Analisa Gas Darah Dan Manajemen Asam Basa
Analisa Gas Darah Dan Manajemen Asam Basa
A. Pendahuluan
Asam adalah ion hydrogen atau dodnor proton. Suatu cairan disebut asam bila mengandung H+ atau
mampu melepas atau memberikan H+. Basa adalah garam dari ion hydrogen atau akseptor proton.
Suatu cairan bersifat basa bila sanggup menerima H+.
Asam karbonat (H2CO3) adalah asam karena mampu melepas H+ dan menjadi HCO-3. Sedangkan
bikarbonat adalah (HCO3) adalah basa karena mampu menerima H+ untuk kemudian menjadi
H2CO3.
B. Regulasi Asam Basa
Regulasi sistem asam basa diatur oleh tiga sistem yaitu sistem pernafasan, sistem renal dan sistem
buffer.
1. Sistem Pernafasan
2. Sistem Renal
3. Sistem Buffer
Bila nilai Ph normal tetapi terjadi kelainan nilai HCO3 atau PCO2 maka;
1. Lihat nilai pH, pH 7,35 – 7,40 adalah asidosis dan pH 7,41 – 7,45 adalah alkalosis
2. Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang mendukung sesuai dengan hasil pH (untuk menentukan
respiratirik atau metabolik)
3. Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang hasilnya berlawanan dengan pH (untuk menentukan
adanya kompensasi penuh atau tidak)
4. Lihat pO2 untuk melihat adanya Hipoksemia atau Hiperoksemia
1. Asidosis akan meningkatkan konsentrasi K dalam darah. Sehingga fungsi sel dan enzim
tubuh memeburuk. Kemudian mengakibatkan aritmia ventrikuler.
2. Alkalosis akan menurunkan konsentrasi K dalam darah. Sehinggga afinitas Hb – O2
meningkat. Akibatnya pelepasan O2 kejaringan sulit. Sehingga terjadi hipoksemia.
3. Kenaikan pCO2 (80 – 100 mmHg) akan mengakibatkan koma dan aritmia serta vasodilatasi
pembuluh darah. Bila hal ini terjadi diotak maka aliran darah ke otak akan meningkat dan
mengakibatkan kenaikan tekanan intra cranial.
4. Penurunan pCO2 (< 25 mmHg) akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah.
Sehingga aliran darah kejaringan turun. Bila hal ini terjadi diotak maka akan terjadi
hipoksemia otak.
1. Pemberian Bikarbonat:
1. Terapi Oksigen
Dengan NRM bila PCO2 tinggi dan dengan RM bila pCO2 rendah.
Ventilator, bila pCO2 > 60 nnHg atau pO2 < 60 mmHg
A. Pengertian
Analisa gas darah adalah suatu pemeriksaan daya serap / interaksi darah dengan gas yang dihirup
lewat pernafasan. sampel darah diambil langsung dari arteri.
B. Interpretasi Hasil AGD
HASI NORMA
PEMERIKSAA
L L
N
7,34 -7,44
PH 7.387
35 – 45
PCO2 24.87
89 – 116
PO2 44.0
HCO3 22 – 26
14.5
TCO2 22 – 29
15,2
BASSE EXCESS - 2 – ( +3 )
-8,4
SATURASI O2 80,2 95 -98
1. ASIDOSIS RESPIRATORIK
Emfisema
Bronkitis kronis
Pneumonia berat
Edema pulmoner
Asma.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada
menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang
kuat, yang menekan pernafasan.
2. ASIDOSIS METABOLIK
Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan
yang diubah menjadi asam.Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan
dianggap beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen
glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh dapat
menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu
diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh
akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan
juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme
gula. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam
jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis
jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis
tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Gagal ginjal
Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
Ketoasidosis diabetikum
Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid
atau amonium klorida
Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomi
atau kolostomi
3. ALKALIOSIS RESPIRATORIK
1. # PH naik PCO2 turun
2. Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah
menjadi rendah.
3. Penyebab :
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya
jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling
sering ditemukan adalah kecemasan.
rasa nyeri
sirosis hati
kadar oksigen darah yang rendah
demam
overdosis aspirin.
1. Pengobatan :
1. Penyebab :
1. A. DEFINISI
Pemeriksaan gas darah dan PH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasien
penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai:
PH normal 7,35-7,45
Pa CO2 normal 35-45 mmHg
Pa O2 normal 80-100 mmHg
Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
HCO3 normal 21-30 mEq/l
Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
Saturasi O2 lebih dari 90%.
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan “ASTRUP”, yaitu suatu
pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri
radialis, A. brachialis, A. Femoralis.
m. Gelembung udara harus dibuang keluar spuit. Lepaskan jarum dan tempatkan penutup udara
pada spuit. Putar spuit diantara telapak tangan untuk mencampurkan heparin
1. Spuit diberi label dan segera tempatkan dalam es atau air es, kemudian dibawa
kelaboratorium
2. C. ANALISA
1. Persamaan diatas menunjukkan bahwa adanya perubahan pada consentrasi buffer tertentu
akan mengubah pH.dari sistim tersebut. Adanya perubahan pada carbondioksida
menunjukkan adanya respiratory acidosis atau alkalosis, sedang perubahan pada bicarbonate
menunjukkan adanya metabolic acidosis atau alkalosis.
Berikut ini adalah 3 langkah mudah untuk menginterpretasikan ABG (arterial blood gases) :
PH darah arteri merupakan sebuah pengukuran konsentrasi ion hydrogen. Karena asam
didefinisikan sebagai cairan yang mempunyaikemampuan untuk memberikan ion hydrogen dan basa
didefinisikan sebagai cairan yang mempunyai kemampuan untuk menerima ion hydrogen, , maka
pH dapat menunjukkan keseimbangan dari sttus asam-basa dalam darah arteri. Nilai pH normalnya
7,40 dengan batas normal 7,35 – 7,45. Jika terdapat peningkatan ion hydrogen, maka berarti ph
menurun, sehingga darah bersifat acidosis. Sedangkan bila terjadi penurunan ion hydrogen berarti
pH naik, hal ini menunjukkan darahnya bersifat alkalosis.
Untuk menentukan penyebab dari ketidak seimbangan pH apakah metabolik atau respiratory
problem, maka kita tentukan buffer mana yang mempunyai permasalahan sama dengan pH. Adanya
peningkatan kadar PaCO2 menunjukkan adanya acidosis, sedang penurunan PaCO2 menunjukkan
alkalosis. Adanya Peningkatan HCO3- menunjukkan alkalosis, sedang adanya penurunan HCO3-
menunjukkan acidosis.
Ada tiga jenis kompensasi dalam keseimbangan asam basa, yaitu kompensasi penuh, sebagian atau
tidak ada kompensasi.
Dikatakan tidak ada kompensasi bila status asam basa yang tidak sesuai dengan status pH dalam
batas normal.
1. KONPENSASI SEBAGIAN
Dikatakan terdapat kompensasi sebagian bila status asam basa yang tidak sesuai dengan status pH
berada diluar batas normal dan nilai pH sendiri juga diluar batas normal.
1. KOMPENSASI PENUH
Dikatakan kompensasi penuh bila status asam basa yang tidak sesuai dengan status pH diluar batas
normal, tetapi nilai pH dalam batas normal.
Dalam menginterpretasi ABG tidak boleh dilakukan secara terpisah, tetapi harus senantiasa
dikonfirmasikan dengan pemeriksaan yang lain seperti riwayat penyakit, pengobatan medis.
Pengambilan darah arteri melalui fungsi untuk memeriksa gas-gas dalam darah yang berhubungan
dengan fungsi respirasi dan metabolisma.
1. Tujuannya :
1. Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel
2. Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
3. Kemampuan HB dalam mengangkut O2 dan CO2.
4. Tingkat tekanan O2 dalam darah arteri.
5. Tempat pengambilan darah arteri :
1. Arteri Radialis, merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk
fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau haematoem juga
apabila Allen test negatif.
2. Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua.
3. Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya
bila terjadi obstruksi pembuluh darah.
4. Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas
tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan
menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang
dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian
jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat
terjadi percampuran antara darah vena dan arteri.
5. Langkah-langkah melakukan fungsi darah arteri :
1. Persiapan alat.
2) Spuit 2,5 cc diisi dengan heparin 0,1 cc atau asal membasahi dinding spuit untuk mencegah
terjadinya pembekuan darah. Heparin tidak boleh terlalu banyak dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan.
1. Memberitahukan pasien tentang tujuan daripada pengambilan darah arteri yang akan di
pungsi.
2. Memilih arteri yang akan di pungsi.
3. Menyiapkan posisi pasien :
1) Arteri Radialisi :
1. Sesudah darah diperoleh sebanyak 2 cc jarum kita cabut dan usahakan posisi pemompa
spuit tetap untuk mencegah terhisapnya udara kedalam spuit dan segera gelembung udara
dikeluarkan dari spuit
2. Ujung jarum segera ditutup dengan gabus / karet.
3. Bekas tusukan pungsi arteri tekan dengan kapas alkohol campur dengan bethadine.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dan sesudah melakukan pengambilan darah.
1. Daerah pengambilan darah sebaiknya pada tempat yang bergantian / selang-seling untuk
mencegah terjadinyakerusakan pada pembuluh darah
2. Apabila menggunakan obat lokal anesthesi harus ditest terlebih dahulu untuk menghindari
terjadinya reaksi alergi oleh karena obat tersebut.
3. Apabila pasien yang memerlukan perawatan lama sebaiknya dipasang arteri line.
4. Warna merah darah dapat merupakan petunjuk baik / buruknya dari darah arteri. Pasien
PPOM dengan nilai PaO2 rendah darah berwarna lebih gelap biasanya mengandung lebih
rendah O2.
5. Bila mungkin cegahlah penusukan pada arteri femoralis.
6. Apabila diperlukan pengambilan darah melalui arteri radialis perlu diketahui dahulu adanya
kolateral arteri ulnaris dengan cara percobaan Allen ( test Allen ).
Caranya :
1. Anjurkan pasien untuk mengepalkan tangannya dengan kuat supaya darah sebanyak
mungkin keluar sehingga telapak tangan pucat.
2. Tekan arteri radialis dan ulnaris agar tertutup sambil pasien membuka kepalannya beberapa
kali dan menutupnya kembali. Kemudian tangan dibuka, lepaskan tekanan pada arteri
ulnaris.