Anda di halaman 1dari 10

KESEHATAN MATRA

KESEHATAN HAJI DAN PENANGANAN KESEHATAN DIDAERAH PEGUNUNGAN


DAN HUTAN

KELOMPOK 1 :

1. FATAHILAH HALIL
2. JUHRIA HASAN
3. JULDI RIVAI
4. KASMIRAWATI SUKARDI
5. ROSLITA SARDI

PRODI D-IV KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES TERNATE
2018
A. KESEHATAN HAJI
1. Pengertian
Kesehatan haji dan umrah merupakan Kesehatan Matra yang dilakukan terhadap
jemaah haji dan umrah serta pihak petugas yang terkait, mulai dari perjalanan pergi,
selama di Arab Saudi, pulang dari Arab Saudi sampai dengan 2 (dua) minggu setelah
tiba kembali ke tanah air.
2. Tahap - Tahap Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji
a. Kesehatan 1
1) Pemeriksaan kesehatan I dilaksanakan di puskesmas oleh dokter puskesmas
sebagaipemeriksa kesehatan, dibantu tenaga keperawatan dan analis laboratorium
puskesmassebelum melunasi Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) ke Bank Penerima
Setoran (BPS)
2) Pemeriksaan kesehatan I dilakukan untuk mengetahui faktor risiko calon jemaah
hajidan selanjutnya dilakukan manajemen terhadap faktor risiko tersebut sehingga
calon jemaah haji mencapai kesehatan yang optimal untuk menunaikan
ibadah haji.
3) Pada saat pemeriksaan kesehatan I tersebut, foto harus sudah ditempel pada
lembarSurat Keterangan Kesehatan yang akan diserahkan ke BPS dan sesuai dengan
wajahcalon jemaah haji. Selanjutnya calon jemaah haji diingatkan bahwa setelah
memperolehkursi (seat) atau terdaftar di Siskohat, calon jemaah haji harus kembali ke
puskesmasuntuk dilakukan pembinaan lebih lanjut dan dibuatkan buku kesehatan
4) Pas foto yang ditempel pada buku kesehatan dan surat keterangan kesehatan harussama
dengan pasfoto yang digunakan untuk paspor haji dan berukuran 4 x
6 cmkemudian dibubuhi stempel puskesmas dan harus mengenai pasfoto.
5) Bila yang diperiksa calon jemaah haji wanita sebaiknya pemeriksa kesehatan
adalahdokter wanita. Apabila yang memeriksa dokter pria harus didampingi oleh
perawatwanita.Data hasil pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji harus ditulis
dengan lengkap danbenar dalam BKJH dan dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya sesuai denganlembar I Petunjuk Pengisian Buku Kesehatan Jemaah Haji
terlampir
6) Tenaga kesehatan harus mengisi kode diagnosis sesuai dengan hasil
pemeriksaankesehatan calon jemaah haji, sesuai dengan lembar II petunjuk pengisian
terlampir.
7) Khusus untuk calon jemaah haji wanita pasangan usia subur (PUS) perlu
dilakukanpemeriksaan tes kehamilan (bagi puskesmas yang sudah mampu). Bagi
yang tidak hamilditekankan untuk mengikuti keluarga berencana (KB), untuk
mencegah kehamilansampai keberangkatan. Kemudian menanda tangani surat
pernyataan pada bukukesehatan bahwa jika ternyata hamil menjelang saat
keberangkatan bersedia menundakeberangkatannya ke Arab Saudi
8) Bagi wanita hamil dengan usia kehamilan kurang dari 14 minggu dan lebih dari
26minggu harus menunda keberangkatannya sesuai dengan Surat Keputusan
Bersama(SKB) Menteri Agama dan Menteri Kesehatan serta peraturan penerbangan
InternasionalBagi wanita hamil dengan usia kehamilan antara 14 s/d 26 minggu dan
telahdivaksinasi Meningitis meningokokus tetravalen sebelum hamil diizinkan
berangkatdengan syarat menanda tangani surat pernyataan bersedia menanggung
segala risikonya
9) Khusus bagi calon jemaah haji usia lanjut (Usia >60 tahun ) selain
dilakukanpemeriksaan laboratorium (darah dan urin) perlu dirujuk ke Rumah Sakit
Kabupaten/ Kota untuk dilakukan pemeriksaan EKG, foto thorak dan kimia darah
sesuai indikasi.Hasil pemeriksaan dilampirkan pada Buku Kesehatan Jemaah Haji
10) Bagi calon jemaah haji yang batuk lebih dari 3 minggu, dilakukan
pemeriksaanlaboratorium Basil Tahan Asam (BTA) dan foto thorak. Apabila hasilnya
positif makadiberi pengobatan sesuai dengan ketentuan Program Pemberantasan TB
Paru Nasional
11) Hasil pemeriksaan kesehatan harus ditulis sesuai kode diagnosis calon jemaah hajiristi
maksimal 5 kode dengan urutan pertama yang terberat.
b. Kesehatan II
1) dilaksanakan oleh Tim Penyelenggara Kesehatan HajiKabupaten/ Kota dengan
penanggung jawab Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kotayang anggotanya terdiri
dari Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Umum Kabupaten/ KotaPemeriksaan
kesehatan II dilakukan terhadap seluruh calon jemaah haji untuk menentukan layak
tidaknya calon jemaah haji berangkat ke Arab Saudi
2) Pelaksana pemeriksaan kesehatan II dan rujukan adalah dokter, perawat dan
tenagakesehatan lainnya (dinas kesehatan dan rumah sakit) dan atau dokter yang
pernahbertugas sebagai Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) atau Tim Kesehatan
Haji Daerah(TKHD) yang ditetapkan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tim Pelaksana Penerima Rujukan Kabup
aten/ Kota  adalah dokter spesialis yangditetapkan oleh Tim
Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/ Kota.
3) Pada saat memeriksa calon jemaah haji, tenaga kesehatan harus memeriksa denganteliti
apakah calon jemaah haji yang diperiksa sesuai dengan foto yang terdapat dalamBKJH
Bagi calon jemaah haji wanita pasangan usia subur harus dilakukan tes
kehamilansebelum divaksinasi Meningitis meningokokus tetravalen
4) harus menentukan kesimpulan sesuai dengan hasilpemeriksaan, yang dinyatakan
BAIK atau TIDAK BAIK Bagi calon jemaah haji yang BAIK kesehatannya diberikan
imunisasi Meningitismeningokokus tetravalen. BKJH diisi dengan lengkap dan ditanda
tangani oleh dokterpemeriksa kesehatan II dan selanjutnya dianjurkan untuk mengikuti
pembinaan kesehatanhingga waktu keberangkatan ke pelabuhan Embarkasi Haji
5) Bagi calon jemaah haji yang Tidak baik kesehatannya tetapi menurut dokterpemeri
ksa kesehatan dapat disembuhkan sebelum keberangkatan maka kesimpulan
hasilpemeriksaan ditentukan setelah pengobatan terakhir dan apabila sampai
denganpengobatan terakhir tidak sembuh maka dinyatakan tidak baik kesehatannya
dan ditunda/ ditolak keberangkatannya
6) Bagi calon jemaah haji penderita penyakit menular yang membahayakan dirisendiri
maupun orang lain, dilakukan pengobatan hingga tidak membahayakan lagi.
Jikamemerlukan pengobatan yang lama dan diperkirakan tidak sembuh hingga
saatkeberangkatan ke Arab Saudi, maka dokter pemeriksa kesehatan II bersama
TimPenyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/ Kota memutuskan menunda/
menolak keberangkatan calon jemaah haji tersebut
7) Bagi calon jemaah haji berumur lebih dari 60 tahun dan sesuai dengan indikasi
agardilengkapi dengan hasil foto thorak, EKG, dan laboratorium kimia darah, hasilnya
ditulisdan dilampirkan pada BKJH.
8) hasil pemeriksaan kesehatan II ditulis secara lengkap sesuai statuskesehatannya di
BKJH dan dapat dipertanggung jawabkan akan kebenaran isinya
9) Pelanggaran terhadap pelaksanaan pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji
dapatdikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Peran tenaga kesehatan di lapangan


a. melakukan pemeriksaan kesehatan awal dan akhir
b. Melaksanakan Promosi kesehatan
c. Memfasilitasi dalam upaya Peningkatan Kesehatan fisik dan mental
d. Melaksanakan Imunisasi sesuai advis medis
e. Membantu dalam pelaksanaan Surveilen Epidemiologi Penyakit
f. Melaksanakan Higiene dan Sanitasi 
g. Memberikan Pelayanan Keperawatan
h. Melaksanakan Evakuasi dan rujukan sesuai advis medis
i. Identifikasi dan Administrasi jenazah
j. Pelayanan Safari wukuf
k. Berperan aktif dalam Penanggulangan KLB
l. Membantu dalam Perbekalan Kesehatan
m. Melaksanakan Pencatatan dan pelaporan.

4. Macam – macam imunisasi bagi para calon haji


a. Vaksin Meningitis
Meningitis adalah infeksi yang menyebabkan peradangan pada selaput
yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit ini berisiko tinggi
terjadi di bagian tertentu di dunia, terutama Arab Saudi, sebagai tempat umat
muslim menunaikan Ibadah Haji dan Umroh.
Untuk mencegahnya, vaksin meningitis menjadi vaksinasi yang
diwajibkan oleh Kementerian Kesehatan Arab Saudi. Sertifikat yang menyatakan
bahwa mereka telah mendapat vaksin meningitis menjadi syarat calon Haji untuk
mendapatkan visa. Berikut ini adalah sejumlah ketentuan pemberian vaksin:

 Meningitis adalah penyakit yang disebabkan bakteri kelompok A, C, W, dan Y.


Maka, semua jamaah wajib menerima satu dosis vaksin kuadrivalen
polisakarida atau vaksin ACWY135.
 Pemberian vaksin ini disarankan dilakukan 2-3 minggu sebelum keberangkatan,
dan tidak kurang dari 10 hari sebelumnya. Jika sebelumnya pernah mendapat
vaksin yang sama, pastikan bahwa waktu pemberiannya tidak lebih dari tiga
tahun sebelumnya.
 Jika diberikan pada orang dewasa dan anak-anak berusia lebih dari lima tahun,
vaksin ini akan memberikan perlindungan dari meningitis selama lima tahun.
 Untuk anak di bawah usia lima tahun, vaksinasi akan memberikan perlindungan
selama 2-3 tahun. Namun pemberian pada balita usia dua bulan hingga tiga
tahun harus diikuti dengan pemberian vaksin kedua pada tiga bulan setelahnya.
 Vaksin jenis ini tidak dibolehkan untuk diberikan kepada bayi berusia kurang
dari dua bulan.

Efek samping yang parah setelah pemberian vaksin ACWY sangat jarang
terjadi. Sekitar 10 persen orang yang menerima vaksin ini mengalami nyeri dan
kulit kemerahan yang umumnya akan hilang dalam 1-2 hari. Sementara, pada
anak-anak terkadang mengalami demam. Selain kewajiban atas pemberian
vaksin meningitis, Kementerian Kesehatan Arab Saudi juga menyarankan calon
Haji untuk mendapatkan vaksin influenza dan pneumonia sebelum berangkat.

b. Vaksin influenza Musiman
Jenis virus yang menyebabkan influenza berbeda-beda pada setiap
tahunnya (musiman), sehingga pemberian vaksin disesuaikan dengan tipe
tersebut.

Vaksin influenza dianjurkan untuk jamaah Haji dengan kondisi tertentu sebagai
berikut:
 Penderita penyakit kronis seperti asma, gagal jantung kronis, penyakit
paru-paru kronis, dan HIV/AIDS.
 Penderita penyakit gangguan metabolik.
 Penderita obesitas.
 Balita, lansia, dan wanita hamil.
c. Vaksin pneumonia
Penyakit yang umumnya disebabkan infeksi bakteri Streptococcus
pneumoniae atau pneumokokus dapat dicegah dengan pemberian vaksin
pneumonia. Vaksin ini disarankan bagi calon jamaah haji dengan kondisi
tertentu, misalnya lansia berusia 65 tahun ke atas, anak-anak, dan orang dewasa
pengidap penyakit kronis berupa diabetes, asma, gangguan ginjal, atau penyakit
jantung. Terdapat dua jenis vaksin pneumokokus yaitu Pneumococcal Conjugate
Vaccine (PCV) dan Pneumococcal Polysaccharide Vaccine (PPV). Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian vaksin PCV untuk
anak berusia 2, 4, dan 6 bulan, kemudian vaksin ulangan atau booster diberikan
pada usia 12-15 bulan.
Berbagai vaksin di atas diwajibkan oleh pemerintah Arab Saudi bagi orang
yang akan melaksanakan Ibadah Haji. Jika Anda memiliki riwayat alergi
terhadap sebagian atau seluruh vaksin (maupun kandungannya) yang diwajibkan,
konsultasikan pada dokter sebelum Anda melakukan vaksinasi.

B. Pegunungan Dan Hutan


1. Pengertian kesehatan lapangan
Kesehatan lapangan adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan
pekerjaan di darat salah satunya kesehatan haji dan kesehatan pegunungan dan hutan.

2. Kesehatan di daerah pegunungan dan hutan


a. Karakteristik pegunungan dan hutan :
1) Medan tertutup dan berbukit-bukit
2) Ketinggian
3) Suhu, hujan, angin dan kelebaban
4) Flora dan fauna
5) Gua dan kawah
6) Sungai, danau, dan rawa
7) Cagar hutan
b. Aspek kesehatan :
1) Kelelahan (fatique)
2) Kehilangan orientasi
3) Hipoksia
4) Keracunan gas, radiasi dan makanan
5) Gigitan binatang
6) Trauma (cedera, terperosok, tertimbun, luka bakar)
c. Pembinaan :
1) Pengorganisasian dan pelatihan
2) Pengetahuan dan informasi
3) Meningkatkan daya tahan
4) Keterampilan khusus
5) Persiapan bekal dan logistic
d. Aspek preventif :
1) Persiapan orang dan petugas
2) Persiapan bekal dan logistic
3) Mempelajari peta
4) Informasi khusus medan, flora, fauna dll.
5) Pemeriksaan air dan lapangan
6) Hygiene dan sanitasi lapangan
e. Penanggulangan :
1) KKI
2) Pertolongan korban cidera, keracunan, gigitan binatang, dll.
3) Persiapan dan pelaksanaan evakuasi
4) Bantuan darurat
3. Penyakit yang sering terjadi di daerah pegunungan dan hutan
Ada beberapa masalah kesehatan yang muncul di daerah pegunungan dan hutan yaitu
antara lain :
a. Gondok atau struma
Penyakit gondok adalah kondisi dimana terjadi pembengkakan kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid adalah organ berbentuk kupu-kupu yang terletak tepat di
bawah jakun. Penyebabnya karena kekurangan yodium, hipertiroidisme, dll.
b. Terbakar sinar matahari
Hanya satu luka bakar melepuh dapat menggandakan risiko Anda
mengembangkan melanoma di kemudian hari. Anda dapat
membantu melindungi kulit Anda dari luka bakar, olesi selalu tabir surya.
c. Memiliki kulit sangat putih 
Melanin adalah pigmen yang memberi warna pada kulit, semakin gelap kulit
Anda, semakin banyak melanin yang Anda miliki. Melanin memberikan
perlindungan dari sinar UV yang merusak, jika kulit Anda pucat alami itu
lebih mungkin mengembangkan kanker kulit daripada orang yang berkulit
gelap.
d. Telinga bordering atau tinnitus
Tinnitus adalah gangguan telinga berdenging tanpa henti. Seperti halnya
dengan vertigo, jika Anda nekat naik gunung saat sakit kepala atau memiliki
masalah telinga lainnya, Anda dapat berisiko mengalami hal ini.
e. Hipotermia
Selama mendaki gunung, Anda akan terus terpapar suhu dingin, terpaan angin
berat, dan curah hujan yang tidak bisa diprediksi. Pada dasarnya, paparan suhu
dingin yang berkelanjutan dari lingkungan luar yang lebih rendah daripada
suhu tubuh dapat menyebabkan hipotermia, jika pakaian Anda tidak tepat atau
Anda tidak dapat mengontrol kondisi tubuh.
f. Gigitan binatang buas
DAFTAR PUSTAKA

Arnold dan dkk .2002. A member of the holder headline group. Great Britain : Diving
Subaquatic Medicine.

Dinas Kesehatan Angkatan Laut. 2000 . Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Jakarta :
Erlangga

Larn Richard dan WhistlerRex .1993. Commercial Diving Manual. USA : Best Publishing
Company.

Mboi, Nafsiah. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2013
Tentang Kesehatan Matra. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Sujudi, Achmad. 2001. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 215/ Menkes/
Sk/ Xi/ 2001 Tentang Pedoman Kesehatan Matra. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai