Mikrobiologi: I Nengah Sujaya
Mikrobiologi: I Nengah Sujaya
Sujaya
PENUNTUN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
Oleh
I Nengah Sujaya
Untuk Kalangan Internal
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Udayana
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widi
Waca, karena hanya atas rachmat-Nya lah, Penuntun Praktikum Mikrobiologi ini bisa
diselesaikan. Penuntun Praktikum Mikrobiologi ini disusun dengan tujuan memberikan
bahan acuan kepada mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (PS IKM),
Universitas Udayana, tentang pengetahuan dasar dalam praktek mikrobiologi umum.
Disamping langkah dasar dalam mikrobiologi yang harus dikuasai oleh mahasiswa,
buku ini juga memberikan gambaran sekilas tentang teknik dasar biologi molekuler yang
menyebabkan revolusi dibidang ilmu mikrobiologi dan belakangan menjadi teknik yang
paling terpercaya dalam pengelompokan/klasifikasi organisme hidup di alam semesta ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penyusun menyampaikan ucapan
terimaksih yang sedalam dalamnya kepada pihak pimpinan PS IKM Unud, teman teman
sejawat staf pengajar di PS IKM Unud, serta mahasiswa yang banyak memberikan
bantuan dan dorongan sehingga Penuntun Praktikum initersusun dengan harapan buku
kecil ini bisa bermanfaat. Penyusun menyadari bahwa buku ini masih sangat jauh dari
sempurna dan oleh karena itu segala saran dan bimbingan dari pembaca sangat
diharapkan untuk penyempurnaan edisi berikutnya.
PETUNJUK UMUM
PETUNJUK UMUM
Filter udara
Burner
PRAKTIKUM
PENYIAPAN DAN PEMBUATAN MEDIUM 1
1.1 Fungsi Media
Media merupakan substrat yang diperlukan untuk menumbuhkan dan mengembang-
biakkan mikroorganisme. Sebelum dipakai dalam percobaan, media ini perlu disterilkan
terlebih dahulu, supaya tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme yang tidak dikehendaki
(kontaminan). Agar mikroba yang kita kultur dapat tumbuh dengan baik, maka persyarat-
an yang harus dipenuhi oleh suatu media adalah :
a. Didalamnya harus terkandung bahan-bahan yang diperlukan oleh mikroba yang akan
ditumbuhkan. Bahan-bahan ini meliputi unsur-unsur makro, unsur mikro, dan trace
elemen serta zat pengatur tumbuh.
b. Media tersebut harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan, dan pH yang
sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan dikultur.
c. Media harus dalam keadaan steril sebelum dipakai untuk menumbuhkan mikroba yang
diperlukan.
a. Media umum: Media yang digunakan untuk menumbuhkan satu atau lebih kelompok
mikroba secara umum. Contoh : Nutrient Agar (media untuk menumbuhkan kelompok
bakteri, Potato Dextrose Agar (media yang dipakai untuk menumbuhkan kelompok
jamur, dll.
b. Media pengaya: Media yang dipakai untuk menyuburkan mikroba tertentu sebelum
ditumbuhkan pada media yang dipakai dalam penelitian. Contoh: Selenit Broth (untuk
menyuburkan pertumbuhan bakteri Salmonella.
c. Media selektif: Media yang dipakai untuk menumbuhkan species tertentu dari
mikroba, dengan menghambat pertumbuhan species lain yang tidak dikehendaki.
Contoh: Media SS Agar(Salmonella dan Shigella Agar) untuk bakteri Salmonella dan
Shigella.
d. Media penghitungan : Media yang dipakai untuk menghitung jumlah mikroba suatu
bahan. Media ini dapat berupa media media umum dan media selektif.
d. Sterilkan dengan autoclave pada suhu 121 oC pada tekanan 15 lbs selama 15 menit.
e. Simpan pada tempat yang sejuk dan kering (dalam kulkas).
f. Prosedur yang sama dikerjakan untuk membuat double strength lactose broth, tapi
konsentrasinya dilipat duakan.
g.
1.3.3. Pembuatan medium BGBB (Brilliant Green Bile 2 % Broth)
Untuk membuat satu liter medium ini, lakukan prosedur berikut ini :
a. Timbang sebanyak gram medium instant.
b. Suspensikan dalam akuadest dan volume akhir dibuat menjadi 1000 ml.
c. Masukkan ke dalam tabung reaksi kecil yang telah dilengkapi dengan tabung Durham.
d. Sterilkan dengan autoclave pada temperatur 121 oC pada tekanan 15 lbs, selama 15
menit.
e. Simpan di tempat yang sejuk dan kering.
Media umumnya dibuat dalam bentuk media agar (agar plate) yang mana media
dituangkan dalam cawan petri, media agar miring/agar tegak yang disiapkan dalam
tabung reaksi umunya digunakan untuk menyimpan kultur. Kultur aerob biasanya
disimpan dalam agar miring, semantara kultur anaerob umumnya disimpan dalam agar
tusuk (stab) pada media tegak.
B. Agar tegak C. Agar miring
A. Media agar
Gambar 1-1. Menyiapkan media agar yang telah disterilkan di tuang ke dalam cawan petri. (A).
Perhatikan bahwa mulut erlenmeyer harus dibakar pada api bunsen terlebih dahulu. Pada media
tegak dan miring, tutup kapas harus dibuat dalam keadaan padat dan ketat sehingga tidak mudah
lepas.
PRAKTIKUM
MORFOLOGI SEL BAKTERI 2
2.1. Pendahuluan.
Walaupun ada ratusan species bakteria yang berbeda, namun suatu bakteria dalam bentuk
sel tunggal akan memiliki salah satu dari tiga bentuk yang umum dikenal, yaitu:
a. Bentuk bulat/elips/spherical shape yang lazim disebut dengan coccus.
b. Bentuk batang yang umum disebut basil.
c. Bentuk spiral.
Bakteri berbentuk bulat atau coccus, sering menunjukkan variasi bentuk. Variasi bentuk
ini sering dipakai sebagai ciri yang khas dalam proses identifikasi jenis. Beberapa variasi
bentuk tersebut antara lain:
a. Diplococcus: Dua buah sel saling bedempetan atau berpasangan.
b. Streptococcus: Untaian sel yang lebih dari 4 sel dan membentuk suatu untaian yang
menyerupai rantai.
c. Tetrad atau tetracoccus: Empat buah sel yang saling berdempetan yang membentuk
suatu bentuk yang menyerupai bujur sangkar.
d. Staphylococcus: Kumpulan sel yang saling bedempetan, sehingga menyerupai buah
anggur.
e. Sarcina: Kelompok yang terdiri atas 8 sel (4 sel pada bagian depan dan 4 sel pada
bagian belakang) yang membentuk suatu bentuk yang menyerupai kubus.
Berbeda dengan bakteri bentuk bulat, bakteri bentuk batang (basil) jarang sekali
berada dalam variasi diatas. Pada bakteri bentuk batang ini, variasi diatas (jarang)
bukan merupakan karakteristik dari bakteri ini. Bila dialam dijumpai adanya variasi
bentuk dari bakteri basil ini, maka hal tersebut cenderung disebabkan oleh tahap
pertumbuhannya atau kondisi-kondisi yang mempengaruhi kultur tersebut.
Bakteri berbentuk spiral pada umumnya dijumpai dalam bentuk soliter atau bersel
tunggal dan bukan merupakan kumpulan sel yang berdempetan.
Dalam praktikum ini saudara akan diperkenalkan beberapa species bakteri yang
mewakili bentuk bentuk diatas. Disamping itu juga akan diperkenalkan beberapa struktur
luar dan struktur dalam bakteri, seperti flagella, capsula, dan endospora, sebagai
pelengkap morfologi bakteri tersebut.
Gambar 2-1 A. Kocok kultur cair dan ambil satu Gambar 2-1B. Sebarkan di atas glas objek dan
mata loop yang sebelumnya dipanaskan di atas lakukan pengamatan di bawah mikroskop
api
PRAKTIKUM
STERILISASI 3
3.1. Pendahuluan
Sterilisasi merupakan suatu proses membebaskan peralatan atau bahan dari
mikroorganisme yang tidak dikehendaki. Untuk mencapai tujuan ini, ada beberapa
macam sterilisasi yang dapat dipilih dan disesuaikan dengan sifat bahan yang akan
disterilkan. Cara-cara yang umum dilakukan adalah:
a. Sterilisasi secara fisik : sterilisasi dengan menggunakan pemanasan, penggunaan sinar
UV, sinar X dan sinar-sinar yang panjang gelombangnya pendek.
b. Sterilisasi secara kimia : sterilisasi dengan menggunakan bahan-bahan kimia, seperti
alkohol, desinfektan, larutan formalin, dll.
c. Sterilisasi mekanik : sterilisasi dengan menggunakan filter atau saringan.
d. Panaskan autoclave ini dan biarkan semua udara yang ada di dalamnya keluar (yang
ditandai dengan keluarnya tetes-tetes air melalui lkep udara.
e. Tutup klep udara bila semua udara dalam autoclave sudah keluar.
f. Pemanasan dilanjutkan sampai mencapai suhu 121 oC dan tekanan 15 lbs, selama 15
menit.
g. Pemanasan dihentikan, suhu dikembalikan ke suhu kamar dan tekanan pada titik 0.
h. JANGAN PERNAH MENCOBA UNTUK MEMBUKA AUTOCLAVE SEBELUM
JARUM PENUNJUK TEKANAN MENUNJUKAN PADA ANGKA 0 (NOL),
KARENA SANGAT BERBAHAYA!!!!!!!.
Klep pengunci
A. Sterilisasi dengan UV
Alat dan bahan
a. Cawan petri
b. Medium Agar tegak.
c. Lampu UV
d. Lampu Bunsen
Cara kerja
a. Cairkan 3 tabung medium Agar tegak dalam penangas air.
b. Tuangkan ke dalam 3 cawan petri steril dan biarkan membeku.
c. Sinari cawan petri pertama dengan UV selama 1 menit, cawan kedua selama 3 menit,
dan cawan ketiga tidak disinari (dalam keadaan terbuka).
d. Inkubasi cawan petri selama 24 - 48 jam pada suhu 37 oC, dalam keadaan terbalik.
e. Amati pertumbuhan mikroba pada ketiga cawan petri tersebut.
f. Pinset
Cara kerja
a. Cairkan medium NA dalam penangas air dan tuangkan kedalam cawan petri. Biarkan
membeku pada suku kamar.
b. Rendam jarum pentul atau paku dalam larutan alkohol diatas selama 10 menit.
c. Cuci jarum pentul dengan air steril dan letakkan pada permukaan medium dalam
cawan petri.
d. Inkubasi pada suhu 28 - 30 oC selama 24-48 jam.
e. Bandingkan pertumbuhan mikroba pada sekitar jarum pentul. Larutan mana yang
paling efektif.
f. Lakukan hal yang sama dengan menggunakan formalin 4 %, lisol dan karbol.
Cara kerja
a. Cairkan 2 tabung medium NA tegak dalam penangas air dan tuangkan ke dalam dua
cawan petri steril
b. Apuskan jari tangan saudara yang belum dicuci pada permukaan medium pada cawan
petri pertama.
c. Cuci jari tangan saudara dengan sabun merk tertentu sebersih mungkin dan biarkan
kering dengan sendirinya (jangan di keringkan dengan lap). Setelah kering, apuskan
jari saudara pada permukaan medium dalam cawan petri kedua.
d. Inkubasi kedua cawan petri tersebut selama 24-48 jam pada suhu 28-30 oC.
e. Bandingkan pertumbuhan mikroba pada kedua cawan petri tersebut.
Cara kerja
a. Cairkan medium NA dalam penangas air dan biarkan pada temperatur 40 oC.
b. Saringlah sejulah air yang sudah tercemar (air kali) dengan menggunakan membran
polisulfon.
c. Pipet sebanyak 1 ml. Air hasil saringan ini dan tempatkan ke dalam cawan petri
d. Sebagai kontrol, pipet 1 ml air yang belum disaring dan tempatkan pada cawan petri
kedua.
e. Tuangkan masing-masing satu tabung medium NA (suhu 40 oC) ke dalam masing-
masing cawan petri yang sudah berisi sampel air.
f. Goyang kedua cawan sedemikian rupa sehingga sampel menjadi homogen dengan
medium, dan biarkan membeku.
g. Inkubasi kedua cawan petri tersebut pada suhu 20-30 oC selama 24-48 jam.
h. Amati kedua cawan petri !!. Kesimpulan apa yang dapat anda ambil dari percobaan ini
?
PRAKTIKUM
ENUMERASI DAN ISOLASI 4
Perhitungan jumlah mikroba (enumerasi) yang terkandung di dalam sampel dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: metode pengenceran, metoda perhitungan
langsung dalam ruang hitung (hemasitometer), Metode membran filter, metode berat
kering dan volume sel, metode MPN, dll. Pada praktikum ini, saudara akan belajar
menentukan jumlah sel yang terdapat dalam suatu sample dengan menggunakan metoda
pengenceran dan metoda penghitungan langsung dengan menggunakan alat
haemasitometer (Improved New Bauwer).
Cara kerja
a. Ambil sampel air secara aseptik dengan menggunakan botol steril.
b. Cairkan medium NA dalam penangas air dan dinginkan sampai suhu 45 oC.
c. Tandai 6 cawan petri dengan 10-1, 10-2,…10-6.
d. Kocok sampel air sampai homogen dan ambil secara aseptik sebanyak 1 ml, kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 ml air steril untuk mendapatkan
faktor pengenceran sebesar 10 kali (10-1).
e. Kocok tabung reaksi ini dengan baik, dan ambil air di dalamnya secara aseptik
sebanyak 1 ml, dan masukkan ke dalam cawan petri yang bertanda 10-1. Dari tabung
ini juga, ambil sebanyak 1 ml sampel dan masukkan ke dalam tabung reaksi kedua
yang telah berisi 9 ml air steril untuk memperoleh faktor pengenceran sebesar 100 kali
(10-2).
Petunjuk Praktikum Mikrobiologi
17
Oleh: I N. Sujaya
f. Tuangkan medium NA ke dalam cawan petri yang bertanda 10-1 yang telah berisi 1 ml
air sampel, lalu digoyang sampai homogen.
g. Ambil sebanyak 1 ml sampel dari tabung reaksi kedua dan masukkan kedalam cawan
petri kedua (10-2). Dari tabung ini juga, ambil 1 ml sampel dan masukkan ke dalam
tabung reaksi ketiga yang telah berisi 9 ml. air steril untuk memperoleh faktor
pengenceran sebesar 1000 kali (10-3).
h. Ulangi pekerjaan ini sampai pada faktor pengenceran 1.000.000 kali (10-6).
i. Untuk menghitung total mikroba dalam sampel tanah, prosedur yang dipakai persis
sama dengan diatas, tetapi banyaknya sample yang harus ditimbang adalah 1 gram
sample padat atau 1 ml sample cair (Perhatikan lampiran !!!!).
j. Inkubasi semua cawan yang telah ditanami dengan sample yang berisi mikroba pada
temperature 25 oC selama 1 – 7 hari.
k. Lakukan penghitungan koloni yang tumbuh pada semua cawan Petri yang jumlah
koloninya berkisar antara 30 – 300 koloni.
l. Jumlah sel mikroba yang terdapat pada sample dihitung dengan cara mengalikan
jumlah koloni yang tumbuh pada medium dengan factor pengenceran.
Metode pengencera
1 ml 1 ml 1 ml 1 ml
Contoh 9 ml 9 ml 9 ml 9 ml
bahan cair (10-1) (10-2) (10-3) (10-4)
Cara kerja
a. Tutup ruang hitung dengan kaca penutup, dan ambil suspensi yeast dengan pipet halus.
b. Teteskan suspensi ini pada pinggir kaca penutup, sehingga suspensi ini akan mengalir
kebawah kaca penutup dan mengisi ruang hitung.
c. Amati dibawah mikroskop dan hitung jumlah sel di dalam 5 kotak besar (dengan
masing masing kotak terdiri atas 16 kotak kecil).
d. Tentukan jumlah sel/ml sampel dengan menggunakan rumus berikut :
X = n x 25 x 10 x 103, dimana n adalah rata-rata sel yang terhitung pada setiap kotak
Catatan:
Luas 25 kotak besar pada alat hemasitometer adalah 1 mm2
Kedalaman ruang hitung adalah 0.1 mm
Jumlah sel per mm3 dalam alat hitung tersebut adalah n x 25 x 10, dimana n adalah rata-
rata jumlah sel dalam setiap kotak dari 25 kotak yang terdapat pada ruang hitung.
Bila sample diencerkan sebelum dilakukan penghitungan, maka fator pengenceran ini
juga harus diperhitungkan. Sebagai contoh, bila sample diencerkan sebesar 10-2 atau 100
kali, maka hasil yang diperoleh dari rumus diatas harus dikalikan dengan 102 atau 100.
PRAKTIKUM
BIAKAN MURNI 5
5.1. Pendahuluan
Untuk memepelajari karakteristik mikrooragnisme, langkah awal yang harus dilakukan
adalah mengisolasi mikrooragnisme dari sumbernya. Salah satu cara mengisolasi
mikroorganisme dari campuran mikroorganisme adalahd neagn teknik penggoresan
(streak plate techniques) (Gambar..). Atau mikrooragnisme bisa pula diisolasi dari media
agar yang sudah disebar setelah melakukan penghitungan jumlah mikroorganisme
menggunakan agar tuang. Dalam melakukan isolasi, diperlukan suatu teknik aseptik
sehingga mikrooragnisme yang kita dapatkna tidak tercemar (kontaminsa) olehg
mikroorganisme lainnya. Dan untuk langkah ini dfalam teknik dasar mikroobiologi
biasanya dilakukan dnegan pemurnian isolat dengan beberapa kali penggoresan yang
berulang (re-streaking) dengan cara yang sama seperti di bawah ini.
Cara kerja
a. Cairkan media NA tegak dalam penangas air dan tuangkan ke dalam cawan petri steril.
b. Setelah beku, pilihlah koloni-koloni yang tumbuh pada cawan hitung dalam
enumerasi, yang menurut saudara menarik. Lakukan “streak for single colony” pada
media steril dalam cawan petri yang telah beku.
c. Inkubasi selama 24 jam.
d. Isolasi koloni yang tumbuh dan tanam pada medium agar miring. Biakan ini akan
dipakai pada praktikum selanjutnya.
PRAKTIKUM
PEWARNAAN SEL BAKTERI 6
6.1. Pendahuluan
Pengenalan bentuk mikroba (morfologi), kecuali mikroalgae harus dilakukan pewarnaan
terlebih dahulu agar dapat diamati dengan jelas. Tujuan pewarnaan adalah:
1. Mempermudah pengamatan bentuk sel mikroorganisme (khususnya bakteri).
2. Memperjelas ukuran jasad
3. Dapat mengamati struktur luar dan struktur dalam dari sel mikroba.
4. Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan, sehingga sifat fisik, kimia dari
jasad dapat diketahui. Dengan demikian, kita dapat menggunakan pewarnaan sebagai
salah satu cara untuk klasifikasi bakteria. Berhasil atau tidaknya pewarnaan sangat
ditentukan oleh waktu pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai (Umur biakan
yang baik adalah 24 jam).
Cara kerja.
a. Letakkan sebuah kaca objek yang bebas lemak diatas meja kerja.
b. Teteskan setetes air ditengah-tengah kaca objek tersebut.
c. Dengan menggunakan jarum Ose yang telah dipijarkan, ambil sedikit biakan bakteri
yang saudara isolasi pada praktikum sebelumnya atau dari biakan murni bakteri yang
disediakan oleh asisten saudara.
d. Buat apusan bakteri pada air yang diletakkan pada kaca objek dengan cara menggesek-
gesekan jarum ose yang berisi biakan bakteri, sehingga didapatkan suatu campuran
yang tipis dan merata.
e. Fiksasi diatas api bunsen dengan jarak sekitar 30 Cm. Dari nyala api. Dalam
memfiksasi ini jangan terlalu panas karena dapat merusak bentuk sel.
f. Teteskan salah satu larutan pewarna yang disediakan oleh asisten pada sediaan yang
telah difiksasi. Pewarna Metilene blu akan mewarnai sel dalam 30 - 60 detik, Kristak
violet dalam 10 detik, dan Karbol fuhsin dalam 5 detik.
g. Cuci dengan air mengalir.
h. Keringkan sediaan dengan meletakkannya diantara kertas saring.
i. Amati dengan mikroskop dengan menggunakan lensa objektive dengan perbesaran 100
kali, dan minyak imersi.
j. Catat dan gambar bentuk sel dan warna sel mikroorganisme yang saudara lihat.
Pertanyaan :
1. Apakah kultur yang saudara isolasi merupakan kultur murni, mengapa ?
2. Apa maksud memfiksasi sediaan ?.
Cara kerja
a. Teteskan sati tetes cairan nigosin atau tinta cina pada pinggir ujung kaca objek.
b. Dengan menggunakan jarum Ose yang telah dipijarkan, ambil sedikit biakan bakteri
dan suspensikan pada tetesan nigrosin pada permukaan kaca objek.
c. Ratakan suspensi bakteri dalam nigrosin pada permukaan kaca objek ini dengan
menggunakan kaca objek lain.
d. Biarkan kering pada suhu kamar, dan amati dengan mikroskop (perbesaran lensa
objektif 100 x), dan pakai minyak imersi.
e. Gambar bentuk bakteri yang saudara lihat.
yaitu kelompok bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif . Ada banyak modifikasi
dari teknik pewarnaan ini, namun semua teknik tersebut berdasarkan pada prinsip yang
sama, yaitu :
1. Mewarnai mikroorganisme dengan pewarna dasar, yaitu dengan kristal violet atau
gentian violet.
2. Fiksasi warna, yaitu untuk menguatkan perlekatan warna dasar, misalnya dilakukan
dengan garam iodin (modifikasi larutan lugol).
3. Pencucian atau penghapusan warna dasar dengan alkohol, aseton, atau campuran
alkohol dengan aseton.
4. Pewarnaan kembali dengan pewarna pembanding atau kontras yang berbeda dengan
pewarna dasar, yaitu untuk mewarnai sel-sel yang telah hilang warnanya oleh
penghapusan warna. Misalnya dalam hal ini dipakai safranin atau karbol fuhsin..
Bakeri yang setelah diwarnai dengan pewarna dasar warnanya tidak terhapus oleh
alkohol akan berwarna violet karena terwarnai oleh kristal violet, dan tidak lagi menyerap
pewarna kontras. Kelompok bakteri yang mempunyai sifat ini dikelompokkan menjadi
bakteri Gram positif. Sedangkan, kelompok bakteri yang telah diwarnai dengan pewarna
dasar dan warnanya terhapus setelah diperlakukan dengan alkohol, akan menyerap
pewarna safranin atau karbol fuhsin yang dipakai sebagai pewarna kontras, sehingga
dalam preparat akan terlihat warna merah(warna safranin atau karbol fuhsin). Kelompok
bakteri yang demikian disebut dengan bakteri Gram negatif.
Cara kerja
a. Buat apusabn bakteri pada kaca objek kering dan bersih.
b. Fiksasi diatas nyala api bunsen atau di udara.
c. Warnai dengan larutan kristal violet selama 1 - 1,5 menit.
d. Cuci dengan air suling.
e. Tetesi dengan larutan garam iodin, dan biarkan selama 1 menit.
f. Cuci dengan larutan alkohol 95 % sampai warnanya terhapus, biasanya selama 0,5
menit (30 detik).
g. Cuci dengan air.
h. Warnai dengan safranin atau karbol fuhsin selama 2 menit.
i. Cuci dengan air, dan buang kelebihan air dengan menggunakan kertas hisap, tanpa
menggosok sediaan.
j. Keringkan diudara atau diatas nyala api bunsen.
k. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali. (ingat pakai minyak imersi).
l. Catat pengamatan saudara.
Gambar 6-1. Zat warna umum yang digunakan dalam pewarnaan Gram
Langkah kerja
C
N-asetil muramat
N-asetil muramat
B
Gambar 6-A: Komponen dinding sel bakteri Gram
positif; (6-B): Gram negatif; 6-C: lapisan
peptidoglikan
Pewarnaan tahan asam adalah pewarnaan yang dapat mengukur ketahanan sel yang telah
diwarnai terhadap pencucian dengan asam. Ketahan-asaman dari bakteri dan
aktinomicetes tertentu berhubungan dengan banyaknya lapisan lemak. Sebagai pewarna
dasar adalah karbol fuhsin panas, dan pencucinya adalah alkohol asam. Setelah itu,
sediaan diberi warna pembanding. Pewarnaan ini terutama digunakan untuk diagnosa dan
studi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh species-species tahan asam seperti
penyebab TBC dan lepra.
Cara kerja
a. Buat apusan dari mycobacterium dan E. coli pada kaca objek dan fiksasi.
b. Tempatkan sediaan pada plat kawat diatas penangas air.
c. Letakkan sepotong kertas isap pada apusan dan basahi dengan pewarna karbol fuhsin,
dan jaga jangan sampai apusan menjadi kering dengan terus memberi pewarna.
Hindari pemberian zar warna berlebih. Lakukan hal ini selama 5 - 10 menit.
d. Cuci dengan air.
e. Cuci dengan alkohol asam selama 10 - 30 detik.
f. Warnai dengan metilen blue selama 30 detik tanpa pemanasan.
g. Cuci dengan air dan keringkan.
h. Amati dengan mikroskop dengan perbesaran 1000 kali. (ingat minyak imersi). Bakteri
yang tahan asam akan berwarna merah dan yang tidak tahan asam akan terwarna biru.
Untuk mewarnai bagian-bagian dari sel, maka diperlukan teknik pewarnaan khusus,
antara lain : pewarnaan endospora dan pewarnaan kapsula.
6.4.2. Pewarnaan endospora
Species-species Bacillus dan Clostridium dapat menghasilkan endospora yang
bersifat resistan, yang bisa hidup dalam waktu lama meskipun dalam keadaan lingkungan
yang kurang baik, seperti panas dan adanya zat kimia yang toksik.Endospora tahan
terhadap pewarnaan, dan sekali terwarnai akan tahan cuci. Ada beberapa metoda yang
dapat dipakai untuk mewarnai endospora, yaitu metoda Dorner dan metoda Schaefer dan
Fulton.
A. Metoda Dorner
Alat dan bahan
a. Air suling.
b. Bakteri Bacillus cereus dan Clostridium sporogenes.
c. Karbol fuhsin
d. Nigrosin
Cara kerja
a. Letakkan 5 tetes air suling dalam masing-masing 1 tabung reaksi dan buat suspensi
yang pekat dari B. cereus dan Cl. Sporogenes.
b. Berikan dalam jumlah yang sama karbol fuhsin dalam suspensi-suspensi tersebut.
c. Letakkan dalam penangas air selama 10 menit.
d. Buat pewarnaan nigrosin.
Petunjuk Praktikum Mikrobiologi
28
Oleh: I N. Sujaya
Cara kerja
a. Buat apusan bakteri B. cereus dan Cl. sporogenes dan fiksasi.
b. Warnai dengan malakit hijau diatas ram kawat diatas penangas air selama 5 menit.
(dilapisi dengan kertas hisap).
c. Cuci dengan air suling.
d. Warnai dengan safranin selama 30 detik.
e. Cuci dengan air dan keringkan.
f. Amati dengan mikroskop, catat dan gambar hasilnya. Endospora akan terwarna hijau
dan bagian lain dari sel akan berwarna merah muda.
PRAKTIKUM
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP
PERTUMBUHAN MIKROBA
7
7.1 Pendahuluan
Kehidupan mikroorganisme sangat tergantung dan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan-
nya. Ada tida faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi aktivitas mikroorganisme ini,
yaitu :
1. Faktor fisis, misalnya suhu, pH, tekanan osmosis, kandungan oksigen,dan lain-lain.
2. Faktor kimia, misalnya senyawa racun dan senyawa kimia lainnya sebagai bahan
makanan.
3. Faktor biologis, misalnya interaksi dengan mikroorganisme lain.
Cara kerja
Cara kerja
a. Tanamkan masing-masing biakan pada medium yang pHnya berbeda.
b. Inkubasi pada suhu 30 oC.
c. Setelah 2 dan 7 hari, amati pertumbuhan tiap biakan.
Cara kerja
a. Pipet 1 ml suspensi biakan dan masukkan ke dalam cawan petri.
b. Cairkan medium NA dalam penangas air, dan setelah mencapai suhu 40 oC, masukkan
ke dalam cawan petri yang telah berisi suspensi biakan.
c. Goyangkan sampai merata, dan biarkan membeku.
d. Perlakuan terhadap biakan adalah sebagai berikut : Cawan pertama disinari dengan
cahata matahari selama 15-30 menit, cawan kedua disinari dengan cahaya lampu
selama 15-30 menit lalu dibungkus dengan kertas hitam, dan cawan ketiga tidak
disinari dan langsung ditutup dengan kertas hitam.
e. Inkubasi ketiga cawan petri pada suhu 37 oC
f. Amati pertumbuhan biakan pada ketiga cawan petri.
Cara kerja
a. Isi tabung reaksi dengan air suling sampai setinggi 10 Cm.
b. Masukkan kertas saring sedemikian rupa sehingga ujungnya tercelup pada permukaan
air
c. Letakkan kotoran kuda pada permukaan kertas saring tadi.
d. Tutup tabung reaksi dengan kertas hitam, lalu kertasnya dilubangi tepat diatas
permukaan kotoran kuda, dengan ukuran lubang sekitar 5 x 5 mm.
e. Inkubasi pada suhu kamar pada tempat yang terkena sinar matahari.
f. Amati pertumbuhan jamur pada kotoran kuda dan perhatikan kearah mana
pertumbuhannya.
PRAKTIKUM
TEKNIK DASAR BIOLOGI MOLEKULER 8
8.1. Isolasi kromosomal DNA
Pengetahuan dasar tenatng DNA merupakan salah satu prasyarat dalam melakukan lanjut
tenang biologi molecule. Isolasi DNA merupakan pekerjan dasar dalam teknik biologi
molekuler sebelum dilanjutkan pada hal hal teknis seperti karakterisasi mikroorganisme,
sekuen susunan basa basa dalam sebuah gen, melakukan tranformasi (memasukkan gen
tetentu) ke dalam vector (pembawa gen) dan selanjutnya cloning (memasukkan gen yang
sudah dibawa oleh vector) ke dalam organisme model (E. coli, B. subtilis, Arabidopsis, S.
cerevisciae, dll).
Ada berbagai metode untuk mengisolasi DNA dari mikrooranisme, hewan dan tanaman.
Dan secara umum bias dianggap bahwa metode isolasi dnegan fenol adalah yang paling
umum dipergunakan oleh para peneliti. Belakangan ini para ahli banyak menggunakan
KIT (reagen untuk mengisolasi DNA dalam bentuk paket pereaksi) terutama apabila kita
mengisolasi DNA dalam jumlah yang sedikit (hanya untuk keperluan PCR). Tetapi,
isolasi dnegan fenol masih relefan apabila DNA yang diperlukan dalam jumlah yang
relative banyak untuk analisis lanjutan. Oleh karena itu dalam manual untuk mengisolasoi
DNA dengan menggunakan fenol.
Bahan
1. Larutan fenol jenuh dalam buffer Tris-HCl pH 8.0
2. Buffer TEN (Tris-EDTA-NaCl)
3. Enzim lysozim
4. Buffer TE (Tris-EDTA) pH 7.5
5. Larutan SDS (sodium dedosil sulfat) 10%
6. Isoamyl alkohol
7. Kloroform
8. Ethanol 99% dingin
9. Ethanol 70%
10. Enzim RNAse
11. Air steril
12. Es batu
13. Kultur murni mikrooragnsime
14. Media yang sesuai
Alat
1. Sentrifuse (kalau ada yang ada pendinginnya, dnegan kecepatan bisa diatur 12,000
sampai 15,000).
2. Effendorf (tabung kecil)
Petunjuk Praktikum Mikrobiologi
34
Oleh: I N. Sujaya
Cara kerja:
a. Tumbuhkan kultur dalam 100 ml medium cair yang sesuai
b. Panen sel dengan melakukan sentrifugasi pada 3,500 rpm selama 20-30 menit
c. Bilas masa sel dengan 100 ml larutan buffer TEN yang telah didinginkan di dalam
pecahan es
d. Suspensikan masa sel di dalam 12 ml larutan lizozim dengan kosentrasi 10 mg/l
dalam buffer TE dan inkubasikan dalam water bath suhu 37oC selama 1 jam
e. Tambahkan 6 ml larutan 100 g/l SDS 10% dan inkubasi kembali pada suhu 37oC
selama 1 jam
f. Tambahkan 9 ml larutan fenol jenuh (dalam buffer Tris-HCl , pH 8.0).
g. Tambahkan 9 ml larutan kloroform-isoamyl alkohol (24:1)
h. Suspensi disentrifuse dengan kecepatan 1,5000 rpm pada suhu 5oC selama 30 menit
i. Bagian atas supernatan diambil dan dimasukkan ke dalam tabung falcon (atau
sejenisnya, yang tahan terhadap fenol).
j. Tambahkan 2.5 kali volume alkohol 99% yang sudah didinginkan, biarkan 15 menit
dalam pecahan es
k. Sentrifuasi supensi pada 15,000 rpm selama 15 menit pada suhu 5oC, dan DNA akan
mengendap di dasar tabung
l. Buang supernatan dan suspensikan DNA pelet dengan menggunakan alkohol 70%,
dan disentrifuse kembali seperti langkah k.
m. Endapan DNA dikeringkan dengan menggunakan aspirator dan selanjutnya
disuspensikan dalam 100 mikroliter bufer TE, pH 7.5
DNA yang diisolasi dengan menggunakan metode ini hampir selalu disertai dengan RNA.
Karena RNA akan mengganggu reaksi PCR, maka disarankan untuk meghidrolisa RNA
ynag terdapat di dalam DNA dengan cara sbb:
Lautkan DNA yang diisolasi dalam 100-120 mikro liter bufer TE pH 7.5 (atau pH
8.0)
Tambahkan RNAse (Sigma, Co. ltd: konsentrasi akhir enzym dalam lautan): 50
mikro gr/l
Lakukan ekstraksi fenol dan selanjutnya presipitasi dengan menggunakan alkohol
seperti langkah sebelumnya.
DNA yang telah diisolasi disipan dalam bufer TE, suhu –20 atau –80oC
☻ Tips
8.2. Elektroforesis
Elektroforesis adalah teknik pemisahan DNA atau molekul biologis lainnya seperti
protein (emzim dll), dengan cara mengalirkan pada lempengan agar khusus pada larutan
elektrolit (buffer tertentu). Dalam teknik molekuler biologi yang beruhubungan dengan
DNA dan teknik yang melibatkan PCR, elektoforesis merupakan bagian terintegrasi yang
tidak bisa dihindari. Teknik ini bertujuan untuk: memastikan apakan DNA bisa terisolasi
dengan baik dan seberapa jauh kemurnian DNA yang diperoleh, dan yang lebih penting
lagi adalah setelah dilakukan pencetakan fragment DNA (PCR), apakah reaksi
amplifikasi berlangsung dengan baik, atau apakan besar (panjang) produk yang terbentuk
sudah sesuai dengan besarnya target gen, atau apakan primer yang digunakan cukup
spesifik pada reaksi PCR. Ini semua dilakukan dengan menganalisis pita yang muncul
pada gel setelah dilakukan elektroforesis.
Bahan
1. DNA hasil isolasi
2. Agarose 1%
3. Loading bufer (bufer yang dipergunakan pada saat memasukkan sample ke dalam
gel, biasanya berisi zat warna dan mengandung gliserol agar DNA tidak menyebar di
atas gel).
4. Bufer Tris-Asam asetat-EDTA (TAE: 1 kali strength)
5. Ethidium bromida (EtBr)
Alat
1. Elektroforesis set (chamber, sisir untuk membuat gel, cetakan gel, power supply).
2. Piperman 10 mikro liter dngan tip-nya
3. Sarung tangan
4. Transluminator (lampu uv)
5. Kamera
Cara kerja:
a. Siapkan gel agarose dalam bufer TAE, 1X strength (stok buffer TAE biasanya dibuat
dalam 50X strength). Untuk gel dengan ukuran standar, cukup dengan 50-75 ml
agarose (tebal agarose 75% dari panjann sisir yang digunakan).
Petunjuk Praktikum Mikrobiologi
36
Oleh: I N. Sujaya
Perhatian
EtBr bersifat karsinogenik. Oleh karena itu gunakan sarung tangan
apabila megambil gel, atau gel diambil dengan sendok plastik.
Gel yang sudah dicat dengan EtBr jangan dibuang sembarangan.
Kumpulkan menjadi satu dalam wadah dan selanjutnya ditangani
dengan cara pemberian kaporit sebelum dibuang.
Pendahuluan
Polimerase chain reactions (PCR) adalah suatu metode memperbanyak jumlah DNA atau
target gen yang diinginkan secara in vitro, melalui serangkaian reaksi enzymatis. Dalam
reaksi enzymatis ini diperlukan beberapa komponen:
1. DNA yang ingin diperbanyak (tenplate).
2. Primer (pencetak) yang umunya merupakan susunan nukleotida dengan panjang
maksimum 27 pasang basa (base pair).
3. dNTPS ( yang merupakan sumber nucleotide: A, C, G, T).
4. Buffers dan MgCl2 (agar reaksi bisa berjalan dengan optimal).
5. Enzyme polimerase tahan panas (thermostable enzyme) atau TaqPolymerase.
Secara umum, reaksi berjalan dalam beberapa tahapan dimana tahap awal dimulai dnegan
denaturasi DNA tenpale menjadi bentuk single strand, dan selanjutnya suhu diturunkan
secara cepat untuk memberikan kondisi terjadinya annealing (penempelan/hibridisasi
primer) pada bagian yang mempunyai susuanan basa basa yang komplemeter pada
tenplate yang secara bersamaan enzyme polimerase bekerja untuk menggabungkan
susunan basa-basa yang sesuai. Se telah itu terjadi reaksi ekstensi (elongation) dimana
perpanjangan reaksi pembentukan rantai DNA dengan sempurna. Jadi, karena setiap
double strand DNA akan dicetak menjadi 2 rantai single strand, maka setiap satu kali
siklus reaksi menghasilkan 2 rantai double strand dari satu rantai DNA tenplae (double
strand). Dengan kata lain bahwa akan terjadi 2n produk PCR (n adalah jumlah siklus
reaksi). Dengan metode ini akan dihasilkan DNA dalam jumlah yang sangat besar dari
sejumlah tenplate DNA yang sangat terbatas.
Bahan
PCR set (1-6) yang terdiri dari:
1. dNTPs mix: yang merupakan campuran masing masing 10 mM dATP, dCTP, dGTP,
dTTP)
2. MgCl2
3. PCR buffer II
4. Forward primer
5. Reverse primer
6. TaqPolymerase
7. DNA template
8. Air steril
9. Es batu
10. Elektroforesis set (lihat protokol 8.2)
Alat
1. Tabung PCR 200 mikro liter (atau PCR tertentu menggunakan 500 mikro liter)
2. Pipetman 0.5 – 10 mikro liter dan 10-200 mikroliter) dengan tip-nya
3. Mesin PCR
Cara kerja
Ke dalam tabung PCR (0.2 ml PCR tube) dimasukkan reagent sbb:
(sebaiknya DNA diamsukkan pada langkah terakhir sebelum penambahan akuades steril).
Contoh primer:
1. Digunakan untuk identifikasi bakteri dan bakteri asam laktat (M13 adalah primer
universal).
95oC 95oC
2 mnt 3 mnt 72oC 72oC
2 mnt 7 mnt
50oC
30 dtk
5oC
30 kali siklus simpan
Gambar 8-1. Skematik reaksi PCR untuk identifikasi bakteri dengan target 16S
rDNA gen. Kondisi PCR bisa berubah-ubah sesuai dengan kekhasan primer
DAFTAR PUSTAKA
5. Colome, J.S., Kubinski, A.M., Cano, R.J., Grady, D.V. Laboratory Exercise in
Microbiology. West Pub. Comp., USA. (1986).
6. White, T.J., Bruns, T., Lee, S., Taylor, J. Amplification and Direct Sequencing of
Fungal Ribosomal RNA Genes for Phylogenetics. In PCR Protocols. A Guide to
Methods and Applications, ed. Innis, M.A., Gelfand, D.H., Sninsky, J.J. & White,
T.J. pp.315-322. San Diego: Academic Press, Inc. ISBN 0-12-372181-4 (1990).
7. Ausbel F., Brent, R., Kingston, R.E., Moore, D.D., Seidman, J.G., Smith, J.A.,
Struhl, K., Albright, L.M., Coen, D.M., Varki, A. Current Protocols in Molecular
Biology. Jhon Wiley & Son, Inc., USA (1997).
APENDIK
Komposisi larutan dan bufer yang umum dipergunakan dalam teknik biologi
molekuler