Anda di halaman 1dari 14

III.

PEMBAHASAN
dosa kecil adalah dosa yang tidak ada hukuman (had) di dunia, tidak dilaknat oleh Allah dan RasulNya,
dan tidak ada pernyataan bukan mukmin.

Contoh dosa kecil, adalah zina mata, zina hati; sebagaimana sabda Rasulullah dari Abu Hurairah

”Sesungguhnya Allah telah menetapkan terhadap anak-anak Adam bagian dari zina yang bisa jadi ia
mengalaminya dan hal itu tidaklah mustahil. Zina mata adalah pandangan, zina lisan adalah perkataan
dimana diri ini menginginkan dan menyukai serta kemaluan membenarkan itu semua atau
mendustainya.” (HR. Bukhori)

Hadits tersebut di atas menyebutkan muqadimah zina. Orang yang melakukannya berarti telah
mendekati zina. Namun bagi orang yang memandang wanita bukan mahram, bersalaman atau
menyentuh, di dunia tidak ada hukumannya, juga tidak dilaknat oleh Allah dan rasulNya saw. Dosa
semacam inilah yang dikategorikan sebagai dosa kecil.

JANGAN REMEHKAN DOSA KECIL


Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Ketika seorang mukmin berbuat suatu dosa, dosa itu menjadi sebuah noda hitam pada hatinya. Jika ia
menyesalinya (memohon ampunan) hilanglah noda itu. Jika ia tidak menyesali perbuatan itu maka noda
itu akan membesar dan membesar sehingga menutupi seluruh hatinya.”

Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya,

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu telah menutupi hati
mereka“ (Al-Muthaffifin:14).
hadits di atas tidak membedakan apakah dosa yang dilakukan besar atau kecil. Setiap dosa yang
dilakukan akan menghitamkan hati. Bila hati telah sepenuhnya tertutup oleh noda, maka tak akan ada
petunjuk dapat menembus gelapnya hati dan orang sedemikian itu tidak akan mendapat manfaat dari
peringatan-peringatan yang terdapat didalam Al-Qur’an. Seharusnya kita merasa khawatir akan
kehilangan nikmat hidayah ini, sehingga tidak boleh meremehkan dosa kecil.

Yang perlu diwaspadai, dosa kecil tidak selamanya kecil. Dalam kondisi tertentu dosa kecil ini akan
menjadi dosa besar. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mengubah dosa kecil menjadi dosa berar;

1. Terus-menerus dalam melakukannya

Hal ini karena pengaruh kerasnya jiwa dan adanya raan (bercak) didalam hati, maka dari sini ada qaul
mengatakan:

“Tak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus dan tak ada dosa besar jika diiringi istighfar. “

Ucapan ini dinisbatkan kepada Ibnu Abbas ra berdasarkan atsar yang saling menguatkan satu dengan
yang lain.

2. Anggapan remeh atas dosa tersebut


Rasulullah saw telah bersabda:

“Berhati-hatilah kalian terhadap dosa kecil, sebab jika ia berkumpul dalam diri seseorang akan dapat
membinasakannya.” (HR ahmad dan Thabrani dalam Al Awsath).

Suatu ketika shahabat Anas ra pernah berkata kepada sebagian tabi’in:

“Sesungguhnya kalian semua melakukan suatu perbuatan yang kalian pandang lebih kecil dari pada biji
gandum padahal di masa Nabi saw kami menganggapnya sebagai sesuatu yang dapat membinasakan.
“(HR Al-Bukhari).

Di sini bukan berarti Anas mengatakan bahwa dosa besar dimasa Rasulullah dihitung sebagai dosa kecil
setelah beliau wafat. Yang dimaksudkan adalah, kalau para shahabat dahulu memandang dosa kecil
sebagai sesuatu yang berarti, tetapi setelah beliau wafat muncul banyak orang yang meremehkan dosa
kecil.

3. Merasa senang dan bangga dengan dosa

Kadang-kadang ada orang yang membanggakan kemaksiatan yang pernah dilakukannya. Misalnya
seorang bercerita, bagaimana ia bisa mengolok-olok orang lain, atau bagaimana ia membanggakan
koleksi gambar-gambar yang terlarang..

Orang yang bangga dengan dosa berarti sudah begitu lupa dengan bahaya dosa sehingga malah senang
tatkala dapat melampiaskan keinginannya yang terlarang. Dan perasaan senang terhadap suatu
kemaksiatan menunjukkan adanya keinginan untuk melakukannya, dan tidak ada keinginan untuk
bertaubat.

Jika kealpaan dan kelalaian semacam ini telah begitu parah maka akan menyeretnya untuk melakukan
dosa tersebut secara terus menerus, merasa tenang dengan perbuatan salah dan bertekad untuk terus
melakukannya. Dan ini adalah jenis lain dari dosa yang jauh lebih berbahaya daripada dosa yang ia
lakukan sebelumnya.

4. Membongkar dan menceritakan dosa yang telah ditutupi oleh Allah

Seseorang yang melakukan dosa kecil dan telah ditutupi oleh Allah namun ia sendiri malah kemudian
menampakkan dan menceritakannya maka dosa itu justru menjadi berlipat karena telah tergabung
beberapa dosa. Ia telah mengundang orang untuk mendengarkan dosa yang ia kerjakan, dan bisa jadi
akan memancing orang yang mendengar untuk ikut melakukannya. Maka dosa yang tadinya kecil
dengan sebab ini bisa berubah menjadi lebih besar.

Nabi saw telah bersabda:

” Seluruh umatku akan dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam dosa (al mujahirun),
termasuk terang-terangan dalam dosa ialah seorang hamba yang melakukan dosa dimalam hari lalu
Allah menutupinya ketika pagi, namun ia berkata: “Wahai fulan aku tadi malam telah melakukan
perbuatan begini dan begini!” (HR Muslim)

6. Jika pelakunya adalah orang alim yang jadi panutan atau dikenal keshalihannya
Yang demikian apabila ia melakukan dosa itu dengan sengaja, disertai kesombongan atau dengan
mempertentangkan antara nash yang satu dengan yang lain maka dosa kecilnya bisa berubah menjadi
besar. Tetapi lain halnya jika melakukannya karena kesalahan dalam ijtihad, marah atau yang semisalnya
maka tentunya itu dimaafkan.

AGAR DOSA KECIL TERAMPUNI


Dipandang dari segi terhapusnya dosa, dosa kecil lebih mudah terhapus. Pada umumnya dosa terhapus
jika pelakunya melakukan taubat nasuha, taubat yang tulus dan sungguh-sungguh. Tetapi pada dosa
kecil kadang-kadang akan terhapus tanpa melalui taubat. Dosa kecil bisa terhapus dengan amal shaleh
yang dilakukan oleh seseorang.

Sebagai contoh terhapusnya dosa- dosa kecil dijelaskan didalam sebuah Hadits yang menjelaskan bahwa
ketika seseorang berwudlu’, membasuh bagian-bagian kepala dan anggota badan, maka dosa-dosa yang
berhubungan dengan bagian-bagian yang dibasuhnya itu pun hanyut oleh air wudlu bagaikan dedaunan
kering di pepohonan yang berguguran diterpa angin. Ibaratnya, ketika kita berkumur-kumur maka
terhapuslah dosa yang berasal dari lidah kita, ketika kita membasuh kaki maka terhapus dosa yang
terjadi dengan melibatkan kaki-kaki kita. Pada waktu kita melangkahkan kaki menuju Masjid setelah
berwudlu, setiap langkah kaki menjadi tebusan bagi dosa- dosa kecil yang telah kita perbuat.

Adapun dosa besar tidak bisa kita hapuskan hanya dengan berwudlu ataupun mengerjakan shalat.
Penghapusan dosa besar dilakukan dengan taubat yang tulus dan bersungguh-sungguh.
A. Pengertian Dosa Besar
Dosa adalah perbuatan yang melanggar hukum Allah Swt. atau hukum agama Islam. Dosa juga
dapat diartikan sebagai perbuatan yang menyesakkan dada dan kita tidak suka jika orang lain
mengetahui perbuatan tersebut. Pernyataan ini sebagaimana diriwayatkan dalam sabda
Rasulullah saw. berikut yang artinya :
“Dari Nawwas bin Sim’an al-Ansari dia berkata: Akupernah bertanya kepada Rasulullah saw.
tentang arti kebajikan dan dosa. Beliau menjawab, kebajikan itu adalah budi pekerti yang baik,
sedangkan dosa adalah perbuatan atau tindakan yang menyesakkan dada dan engkau sendiri
benci jika perbuatanmu itu diketahui orang lain. (H.R. Muslim)”
Seseorang dianggap telah berbuat dosa, yaitu jika ia telah berbuat sesuatu yang bertentangan
dengan perintah Allah Swt. Dorongan untuk berbuat dosa adalah hawa nafsu dan godaan setan
sehingga berani meninggalkan perintah Allah Swt. Dosa dapat dibagi menjadi dua, yaitu dosa
kecil dan dosa besar. Akibat dari kedua dosa ini sama-sama berbahaya karena menyebabkan
kerugian dalam kehidupan di dunia dan akhirat.
Dosa merupakan perbuatan yang bertentangan dengan perintah Allah Swt. Dosa besar dalam
bahasa Arab diistilahkan dengan ’’Kabair”. Kabair berarti besar, banyak, dan berat. Dengan
demikian, dosa besar dapat diartikan perbuatan yang,melanggar ketentuan Allah Swt. diancam
dengan siksa neraka, kemurkaan, azab, baik di dunia maupun akhirat. Selain dosa besar, dosa
kecil mesti dihindari. Dosa-dosa kecil yang dilakukan secara terus-menerus akan menjadi dosa
besar. Oleh karena itu, umat Islam tidak boleh meremehkan dosa kecil karena dapat menjadi
dosa yang besar jika dilakukan terus-menerus.[2]
Dosa besar yaitu segala apa yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul Nya, sebagaimana yang
tercantum dalam Al-Qur’an, As-sunnah dan Atsar orang-orang shaleh di masa lampau (seperti
para sahabat Nabi maupun Tabi’in). Dan hal itu pernah dinyatakan dalam Al-Qur’an tentang
adanya sejumlah dosa besar dan apa yang diharamkan, yang jika ditinggalkan maka akan dapat
menghapus segala kesalahan dari dosa-dosa kecil. Dan telah pernah dicantumkan dalam firman
Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 31:

َ ‫إِنْ ت َْجتَنِبُوا َكبَائِ َر َما تُ ْن َه ْونَ َع ْنهُ نُ َكفِّ ْر َع ْن ُك ْم‬


‫سيِّئَاتِ ُك ْم َونُ ْد ِخ ْل ُك ْم ُمد َْخاًل َك ِري ًم‬

Artinya: Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar diantara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan
Kami masukan ke tempat yang paling mulia (surga). (QS. An-Nisa [3]: 31)
Maka jelaslah Allah SWT telah memberikan jaminan dengan ayat al-Qur’an diatas bagi mereka
yang menghindarkan diri dari dosa besar untuk dimasukkan kedalam surga.[3]
B. Macam-Macam Dosa Besar

‫س الَّتِي‬ِ ‫س ْح ُر َوقَ ْت ُل النَّ ْف‬


ِّ ‫سو َل هَّللا ِ َو َما هُنَّ قَا َل الش ِّْر ُك بِاهَّلل ِ َوال‬ ُ ‫ت ِقي َل يَا َر‬ ِ ‫س ْب َع ا ْل ُموبِقَا‬َّ ‫اجتَنِبُوا ال‬ ْ
ِ ‫ت ا ْل َغافِاَل‬
‫ت‬ ِ ‫ف َوقَ ْذفُ ا ْل ُم ْح‬
ِ ‫صنَا‬ ِ ‫يم َوأَ ْك ُل ال ِّربَا َوالتَّ َولِّي يَ ْو َم ال َّز ْح‬
ِ ِ‫ق َوأَ ْك ُل َما ِل ا ْليَت‬
ِّ ‫َح َّر َم هَّللا ُ إِاَّل بِا ْل َح‬
ِ ‫ا ْل ُم ْؤ ِمنَا‬
‫ت‬
Artinya: “Hendaklah kalian menghindari tujuh dosa yang dapat menyebabkan kebinasaan.”
Dikatakan kepada beliau, “Apakah ketujuh dosa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dosa
menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali
dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan pertempuran, dan
menuduh wanita mukminah baik-baik berbuat zina.” (HR. Al-Bukhari no. 2560 dan Muslim no.
129)
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menyatakan ada 7 macam dosa
besar, yaitu:
1. Menyekutukan Allah dengan sesuatu.
Adapun dosa yang paling besar adalah menyekutukan Allah dengan sesuatu. Dosa tersebut ada
dua macam yang pertama yaitu mempersamakan sesuatu dengan Allah serta menyembah kepada
yang selain Allah. Misalnya menyembah batu-batu, pohon-pohon, matahari, bulan, binatang,
malaikat atau raja atau menyembah yang lainnya. Maka itulah syirik yang dinyatakan dosa
paling besar yang diterangkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 48:

ْ ُ‫إِنَّ هَّللا َ اَل يَ ْغفِ ُر أَنْ يُش َْر َك بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما دُونَ ٰ َذلِكَ لِ َمنْ يَشَا ُء ۚ َو َمنْ ي‬
‫ش ِركْ بِاهَّلل ِ فَقَ ِد ا ْفت ََر ٰى إِ ْث ًما‬
‫ع َِظي ًما‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa [4]: 48)
[4]
2. Melakukan sihir.
Seseorang yang menyihir orang lain dapat menyebabkan seseorang menjadi kafir. Hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 102:

...‫س ْح َر‬ َ َّ‫اطينَ َكفَ ُروا يُ َعلِّ ُمونَ الن‬


ِّ ‫اس ال‬ َّ ‫و ٰلَ ِكنَّ ال‬...
ِ َ‫شي‬ َ
Artinya: “...tetapi syaitan-syaitan itu kafir mereka telah mengajarkan sihir kepada manusia...”
(QS. Al-Baqarah [2]: 102)
Dan banyak orang yang memandang sejumlah praktek kesesatan yang dimasukan ke dalam sihir
itu, dan mereka memandang bahwa sihir tersebut hanyalah haram semata, dan mereka mereka
tidak merasakan bahwa hal itu telah masuk kedalam kekafiran.[5]
3. Membunuh seseorang yang telah diharamkan oleh Allah.
Membunuh orang adalah dosa besar selain dari ingkar. Karena kejinya perbuatan itu dan untuk
menjaga keselamatan serta ketentraman umum, Allah memberikan balasan yang layak (setimpal)
dengan kesalahan yang besar itu, yaitu hukuman berat didunia atau dimasukkan kedalam neraka
di akhirat nanti.[6]

‫ب هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َولَ َعنَهُ َوأَ َع َّد لَهُ َع َذابًا َع ِظي ًما‬ ِ ‫َو َمنْ يَ ْقتُ ْل ُم ْؤ ِمنًا ُمتَ َع ِّمدًا فَ َج َزا ُؤهُ َج َهنَّ ُم َخالِدًا فِي َها َو َغ‬
َ ‫ض‬
Artinya: “Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmindengan sengaja maka balasannya
ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta
menyediakan azab yang besar baginya.” (Q.S. An-Nisa:93)

4. Makan harta anak yatim.


Allah Ta’ala berfirman:

َ َ‫صلَ ْون‬
‫س ِعي ًرا‬ َ ‫إِنَّ الَّ ِذينَ يَأْ ُكلُونَ أَ ْم َوا َل ا ْليَتَا َم ٰى ظُ ْل ًما إِنَّ َما يَأْ ُكلُونَ فِي بُطُونِ ِه ْم نَا ًرا ۖ َو‬
ْ َ‫سي‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-
nyala (neraka).” (QS. An-Nisa`: 10)
Ayat di atas tegas menyebutkankan memakan atau menghabiskan harta anak yatim adalah dosa
besar. Karenanya Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk berbuat baik kepada anak-anak yatim
di dalam firman-Nya:

‫ين‬ َ ‫سانًا َوبِ ِذي ا ْلقُ ْربَ ٰى َوا ْليَتَا َم ٰى َوا ْل َم‬
ِ ‫سا ِك‬ َ ‫ش ْيئًا ۖ َوبِا ْل َوالِ َد ْي ِن إِ ْح‬ ْ ُ‫َوا ْعبُدُوا هَّللا َ َواَل ت‬
َ ‫ش ِر ُكوا بِ ِه‬
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin.” (QS. An-Nisa[4]: 36)
Dari Sahl bin Sa’ad r.a. dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

َ ‫سطَى َوفَ َّر َج بَ ْينَ ُه َما‬


‫ش ْيئًا‬ ْ ‫سبَّابَ ِة َوا ْل ُو‬ َ ‫يم فِي ا ْل َجنَّ ِة َه َك َذا َوأَش‬
َّ ‫َار بِال‬ ِ ِ‫َوأَنَا َو َكافِ ُل ا ْليَت‬
“Aku dan orang-orang yang mengurusi anak yatim dalam surga akan dekat seperti ini.” Beliau
memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah lalu beliau membuka sedikit di antara
keduanya.” (HR. Al-Bukhari no. 4892)
5. Makan harta riba (suku bunga).
Allah SWT berfirman dalam surat Ali-Imron ayat 130:

َ‫ضا َعفَةً ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحون‬ ْ َ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا ال ِّربَا أ‬
َ ‫ض َعافًا ُم‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. “(QS. Ali-Imron
[3]: 130).
Dengan demikian mereka itu telah menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah. Dan ketika
Allah membangkitkan manusia dari kuburnya , maka mereka itu keluar dari kuburnya dengan
cepat, kecuali orang yang makan harta riba. Mereka berdiri lalu jatuh, diibaratkan pingsannya
orang yang kesurupan.[7]
6. Lari dari medan peperangan.
Musuh tidak akan dapat melumpuhkan kekuatan kaum muslimin (kalau larinya kaum Muslimin
itu sekedar untuk mengambil strategi), atau menjauhkan diri karena hendak bergabung dengan
teman-teman sepasukan, kendatipun teman-temannya itu di tempat yang jauh. Allah berfirman
dalam surat Al-Anfal 15-16: [8]

(١٥)‫يَا أَ ُّي َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا لَقِيتُ ُم الَّ ِذينَ َكفَ ُروا َز ْحفًا فَاَل ت َُولُّو ُه ُم اأْل َ ْدبَا َر‬
ُ‫ب ِمنَ هَّللا ِ َو َمأْ َواه‬ َ ‫َال أَ ْو ُمت ََحيِّزًا إِلَ ٰى فِئَ ٍة فَقَ ْد بَا َء بِ َغ‬
ٍ ‫ض‬ ٍ ‫َو َمنْ يُ َولِّ ِه ْم يَ ْو َمئِ ٍذ ُدبُ َرهُ إِاَّل ُمت ََح ِّرفًا لِقِت‬
)١٦( ‫صي ُر‬ ِ ‫ْس ا ْل َم‬ َ ‫َج َهنَّ ُم َۖوبِئ‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir
yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).
Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat)
perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang
itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan
amat buruklah tempat kembalinya.” (QS. Al-Anfal [8]: 15-16)
7. Menuduh wanita yang baik berbuat zina.
Menuduh orang berbuat zina termasuk dosa besar, dan mewajibkan hukuman dera atau cambuk.
Allah berfirman dalam surat An-Nur ayat 23:

ٌ ‫ت لُ ِعنُوا فِي ال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َر ِة َولَ ُه ْم َع َذ‬


‫اب َع ِظي ٌم‬ ِ ‫ت ا ْل ُم ْؤ ِمنَا‬
ِ ‫ت ا ْل َغافِاَل‬ َ ‫إِنَّ الَّ ِذينَ يَ ْر ُمونَ ا ْل ُم ْح‬
ِ ‫صنَا‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi
beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang
besar.” (QS. An-Nur [24]: 23)
Jadi Allah menerangkan dalam Al-Qur’an, bahwa orang yang menuduh berzina terhadap wanita
baik-baik, yang wanita itu tidak melakukan perzinaan, maka orang yang menuduh itu akan
mendapat kutukan, baik di dunia maupun akhirat kelak, dan dia akan mendapat siksaan yang
pedih. Bagi penuduh tersebut ketika di dunia dapat dikenakan 80 cambuk sebanyak 80 kali
(melalui pengadilan negeri) dan kesaksiannya tidak dapat diterima walaupun orang itu termasuk
orang adil.
Tuduhan itu misalnya diucapkan kepada wanita yang bukan familinya, dan wanita itu termasuk
berakhlaq mulia, merdeka dan beragama islam: Hai wanita pezina! Hai wanita yang melanggar
batas! Hai wanita pelacur dan lain-lain.[9]
C. Pengertian Taubat
Taubat berasal dari akar kata taba, artinya kembali. Kembali kepada Allah untuk melaksanakan
kewajiban sebagai manusia terhadap hak-hak Allah, setelah melakukan perbuatan dosa yang
dilarang Allah. Taubat juga berarti penyesalan, pengampunan dan kembali dari dosa.
Hakikat taubat pada dasarnya bertumpu pada hati, hati menyesal atas apa yang telah dilakukan,
menghadapkan diri kepada Allah, mencegah dan melepaskan diri dari dosa-dosa. Sebagai
kompensasinya, ia harus beramal salih dan melakukan amal-amal baik sebagai bukti atas
taubatnya. Taubat nasuha yakni taubat yang ikhlas, tiada cacat padanya. Juga dimaknai dengan
beristighfar dengan lisan, menyesali dengan hati, dan mencegah diri dari dosa.[10]
Sedangkan menurut istilah taubat adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah dari segala
perbuatan dosa yang pernah dilakukan, baik secara sengaja atau tidak sengaja, dahulu, sekarang
dan yang akan datang. Taubat apabila dibahasakan secara ringkas adalah meninggalkan atau
menyesali dosa dan berjanji tidak mengulanginya lagi (penyesalan atas semua perbuatan tercela
yang pernah dilakukan).
Dari makna tersebut bisa kita pahami bahwa dengan bertaubat secara sungguh-sungguh dan tidak
akan mengulangi lagi perbuatan dosa, maka segala dosa-dosa yang pernah dilakukan akan hilang
atas ampunan dari Allah swt. Untuk membersihkan hati dari dosa yang pernah dilakukannya,
manusia diperintahkan untuk bertaubat. Tobat merupakan media untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Allah SWT memerintahkan dalam hal taubat ini berupa taubat yang semurni-
murninya sebagaimana firman-Nya dalam suart At Tahrim (66) ayat 8 yang artinya: “ Hai orang-
orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya.” (Q.S. At
Tahrim (66) : 8).
Dosa-dosa kecil bisa dihapus dengan amalan-amalan saleh, sedangkan dosa-dosa besar seperti
syirik, zina, membunuh dan lainnya hanya bisa dihapus dengan taubat.
Nabi Muhammad SAW, meskipun telah dijamin atau terpelihara dari segala dosa (maksum),
tetap bertaubat dan mohon ampun kepada Allah SWT. Berbicara masalah taubat, ternyata
berkaitan erat dengan istighfar yaitu memohon ampun dari semua dosa kepada Allah SWT
dengan menundukkan hati, jiwa dan pikiran. Istighfar tidak hanya melisankan dengan
“astghfirullahal’adzim”, tetapi harus disertai dengan keseriusan dan harapan untuk memperoleh
ampunan Allah SWT.[11]
D. Syarat-Syarat Taubat
Syarat taubat agar diterima disisi Allah, adalah :
1. Menyesali atas pelanggaran yang dilakukan
2. Melepas dan meninggalkan semua kesalahan dalam segala hal dan kesempatan.
3. Bertekad untuk tidak mengulangi lagi kemaksiatan dan kesalahan yang telah dilakukan.
Adapun dosa seseorang yang berhubungan dengan hubungan dengan sesama manusia, maka
harus ditambah dengan syarat yang ke-empat, yaitu mengembalikan atau memenuhi hak orang
yang disakiti, misalnya dengan cara minta maaf.
Bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosa juga merupakan syarat taubat. Kemudian
timbul permasalahan. Bagaimana jika orang yang sudah bertaubat melakukan dosa lagi, taubat,
dosa lagi? Apakah taubatnya diterima? Bukankah ini sama saja dengan mempermainkan Allah?
Terhadap masalah tersebut, berikut penjelasannya:
1. Taubat tergantung pada nafsu seseorang. Jika nafsu ammarah bi al-su’ yang menguasai
orang tersebut, maka taubatnya adalah taubat pura-pura; Jika ia bernafsu al-lawwamah, maka
taubatnya tidak bisa istiqamah. Artinya, ia taubat, kemudian berbuat dosa, taubat, dosa lagi. Jika
jiwanya dikuasai nafsu al-muthmainnah, maka taubatnya adalah taubat nasuha.
2. Tidak ada seorang pun di udnia ini yang bisa menjamin, bahwa setelah orang melakukan
taubat, ia tidak akan lagi melakukan dosa kembali. Artinya, jika melakukan taubat, kemudian dia
melakukan perbuatan dosa, taubat, berdosa lagi sebetulnya tidak masalah. Yang terpenting
adalah, setelah melakukan taubat, ia tidak berniat atau menyengaja melakukan perbuatan dosa
lagi. Ibarat orang memakai pakaian bersih, ia tidak berniat dan menyengaja untuk mengotori
pakaiannya.
3. Menunda-nunda taubat merupakan perbuatan dosa. Jika seseorang melakukan dosa,
kemudian ia bertaubat, kemudian ia mati sebelum sempat melakukan dosa lagi, maka itu
merupakan keuntungan baginya. Karena urusan mati, merupakan hak prerogatif dan rahasia
Allah. Allah merahasiakan mati dalam empat aspek: wakitunya, tempatnya, sebab-sebabnya,
maupun posisi ornag ketika mati.[12]
E. Prinsip-Prinsip Taubat
Prinsip – prinsip taubat meliputi:
1. Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Prinsip ini meniscayakan
adanya hamba yang diampuni dan diterima taubatnya.
2. Dosa yang dilakukan oleh seseorang adalah karena kebodohan. Rasyid Ridla mengartikan
kebodohan sebagai lawan ‘tahu’ karena pelaku dosa tidak tahu akibat-akibat buruknya atau tidak
mengetahui kemaslahatan (meninggalkan dosa) bagi dirinya.
3. Taubat harus dilakukan dengan segera setelah melakukan perbuatan dosa. Bertaubat harus
dilakukan dengan segera sebelum terlambat, yakni sebelum datangnya kematian, agar ia tidak
termasuk golongan orang yang terus menerima perbuatan dosa.
4. Taubat tidak diterima jika dilakukan pada saat ajal menjelang, siksa telah ditampakkan,
atau orang yang mati dalam keadaan kafir.[13]
F. Tujuan Taubat
Pelaksanaan taubat mempunyai beberapa tujuan taubat, antara lain:
1. Dicintai Allah. Sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Baqarah [2]: 222, yang artinya
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri”.
2. Membuat hati condong kepada kebaikan, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Tahrim
[66]: 4, yang artinya “Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu
berdua telah condong (untuk menerima kebaikan)”.
3. Mendapatkan ampunan Allah, sebagaimana firman Allah dalam QS. Thaha [20]: 82, yang
artinya “Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman beramal
shaleh, kemudian tetap dijalan yang benar” dan QS. Al-A’raf [7]: 153, yang artinya “Orang-
orang yang mengejarkan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; Sesungguhnya
Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.
4. Mendapatkan keberuntungan, sebagaimana terdapat dalam QS. Al-Qashash [28]: 67, yang
artinya “Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh, semoga
dia termasuk orang-orang yang beruntung” dan QS. Al-Syamsy [91]: 9, yang artinya
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan Jiwa itu”.[14]
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dosa besar yaitu segala apa yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul Nya, sebagaimana yang
tercantum dalam Al-Qur’an, As-sunnah dan Atsar orang-orang shaleh di masa lampau (seperti
para sahabat Nabi maupun Tabi’in).
Ada 7 dosa besar yang disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim yaitu dosa
menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali
dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan pertempuran, dan
menuduh wanita mukminah baik-baik berbuat zina.
Taubat adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah dari segala perbuatan dosa yang pernah
dilakukan, baik secara sengaja atau tidak sengaja, dahulu, sekarang dan yang akan datang.
Syarat taubat agar diterima disisi Allah, adalah :
1. Menyesali atas pelanggaran yang dilakukan
2. Melepas dan meninggalkan semua kesalahan dalam segala hal dan kesempatan.
3. Bertekad untuk tidak mengulangi lagi kemaksiatan dan kesalahan yang telah dilakukan.
4. (dalam hubungan sesama manusia) Meminta maaf terhadap orang yang pernah di dzalimi.
Pelaksanaan taubat mempunyai beberapa tujuan taubat, antara lain: dicintai Allah, membuat hati
condong kepada kebaikan, mendapatkan ampunan Allah dan mendapatkan keberuntungan.
Hadis tentang Taubat beserta Terjemahannya
ْ ‫ب ُم ِس ْي ُء اللَّ ْي ِل َحتَّى ت‬
‫َطلُ َع ال َّش ْمسُ ِم ْن َم ْغ ِربِهَا‬ ِ َ‫ار َويَ ْب ُسطُ يَ َدهُ فِ ْي النَّه‬
َ ْ‫ار لِيَتُو‬ َ ْ‫إِ َّن هللاَ يَ ْب ُسطُ يَ َدهُ بِاللَّ ْي ِل لِيَتُو‬
ِ َ‫ب ُم ِس ْي ُء النَّه‬

Abu Musa ra meriwayatkan dari Nabi saw: “Sesungguhnya Allah membentangkan Tangan-Nya
pada malam hari agar beutaubat orang yang berbuat jahat di siang hari dan Dia membentangkan
Tangan-Nya pada siang hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di malam hari, sehingga
matahari terbit dari Barat (Kiamat). “(HR. Muslim)

‫َاب هللاُ َعلَ ْي ِه‬ ْ ‫َاب قَ ْب َل أَ ْن ت‬


َ ‫َطلُ َع ال َّش ْمسُ ِم ْن َم ْغ ِربِهَا ت‬ َ ‫َم ْن ت‬
“Barangssapa bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, niscaya Allah menerima taubatnya. “
(HR.Muslim)

Dari hadis diatas dapat dipahami bahwa orang-orang yang bertaubat sebelum datangnya hari
kiamat akan diterima taubatnya, sebaliknya orang yang ebratubat setekahnya tidak akan diterima
taubatanya.

Demikian halnya dengan permohonan ampun seorang yang hendak meninggal dunia, taubatnya
tidak berguna baginya. Sebagaimana firman Allah SWT:

‫ْت اآْل نَ َواَل الَّ ِذينَ يَ ُموتُونَ َوهُ ْم ُكفَّا ٌر ۚ أُو ٰلَئِكَ أَ ْعتَ ْدنَا‬ ُ ْ‫ض َر أَ َح َدهُ ُم ْال َمو‬
ُ ‫ت قَا َل إِنِّي تُب‬ ِ ‫ت التَّوْ بَةُ لِلَّ ِذينَ يَ ْع َملُونَ ال َّسيِّئَا‬
َ ‫ت َحتَّ ٰى إِ َذا َح‬ ِ ‫َولَ ْي َس‬
‫لَهُ ْم َع َذابًا أَلِي ًما‬

“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengeriakan kejahatan (yang)
hingga apabila datang ajar kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan:
‘Sesungguhnya aku bertaubat sekarang .’ (An- Nisaa’: 18)

ْ‫إِ َّن هللاَ يَ ْقبَ ُل تَوْ بَةَ ال َع ْب ِد َمالَ ْم يُغَرْ ِغر‬

Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama
(nyawanya) belum sampai di kerongkongan. “ (HR· At-Tirmidzi, dan ia menghasan-kannya).

Oleh karena itu itu setiap muslim diwajibkan bertaubat dari segala kesalahannya, sepanjang ajal
belum menjemput baik itu dilakukan di pagi hari, siang hari, sore hari mapun malam hari.

Orang-orang inilah yang pada akhirnya tidak akan menyesal dengan ajal yang menjemput. Jika
ajal datang, justru ia akan merasa bahagia karena ia dosa-dosa yang ia miliki akan diampuni oleh
Allah SWT.
ُ ‫ق َم ْخ َرجًا َو َر َزقَهُ ِم ْن َحي‬
ُ‫ْث الَ يَحْ ت َِسب‬ َ ‫اال ْستِ ْغفَا َر َج َع َل هللاُ لَهُ ِم ْن ُك ِّل هَ ٍّم فَ َرجًا َو ِم ْن ُك ِّل‬
ٍ ‫ض ْي‬ ِ ‫َم ْن لَ ِز َم‬

Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa senantiasa beristighfar,
niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya kelapangan dan untuk setiap
kesempitannya jalan keluar, dan akan diberi-Nya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka. ”
(HR. Abu Daud)

Imam Al-Auza’i pernah ditanya oleh seseorang: “Bagaimanakah tata cara beristighfar? lalu
Beliau menjawab: “Hendaknya engkau mengatakan: “Astaghfirullah, astaghfirullah. ” Artinya,
aku memohon ampunan kepada Allah.

Anas ra meriwayatkan, aku mendengar saw bersabda, Allah berfirman. “Allah Ta’ala berfirman:

َ‫َت ُذنُوْ بُكَ َعنَان‬ ْ ‫ يَا ا ْبنَ آ َد َم لَوْ بَلَغ‬،‫ك َعلَى َما َكانَ ِم ْنكَ َوالَ أُبَالِ ْي‬ َ َ‫ت ل‬ ُ ْ‫ك َما َدعَوْ تَنِ ْي َو َر َجوْ تَنِ ْي َغفَر‬ َ َّ‫ إِن‬،‫ يَا ا ْبنَ آ َد َم‬:‫ال هللا تَ َعالَى‬ َ َ‫ق‬
َ‫ض خَ طَايَا ثُ َّم لَقِ ْيتَنِ ْي الَ تُ ْش ِر ْك بِ ْي َش ْيئًا أَل َتَ ْيتُك‬
ِ ْ‫ب األَر‬ِ ‫ يَا ا ْبنَ آ َد َم ِإنَّكَ لَوْ أَتَ ْيتَنِ ْي بِقُ َرا‬،‫ك َوالَ أُبَالِ ْي‬
َ َ‫ت ل‬ُ ْ‫ال َّس َما ِء ثُ َّم ا ْستَ ْغفَرْ تَنِ ْي َغفَر‬
ً‫بِقُ َرابِهَا َم ْغفِ َرة‬

“Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau memohon dan mengharap kepadaku, niscaya
Aku ampuni dosa-dosamu yang lalu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-
dosamu sampai ke awan langit, kemudian engkau memohon ampun kepadaku, niscaya Aku
mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang
kepadaku dengan dosa-dosa sepenuh bumi dan kamu menemuiKu dalam keadaan tidak
menyekutukanku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datangkan untukmu ampunan sepenuh bumi
(pula). ” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits ini hasan),

Dalam hadits di atas disebutkan tiga sebab mendapatkan ampunan:

Berdo’a dengan penuh harap.


Beristighfar, yaitu memohon ampunan kepada Allah.
Merealisasikan tauhid, dan memurnikannya dari berbagai bentuk syirik, bid’ah dan kemaksiatan.

Read more https://www.tongkronganislami.net/hadis-tentang-taubat/


https://www.tongkronganislami.net/hadis-tentang-taubat/

Anda mungkin juga menyukai