Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Umum
Konstruksi pada suatu bangunan merupakan suatu rangkaian dari beberapa bentuk
elemen bangunan yang direncanakan agar mampu menerima beban dari luar
maupun beratnya sendiri tanpa mengalami perubahan bentuk yang melampaui batas
persyaratan, yang diwujudkan menjadi sebuah bentuk bangunan nyata yang sesuai
dengan fungsinya nanti yang telah direncanakan sebelumnya. Pada umumnya kegiatan
konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur desain, atau arsitek proyek. Orang –
orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan pengawasan lapangan biasanya diserahkan
kepada mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli
bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi.

Untuk keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi, perencanaan yang efektif sangatlah


penting. Hal ini terkait dengan rancang – bangun (desain dan pelaksanaan) infrastruktur
yang mempertimbangkan mengenai dampak pada lingkungan / AMDAL, metode
menentukan besarnya biaya yang diperlukan / anggaran, disertai dengan jadwal
perencanaan yang baik, keselamatan lingkungan kerja, ketersediaan material bangunan,
logistik, ketidaknyamanan publik terkait dengan yang disebabkan oleh keterlambatan
persiapan tender dan penawaran, dll.

Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu bentuk usaha dalam menyusun,


mengatur atau mengorganisasikan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam sebuah
proyek pembangunan sehingga menghasilkan output (hasil) yang sesuai dengan
keinginan bersama (pemilik, perencana dan pelaksana proyek) dengan tetap
memperhatikan standar ekonomis, keamanan, kekuatan dan kenyamanan. Kegiatan
perencanaan sebuah bangunan diawali dengan survey dan penyelidikan tanah hingga
kegiatan perawatan bangunan yang telah dihasilkan pada akhir kegiatan proyek
nantinya.
Pada perencanaan suatu konstruksi bangunan gedung diperlukan beberapa landasan
teori berupa analisa struktur, ilmu tentang kekuatan bahan yang digunakan, serta
hal lain yang berpedoman pada peraturan- peraturan yang berlaku di Indonesia
mengenai syarat-syarat dalam sebuah pembangunan.
Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi-fungsi
manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan penerapan) secara sistimatis pada suatu
proyek dengan menggunkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien agar
tercapai tujuan proyek secara optimal. Manajemen Konstruksi meliputi mutu fisik
konstruksi, biaya dan waktu. manajemen material dan manjemen tenaga kerja yang
akan lebih ditekankan. Hal itu dikarenakan manajemen perencanaan berperan hanya
20% dan sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan
waktu proyek.

1.2 Pengertian Peta Topografi


Peta topografi adalah suatu peta yang memperlihatkan keadaan bentuk,
penyebaran roman muka bumi dan dimensinya. Sebuah peta topografi biasanya terdiri
dari dua atau lebih peta yang tergabung untuk membentuk keseluruhan peta. Sebuah
garis kontur merupakan kombinasi dari dua segmen garis yang berhubungan namun
tidak berpotongan, ini merupakan titik elevasi pada peta topografi.
Peta topografi dibuat untuk memberikan informasi tentang keberadaan, lokasi,
dan jarak, seperti lokasi penduduk, rute perjalanan dan komunikasi. Peta topografi juga
menampilkan variasi daerah, ketinggian kontur, dan tingkat tutupan vegetasi. Dengan
kekuatan militer yang tersebar di seluruh dunia, maka militer bergantung pada peta
untuk memberikan informasi terhadap unsur-unsur tempur dan untuk menyelesaikan
operasi logistik. Mobilitas tentara dan material yang harus diangkut, disimpan, dan
ditempatkan ke dalam operasi pada waktu dan tempat yang tepat. Banyak dari
perencanaan ini harus dilakukan dengan menggunakan peta. Oleh karena itu, setiap
operasi memerlukan pasokan peta, namun meskipun kita memiliki peta terbaik, peta
tidak akan berharga kecuali pengguna peta tahu bagaimana cara membacanya.
Karakteristik unik yang membedakan peta topografi dari jenis peta lainnya adalah
peta ini menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di samping fitur lainnya
seperti jalan, sungai, danau, dan lain-lain. Karena peta topografi menunjukkan kontur
bentuk tanah, maka peta jenis ini merupakan jenis peta yang paling cocok untuk
kegiatan outdoor dari peta kebanyakan.
Garis kontur sendiri merupakan komponen peta yang tidak lepas dari peta
topografi. Garis kontur merupakan kombinasi dari dua segmen garis yang saling
berhubungan namun tidak saling berpotongan. Ini merupakan titik elevasi pada peta
topografi.
Peta topografi merupakan peta khusu yang tidak memberikan banyak informasi.
Infromasi yang disampaikan oleh peta topografi adalah hanya sebatas kenampakan alam
atau tinggi rendahnya bentuk permukaan bumi saja. setiap jenis peta memiliki ciri
khusus yang mencerminkan karakteristik dari peta tersebut. Ciri khusus atau
karakteristik peta ini tentu saja berbeda- beda antara satu dengan yang lainnya.
Demikian halnya dengan peta topografi ini.

Gambar 1.1 Contoh Peta Topografi

1.3 Standar Perencanaan Geometrik Jalan


Perencanaan geometrik adalah bagian dari perencanaan jalan dimana geometrik
atau dimensi nyata jalan beserta bagian-bagiannya disesuaikan dengan tuntutan serta
sifat-sifat lalu lintas. Melalui perencanaan geometrik ini perencana berusaha
menciptakan sesuatu hubungan yang baik antara waktu dan ruang sehubungan dengan
kendaraan yang bersangkutan, sehingga dapat menghasilkan efisiensi keamanan serta
kenyamanan yang paling optimal dalam pertimbangan ekonomi yang paling
layak.Perencanaan geometrik pada umumnya menyangkut aspek perencanaan jalan
seperti lebar, tikungan, landai, jarak pandang dan juga kombinasi dari bagian-bagian
tersebut.Perencanaan geometrik ini berhubungan erat dengan arus lalu lintas,
sedangkan perencanaan konstruksi jalan lebih bersangkut paut dengan beban lalu lintas
tersebut.
Dilihat dari sudut tahapan pembangunan, perencanaan geometrik merupakan fase
lanjutan dari over all plan yang selanjutnya diikuti oleh fase pembangunan. Sedangkan
tujuan akhirnya adalah menyediakan jalan standar tertinggi dan sesuai dengan
fungsinya.
Perencanaan geometrik jalan merupakan suatu perencanaan rute dari suatu ruas
jalan secara lengkap, menyangkut beberapa komponen jalan yang di rancang
berdasarkan kelengkapan data dasar yang didapatkan dari hasil survey lapangan,
kemudian di analisis berdasarkan acuan perencanaan geometrik ynag berlaku. Acuan
perencanaan yang di maksud adalah sesuai dengan standar perencanaan geometrik
yang dianut di Indonesia. (Hamiran Saodang, 2010)
Yang menjadi dasar perencanaan geometrik jalan adalah sifat gerakan dan ukuran
kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya, dan
karakteristik arus lalu lintas. Hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan
perencana sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan
yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan. (Silvia
Sukarman, 1999)
Dalam merencanakan suatu kontruksi jalan raya harus memiliki data
perencanaan, diantaranya data topografi, data lalu lintas, data tanah dan data
penunjang lainnya. Semua data ini diperlukan dalam merencanakan suatu kontruksi
jalan raya. Data ini diperlukan dalam merencanakan kontruksi jalan raya karena data
ini dapat memberikan gambaran yang sebenarnya dari kondisi suatu daerah dimana
ruas jalan ini akan dibangun. Dengan adanya data ini, kita dapat menentukan geometrik
dan tebal perkerasan yang diperlukan dalam merencanakan suatu kontruksi jalan
raya.

Anda mungkin juga menyukai