Anda di halaman 1dari 12

BAB III

ISI

Sudah berjuta – juta perempuan mengalami kehamilan diluar nikah maupun


yang tidak direncanakan melakukan aborsi untuk menggugurkan kandungannya
walaupun aborsi itu sendiri dilarang dan sangat berbahaya. Di Indonesia bukan hanya
pada kalangan remaja saja yang sering melakukan aborsi tetapi juga para perempuan
yang telah menikah yang salah KB dan tidak menginginkan anak yang dikandungnya.
Tingkat aborsi dikalangan remaja banyak disebabkan adanya seks bebas yang sekarang
di anut oleh Negara Indonesia, dimana pengetahuan tentang seks sendiri di kalangan
remaja Indonesia masih kurang. Jika kita mengatakan pelajaran seks bukanlah budaya
kita melainkan buadaya barat, lau perubahan persepsi dan perilaku seksual di
masyarakat khususnya di kalangan remaja telah menggambarkan bahwa kita telah
mengambil atau mempelajari budaya barat secara mentah-mentah. Seharusnya
pembelajaran seksual dilakukan secara dini, agar kita tahu seks yang benar dan tidak.

Di Indonesia banyak Aborsi yang dilakukan secara tidak aman bagi kesehatan
perempuan yang melakukannya, walaupun perempuan dari segala segi kehidupan di
Indonesia kemungkinan besar telah menggunakan pelayanan aborsi, informasi tentang
karakteristik perempuan-perempuan yang melakukan aborsi umumnya didapat dari
penelitianpenelitian yang dilakukan di klinik-klinik dan rumah sakit. Oleh karena itu
perempuan yang melakukan aborsi di luar fasilitas tersebut termasuk mereka yang
melakukan upaya aborsi sendiri
tidak terwakili dalam penelitianpenelitian tersebut. Dari penelitian-penelitian yang telah
dilakukan terbukti bahwa sebagian besar perempuan yang melakukan aborsi atau
induksi haid di klinik atau rumah sakit
memiliki profil khusus, mereka cenderung sudah menikah dan berpendidikan.
Aborsi Yang Tidak Aman

Banyak aborsi yang dilakukan di Indonesia adalah tidak aman. Tidak seperti
aborsi yang aman, aborsi yang tidak aman dapat membahayakan kesehatan dan nyawa
perempuan yang melakukannya, dan derajat keamanannya tergantung dari prosedur dan
metode yang digunakan oleh pemberi layanan kesehatan. Pemilihan perempuan untuk
jenis pelayanan aborsi yang akan digunakannya bervariasi
tergantung dari tempat tinggal perempuan tersebut. Para peneliti mengestimasikan
bahwa rumah sakit dan staf yang memberikan pelayanan alat kontrasepsi, dokter
spesialis kebidanan dan kandungan dan bidan melakukan sekitar 85% dari aborsi yang
dilakukan di tempat pelayanan kesehatan di daerah perkotaan, dan dukun
bersalin melakukan sekitar 15% dari aborsi. Dilain pihak, di daerah pedesaaan, dukun
bersalin diestimasikan melakukan lebih dari empat perlima aborsi yang terjadi. Secara
keseluruhan, hamper setengah dari semua perempuan yang mencari pelayanan aborsi di
Indonesia lari pada dukun bersalin, dukun tradisional atau ahli pijat yang menggunakan
cara pemijatan untuk menggugurkan kandungan.
(Perempuan-perempuan yang mengupayakan untuk melakukan aborsi sendiri tidak
termasuk dalam perkiraan ini).

Sementara jumlah dari upaya penguguran kandungan yang dilakukan sendiri


tidak diketahui, salah satu penelitian menemukan bahwa hamper semua dari perempuan
yang mencari upaya aborsi pada tempat pelayanan kesehatan, pertama melakukan upaya
aborsi sendiri. Dalam penelitian tentang klien yang mencari upaya induksi haid di salah
satu klinik di daerah perkotaan ditemukan bahwa, langkah pertama yang diambil oleh
para perempuan tersebut adalah untuk memakai obat-obatan
yang dapat dibeli tanpa resep atau minum jamu-jamuan untuk melancarkan menstruasi.
Setelah itu banyak yang kemudian melakukan test kehamilan. Bila kehamilannya
dinyatakan positif, upaya yang paling banyak dilakukan oleh perempuan-perempuan
tersebut dalam usaha penguguran kandungannya adalah dengan minum lebih banyak
jamujamuan atau dengan upaya pemijatan untuk aborsi yang dilakukan oleh dukun
tradisional. Bila upaya aborsi tersebut belum juga berhasil, perempuan tersebut baru
kemudian mengugurkan kandungannya di klinik. Diduga bahwa terjadinya komplikasi-
komplikasi dari aborsi yang tidak aman adalah jauh lebih tinggi dari kemungkinan
terjadinya kematian. Angka komplikasi yang sebenarnya, yang termasuk komplikasi
yang terjadi pada perempuan yang mengalami komplikasi tetapi tidak berobat ke rumah
sakit,
dipercaya lebih tinggi dari angka perawatan di rumah sakit terbebut. Komplikasi
aborsi yang paling sering terjadi adalah pendarahan yang berat, infeksi dan keracunan
dari bahan yang digunakan untuk penguguran kandungan,banyak perempuan juga
mengalami kerusakan pada alat kemaluannya, rahim, dan perforasi rahim. Karena
kebanyakan aborsi di Indonesia dilakukan oleh
tenaga yang tidak terlatih dan banyak juga (yang jumlahnya tidak diketahui) yang
mengupayakan penguguran kandungan sendiri, angka dari komplikasi medis dan
kematian maternal dari aborsi yang tidak aman dapat diperkirakan cukup tinggi. Dan
karena aborsi yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih cenderung lebih
murah biayanya bila dibandingkan dengan biaya aborsi yang dilakukan di bawah
kondisi yang lebih higenis oleh tenaga kesehatan yang professional, perempuan yang
berasal dari golongan ekonomi rendah yang mungkin tidak mampu untuk menggunakan
tenaga kesehatan yang terlatih mempunyai kemungkinan yang
lebih besar untuk mengalami penderitaan yang cukup berat karena terjadinya
komplikasikomplikasi yang disebabkan oleh aborsi (lihat box). Aborsi yang tidak aman
dapat menjadi mahal. Biaya untuk aborsi yang tidak aman dapat dilihat dari
berbagai sudut yaitu biaya yang digunakan untuk aborsi itu sendiri; biaya yang lebih
luas: termasuk hilangnya pendapatan dan biaya yang digunakan untuk pelayanan setelah
aborsi dilakukan; trauma fisik dan psikologis yang dialami
perempuan tersebut; biaya sosial, termasuk stigma dan pengucilan; dan biaya-biaya
yang mungkin terkait dengan sistem perawatan kesehatan dan masyarakat. Umumnya
biaya-biaya tersebut sangat sulit untuk dihitung; data yang tersedia umumnya hanya
mengacu pada biaya keuangan yang langsung dikeluarkan oleh
perempuan tersebut dan keluarganya.
Di Indonesia banyak yang membutuhkan alat kontrasepsi
yang efektif
Sementara pemakaian alat kontrasepsi di Indonesia selama dua dekade terakhir
ini meningkat, dalam hal ini telah terjadi perubahan yang relative sangat kecil sejak
pertengahan tahun 1990 an banyak perempuan yang sudah menikah (61%) memakai
kontrasepsi, tetapi hampir 1 dalam setiap 10 perempuan tidak memakai kontrasepsi
apapun walaupun mereka masih dalam keadaan subur dan tidak ingin menambah anak
saat ini atau sama sekali tidak ingin mempunyai anak lagi. Tingkat unmet need untuk
kontrasepsi diantara perempuan yang sudah menikah masih tetap konstan dalam waktu
lebih dari satu dekade. Bukti-bukti dari
negara-negara berkembang lainnya mengindikasikan bahwa sebagian besar dari
kehamilan yang tidak direncanakaan terjadi dikalangan perempuan dengan unmet need,
dan penelitian-penelitian tersebut dilakukan bersama dengan penelitian di Indonesia.
Adalah suatu perbedaan yang kontras dengan penelitian-penelitian
yang telah dilakukan tentang kontrasepsi dikalangan perempuan yang sudah menikah,
penelitian tentang aktivitas seksual dan penggunaan kontrasepsi dikalangan perempuan
yang belum menikah belum pernah dilakukan di Indoensia baik di tingkat regional
ataupun national. Bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya,
perempuan Indonesia dengan unmet need untuk kontrasepsi secara relative jarang
menolak untuk menggunakan kontrasepsi atau dilarang menggunakan kontrasepsi oleh
suaminya, tetapi mereka lebih sering didapatkan
merasa khawatir terhadap resiko kesehatan atau efek sampingan yang dapat ditimbulkan
dari penggunaan kontrasepsi. Mengingat prevalensi dari kekhawatiran –kekhawatiran
tersebut, banyak perempuan akan menikmati keuntungan dari tersedianya pelayanan
kontrasepsi yang menawarkan berbagai jenis alat
kontrasepsi, tersedianya pendidikan mengenai penggunaan alat kontrasepsi dan
berbagai pilihan alat kontrasepsi yang ada, dan juga termasuk tersedianya konseling
yang mendalam untuk membantu perempuan untukmengidentifikasikan alat kontrasepsi
yang sesuai.
Metode – Metode Aborsi

1. Metode Penyedotan (Suction Curettage)


Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan metode
penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan usia
dini. Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke dalam
rahim lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini
mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari
dinding rahim. Hasil penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian
plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol yang dihubungkan dengan alat
penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat
perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat
mengakibatkan pendarahan hebat yang terkadang berakhir pada operasi
pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi dengan mudahnya jika masih ada
sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal
inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi paska-aborsi.

2. Metode D&C - Dilatasi dan Kerokan


Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa untuk
memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong berkeping-
keping dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok dari dinding rahim. Darah
yang hilang selama dilakukannya metode ini lebih banyak dibandingkan dengan
metode penyedotan. Begitu juga dengan perobekan rahim dan radang paling
sering terjadi. Metode ini tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan pada
wanita-wanita dengan keluhan penyakit rahim (seperti pendarahan rahim, tidak
terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain robeknya
dinding rahim yang dapat menjurus hingga ke kandung kencing.

3. PIL RU 486
Masyarakat menamakannya "Pil Aborsi Perancis". Teknik ini menggunakan 2
hormon sintetik yaitu mifepristone dan misoprostol untuk secara kimiawi
menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Di Amerika Serikat, prosedur ini
dijalani dengan pengawasan ketat dari klinik aborsi yang mengharuskan
kunjungan sedikitnya 3 kali ke klinik tersebut. Pada kunjungan pertama, wanita
hamil tersebut diperiksa dengan seksama. Jika tidak ditemukan kontra-indikasi
(seperti perokok berat, penyakit asma, darah tinggi, kegemukan, dll) yang malah
dapat mengakibatkan kematian pada wanita hamil itu, maka ia diberikan pil RU
486.
4. Suntikan Methotrexate (MTX)
Prosedur dengan MTX sama dengan RU 486, hanya saja obat ini disuntikkan ke
dalam badan. MTX pada mulanya digunakan untuk menekan pertumbuhan pesat
sel-sel, seperti pada kasus kanker, dengan menetralisir asam folat yang berguna
untuk pemecahan sel. MTX ternyata juga menekan pertumbuhan pesat
trophoblastoid - selaput yang menyelubungi embrio yang juga merupakan cikal
bakal plasenta. Trophoblastoid tidak saja berfungsi sebagai 'sistim penyanggah
hidup' untuk janin yang sedang berkembang, mengambil oksigen dan nutrisi dari
darah calon ibu serta membuang karbondioksida dan produk-produk buangan
lainnya, tetapi juga memproduksi hormon hCG (human chorionic gonadotropin),
yang memberikan tanda pada corpus luteum untuk terus memproduksi hormon
progesteron yang berguna untuk mencegah gagal rahim dan keguguran.

Resiko Aborsi

Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang
wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak
merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”.
Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang
sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:


1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
2. Resiko gangguan psikologis

Resiko kesehatan dan keselamatan fisik


Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang
akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang
ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

Resiko kesehatan mental


Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan
dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat
hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti
berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Setiap tahunnya di Indonesia, berjuta-juta perempuan mengalami


kehamilan yang tidak direncanakan, dan sebagian besar dari perempuan tersebut
memilih untuk mengakhiri kehamilan mereka, walaupun dalam kenyataanya aborsi
secara umum adalah illegal. Seperti di negara-negara berkembang lainnya dimana
terdapat stigma dan pembatasan yang ketat terhadap aborsi, perempuan Indonesia
sering kali mencari bantuan untuk aborsi melalui tenaga-tenaga nonmedis yang
menggunakan cara-cara antara lain dengan meminum ramuan-ramuan yang
berbahaya dan melakukan pemijatan penguguran kandungan yang membahayakan.

I.2. Maksud dan Tujuan

 Agar para wanita / remaja tau akan bahaya melakukan aborsi


 Agar para wanita / remaja mengerti cara atau tindakan yang harus dilakukan
yang sebenarnya
 Untuk mengurangi jumlah wanita di Indonesia yang melakukan aborsi
 Untuk mengetahui penyebab dari sampai melakukan aborsi tersebut
BAB II
METODE PENULISAN

II.1. Dasar Pemilihan Objek

Penulis memilih masalah Aborsi dalam makalah ini dikarenakan


banyaknya wanita Indonesia terutama para remaja yang melakukan aborsi yang
mungkin dikarenakan adanya free sex ( sex bebas ) yang dapat mengakibatkan para
remaja menghancurkan masa depannya sendiri. Serta banyaknya nyawa calon bayi
yang tidak berdosa hilang begitu saja demi menutupi kesalahan para remaja –
remaja tersebut dan dikalangan wanita yang telah berumahtangga yang tidak
menginginkan keturunan yang melebihi target. Dari masalah – masalah yang
sekarang banyak tejadi tersebut penulis tertarik untukm membahas tentang aborsi,
dari penyebab hingga resiko akibat aborsi tersebut.

II.2. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis dapat mengambil dari kejadian yang


banyak terjadi di lingkungan sekitar maupun cerita dari orang – orang sekitar
penulis. Selain itu juga mencari data lewat browsing untuk mengetahui persenan
dari wanita yang melakukan tingkat aborsi.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

Untuk mengurangi tingkat aborsi di Indonesia dapat dilakukan beberapa cara,


yaitu:

 Dengan melakukan sosialisasi yang lebih untuk pemakaian KB yang tepat atau
cocok bagi wanita yang telah menikah dan tidak menginginkan kehamilan lagi,
karena kebanyakan wanita yyang telah menikah terkadang masih salah
menggunakan KB, terkadang mereka mamakai KB yang tidak tepat atau tidak
sesuain dengan wanita tersebut. Sehingga, keamilan yang tidak diinginkan akan
terjadi.

 Dengan mensosialisasikan kepada para remaja sejak dini akan bahayanya free
sex atau sex bebas, karena sekarang ini budaya barat tersebut sudah banyak
dilakukan oleh para remaja Indonesia, yang mengakibatkan adanay kehamilan
yang tidak di dinginkan atau kehamilan diluar nikah

 Dan dengan adanya pensosialisasian pemakaian kondom kepada para remaja


yang belum menikah atau para wanita yang telah menikah dalam melakukan
hubungan sex, agar menghindari terjadinya kehamilan tersebut.
BAB V
KESIMPULAN

Dari artikel diatas, dapat disimpulkan bahwa:

 Aborsi terjadi dikarenakan adanya free sex yang dilakukan para re3maja
Indonesia
 Selain itu, aborsi juga dapat terjadi karena tidak inginnya seseorang untuk
memiliki keturunan lagi
 Aborsi dapat menyebabkan resiko kesehatan pada wanita tersebut, baik secara
fisik maupun mental (psikologis)
 Tidak adanya persediaan kondom yang efektif di Indonesia
 Kurangnya kesadaran para remaja akan bahaya sex bebas
 Banyaknya budaya barat yang telah diadopsi ke budaya timur
DAFTAR PUSTAKA

http://www.guttmacher_institute.com/Aborsi_diIndonesia/kesimpulan,2008,07

Anda mungkin juga menyukai