PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
َو َما آتَا ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَا ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوا َواتَّقُوا....
“Apa-apa yang didatangkan oleh Rasul kepada kamu, hendaklah kamu ambil dan apa yang
dilarang bagimu hendaklah kamu tinggalkan” (QS. Al-Hasyr 7).
Ayat-ayat diatas menjelaskan bahwa sunnah/ hadits merupakan penjelasan Al-Qur’an.
Sunnah itu diperintahkan oleh Allah untuk dijadikan sumber hukum dalam Islam. Dengan
demikian, sunnah adalah menjelaskan Al-Qur’an, membatasi kemutlakannya dan
mentakwilkan kesamarannya. Allah menetapkan bahwa seorang mukmin itu belum dapat
dikategorikan beriman kepada Allah sebelum mereka mengikuti segala yang diputuskan oleh
Rasulullah SAW dan dengan putusannya itu mereka merasa senang.
Banyak ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang kewajiban mempercayai dan menerima
segala yang datang dari Rasulullah Saw untuk dijadikan pedoman hidup. Diantaranya adalah
Firman Allah Swt dalam surah Ali Imran ayat 179 yang berbunyi :
هَّللا َ يَجْ تَبِي ب َولَ ِك َّن ْ ب َو َما َك}}انَ هَّللا ُ لِي
ِ ُطلِ َع ُك ْم َعلَى ْال َغ ْي ِ ِّيث ِمنَ الطَّي َ َِما َكانَ هَّللا ُ لِيَ َذ َر ْال ُم ْؤ ِمنِينَ َعلَى َما أَ ْنتُ ْم َعلَ ْي ِه َحتَّى يَ ِمي َز ْال َخب
ِ ِم ْن ُر ُسلِ ِه َم ْن يَ َشا ُء فَآ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو ُر ُسلِ ِه َوإِ ْن تُ ْؤ ِمنُوا َوتَتَّقُوا فَلَ ُك ْم أَجْ ٌر ع
َظي ٌم
Artinya:
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu
sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mu'min). Dan
Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi
Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah
kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala
yang besar.”(QS:Ali Imran:179)
Dalam Surat An-Nisa ayat 136 Allah Swt berfirman:
ب الَّ ِذي أَ ْن} َز َل ِم ْن قَ ْب} ُل َو َم ْن يَ ْكفُ}}رْ بِاهَّلل ِ َو َمالئِ َكتِ} ِه
ِ ب الَّ ِذي نَ َّز َل َعلَى َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا
ِ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا آ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا
ضالال بَ ِعيدًا َ ض َّل َ اآلخ ِر فَقَ ْد ِ َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
4
rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya.”(QS:An-Nisa:136).
Dalam QS. Ali Imran di atas, Allah memisahkan antara orang-orang mukmin dengan orang-
orang yang munafiq, dan akan memperbaiki keadaan orang-orang mukmin dan memperkuat
iman mereka. Oleh karena itulah, orang mukmin dituntut agar tetap beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya. Sedangkan pada QS. An-Nisa, Allah menyeru kaum Muslimin agar mereka
tetap beriman kepada Allah, rasul-Nya (Muhammad SAW), al-Qur’an, dan kitab yang
diturunkan sebelumnya. Kemudian pada akhir ayat, Allah mengancam orang-orang yang
mengingkari seruan-Nya.
Selain Allah SWT memerintahkan kepada umat Islam agar percaya kepada Rasulullah Saw.
Allah juga memerintahkan agar mentaati segala peraturan dan perundang-undangan yang
dibawanya. Tuntutan taat kepada Rasul itu sama halnya dengan tuntutan taat dan patuh
kepada perintah Allah Swt.
Masih banyak lagi ayat-ayat yang sejenis menjelaskan tentang permasalahan ini. Dari
beberapa ayat di atas telah jelas bahwa perintah mentaati Allah selalu dibarengi dengan
perintah taat terhadap Rasul-Nya. Begitu juga sebaliknya dilarang kita durhaka kepada Allah
dan juga kepada Rasul-Nya.
Dari sinilah jelas bahwa ungkapan kewajiban taat kepada Rasulullah Saw dan larangan
mendurhakainya, merupakan suatu kesepakatan yang tidak dipersilihkan umat Islam.
Dalil Hadits
Dalam salah satu pesan yang disampaikan baginda Rasul berkenaan dengan
kewajiban menjadikan hadits sebagai pedoman hidup disamping Al-Qur’an sebagai pedoman
utamanya, adalah sabdanya:
)تركت فيكم أمرين لن تضلوا أبداما إن تمسكتم بهما كتاب هللا وسنة رسوله(رواه الحاكم
Artinya :
“Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, dan kalian tidak akan tersesat selam-lamanya,
selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.”
(HR. Malik).
Hadits di atas telah jelas menyebutkan bahwa hadits merupakan pegangan hidup setelah Al-
Qur’an dalam menyelesaikan permasalahan dan segalah hal yang berkaitan dengan kehidupan
khususnya dalam menentukan hukum.
5
Sesuai dengan Petunjuk Akal (Ijtihad)
Kerasulan Muhammad SAW, telah diakui dan dibenarkan oleh umat Islam. Di dalam
mengemban misinya itu kadangkala beliau menyampaikan apa yang datang dari Allah SWT,
baik isi maupun formulasinya dan kadangkala atas inisiatif sendiri dengan bimbingan wahyu
dari Tuhan. Namun juga tidak jarang beliau menawarkan hasil ijtihad semata-mata mengenai
suatu masalah yang tidak dibimbing oleh wahyu.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hadits merupakan sumber hukum kedua bagi umat Islam setelah Al-Quran sebagai
sumber utama, hadits juga sebagai pedoman hukum serta ajaran- ajaran yang terdapat dalam
Al-Qur’an. Hadits adalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin) yang kedua
setelah Al-Qur’an. Bagi mereka yang telah beriman terhadap Al-Qur’an sebagai sumber
hukum Islam, maka secara otomatis harus percaya bahwa Hadits juga merupakan sumber
hukum Islam. Bagi mereka yang menolak kebenaran Hadits sebagai sumber hukum Islam,
bukan saja memperoleh dosa, tetapai juga murtad hukumnya.
Kedudukan hadits sebagai sumber hukum Islam, dapat dilihat dalam beberapa dalil,
baik dalam bentuk naqli ataupun aqli : dalil Al-Qur’an, dalil Hadits, Ijma’ dan Ijtihad.
Kehujjahan hadits dapat dipahami dari 7 aspek yaitu: Ishmah, sikap sahabat terhadap sunnah,
Al-Qur’an, Al- Sunnah, Kebutuhan Al-Qur’an terhadap al-sunnah, realitas – sunnah sebagai
wahyu dan Ijma’
7
DAFTAR PUSTAKA