO2 50 -150 mmhg curiga penyakit jantung / hipertensi
penyakit paru / hipertensi pulsnonal berat. Untuk memastikan hal tersbut dapat
dilakkan elektrokardografi.
2) Elektrokardiografi
Untuk mendiagnosa PDA dan menetukan arah dan derajat plrau berguna untuk
mendiagnosa hipertensi pulmonal dan menyingkirkan kemungkinan adanya
kelainan struktural jantung.
3) Gambaran Rontgen
4) Laboratorium
Kimia darah :
a) Meningkatny asam laknat dan asam organik lain > 45 mg/dll
b) Merendahnya biokarbonat standar
c) PH darah dibawah 7,2
d) PaO2 menurun
e) PaCO2 meninggi.
5) Tes Kocok (Shake Test)
Dari aspirat lambung dapat dilakukan test tes kocok. Aspirat lambung diambil
melalui N6T pada neonrtur sebanyak 0,5 ml lalu tambahkan 0,4 ml alkohol 96%
dicampur dengan dalam tabung 4 ml, kemudian dikocok selama 15 deik dan
diamkan selama 15 menit.
Pembacaan :
Neonatus imatur : tidak ada gelembung 60% resiko terjado HMD
+1 : gelembung sangat kecil pada meniskus (. ½) 20% resiko terjadi
HMD
+2 : gelembung satu deter 1/3 permukaan tabung
+3 : gelembung satu deret pada seluruh permukaan dan beberapa
gelembung dua derat
+4 : gelembung pada dua deret / lebih pada seluruh permukaan neonatus
matur.
6) Amniosentesis
Mengatur konsentrasi lesitin dari cairan amnion dengan melakukan
Amniosentesis (Pem. Antenatal)
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan secara umum (Sudarti dan Endang, 2010):
1) Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering
dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5%
2) Pantau selalu tanda vital
3) Jaga kepatenan jalan nafas
4) Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
5) Jika bayi mengalami apnea
6) Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
7) Lakukan penilaian lanjut
8) Segera periksa kadar gula darah
9) Pemberian nutrisi edekuat
10) Setelah manajemen umum segera lakukan manajemen lanjut sesuai dengan
kemungkinan penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas. Manajemen
spesifik dan manajemen lanjut antara lain
a. Pentalaksanaan pada gangguan nafas ringan
disebut Transient Tacypnea of the Newborn (TTN) yang biasanya
terjadi karena bedah sesar. Kondisi ini dapat normal kembali tanpa
adanya pengobatan. Gangguan nafas ringan merupakan tanda awal
dari infeksi sistemik.
1) Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya
2) Bila pernafasan memburuk atau timbul gejala sepsis, terapi
untuk mengurangi sepsis
3) Berikan ASI bila bayi mampu menyusui, jika tidak mampu
peras ASI
4) Kurangi pemberian O₂ secara bertahap bila ada perbaikan
gangguan nafas, hentikan pemberian O₂ jika frekuensi nafas
antara 30-6- kali/menit
5) Amati bayi selama 24 jam selanjutnya, jika frekuensi nafas
menetap antaran 30-60 kali/menit, tidak ada sepsis, dan tidak
ada masalah lain yang memerlukan perawatan bayi dapat
dipulangkan.
b. Gangguan nafas sedang
Tidak
Berikan kehangatan
Posisikan,bersihkan jalan napas
(bila perlu)
Keringkan,rangsang,posisikan lagi
Beri oksigen (bila perlu)
FJ <60 FJ >60
Berikan UTP
Lakukan kompresi ada
Berikan epinetrin
Setiap anak akan mmelaewati tahapan tersebut secara flexible dan berkesinambungan
misalnya pencapaian kekmampuan tumbuh kembang pada bayi, tidak selalu dicapai
pad usia 1 tahun secara persis tetap dapat dicapai lebih awal / lebih dari satu tahun.
Masing –masing tahap memiliki ciri khas dlam anatomi, fisiologi, biokimia dan
karakternya. Pencapaian suatu kekmpuan pada setiap anak berbeda – beda, tetapi ada
patokan umur untuk mencapai kemampuan tersebut yang sering disebut istilah
Milestone.
berikut ini merupakan pencapaian atau ciri-ciri tumbuh dan kembang secara normal
pada masa pranatal, neonatal, bayi, toddler dan pra sekolah
a. Masa Pranatal
2) Masa fetus yaitu sejak kehamilan 9 minggu sampai kelahiran. Masa fetus
ini terbagi dua yaitu masa fetus dini (usia 9 minggu sampai trimester
dua), dimana terja- di percepatan pertumbuhan dan pembentukan
manusia sempurna dan alat tubuh mulai berfungsi. Berikutnya adalah
masa fetus lanjut (trimester akhir) yang ditandai dengan pertumbuhan
tetap berlangsung cepat disertai perkembangan fungsi-fungsi. Pada masa
ini juga terjadi transfer imunoglobulin G (IgG) dari darah ibu melalui
plasenta.Pada 9 bulan masa kehamilan, kebutuhan bayi bergantung
sepenuhnya pada ibu. Oleh karena itu kesehatan ibu sangat penting dijaga
dan perlu dihindari faktor-faktor resiko terjadinya kelainan bawaan /
gangguan penyakit pada janin yang dapat berdampak pada pertumbuhan
dan perkembangannya.
b. Masa Neonatal
1) Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan
sirkulasi darah serta organ-organ tubuh mulai berfungsi. Saat lahir berat
badan normal dari ibu yang sehat berkisar 3000 gr - 3500 gr, tinggi
badan sekitar 50 cm, berat otak sekitar 350 gram. Pada sepuluh hari
pertama biasanya terdapat penurunan berat badan sepuluh persen dari
berat badan lahir, kemudian berangsur-angsur mengalami kenaikan.
2) Pernahkah terbersit pertanyaan dalam benak sudara...bagaimana bayi
baru lahir bisa menghisap? Bayi baru lahir juga bisa mencari puting
ibunya?.....untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut, mari kita pahami
pernyataan berikut, bahwa pada masa neonatal ini, refleks-refleks
primitif yang bersifat fisiologis akan muncul. Diantaranya refleks moro
yaitu reflek merangkul, yang akan menghilang pada usia 3-5 bulan;
refleks meng- hisap (sucking refleks); refleks menoleh (rooting refleks);
refleks mempertahankan posi- si leher/kepala (tonick neck refleks);
refleks memegang (palmar graps refleks) yang akan menghilang pada
usia 6-8 tahun. Refleks-refleks tersebut terjadi secara simetris, dan
seiring bertambahnya usia, refleks-refleks itu akan menghilang. Pada
masa neonatal ini, fungsi pendengaran dan penglihatan juga sudah mulai
berkembang.
c. Masa bayi (1-12 bulan)
Pada masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Umur
4-5 bulan berat badan bayi sudah 2x berat badan lahir dan umur 1 tahun sudah 3x
berat badan saat lahir. Sedangkan untuk panjang badannya pada 1 tahun sudah satu
setengah kali panjang badan saat lahir. Pertambahan lingkar kepala juga pesat. Pada
6 bulan pertama, pertumbuhan lingkar kepala sudah 50%. Oleh karena itu perlu
pemberian gizi yang baik yaitu dengan memperhatikan prinsip menu gizi seimbang.
Pada tiga bulan pertama, anak berusaha mengelola koordinasi bola mata
untuk mengikuti suatu objek, membedakan seseorang dengan benda, senyum naluri,
dan bersuara. Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang yang cukup mendukung
perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada posisi telungkup, anak berusaha
mengangkat kepala. Jika tidur telentang, anak lebih menyukai sikap memiringkan
kepala ke samping.
Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan menoleh ke kiri-
kanan saat telungkup. Setelah usia lima bulan anak mampu membalikkan badan dari
posisi telentang ke telungkup dan sebaliknya, berusaha meraih benda-benda di
sekitarnya untuk dimasukkan ke mulut. Anak mampu tertawa lepas pada suasana
yang menyenangkan, misalnya diajak bercanda, sebaliknya akan cerewet/menangis
pada suasana tidak menyenangkan.
Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada posisi telungkup
untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya. Sekitar usia sembilan bulan anak
bergerak merayap atau merangkak dan mampu duduk sendiri tanpa bantuan. Bila
dibantu berdiri, anak berusaha untuk melangkah sambil berpegangan. Koordinasi jari
telunjuk dan ibu jari lebih sempurna sehingga anak dapat mengambil benda dengan
menjepitnya. Kehadiran orang asing akan membuat cemas (stranger anxiety)
demikian juga perpisahan dengan ibunya.
Pada usia 9 bulan 1 tahun, anak mampu melambaikan tangan, bermain bola,
memukul-mukul mainan, dan memberikan benda yang dipegang bila diminta. Anak
suka sekali bermain ci-luk-ba. Pada masa bayi terjadi perkembangan interaksi
dengan lingkungan yang menjadi dasar persiapan untuk menjadi anak yang lebih
mandiri. Kegagalan memperoleh perkemban- gan interaksi yang positif dapat
menyebabkan terjadinya kelainan emosional dan ma- salah sosialisasi pada masa
mendatang. Oleh karena itu, diperlukan hubungan yang mesra antara ibu (orang tua)
dan anak.
Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lebih pelan daripada masa bayi
tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami
penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan anak mulai
belajar jalan. Pada mulanya, anak berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan
berpegangan. Sekitar usia enam belas bulan, anak mulai belajar berlari dan menaiki
tangga, tetapi masih kelihatan kaku. Oleh karena itu, anak perlu diawasi karena
dalam beraktivitas, anak tidak memperhatikan bahaya.
Pada masa ini, anak bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat keakuan yang
kuat seh- ingga segala sesuatu yang disukainya dianggap miliknya. Bila anak
menginginkan mainan kepunyaan temannya, sering ia akan merebutnya karena
dianggap miliknya. Teman dianggap sebagai benda mati yang dapat dipukul, dicubit
atau ditarik rambutnya apabila menjengkelkan hatinya. Anak kadang-kadang juga
berperilaku menolak apa saja yang akan dilakukan terhadap dirinya (self defense),
misalnya menolak mengenakan baju yang sudah disediakan orang tuanya dan akan
memilih sendiri pakaian yang disukainya
e. Masa Prasekolah
Pada usia 5 tahun, pertumbuhan gigi susu sudah lengkap. Anak kelihatan
lebih langsing. Pertumbuhan fisik juga relatif pelan. Anak mampu naik turun tangga
tanpa bantuan, demikian juga berdiri dengan satu kaki secara bergantian atau
melompat sudah mampu dilakukan. Anak mulai berkembang superegonya (suara
hati) yaitu merasa bersalah bila ada tindakannya yang keliru.
Pada masa ini anak berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya
imaginasinya, seh- ingga anak banyak bertanya tentang segala hal disekelilingnya
yang tidak diketahuinya. Apabila orang tua mematikan inisiatif anak, akan membuat
anak merasa bersalah. Anak belum mampu membedakan hal yang abstrak dan
konkret sehingga orang tua sering menganggap anak berdusta, padahal anak tidak
bermaksud demikian.Anak mulai men- genal perbedaan jenis kelamin perempuan
dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasi figur atau perilaku orang tua sehingga
mempunyai kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya.
Pada akhir tahap ini, anak mulai mengenal cita-cita, belajar menggambar,
menulis, dan mengenal angka serta bentuk/warna benda. Orang tua perlu mulai
mempersiapkan anak untuk masuk sekolah. Bimbingan, pengawasan, pengaturan
yang bijaksana, per- awatan kesehatan dan kasih sayang dari orang tua dan orang-
orang disekelilingnya sangat diperlukan oleh anak.
ASUAHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS PASIN
Meliputi:
Nama anak (inisial), no mr, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pendidikan, diagnosa medis, penanggung jawab, nama orang tua, usia,
pekerjaan, anak ke berapa, alamat orang tua.
II. KELUHAN UTAMA
Keluhan utama yang sering dirasakan pada bayi HMD / RDS adalah takipnea
III. RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat kesehatan dapat mempengaruhi kejadian HMD / RDS seperti
kelahiran preterm riwayat kehamilan ibu menderit pendarahan, ibu menderita
hipertensi, riwayat neanatus dengan asfiksia akibat hipoksia akut, hipotermia
dan APGAR skor rendah.
IV. Apgar Skore
System penilaian untuk mengevaluasi status kardiopulmonal dan persaratan
bayi. Penilaian dialkukan 1 menit setelah lahir dengan penilaian 7 -10 (baik), 4-
6 (asfiksia ringan hingga sedang), dan 0 -3 (asfiksia berat) dan diulang setiap 5
menit hingga bayi dalam keadaan normal / stabil
V. Pemeriksaan Plasenta
Dilakukan untuk menetukan keadaan plasenta seperti adanya pengapuran
nekrosis, beratnya dan jumlah kurion. Pemeriksaan ini penting dalam
menetukan kembar identik / tidak
VI. Pemeriksaan tali pusat
Dilakukan untuk menilai ada / tidaknya kelainan dalam tali pusat seperti
adanya vena / arteri, adanya tali simpul atau tidak.
VII. Pengkajian Fisik
1) Aktivitas / Istirahat
Sttus sadar, bayi tampak semi koma saat tidur malam, meringis atau
tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat (REM), tidur
sehari rata-rata 20 jam
2) Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat dan idak teratur dalam batas normal (120 –
160 x/i). Murmur jantung yang dapat didengar dapat menadakan duklus
arterious (PDA).
3) Pernapasan
Mungkin dangkal, tidak teratur, dan pernapasan diagframatik intermiten /
periodik (40 – 60 x/menit). Pernapasan cuping hidung, retraksi
suprasetnal atau substernal, juga derajat sianosis yang mungkin ada.
Adanya bunyi ampela pada auskultasi, menandakan sindrom disterss
pernapasan (RDS)
4) Neosensori
Sutura tengkorak dan fontanel tampak melabur, peneonjolan karena
ketidadekuatan pertumbuhan mungkin terlihat kepala keal dengan dahi
menonjol, buting hidup cekung, hidung pendek mencuat, bibir ats tipis
dan dagu maju, tonus otot tampak kencang fleksi ekitermitos bawah dn
atas serta keterbatasan gerak. Pelebaran tampilan mata.
5) Makanan dan cairan
Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar
kepala
Kulit kering pecah – pecah dan terkelupas dan tidak adanya
jaringan subkutan.
Penurunan masa otot, khususnya pada pipi, bokong dan paha
Ketidak stabilan metabolik dan hipoglikemia / hipokasernia.
6) Genitounana
Jelaskan seriap abnormalitus genitalia, jelaskan jumlah (dibandingkan
engnaberta badan), warna, PH, temuan iab – stick dan berat jenis kemih
(untuk menyaring kecukupan hiarasi) periksa berat badan (pengukuran
yang paling akurat dalam mengkaji hidrasi)
7) Keamanan
Suhu berflukutuasi dengan mudah
Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan
Warna mekanium jelas pada jari tangan dan dasar pada tali pusat
dengan warna kehijauan.
Menangis mungkin lemah
8) Seksulitas
Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan
klitoris menonjol.
Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak tidak pada
skrotum.
9) Suhu tubuh
Tentukan suhu kulit dan aksila
Tentukan dengan sushu lingkungan
10) Pengakajian kulit
Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda
iritasi, lepuh, abrasi,/daerah terkelupas, terutama diamana perdiatan
pemantau, ifus, / alat lain bersetuhan dengan kulit, periks, dan
tempat juga dancatat setiap preparat kulit yang dipakai (misal
plester providone – lodine)
Tentukan tekstur dan turgor kulit : kering , lembut, bersisik,
terkelupas, dll
Terangkan adanya ruam, lesi kulit, /tanda lahir
Tentukan apakah apakah kateter infus IV / jarum terpasang dengan
benar dan periksa adanya tanda infiltrasi
Jelaskan pipa infus parenteral : lokasi, tipe (arterial, vena, perifer,
umbilicus sentral, vena perifer sentral) : tipe infuse (obat, salin,
dekstrosa, elektrolit, lipid, nutrisi, parenteral total), tope pompa
infus dan kecepatan aliran, tipe kateter / jarum tempat infeksinya.
11) Pengkajian Psikologis
Orang tua klien tampak cemas dan khawatir melihat kondisi
bayinya, dan orang tua klien berharap bayinya cepat sembuh.
12) Pemeriksaaan Refleks
a. Reflek berkedip
Dijumpai namun belum sempuran
b. Tanda babinski
Jari kaki mengembung dan ibu jari kai sakit dorsofleksi
c. Merangkak
Bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki, namun
belum sempurna
d. Melangkah
Kaki salat bergerak keatas dan kebawah saat disentukan
kepermukaan
e. Ektrusi
Lidah ekstensi kearah luar saat disentuh dengan spatel lidah
f. Gallant’s pungung sedikit bergerak ke arah samping saat diberikan
goresan pada punggungnya
g. Moro
Di jumpai namun belum sempurna
h. Neck righting : belum ditemukan
i. Menggenggam
Bayi menunjukkan refleks menggengam namun belum sempurna
j. Rooting
Bayi memperlihatkan gerakan memutar ke arah pipi yang diberikan
sedikit goresan
k. Kaget (startle)
Bayi memberikan respon ekstensi dan flesi lengan yang belum
sempurna
l. Menghisap
Bayi memperlihatkan respon menghisap yang belum sempurna
m. Tonick neck
Belum dilskuksn karna refleks ini hanya terdapat bayi yang berusia
>2 tahun
13) Pemeriksaan Diagnostik
a) Jumlah darah lengkap :
Penurunan pada Hb / Ht mungkin dihubungkan dengan anemia /
kehilanagn darah
b) Dektrosik
Menyatakan hipoglikemia
c) AGD
Menentukan derajat keparahan disterss bila ada
d) Elektrosit serum
Mengkaji adanya hipokalsemia
e) Bilirubin
Mungkin meningkat pada polisitemia
f) Urinaliss
Mengkaji homeostasis
g) Jumlah trombosit
Trombosiropenia mungkin menyertai sepsis
h) EKG, EEG, USG, angiografik defek kongenital / komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
Marmi, & Rahardjo, K. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Mubarak W.I., Lilis I., Joko S. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Salemba Medika.
Sukarni, I dan Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan dan Masa Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.