Anda di halaman 1dari 11

Analisa Gas Darah dan Manajemen Asam Basa ( II )

A.   Pendahuluan
Asam adalah ion hydrogen atau dodnor proton. Suatu cairan disebut asam bila mengandung H+ atau
mampu melepas atau memberikan H+. Basa adalah garam dari ion hydrogen atau akseptor proton.
Suatu cairan bersifat basa bila sanggup menerima H+.
Asam karbonat (H2CO3) adalah asam karena mampu melepas H+ dan menjadi HCO-3. Sedangkan
bikarbonat adalah (HCO3) adalah basa karena mampu menerima H+ untuk kemudian menjadi
H2CO3.
B.   Regulasi Asam Basa
Regulasi sistem asam basa diatur oleh tiga sistem yaitu sistem pernafasan, sistem renal dan sistem
buffer.

1. Sistem Pernafasan
2. Sistem Renal
3. Sistem Buffer

C.   Pembacaan AGD


Nilai Normal AGD dan Hasil/Kesimpulanya
Ph HCO3 PCO BE PO2
(7,35 – 7,45) (22 – ( 35 – (–2 – (80 –
26) 45) +2) 100)
Asidosis Turun Turun Naik Turun Turun
Alkalosi Naik Naik Turun Naik Naik
s

1. Lihat Ph, (apakah asidosis atau alkalosis)


2. Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang mendukung sesuai dengan hasil pH (untuk menentukan
respiratorik atau metabolik)
3. Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang hasilnya berlawanan dengan pH (untuk menentukan
adanya kompensasi sebagaian atau tidak)
4. Lihat pO2 untuk melihat adanya Hipoksemia atau Hiperoksemia

Bila nilai Ph normal tetapi terjadi kelainan nilai HCO3 atau PCO2 maka;

1. Lihat nilai pH, pH 7,35 – 7,40 adalah asidosis dan pH 7,41 – 7,45 adalah alkalosis
2. Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang mendukung sesuai dengan hasil pH (untuk menentukan
respiratirik atau metabolik)
3. Lihat hasil HCO3 atau pCO2 yang hasilnya berlawanan dengan pH (untuk menentukan
adanya kompensasi penuh atau tidak)
4. Lihat pO2 untuk melihat adanya Hipoksemia atau Hiperoksemia

D.   Akibat Gangguan Keseimbangan Asam Basa

1. Asidosis akan meningkatkan konsentrasi K dalam darah. Sehingga fungsi sel dan enzim
tubuh memeburuk. Kemudian mengakibatkan aritmia ventrikuler.
2. Alkalosis akan menurunkan konsentrasi K dalam darah. Sehinggga afinitas Hb – O2
meningkat. Akibatnya pelepasan O2 kejaringan sulit. Sehingga terjadi hipoksemia.
3. Kenaikan pCO2 (80 – 100 mmHg) akan mengakibatkan koma dan aritmia serta vasodilatasi
pembuluh darah. Bila hal ini terjadi diotak maka aliran darah ke otak akan meningkat dan
mengakibatkan kenaikan tekanan intra cranial.
4. Penurunan pCO2 (< 25 mmHg) akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah.
Sehingga aliran darah kejaringan turun. Bila hal ini terjadi diotak maka akan terjadi
hipoksemia otak.

E.    Manajaemen Gangguan Asam Basa

1. Pemberian Bikarbonat:

Dosis: 1/3 x BB x (|BE| – 2)


Diberikan setengah dosis dahulu, kemudian setalah 30 – 60 menit dievaluasi kembali hasilnya. Bila
belum optimal dilanjutkan pemberian sisanya.

1. Terapi Oksigen

Dengan NRM bila PCO2 tinggi dan dengan RM bila pCO2 rendah.
Ventilator, bila pCO2 > 60 nnHg atau pO2 < 60 mmHg

ANALISA GAS DARAH

A.   Pengertian
Analisa gas darah adalah suatu pemeriksaan daya serap / interaksi darah dengan gas yang dihirup
lewat pernafasan. sampel darah diambil langsung dari arteri.
B.   Interpretasi Hasil AGD
HASI NORMA
PEMERIKSAA
L L
N
7,34 -7,44
PH 7.387
35 – 45
PCO2 24.87
89 – 116
PO2 44.0
HCO3 22 – 26
14.5
TCO2 22 – 29
15,2
BASSE EXCESS - 2 – ( +3 )
-8,4
SATURASI O2 80,2 95 -98
1.    ASIDOSIS RESPIRATORIK

1. # PH turun PCO2 naik


2. Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan
yang lambat.
3. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.
4. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah
menjadi asam.
5. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan,
sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
6. Penyebab :Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang
mempengaruhi paru-paru, seperti:

 Emfisema
 Bronkitis kronis
 Pneumonia berat
 Edema pulmoner
 Asma.

Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada
menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang
kuat, yang menekan pernafasan.
2.    ASIDOSIS METABOLIK

1. PH turun HCO3 turun


2. Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
3. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat
sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara
menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi
keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi
kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu
banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
4. Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:

 Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan
yang diubah menjadi asam.Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan
dianggap beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen
glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
 Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh dapat
menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu
diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh
akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan
juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme
gula. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam
jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis
jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis
tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.

Penyebab utama dari asidosis metabolik:

 Gagal ginjal
 Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
 Ketoasidosis diabetikum
 Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
 Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid
atau amonium klorida
 Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomi
atau kolostomi
 3.    ALKALIOSIS RESPIRATORIK
1. # PH naik PCO2 turun
2. Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah
menjadi rendah.
3. Penyebab :

Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya
jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling
sering ditemukan adalah kecemasan.

1. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:

 rasa nyeri
 sirosis hati
 kadar oksigen darah yang rendah
 demam
 overdosis aspirin.

1. Pengobatan :

 Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan.


 Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit
ini.
 Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
 Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu
meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida
yang dihembuskannya.
 Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin,
kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini
dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
 Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga
mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik

1. 4.    ALKALIOSIS METABOLIK


1. # PH naik HCO3 naik
2. Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat.

1. Penyebab :

 Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.


 Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang
kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
 Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi
terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
 Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam
jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan
asam basa darah.

1. Penyebab utama akalosis metabolik:

 Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)


 Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
 Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).

ANALISA GAS DARAH

1. A.   DEFINISI

Pemeriksaan gas darah dan PH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasien
penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai:

1. Keseimbangan asam basa dalam tubuh,


2. Kadar oksigenasi dalam darah,
3. Kadar karbondioksida dalam darah

Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:

 PH normal 7,35-7,45
 Pa CO2 normal 35-45 mmHg
 Pa O2 normal 80-100 mmHg
 Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
 HCO3 normal 21-30 mEq/l
 Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
 Saturasi O2 lebih dari 90%.

Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan “ASTRUP”, yaitu suatu
pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri
radialis, A. brachialis, A. Femoralis.

1. B.   PROSEDUR PENGAMBILAN GAS DARAH ARTERI


2. Alat
1. Spuit gelas atau plastik 5 atau 10 ml
2. Botol heparin 10 ml, 1000 unit/ml (dosis-multi)
3. Jarum nomor 22 atau 25
4. Penutup udara dari karet
5. Kapas alcohol
6. Wadah berisi es (baskom atau kantung plastik)
7. Beri label untuk menulis status klinis pasien yang meliputi:
8. Nama, tanggal dan waktu
9. Apakah menerima O2 dan bila ya berapa banyak dan dengan rute apa
10. Suhu
11. Tekhnik
1. Arteri radialis umumnya dipakai meskipun brakhialis juga dapat digunakan.
2. Bila menggunakan pendekatan arteri radialis lakukan tes Allen’s. Secara terus
menerus bendung arteri radialis dan ulnaris. Tangan akan putih kemudian
pucat. Lepaskan aliran arteri ulnaris. Tes allen’s positif bila tangan kembali
menjadi berwarna merah muda. Ini meyakinkan aliran arteri bila aliran arteri
radialis tidak paten
3. Pergelangan tangan dihiperekstensikan dan tangan dirotasi keluar

1. Penting sekali untuk melakukan hiperekstensi pergelangan tangan, biasanya menggunakan


gulungan handuk untuk melakukan ini
2. Untuk pungsi arteri brakialis, siku dihiperekstensikan setelah meletakkan handuk di bawah
siku
3. 1 ml heparin diaspirasi kedalam spuit, sehingga dasar spuit basah dengan heparin, dan
kemudian kelebihan heparin dibuang melalui jarum, dilakukan perlahan sehingga pangkal
jarum penuh dengan heparin dan tak ada gelembung udara
4. Arteri brakialis atau radialis dilokalisasi dengan palpasi dengan jari tengah dan jari telunjuk,
dan titik maksimum denyut ditemukan. Bersihkan tempat tersebut dengan kapas alcohol
5. Jarum dimasukkan dengan perlahan kedalam area yang mempunyai pulsasi penuh. Ini akan
paling mudah dengan memasukkan jarum dan spuit kurang lebih 45-90 derajat terhadap kulit
6. Seringkali jarum masuk menembus pembuluh arteri dan hanya dengan jarum ditarik
perlahan darah akan masuk ke spuit
7. Indikasi satu-satunya bahwa darah tersebut darah arteri adalah adanya pemompaan darah
kedalam spuit dengan kekuatannya sendiri
8. Bila kita harus mengaspirasi darah dengan menarik plunger spuit ini kadang-kadang
diperlukan pada spuit plastik yang terlalu keras sehingga tak mungkin darah tersebut positif
dari arteri. Hasil gas darah tidak memungkinkan kita untuk menentukan apakah darah dari
arteri atau dari vena
9. Setelah darah 5 ml diambil, jarum dilepaskan dan petugas yang lain menekan area yang di
pungsi selama sedikitnya 5 menit (10 menit untuk pasien yang mendapat antikoagulan)

m. Gelembung udara harus dibuang keluar spuit. Lepaskan jarum dan tempatkan penutup udara
pada spuit. Putar spuit diantara telapak tangan untuk mencampurkan heparin

1. Spuit diberi label dan segera tempatkan dalam es atau air es, kemudian dibawa
kelaboratorium
2. C.   ANALISA

Jenis gangguan asam basa PH Total CO2 PCO2


Asidosis respiratorik tidak terkompensasi Renda Tinggi Tinggi
h
Alkalosis respiratorik tidak Tinggi Rendah Rendah
terkompensasi
Asidosis metabolic tidak terkompensasi Renda Rendah Normal
h
Alkalosis metabolic tidak terkompensasi Tinggi Tinggi Rendah
Asidosis respiratorik kompensasi Normal Tinggi Normal
alkalosis metabolic
Alkalosis respiratorik kompensasi Normal Rendah Normal
asidosis metabolic
Asidosis metabolic kompensasi alkalosis Normal Rendah Rendah
respiratorik
Alkalosis metabolic kompensasi asidosis Normal Tinggi Tinggi
respiratorik

ANALISA GAS DARAH

1. A.   STATUS ASAM BASA


2. Fungsi utama dari paru-paru adalah memasok oksigen dan mengeluarkan carbondioxida dari
darah. Oleh karena itu untuk mengetahui keadekuatan dari proses ventilasi dan difusi
diperlukan analisa dari gas darah dalam arteri.
3. Keseimbangan asam-basa mengukur bagaimana level respirasi dan metabolic buffer
mempengaruhi keseluruhan pH. Hubungan diantara factor-faktor tersebut dapat dilihat pada
persamaan berikut:

CO2 + H2O <-> H2CO3 <-> (H+) + (HCO3-)

1. Persamaan diatas menunjukkan bahwa adanya perubahan pada consentrasi buffer tertentu
akan mengubah pH.dari sistim tersebut. Adanya perubahan pada carbondioksida
menunjukkan adanya respiratory acidosis atau alkalosis, sedang perubahan pada bicarbonate
menunjukkan adanya metabolic acidosis atau alkalosis.

Berikut ini adalah 3 langkah mudah untuk menginterpretasikan ABG (arterial blood gases) :

1. Tentukan apakah pH nya normal, acidosis atau alkalosis

PH darah arteri merupakan sebuah pengukuran konsentrasi ion hydrogen. Karena asam
didefinisikan sebagai cairan yang mempunyaikemampuan untuk memberikan ion hydrogen dan basa
didefinisikan sebagai cairan yang mempunyai kemampuan untuk menerima ion hydrogen, , maka
pH dapat menunjukkan keseimbangan dari sttus asam-basa dalam darah arteri. Nilai pH normalnya
7,40 dengan batas normal 7,35 – 7,45. Jika terdapat peningkatan ion hydrogen, maka berarti ph
menurun, sehingga darah bersifat acidosis. Sedangkan bila terjadi penurunan ion hydrogen berarti
pH naik, hal ini menunjukkan darahnya bersifat alkalosis.

1. Tentukan penyebab ketidakseimbangan pH

Untuk menentukan penyebab dari ketidak seimbangan pH apakah metabolik atau respiratory
problem, maka kita tentukan buffer mana yang mempunyai permasalahan sama dengan pH. Adanya
peningkatan kadar PaCO2 menunjukkan adanya acidosis, sedang penurunan PaCO2 menunjukkan
alkalosis. Adanya Peningkatan HCO3- menunjukkan alkalosis, sedang adanya penurunan HCO3-
menunjukkan acidosis.

1. Tentukan apakah masalahnya pada respirasi atau metabolik


2. Tentukan kompensasi yang telah terjadi

Ada tiga jenis kompensasi dalam keseimbangan asam basa, yaitu kompensasi penuh, sebagian atau
tidak ada kompensasi.

1. TIDAK ADA KOMPENSASI

Dikatakan tidak ada kompensasi bila status asam basa yang tidak sesuai dengan status pH dalam
batas normal.

1. KONPENSASI SEBAGIAN

Dikatakan terdapat kompensasi sebagian bila status asam basa yang tidak sesuai dengan status pH
berada diluar batas normal dan nilai pH sendiri juga diluar batas normal.

1. KOMPENSASI PENUH

Dikatakan kompensasi penuh bila status asam basa yang tidak sesuai dengan status pH diluar batas
normal, tetapi nilai pH dalam batas normal.
Dalam menginterpretasi ABG tidak boleh dilakukan secara terpisah, tetapi harus senantiasa
dikonfirmasikan dengan pemeriksaan yang lain seperti riwayat penyakit, pengobatan medis.

1. B.   PENGAMBILAN ANALISA GAS DARAH


2. Pengertian :

Pengambilan darah arteri melalui fungsi untuk memeriksa gas-gas dalam darah yang berhubungan
dengan fungsi respirasi dan metabolisma.

1. Tujuannya :
1. Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel
2. Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
3. Kemampuan HB dalam mengangkut O2 dan CO2.
4. Tingkat tekanan O2 dalam darah arteri.
5. Tempat pengambilan darah arteri :
1. Arteri Radialis, merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk
fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau haematoem juga
apabila Allen test negatif.
2. Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua.
3. Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya
bila terjadi obstruksi pembuluh darah.
4. Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas
tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan
menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang
dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian
jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat
terjadi percampuran antara darah vena dan arteri.
5. Langkah-langkah melakukan fungsi darah arteri :
1. Persiapan alat.

1)   Baki (Troli) yang berisi antara lain:

 1 Buah spuit 2,5 cc yang disposible.


 1 buah spuit 1 cc yang disposible.
 Gabus / karet sebagai penutup jarum.
 2 lembar kain kassa steril.
 Bengkok, plester, gunting.
 Obat lokal anesthesi (bila) perlu.
 Kapas alkohol dengan campuran bethadine.
 Kantong plastik berisi es bila pengirimannya jauh.
 Heparin injeksi 5000 unit

2)   Spuit 2,5 cc diisi dengan heparin 0,1 cc atau asal membasahi dinding spuit untuk mencegah
terjadinya pembekuan darah. Heparin tidak boleh terlalu banyak dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan.

1. Memberitahukan pasien tentang tujuan daripada pengambilan darah arteri yang akan di
pungsi.
2. Memilih arteri yang akan di pungsi.
3. Menyiapkan posisi pasien :
1)   Arteri Radialisi :

 Pasien tidur semi fowler dan tangan diluruskan.


 Meraba arteri kalau perlu tangan boleh diganjal atau ditinggikan.
 Arteri harus benar-benar teraba untuk memastikan lokalisasinya.

2)   Arteri Dorsalis Pedis


Pasien boleh flat / fowler.
3)   Arteri Brachialis
Posisi pasien semi fowler, tangan di hyperextensikan / diganjal dengan siku.
4)   Arteri Femoralis
Posisi pasien flat

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perasat


2.   Raba kembali arteri untuk memastikan adanya pulsasi daerah yang akan ditusuk sesudah
dibersihkan dengan kapas bethadine secara sirkuler. Setelah 30 detik kita ulangi dengan
kapas alkohol dan tunggu hingga kering.
3. Bila perlu obat anethesi lokal gunakan spuit 1 cc yang sudah diisi dengan obat (adrenalin 1
%), kemudian suntikan 0,2-0,3 cc intracutan dan sebelum obat dimasukkan terlebih dahulu
aspirasi untuk mencegah masuknya obat ke dalam pembuluh darah.
4. Lokalisasi arteri yang sudah dibersihkan difiksasi oleh tangan kiri dengan cara kulit
diregangkan dengan kedua jari telunjuk dan jari tengah sehingga arteri yang akan ditusuk
berada di antara 2 jari tersebut.
5.   Spuit yang sudah di heparinisasi pegang seperti memegang pensil dengan tangan kanan,
jarum ditusukkan ke dalam arteri yang sudah di fiksasi tadi.

1)   Pada arteri radialis posisi jarum ± 45 derajat


2)   Pada arteri brachialis posisi jarum 60 derajat
3)   Pada arteri femoralis posisi jarum 90 derajat
Sehingga arteri ditusuk, tekanan arteri akan mendorong penghisap spuit sehingga darah dengan
mudah akan mengisi spuit, tetapi kadang-kadang darah tidak langsung keluar. Kalau terpaksa dapat
menghisapnya secara perlahan-lahan untuk mencegah hemolisis. Bila tusukan tidak berhasil jarum
jangan langsung dicabut, tarik perlahan-lahan sampai ada dibawah kulit kemudian tusukan boleh
diulangi lagi kearah denyutan.

1.   Sesudah darah diperoleh sebanyak 2 cc jarum kita cabut dan usahakan posisi pemompa
spuit tetap untuk mencegah terhisapnya udara kedalam spuit dan segera gelembung udara
dikeluarkan dari spuit
2. Ujung jarum segera ditutup dengan gabus / karet.
3.   Bekas tusukan pungsi arteri tekan dengan kapas alkohol campur dengan bethadine.

Pada arteri radialis dan dorsalis pedis selama 5 menit


Pada arteri brachialis selama 7 – 10 menit
Pada arteri femoralis selama 10 menit
Jika pasien mendapat antikoagulan tekan selama 15 menit.
m. Lokalisasi tusukan tutup dengan kassa + bethadine steril.
1. Memberi etiket laboratorium dan mencantumkan nama pasien, ruangan tanggal dan jam
pengambilan, suhu dan jenis pemeriksaan.
2. Bila pengiriman / pemeriksaannya jauh, darah dimasukkan kantong plastik yang diisi es
supaya pemeriksaan tidak berpengaruh oleh suhu udara luar.
3. Kembali mencuci tangan setelah selesai melakukan perasat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dan sesudah melakukan pengambilan darah.

1. Daerah pengambilan darah sebaiknya pada tempat yang bergantian / selang-seling untuk
mencegah terjadinyakerusakan pada pembuluh darah
2. Apabila menggunakan obat lokal anesthesi harus ditest terlebih dahulu untuk menghindari
terjadinya reaksi alergi oleh karena obat tersebut.
3. Apabila pasien yang memerlukan perawatan lama sebaiknya dipasang arteri line.
4. Warna merah darah dapat merupakan petunjuk baik / buruknya dari darah arteri. Pasien
PPOM dengan nilai PaO2 rendah darah berwarna lebih gelap biasanya mengandung lebih
rendah O2.
5. Bila mungkin cegahlah penusukan pada arteri femoralis.
6. Apabila diperlukan pengambilan darah melalui arteri radialis perlu diketahui dahulu adanya
kolateral arteri ulnaris dengan cara percobaan Allen ( test Allen ).

Caranya :

1. Anjurkan pasien untuk mengepalkan tangannya dengan kuat supaya darah sebanyak
mungkin keluar sehingga telapak tangan pucat.
2. Tekan arteri radialis dan ulnaris agar tertutup sambil pasien membuka kepalannya beberapa
kali dan menutupnya kembali. Kemudian tangan dibuka, lepaskan tekanan pada arteri
ulnaris.

Anda mungkin juga menyukai

  • Sap TB Paru
    Sap TB Paru
    Dokumen7 halaman
    Sap TB Paru
    Winda Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Pathway BPH
    Pathway BPH
    Dokumen1 halaman
    Pathway BPH
    Winda Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Kasus
    Kasus
    Dokumen3 halaman
    Kasus
    Winda Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen2 halaman
    1
    Winda Ramadhani
    Belum ada peringkat