Anda di halaman 1dari 3

Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 1, April 2007 : Hal. 77 - 81 I S S N . 1 6 9 3 - 2 5 8 7 Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No.

1, April 2007 78

Jurnal Oftalmologi Indonesia JOI Trans Limbal Lensectomy JOI

TRANS LIMBAL LENSECTOMY OF UNTREATABLE UVEITIS


IN JUVENILE RHEUMATOID ARTHRITIS PATIENT
Dr. Soetomo Surabaya selama periode 1 Januari kornea, bilik mata depan dangkal, seklusio pupil,
1979 - 30 April 1985 ditemukan sebanyak 21 kasus membran di depan kapsul anterior lensa dan katarak
2
terdiri dari 6 wanita dan 15 pria. JRA merupakan komplikata, dimana kelainan-kelainan tersebut
Erni Indraswati, M. Anie, Gatut Suhendro salah satu kelainan sistemik yang erat kaitannya tampak lebih berat pada mata kiri dibanding mata
Bag./SMF Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSU Dr. Soetomo Surabaya dengan timbulnya iridocylitis pada usia anak-anak. kanan.
Uveitis anterior terjadi pada 11 % kasus JRA. Insiden Hasil pemeriksaan ultrasonografi pada mata
uveitis pada JRA di Amerika diperkirakan sekitar 14 kanan tanggal 1 Oktober 2005:
dari 100.000 kasus dan uveitis ditemukan pada 2- n Kurvatura dengan bola mata posterior baik
21% anak dengan JRA.3 n Kekeruhan vitreous tidak didapatkan
ABSTRACT
Dalam kasus uveitis dengan JRA diperlukan n Retina attached
Objective: To report the result of trans limbal lensectomy, iridectomy and anterior vitrectomy in chronic and penanganan yang serius sejak diagnosis ditegakkan, USG pada mata kiri tidak direkam karena tidak
untreatable uveitis with secondary glaucoma, total posterior synechia, and complicated cataract in Juvenile pencarian kemungkinan etiologi, serta ada rencana tindakan.
Rheumatoid Arthritis patient. penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan
Case report: A 14 years old girl was referred from Sorong General Hospital with bilateral chronic uveitis, etiologinya. Penatalaksanaan yang tepat diharapkan Penderita dikonsulkan ke Divisi Rheumatologi Interna
complicated cataract and secondary glaucoma. Underlying disease was still unclear. She already treated with dapat meningkatkan prognosis penyakit. Selain itu dengan hasil : Juvenile Rheumatoid Arthritis
topical polydex and atropin without improvement. Visual acuity in right eye was 1 meter finger counting and light karena sifat penyakit ini kronis maka diperlukan
perception in left eye. Ophthalmic examination showed bilateral keratopathy, secclusio pupil, membrane in front monitoring dan evaluasi yang baik sehingga setiap
of the lens capsule and complicated cataract which appear more severe in left eye than right eye. She also perkembangan yang terjadi bisa diwaspadai.
suffered from secondary glaucoma. Ultrasound examination on the right eye showed no vitreous opacity
staphyloma and vitreous and retina attached. Consultation to the Internal Medicine Department revealed Juvenile TATALAKSANA KASUS
Rheumatoid Arthritis as an underlying disease. Pre-operative treatment was methylprednisolon 1 mg/kgBW/day Seorang gadis belia berusia 14 tahun datang ke
orally and topical atropin, timolol and azopt. We performed trans limbal lensectomy, iridectomy and anterior Poliklinik Mata RS Dr. Soetomo Surabaya dengan
vitrectomy in right eye as the last eye and continued with YAG laser iridectomy. keluhan kedua mata kabur. Mata dirasakan kabur
Result: Best corrected visual acuity in right eye was improve become 5 / 8.5 with S + 10.00 D. Intraocular sejak 4 tahun yang lalu namun dirasakan makin
pressure was stable without any therapy of glaucoma. Systemic steroid has successfully tappered off without any parah sejak 1 tahun, mula-mula ringan namun
sign of reactivation of inflammation until minimal dose ( 3 X 2 mg ) as it was needed to control the Juvenile berangsur-angsur makin berat. Sejak 3 tahun
Rheumatoid Arthritis. sebelumnya mata penderita mulai kabur sering
Conclusion: Trans limbal lensectomy, iridectomy and anterior vitrectomy may give good result for chronic merah tetapi seringkali sembuh dengan sendirinya.
and untreatable uveitis patient with Juvenile Rheumatoid Arthritis. Selama ini mata tidak pernah nyeri, belekan atau
nrocoh. Riwayat trauma disangkal. Penderita tidak Gambar 1.
Keywords: chronic uveitic, glaucoma, compicated cataract, juvenile rheumatoid arthritis, steroid, pernah memakai kacamata. Sejak 2 bulan yang lalu Mata kanan sebelum operasi
penderita berobat jalan di RSUD Sorong dan
disarankan untuk berobat ke RS. Dr. Soetomo.
Penderita juga mengeluh nyeri dan sulit
juta orang penderita uveitis dimana kasus barunya menggerakkan sendi-sendi tangan dan kaki sejak 2
PENDAHULUAN
ditemukan sebanyak 45.000 pertahun. Uveitis juga tahun yang lalu. Selain itu di daerah jari dan
Uveitis merupakan salah satu penyebab
menyebabkan 10% kebutaan. Meskipun dapat punggung tangan serta kaki terlihat benjolan yang
kebutaan di dunia termasuk Indonesia, terlebih
terjadi pada semua usia, kebanyakan penderita terlihat tidak normal.
uveitis pada anak yang merupakan penyakit sangat
berusia 20-50 tahun dan menurun insidennya pada Pada pemeriksaan tanggal 29 September 2005
serius dan lebih sering mengancam kebutaan
di poliklinik mata RS. Dr. Soetomo didapatkan tajam
dibanding usia dewasa. Penatalaksanaan yang usia diatas 70 tahun.1,4
penglihatan mata kanan adalah hitung jari dari jarak
mungkin dirasakan kurang optimal pada anak Juvenile Rheumatoid Arthritis (JRA) adalah
1 meter sedangkan mata kiri hanya dapat melihat
dengan uveitis, komplikasi yang cukup tinggi, serta arthritis yang terjadi pada masa pre-pubertas atau
cahaya dengan proyeksi iluminasi yang buruk.
seringnya diperlukan pengobatan sistemik sebelum berusia 16 tahun dan berlangsung selama 6
Tekanan intra okuli pada kedua mata cenderung
menunjukkan bahwa kelainan ini kronis dan berat bulan atau lebih. Sebagian besar (70%) kasus timbul
tinggi diatas 23 mmHg dengan pemberian Timolol
pada usia muda. dengan manifestasi yang tidak berat dan hanya
0,5% sehari sekali. Segmen anterior mata kanan dan Gambar 2.
Insiden uveitis pada populasi 100.000 orang melibatkan sedikit persendian. Di Indonesia Mata kiri sebelum operasi
kiri menunjukkan adanya band keratopathy pada
adalah 15 kasus pertahun. Di Amerika terdapat 2,3 insidennya belum diketahui dengan pasti. Di RS.

1
77
Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 1, April 2007 79 Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 1, April 2007 80

Trans Limbal Lensectomy JOI Trans Limbal Lensectomy JOI

Tindakan memastikan bahwa kondisi mata kanan yang akan pembuangan seluruh cortex dan massa lensa hingga
Dilakukan trans limbal lensectomy, iridectomy, dioperasi benar-benar tidak dalam kondisi inflamasi bersih untuk mencegah post operatif phacogenic
dan anterior vitrectomy pada mata kanan. Sejak 1 aktif. inflammation. Meski menggunakan vitrector namun
minggu sebelum operasi diberikan steroid sistemik Diagnosis ini adalah atas dasar kriteria insisi yang dilakukan pada limbus superior diambil
yaitu methylprednisolon dengan dosis 1 diagnosis yang ditetapkan oleh American sepanjang 3 mm. Hal ini mengingat kondisi kekeruhan
mg/kgBB/hari dan ditambah pemberian oradexon 1 Rheumatism Association yaitu : lensa pre-operatif sulit dievaluasi karena adanya
ampul intravena pra-operasi. Prosedur operasi 1. Kaku pagi hari sinekia posterior yang berat, seklusio pupil dan adanya
diawali dengan membuat insisi di limbus sepanjang 3 2. Arthritis pada tiga daerah persendian semacam membran atau kapsul anterior yang fibrotik
mm pada jam 10-12 dan insisi untuk side port pada 3. Arthritis pada persendian tangan yang menghalangi visualisasi kekeruhan lensa. Dengan
jam 3. Dilakukan sinekiotomi dan kapsulotomi yang 4. Arthritis simetris insisi 3 mm maka apabila ternyata kondisi nukleus
dilanjutkan dengan translimbal lensectomy. 5. Nodul Rheumatoid lensa cukup keras sehingga tidak dapat diaspirasi
Hasil USG OD tgl 1-10-2005
Kemudian dilakukan anterior vitrectomy yang 6. Faktor Rheumatoid serum + dengan menggunakan vitrector maka akan dilakukan
dilanjutkan dengan iridektomi pada jam 11 untuk 7. Perubahan gambaran radiologi ekspresi lensa secara manual. Iridektomi dilakukan
PEMBAHASAN
menjamin aliran humor akuos yang baik. Pada untuk mencegah peningkatan tensi okuli post-operatif.
Penatalaksanaan pada kasus ini bertujuan Seseorang menderita arthritis bila memenuhi 4
kasus ini tidak dilakukan pemasangan lensa Pada penderita ini tidak dilakukan operasi
untuk menekan proses radang dan mencegah kriteria dimana kriteria 1-4 harus diderita minimal 6
intraokuli karena resiko reaktivasi inflamasi yang vitreo-retina karena kekhawatiran akan timbulnya
komplikasi menjadi lebih berat terutama pada mata minggu. 2
tinggi pasca operasi.4 komplikasi hipotoni mengingat penderita telah
kanan. Sementara untuk mata kiri tidak ada rencana Hasil lab yang menunjang adalah pemeriksaan mengalami inflamasi yang cukup lama sehingga bila
penatalaksanaan khusus karena sejak awal radiologi yang dilakukan terhadap sendi-sendi genu,
Hasil terjadi trauma pada badan siliar karena tindakan
pemeriksaan visus natural sudah LP (+) dengan ankle dan manus dextra sinistra keseluruhannya
Tajam penglihatan pada mata kanan membaik operasi akan sangat mudah timbul hipotoni. Selain
proyeksi iluminasi dan red-green jelek yang berarti menyokong suatu rheumatoid arthritis.
dimana dengan kondisi afakia didapatkan tajam itu mata yang dilakukan tindakan merupakan last eye
sudah terjadi gangguan fungsi makula. Steroid sistemik dalam dosis maksimal (1
penglihatan natural 1/60 dan dengan koreksi Spheris sehingga resiko yang berat harus betul-betul dihindari.9
Pada penderita ini, meski dengan resiko yang mg/kgBB/hari) diberikan sejak 1 minggu sebelum
+ 10,00 Dioptri menjadi 5/8,5. Tekanan intra okuli Tekanan intraokuli post operatif pada awalnya
besar akan adanya komplikasi dan rekurensi operasi untuk mencegah reaksi radang yang berat
pada mata kanan berangsur-angsur menurun dan masih belum stabil sampai dengan 3 minggu post-op.
inflamasi, dilakukan tindakan operatif dengan post operatif.7,8 Kortikosteroid topikal pre-op tidak
stabil dibawah 20 mmHg tanpa terapi anti glaukoma. Ada beberapa kemungkinan penyebab :
pertimbangan : diberikan untuk mencegah peningkatan tekanan
Steroid sistemik berhasil diturunkan dosisnya secara n Penggunaaan xitrol eye drop dan
n Komplikasi yang terjadi akibat uveitis seperti intra okuli sekunder karena kortikosteroid, dimana
bertahap tanpa menimbulkan tanda-tanda reaktivasi kortikosteroid sistemik (methyl prednisolon)
adanya membran, sinekia posterior dan pada penderita ini tensi okuli 1 minggu pre-op bisa
inflamasi, sampai dengan dosis terendah yang menyebabkan glaukoma sekunder
seklusio pupil, serta katarak komplikata dipertahankan antara 14,6 mmHg - 23,1 mmHg
masih dibutuhkan untuk pengobatan jangka panjang diakibatkan kortikosteroid.
merupakan indikasi untuk tindakan operatif. dengan pemberian timolol eye drop 0,5 % 2 kali 1
terhadap arthritisnya. n Mekanisme pembuntuan trabecular
Mata kanan yang akan dioperasi merupakan tetes. 5, 7, 11
mata yang masih berfungsi (last eye).5,6 meshwork akibat pembengkakan trabekular
Tindakan operatif yang dilakukan pada pasien post- operatif, debris sel radang atau sisa sel-
n Penderita masih berusia remaja sehingga ini adalah OD trans limbal lensectomy, iridectomy
fungsi visual yang baik akan meningkatkan sel darah merah yang terperangkap di
dan anterior vitrectomy yang bertujuan untuk trabecular meshwork, neovaskularisasi, ataupun
kualitas hidupnya kelak membuang kekeruhan pada lensa dan kapsul anterior
n Penderita dirujuk dari Irian Jaya karena adanya peripheral anterior synechia (PAS) .
lensa yang fibrotik. Dalam proses operasi sebelum n Sisa kortex di bilik mata depan menyebabkan
fasilitas kesehatan disana tidak dapat dilakukan lensectomy dilakukan juga sinekiotomi
menangani kasus yang sulit seperti ini. terjadinya lens-induced uveitis yang
untuk membebaskan sinekia dengan menggunakan menyebabkan timbulnya glaukoma.9, 10
jarum kapsulotomi. Setelah bebas, pada kapsul anterior
Dalam hal ini sebelum operasi sudah diberikan yang fibrotik dilakukan kapsulotomi. Pada saat Sejak minggu ke-4 post operatif tensi mata
informasi dan pengambilan informed consent disertai lensectomy, massa lensa diaspirasi dengan kanan mulai terkontrol perlahan-lahan hingga
penjelasan akan adanya kemungkinan kegagalan menggunakan vitrector dimana irigasi dilakukan dibawah 20 mmHg. Hal ini disebabkan karena
tindakan yang menyebabkan hilangnya penglihatan melalui insisi side port pada jam 3 dengan pemberian steroid sistemik sebagai salah satu
pada mata kanan. menggunakan jarum 20.G. Penggunaan vitrector dugaan penyebab glaukoma sudah mencapai dosis
Persiapan pre-operatif pada penderita ini sudah untuk aspirasi massa lensa pada kasus ini dipilih minimal. Tidak dilakukan tindakan bedah filtrasi pada
Gambar 3. dilakukan sejak 1 bulan pre-operatif untuk mengingat lensa pada usia remaja umumnya pasien ini karena sesudah penghentian steroid
Mata kanan 4 minggu paska operasi
berkonsistensi lunak dan juga untuk melakukan topikal dan penurunan dosis bertahap dari steroid
Gambar 4.
Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 1, April 2007 81

Trans Limbal Lensectomy JOI

sistemik tekanan intraokuli mata kanan menurun American Academy of Ophtalmology .United States of
America. p 138-139.
tanpa pengobatan anti glaukoma (sebelumnya
7. Bacsal K. 2004. Corticosteroid in Uveitis, 8th Continuing
diberikan kombinasi timolol dan azopt topikal).8,9 Ophtalmology Education . Ophtalmology Department FKUI.
Prognosis penyakit ini adalah dubius ad malam Jakarta.
untuk mata kiri dimana tajam penglihatan hanya 8. Raizman MB, 2004. Cataract Surgery in Uveitis Patient , in (
Steinert RF eds ) Cataract Surgery: Techniques,
mampu mengenali cahaya (+) dengan proyeksi
Complications, and Management. 2nd edition.WB Saunders.
iluminasi yang jelek. Sedangkan mata kanan adalah Philadelphia. P 267-270.
dubius ad bonam. Tajam penglihatan mata kanan 9. Heiligenhauz A, Heinz C, Becker M. 2005. The Treatment of
post-operatif memang meningkat yaitu dari 1/60 Uveitic Cataract. in (Kohnen T, Koch DD, eds). Essentials in
sukar koreksi menjadi 1/60 dengan koreksi S+10.00 Ophtalmology : Cataract and Refractive Surgery. Springer.
Berlin. p 135-148.
menjadi 5/8.5. Monitoring jangka panjang tetap 10. Kanski JJ, 1999. Uveitis : Clinical Ophtalmology, a
diperlukan dan untuk menjamin pengawasan yang Systemic Approach 4th edition Butterworth Heinemann,
baik telah kami berikan rujukan kembali pada dokter USA. P279-280
pengirim di RSUD Sorong sebelum penderita
kembali ke daerah asal.

KESIMPULAN
Uveitis pada kasus ini berhubungan erat
dengan penyakit sistemik yaitu Juvenile Rheumatoid
Arthritis. Indikasi tindakan bedah pada mata
kanannya adalah karena uveitis dengan komplikasi
seperti adanya membran, sinekia posterior, seklusio
pupil, glaukoma dan katarak komplikata yang gagal
diterapi secara konservatif sekunder.
Lensektomi translimbal, iridektomi dan
vitrektomi anterior memberi hasil cukup baik dimana
visus bisa maju, glaukoma terkontrol tanpa obat-
obatan dan penderita dapat beraktivitas normal
dengan menggunakan kacamata + 10.00D.

DAFTAR PUSTAKA
1. Deborah Pavan-Langston. 2002. Manual of Ocular
Diagnosis and Therapy , 5th edition Lippincott William &
Wilkins. Philadelphia.p229-230
2. Gina H, 1996. Arthritis Rheumatoid Juvenil, in (Noer
Sjaifoellah, Waspadji S, et al) Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, , Balai Penerbit FKUI, Jakarta. P 71-73.
3. Crawford John, Morin J D ; 1982, The Eye in Childhood,
Graus & Straton, New York. p 242-243.
4. Ansyari Fatma.2004. Uveitis pada Anak, 8th Continuing
Ophtalmology Education, , Ophtalmology Department FKUI,
Jakarta.
5. Muhaya Haji M, 2004. Medical Management of Uveitis , 8th
Continuing Ophtalmology Education, , Ophtalmology
Department FKUI, Jakarta.
6. Opremcak EM, et al. 2003. Basic and Clinical Science
Course, section9, Intraocular Inflammation and Uveitis.

Anda mungkin juga menyukai