Anda di halaman 1dari 6

TUGAS IDK 2

NAMA : Nila Puspita Sari

NIM : C2120012

KELAS : D1A PAJ

Soal :

1. Sesuai dengan pengetahuan anda, factor apa saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme ?

Jawaban :

Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan suatu mikroorganisme. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba tersebut terbagi mejadi tiga kelompok
besar, yaitu faktor fisika, faktor kimia, dan faktor biologi. Faktor fisika antara lain suhu,
kandungan oksigen, tekanan osmotik, pH, dan lain-lain. Faktor kimia antara lain senyawa racun
atau senyawa kimia lain yang berfungsi sebagai bahan makanan. Faktor biologi antara lain
interaksi dengan mikroorganisme lain (Gandjar dkk. 1992).

A. Faktor Fisika
Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroba adalah mempengaruhi laju reaksi enzimatis dan
kimia di dalam sel.  Semakin meningkat suhu, maka laju reaksi akan semakin cepat. Namun,
pada taraf suhu tertentu, komponen sel akan mengalami kerusakan.  Suhu akan meningkatkan
metabolisme sampai pada titik terjadinya denaturasi.  Ketika mencapai titik tersebut, fungsi sel
akan menurun sampai ke titik nol.  Berdasarkan  hal tersebut, ada tiga tingkatan suhu yang
memengaruhi mikroorganisme.  Suhu minimum adalah batas terendah bagi suatu mikroba masih
dapat hidup, suhu optimum adalah suhu optimal bagi suatu mikroba untuk melakukan
pertumbuhan, dan suhu maksimum adalah batas tertinggi bagi suatu mikroba untuk dapat hidup
(Madigan dkk. 2011). Berdasarkan bentuk adaptasi terhadap suhu, mikroba diklasifikasikan ke
dalam empat, yaitu:
1. Psikrofilik adalah mikroba yang menyukai kondisi dingin. 
2. Mesofilik adalah mikroba yang menyukai temperatur sedang. Contoh bakteri mesofilik
adalah Clostridium botulinum.
3. Termofilik adalah mikroba yang menyukai kondisi panas. Contoh bakteri termofilik
adalah Clostridium nigridicans dan Bacillus stearothermophilus.
4. Hipertermofilik adalah mikroba yang menyukai kondisi suhu sangat panas.

Pengaruh ph terhadap pertumbuhan mikroba berkaitan dengan kondisi asam atau basanya
lingkungan suatu mikroba. Jika pH lebih rendah dari 7 (pH netral), berarti kondisi berada dalam
keadaan asam. Sementara itu, nilai pH di atas 7 menunjukkan bahwa kondisi berada dalam
keadaam basa (alkifilik). Jika dilihat dari pH, umumnya bakteri dapat tumbuh dengan baik pada
pH netral (neutrofilik), yaitu 6,5 sampai 7,5.  Namun, ada juga mikroba yang tahan pada kondisi
pH rendah atau asam (asidofilik) dan mikroba yang tahan pada kondisi pH tinggi atau basa
(alkalifilik) (Tortora dkk., 2010; Madigan dkk., 2011).
Faktor tekanan osmotik berkaitan dengan seberapa tinggi konsentrasi zat terlarut, seperti garam,
gula, dan substansi lain, berada dalam suatu zat pelarut (air). Pengaruh tekanan osmotik terhadap
pertumbuhan mikroba adalah substansi yang terlarut mempunyai afinitas kepada air, membuat
air berasosiasi dengannya sehingga lebih sedikit tersedia untuk organisme.  Jika konsentrasi
larutan pada suatu lingkungan melebihi yang berada dalam sitoplasma, air di dalam sel akan
keluar.  Hal tersebut akan memberikan ancaman yang serius karena sel bisa dehidrasi sehingga
sel tidak dapat tumbuh. Ketersediaan air diekspresikan dalam bentuk aktivitas air atau diberi
simbol aw. Berdasarkan bentuk adaptasi terhadap tekanan osmotik, mikroba dikelompokkan
menjadi halophile, osmophile, dan xerophile (Madigan dkk., 2011).

Halofilik adalah mikroba yang mampu tumbuh pada kondisi lingkungan yang konsentrasi
garamnya sangat tinggi, disebut juga sebagai extreme halophile. Terdapat pula mikroba yang
termasuk halotolerant, yaitu jenis yang mampu hidup ketika terjadi pengurangan kadar air,
namun mikroba tersebut dapat tumbuh lebih baik apabila tidak terjadi pengurangan kadar aiar
atau penambahan zat terlarut.  Sementara itu, osmophile adalah organisme yang mampu hidup
pada kondisi gula yang tinggi dalam sebuah larutan.  Xerophile adalah organisme yang mampu
hidup pada kondisi lingkungan kering (keringnya karena kekurangan air bukan karena tingginya
konsentrasi zat terlarut) (Madigan dkk., 2011). 
  
Sementara itu, oksigen berperan penting bagi mikroorganisme dalam hal respirasi sel.  Namun,
tidak semua mikroorganisme membutuhkan oksigen ketika melakukan respirasi sel. Berdasarkan
kebutuhan mikroorganisme terhadap oksigen, maka mikroorganisme dikelompokkan menjadi
aerob obligat, aerob fakultatif, mikroaerophile, aerotolerant, dan anaerob obligat (Madigan dkk.
2011).  

Aerob obligat adalah jenis mikroba yang membutuhkan O2 dan tipe metabolismenya adalah
respirasi aerobik.  Aerob fakultatif adalah jenis mikroba yang tidak membutuhkan O2, namun
tumbuh dengan baik jika tersedia O2. Tipe metabolisme pada mikroba aerob fakultatif ialah
respirasi aerobik, fermentasi, dan respirasi anaerobik.  Mikroaerofil adalah jenis mikroba yang
membutuhkan O2 dalam jumlah yang sedikit, tipe metabolismenya adalah respirasi
aerobik. Aerotolerant adalah jenis mikroba yang tidak membutuhkan O2 dan mengalami
pertumbuhan yang lambat jika tersedia O2. Tipe metabolisme jenis aerotolerant adalah
fermentasi.  Anaerob obligat adalah jenis mikroba yang akan letal atau rusak jika tersedia O2 dan
tipe metabolismenya adalah fermentasi atau respirasi anaerobik (Madigan dkk. 2011).
B. Faktor Kimia
Faktor kimia yang memengaruhi mikroorganisme adalah senyawa kimia yang berfungsi sebagai
bahan makanan dan senyawa kimia yang bersifat racun bagi mikroorganisme.  Senyawa kimia
yang berfungsi sebagai bahan makanan bagi mikroorganisme, misalnya karbon, nitrogen, sulfur,
fosfor, trace element, dan organic growth factor (Tortora dkk. 2010).  Sementara itu, senyawa
yang bersifat racun bagi mikroba adalah zat desinfektan dan antiseptik.  Zat desinfektan adalah
zat kimia yang dapat membunuh mikroorganisme, tetapi tidak perlu endospora, dan digunakan
pada objek yang mati.  Zat antiseptik adalah agen kimia yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroba dan tidak toksik jika digunakan oleh jaringan hidup.  Contoh
zat desinfektan adalah ethanol dan detergen kationik yang digunakan untuk disinfeksi lantai,
meja, dinding, dan lain-lain.  Contoh zat antiseptik adalah ethanol, walaupun dapat juga
berfungsi sebagai desinfektan (Madigan dkk. 2011).
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dan membandingkan zat yang
bersifat racun bagi mikroba, yaitu metode paper disk assay dan metode cylinder plate assay.
Metode paper disk assay memiliki prinsip membandingkan zat kimia yang beracun terhadap
mikroba dengan cara mecelupkan paper disk dalam zat kimia tersebut kemudian meletakkannya
pada medium yang telah ditumbuhkan bakteri. Jika agen kimia bersifat inhibitor, akan terbentuk
zona bening (clear zone) di sekitar disk. Ukuran dari zona bening adalah ekspresi dari tingkat
efektivitas agen kimia tersebut dan dapat dibandingkan secara kuantitatif dengan efek dari agen
kimia yang lain (Benson 2001). Sementara itu, metode cylinder plate assay memiliki prinsip
yang sama seperti metode paper disk assay, namun bedanya pada metode cylinder plate
assay menggunakan silinder kaca (Gandjar dkk. 1992).

C. Faktor Biologi
Faktor biologi juga dapat memengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, misalnya adalah
peristiwa sinergisme mikroba atau antagonisme mikroba.  Sinergisme mikroba adalah peristiwa
pada dua atau lebih mikroba yang secara bersama-sama memproduksi substansi yang tak satupun
dapat memproduksinya secara terpisah. Antagonisme mikroba adalah peristiwa salah satu
organisme pertumbuhannya terhambat dan yang lainnya tidak terhambat (peristiwa tersebut
disebut juga antibiose).  Hal tersebut karena organisme inhibitor dapat memproduksi substansi
yang menghambat atau membunuh satu atau lebih mikroorganisme. Zat yang dapat menghambat
atau mematikan mikroorganisme yang lain disebut zat antibiotik (Benson 2001).

Soal :

2. Tahapan apa saja yang dilalui dalam pertumbuhan mikroorganisme ? ( jelaskan secara
singkat)

Jawaban :

Pertumbuhan suatu mikroorganisme dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu fase lag, fase log,
fase stasioner, dan fase kematian. Pengertian fase lag adalah fase peningkatan aktivitas
mikroorganisme untuk menyiapkan proses pembelahan sel, namun belum terjadi pertambahan
jumlah sel dalam populasi. Fase log adalah fase peningkatan jumlah mikroorganisme secara
eksponensial.  Fase stasioner adalah fase penghentian dalam peningkatan jumlah
mikroorganisme secara eksponensial. Pada fase eksponensial, terjadi keseimbangan antara
jumlah mikroba yang mati dengan jumlah mikroba yang hidup. Fase terakhir adalah fase
kematian, merupakan fase penurunan jumlah mikroba secara logaritmik (Tortora dkk. 2010).

Soal :

3. Dengan cara apa saja pertumbuhan mikroorganisme dapat dicegah ? ( jelaskan secara
singkat )

Jawaban :

Untuk mengatasi berbagai aktifitas mikroorganisme yang dapat merugikan, perlu di lakukan


tindakan yang tepat. Tindakah tersebut dapat berupa tindakan pencegahan (preventif) maupun
tindakan pengobatan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi, sterilisasi, dan
pasteurisasi,

Vaksinasi adalah pencegahan penyakit dengan pemberian vaksin, bakteri yang sudah


dilemahkan, sehingga tubuh menerima dapat terhadap bakteri penyebab penyakit tertentu.

Sterilisasi adalah pemusnahan bakteri. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kondisi steril


(suci hama), metodenya disebut aseptis. Sterilisasi dapat dilakukan melalui pemanasan dengan
menggunakan udara panas atau uap air panas bertekanan tinggi.

Pasteurisasi adalah pemanasan dengan suhu 63 OC - 72 OC selama 15 - 30 menit.


Soal :

4. Jelaskan perbedaan antiseptic dan desinfektan !

Jawaban

Disinfektan dan antiseptik sangat mirip karena keduanya digunakan untuk membunuh bakteri
dan virus. Tetapi ada perbedaan mendasar di antara keduanya, yakni:

a. Antiseptik digunakan untuk membunuh virus dan bakteri pada jaringan hidup seperti
tubuh, sedangkan disinfektan diaplikasi pada benda mati seperti pegangan pintu,
keyboard komputer atau meja.
b. konsentrasi antara disinfektan dan antiseptik berbeda. Sebagai contoh, fenol dapat
dijadikan sebagai antiseptik jika konsentrasinya 0,2 persen. Tetapi untuk
menggunakannya sebagai desinfektan, konsentrasinya harus mencapai 1 persen.
c. Lisol adalah desinfektan sedangkan Dettol adalah antiseptik.
d. Kita dapat menyimpulkan bahwa produk pembersih mengandung disinfektan dan produk
penyembuhan (untuk menyembuhkan jaringan hidup) mengandung antiseptik.
e. Baik antiseptik maupun desinfektan memiliki kandungan kimia yang dikenal dengan
nama biosida. Tapi, antiseptik biasanya mengandung konsentrasi yang lebih rendah
dibanding disinfektan.
f. Disinfektan berbahaya bagi makhluk hidup sehingga kita tidak dapat menggunakannya
pada kulit kita. Sedangkan antiseptik tidak berbahaya jika diaplikasikan ke tubuh.
g. Penggunaan antiseptik sangat disarankan untuk membunuh virus dan bakteri yang
menempel pada tangan. Antiseptik banyak terdapat pada sabun dan hand sanitizer.

Anda mungkin juga menyukai