JOI JOI: Trans Limbal Lensectomy of Untreatable Uveitis in Juvenile Rheumatoid Arthritis Patient
JOI JOI: Trans Limbal Lensectomy of Untreatable Uveitis in Juvenile Rheumatoid Arthritis Patient
1, April 2007 78
1
77
Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 1, April 2007 79 Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 1, April 2007 80
Tindakan memastikan bahwa kondisi mata kanan yang akan pembuangan seluruh cortex dan massa lensa hingga
Dilakukan trans limbal lensectomy, iridectomy, dioperasi benar-benar tidak dalam kondisi inflamasi bersih untuk mencegah post operatif phacogenic
dan anterior vitrectomy pada mata kanan. Sejak 1 aktif. inflammation. Meski menggunakan vitrector namun
minggu sebelum operasi diberikan steroid sistemik Diagnosis ini adalah atas dasar kriteria insisi yang dilakukan pada limbus superior diambil
yaitu methylprednisolon dengan dosis 1 diagnosis yang ditetapkan oleh American sepanjang 3 mm. Hal ini mengingat kondisi kekeruhan
mg/kgBB/hari dan ditambah pemberian oradexon 1 Rheumatism Association yaitu : lensa pre-operatif sulit dievaluasi karena adanya
ampul intravena pra-operasi. Prosedur operasi 1. Kaku pagi hari sinekia posterior yang berat, seklusio pupil dan adanya
diawali dengan membuat insisi di limbus sepanjang 3 2. Arthritis pada tiga daerah persendian semacam membran atau kapsul anterior yang fibrotik
mm pada jam 10-12 dan insisi untuk side port pada 3. Arthritis pada persendian tangan yang menghalangi visualisasi kekeruhan lensa. Dengan
jam 3. Dilakukan sinekiotomi dan kapsulotomi yang 4. Arthritis simetris insisi 3 mm maka apabila ternyata kondisi nukleus
dilanjutkan dengan translimbal lensectomy. 5. Nodul Rheumatoid lensa cukup keras sehingga tidak dapat diaspirasi
Hasil USG OD tgl 1-10-2005
Kemudian dilakukan anterior vitrectomy yang 6. Faktor Rheumatoid serum + dengan menggunakan vitrector maka akan dilakukan
dilanjutkan dengan iridektomi pada jam 11 untuk 7. Perubahan gambaran radiologi ekspresi lensa secara manual. Iridektomi dilakukan
PEMBAHASAN
menjamin aliran humor akuos yang baik. Pada untuk mencegah peningkatan tensi okuli post-operatif.
Penatalaksanaan pada kasus ini bertujuan Seseorang menderita arthritis bila memenuhi 4
kasus ini tidak dilakukan pemasangan lensa Pada penderita ini tidak dilakukan operasi
untuk menekan proses radang dan mencegah kriteria dimana kriteria 1-4 harus diderita minimal 6
intraokuli karena resiko reaktivasi inflamasi yang vitreo-retina karena kekhawatiran akan timbulnya
komplikasi menjadi lebih berat terutama pada mata minggu. 2
tinggi pasca operasi.4 komplikasi hipotoni mengingat penderita telah
kanan. Sementara untuk mata kiri tidak ada rencana Hasil lab yang menunjang adalah pemeriksaan mengalami inflamasi yang cukup lama sehingga bila
penatalaksanaan khusus karena sejak awal radiologi yang dilakukan terhadap sendi-sendi genu,
Hasil terjadi trauma pada badan siliar karena tindakan
pemeriksaan visus natural sudah LP (+) dengan ankle dan manus dextra sinistra keseluruhannya
Tajam penglihatan pada mata kanan membaik operasi akan sangat mudah timbul hipotoni. Selain
proyeksi iluminasi dan red-green jelek yang berarti menyokong suatu rheumatoid arthritis.
dimana dengan kondisi afakia didapatkan tajam itu mata yang dilakukan tindakan merupakan last eye
sudah terjadi gangguan fungsi makula. Steroid sistemik dalam dosis maksimal (1
penglihatan natural 1/60 dan dengan koreksi Spheris sehingga resiko yang berat harus betul-betul dihindari.9
Pada penderita ini, meski dengan resiko yang mg/kgBB/hari) diberikan sejak 1 minggu sebelum
+ 10,00 Dioptri menjadi 5/8,5. Tekanan intra okuli Tekanan intraokuli post operatif pada awalnya
besar akan adanya komplikasi dan rekurensi operasi untuk mencegah reaksi radang yang berat
pada mata kanan berangsur-angsur menurun dan masih belum stabil sampai dengan 3 minggu post-op.
inflamasi, dilakukan tindakan operatif dengan post operatif.7,8 Kortikosteroid topikal pre-op tidak
stabil dibawah 20 mmHg tanpa terapi anti glaukoma. Ada beberapa kemungkinan penyebab :
pertimbangan : diberikan untuk mencegah peningkatan tekanan
Steroid sistemik berhasil diturunkan dosisnya secara n Penggunaaan xitrol eye drop dan
n Komplikasi yang terjadi akibat uveitis seperti intra okuli sekunder karena kortikosteroid, dimana
bertahap tanpa menimbulkan tanda-tanda reaktivasi kortikosteroid sistemik (methyl prednisolon)
adanya membran, sinekia posterior dan pada penderita ini tensi okuli 1 minggu pre-op bisa
inflamasi, sampai dengan dosis terendah yang menyebabkan glaukoma sekunder
seklusio pupil, serta katarak komplikata dipertahankan antara 14,6 mmHg - 23,1 mmHg
masih dibutuhkan untuk pengobatan jangka panjang diakibatkan kortikosteroid.
merupakan indikasi untuk tindakan operatif. dengan pemberian timolol eye drop 0,5 % 2 kali 1
terhadap arthritisnya. n Mekanisme pembuntuan trabecular
Mata kanan yang akan dioperasi merupakan tetes. 5, 7, 11
mata yang masih berfungsi (last eye).5,6 meshwork akibat pembengkakan trabekular
Tindakan operatif yang dilakukan pada pasien post- operatif, debris sel radang atau sisa sel-
n Penderita masih berusia remaja sehingga ini adalah OD trans limbal lensectomy, iridectomy
fungsi visual yang baik akan meningkatkan sel darah merah yang terperangkap di
dan anterior vitrectomy yang bertujuan untuk trabecular meshwork, neovaskularisasi, ataupun
kualitas hidupnya kelak membuang kekeruhan pada lensa dan kapsul anterior
n Penderita dirujuk dari Irian Jaya karena adanya peripheral anterior synechia (PAS) .
lensa yang fibrotik. Dalam proses operasi sebelum n Sisa kortex di bilik mata depan menyebabkan
fasilitas kesehatan disana tidak dapat dilakukan lensectomy dilakukan juga sinekiotomi
menangani kasus yang sulit seperti ini. terjadinya lens-induced uveitis yang
untuk membebaskan sinekia dengan menggunakan menyebabkan timbulnya glaukoma.9, 10
jarum kapsulotomi. Setelah bebas, pada kapsul anterior
Dalam hal ini sebelum operasi sudah diberikan yang fibrotik dilakukan kapsulotomi. Pada saat Sejak minggu ke-4 post operatif tensi mata
informasi dan pengambilan informed consent disertai lensectomy, massa lensa diaspirasi dengan kanan mulai terkontrol perlahan-lahan hingga
penjelasan akan adanya kemungkinan kegagalan menggunakan vitrector dimana irigasi dilakukan dibawah 20 mmHg. Hal ini disebabkan karena
tindakan yang menyebabkan hilangnya penglihatan melalui insisi side port pada jam 3 dengan pemberian steroid sistemik sebagai salah satu
pada mata kanan. menggunakan jarum 20.G. Penggunaan vitrector dugaan penyebab glaukoma sudah mencapai dosis
Persiapan pre-operatif pada penderita ini sudah untuk aspirasi massa lensa pada kasus ini dipilih minimal. Tidak dilakukan tindakan bedah filtrasi pada
Gambar 3. dilakukan sejak 1 bulan pre-operatif untuk mengingat lensa pada usia remaja umumnya pasien ini karena sesudah penghentian steroid
Mata kanan 4 minggu paska operasi
berkonsistensi lunak dan juga untuk melakukan topikal dan penurunan dosis bertahap dari steroid
Gambar 4.
Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 1, April 2007 81
sistemik tekanan intraokuli mata kanan menurun American Academy of Ophtalmology .United States of
America. p 138-139.
tanpa pengobatan anti glaukoma (sebelumnya
7. Bacsal K. 2004. Corticosteroid in Uveitis, 8th Continuing
diberikan kombinasi timolol dan azopt topikal).8,9 Ophtalmology Education . Ophtalmology Department FKUI.
Prognosis penyakit ini adalah dubius ad malam Jakarta.
untuk mata kiri dimana tajam penglihatan hanya 8. Raizman MB, 2004. Cataract Surgery in Uveitis Patient , in (
Steinert RF eds ) Cataract Surgery: Techniques,
mampu mengenali cahaya (+) dengan proyeksi
Complications, and Management. 2nd edition.WB Saunders.
iluminasi yang jelek. Sedangkan mata kanan adalah Philadelphia. P 267-270.
dubius ad bonam. Tajam penglihatan mata kanan 9. Heiligenhauz A, Heinz C, Becker M. 2005. The Treatment of
post-operatif memang meningkat yaitu dari 1/60 Uveitic Cataract. in (Kohnen T, Koch DD, eds). Essentials in
sukar koreksi menjadi 1/60 dengan koreksi S+10.00 Ophtalmology : Cataract and Refractive Surgery. Springer.
Berlin. p 135-148.
menjadi 5/8.5. Monitoring jangka panjang tetap 10. Kanski JJ, 1999. Uveitis : Clinical Ophtalmology, a
diperlukan dan untuk menjamin pengawasan yang Systemic Approach 4th edition Butterworth Heinemann,
baik telah kami berikan rujukan kembali pada dokter USA. P279-280
pengirim di RSUD Sorong sebelum penderita
kembali ke daerah asal.
KESIMPULAN
Uveitis pada kasus ini berhubungan erat
dengan penyakit sistemik yaitu Juvenile Rheumatoid
Arthritis. Indikasi tindakan bedah pada mata
kanannya adalah karena uveitis dengan komplikasi
seperti adanya membran, sinekia posterior, seklusio
pupil, glaukoma dan katarak komplikata yang gagal
diterapi secara konservatif sekunder.
Lensektomi translimbal, iridektomi dan
vitrektomi anterior memberi hasil cukup baik dimana
visus bisa maju, glaukoma terkontrol tanpa obat-
obatan dan penderita dapat beraktivitas normal
dengan menggunakan kacamata + 10.00D.
DAFTAR PUSTAKA
1. Deborah Pavan-Langston. 2002. Manual of Ocular
Diagnosis and Therapy , 5th edition Lippincott William &
Wilkins. Philadelphia.p229-230
2. Gina H, 1996. Arthritis Rheumatoid Juvenil, in (Noer
Sjaifoellah, Waspadji S, et al) Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, , Balai Penerbit FKUI, Jakarta. P 71-73.
3. Crawford John, Morin J D ; 1982, The Eye in Childhood,
Graus & Straton, New York. p 242-243.
4. Ansyari Fatma.2004. Uveitis pada Anak, 8th Continuing
Ophtalmology Education, , Ophtalmology Department FKUI,
Jakarta.
5. Muhaya Haji M, 2004. Medical Management of Uveitis , 8th
Continuing Ophtalmology Education, , Ophtalmology
Department FKUI, Jakarta.
6. Opremcak EM, et al. 2003. Basic and Clinical Science
Course, section9, Intraocular Inflammation and Uveitis.