Anda di halaman 1dari 18

RAWAT INAP

1.1 Rawat Inap


1.1.1 Unit Depo Farmasi Rawat Inap
Rawat inap merupakan perawatan medis yang diberikan kepada
pasien yang kondisinya memerlukan perawatan di rumah sakit atau
fasilitas perawatan kesehatan lainnya. Unit farmasi rawat inap melayani
obat, alat kesehatan dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) untuk
pasien di instalasi rawat inap.
Kapasitas pelayanan Unit Farmasi Rawat Inap memuat kurang
lebih 200 bed untuk pasien. Terdapat 6 klasifikasi ruangan rawat inap
berdasarkan fasilitas yang akan didapatkan oleh pasien yaitu :
1. Ruangan rawat inap kelas I (dengan fasilitas: 2 tempat tidur
pasien per kamar)
2. Ruangan rawat inap kelas II (dengan fasilitas: 4 tempat tidur
pasien per kamar)
3. Ruangan rawat inap kelas III (dengan fasilitas: 6 tempat
tidur pasien per kamar)
4. Ruangan rawat inap VIP (dengan fasilitas: 2 tempat tidur
pasien per kamar disertai snack ringan)
5. Ruangan rawat inap VVIP (dengan fasilitas: 1 tempat tidur
pasien per kamar dan 1 bed penunggu)
6. Ruangan rawat inap super VVIP (SVVIP) (dengan fasilitas:
1 tempat tidur pasien per kamar disertai ruangan keluarga
dan fasilitas lainnya).

Pelayanan kefarmasian di Unit Farmasi Rawat Inap mengacu pada


Permenkes 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
rumah sakit dengan dua mayor pekerjaan farmasi yaitu pengelolaan
perbekalan farmasi (sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP) dan
pelayanan farmasi klinik. Untuk persediaan perbekalan farmasi semua
akan terpusat pada logistik farmasi. Dan mengikuti sistem distribusi
sentralisasi yaitu distribusi dilakukan oleh Instalasi Farmasi secara
terpusat ke semua unit rawat inap di rumah sakit secara keseluruhan.
Untuk memenuhi kebutuhan setiap pasien, maka dilakukan metode
distribusi/dispensing untuk pasien di rawat inap yaitu Unit Dose
Dispensing (UDD), Once Daily Dose (ODD), Individual Prescribing,
Floor Stock dan Emergency Trolley/Kit.

1.1.2 Tugas dan Fungsi Depo Farmasi Rawat Inap


a. Fungsi
- Pengadaan, pengelolaan dan pelayanan perbekalan farmasi
untuk pasien rawat inap
- Pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan
farmasi untuk pasien rawat inap
- Pemberian informasi kepada pasien maupun keluarga pasien
dalam hal penggunaan dan pengetahuan mengenai obat untuk
meningkatkan kepatuhan dalam penggunaan obat
- Pelatihan personil dalam penerapan SOP pelayanan farmasi
rawat inap
- Penjaminan keamanan pasien dalam terapi dengan Pemantauan
Terapi Obat (PTO), Monitoring Efek Samping Obat (MESO),
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) dan Pemantauan Kadar Obat
dalam Darah (PKOD)
- Evaluasi kegiatan pengelolaan dan pelayanan farmasi untuk
pasien rawat inap
- Dokumentasi pengobatan pasien rawat inap
b. Tugas dan Kegiatan
- Melakukan visite
- Melakukan rekonsiliasi
- Membaca dan me-review instruksi dokter terkait terapi pada
rekam medik
- Mendokumentasikan hasil pengkajian terkait pengobatan tiap
pasien
- Memantau penggunaan obat tiap pasien melalui medication
chart
- Melakukan telaah resep
- Memantau perkembangan terapi melalui data objektif (data lab
dan klinik)
- Memantau terjadinya efek samping atau yang tidak diharapkan
dari terapi yang direncanakan
- Berkomunikasi dengan dokter apabila terdapat permasalahan
terkait obat
- Berkomunikasi dengan perawat apabila ada perubahan
instruksi setelah menghubungi dokter serta menginformasikan
teknis pemberian obat
- Melakukan koordinasi dengan apoteker atau TTK di depo
farmasi rawat inap
- Memberikan konseling dan edukasi pada pasien dan atau
keluarga terkait penggunaan dan pengetahuan obat

1.1.3 Waktu Layanan dan Kebutuhan SDM


Jam Pelayanan dan Kebutuhan Personalia
a. Jam Pelayanan 24 Jam/7 Hari.
• Shift Pagi : 07.00-15.30.
• Shift Sore : 13.30-22.00
• Shift Malam : 21.30-07.00
b. Personalia
Apoteker sebanyak 4 orang dan tenaga teknis kefarmasian sebanyak
11 orang.
c. Kapasitas Pelayanan ±200 tempat tidur
• Unit pelayanan rawat inap, lantai 3 (bedah), lantai 4 (kemoterapi),
lanta 5 (obgyn, pediatri, perinatal), lantai 6 (IPD, neuro, cardio,
umum)
• Asuransi yang diterima :
BPJS, mandiri, inhealth, prudential, BRI life, dll.
1.1.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Menurut Permenkes 72 tahun 2016, salah satu standar pelayanan
kefarmasian di rumah sakit adalah pengelolaan perbekalan farmasi,
meliputi: sediaan farmasi, alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
Alur Pengelolaan Sediaan Farmasi di depo rawat inap meliputi:
pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, penarikan dan pemusnahan, pengendalian, serta
administrasi.
1. Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan dari depo farmasi yang
kemudian dikirimkan ke bagian logistik farmasi untuk dilakukan
pengadaan. Apabila perbekalan farmasi sudah tersedia, selanjutnya
akan didistribukan salah satunya ke depo farmasi rawat inap dan
dilakukan serah terima. Perencanaan perbekalan farmasi didasarkan dari
pola penggunaan dan formularium RS, dengan mempertimbangkan
safety stock/stok minimal, stok maksimal, dan sisa stok.
Berikut adalah contoh perencanaan kebutuhan paracetamol infus
yang merupakan salah satu obat fast moving (dimana tidak
mempertimbangkan sisa stok).
 Rata-rata penggunaan : 60 botol/minggu
 Sisa stok : 60 botol
 Maksimal stok (4 minggu) : 240 botol
 Safety stock/stok min. (2 minggu) : 120 botol
Perencanaan = Rata-rata penggunaan/minggu × 4 minggu = 60 × 4 =
240 botol

2. Permintaan
Terdapat dua jenis permintaan yaitu permintaan rutin dan
permintaan cito. Permintaan rutin dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan stok maksimal. Sedangkan permintaan cito dilakukan saat
terdapat kebutuhan, namun item terdefekta saat permintaan rutin.
Permintaan rutin akan dipenuhi bagian logistik dalam 2×24 jam.
Adapun permintaan rutin di RSUA dijadwalkan sebagai berikut:
 Minggu = tablet, injeksi, infus, obat luar-sirup, high alert,
narkotika-psikotropika;
 Senin = alkes;
 Selasa = alat pelindung diri (APD).

Daftar permintaan perbekalan farmasi dicatat pada formulir defekta


rutin, sebagai contoh dalam formulir tersebut terdapat kolom yang
berisi nama perbekalan, VEN (vital/esensial/non-esensial), stok
minimal, stok maksimal, tanggal dan jumlah, keterangan penerimaan
sesuai atau tidak. Permintaan perbekalan farmasi dilakukan melalui
sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS). Dalam SIMRS
terdapat beberapa data terkait permintaan obat meliputi tanggal
permintaan, nama unit, nama peminta, status permintaan, tanggal
persetujuaan, disetujui oleh, dan diterima oleh. Selain itu, terdapat juga
data barang meliputi nama barang, brand, jumlah diminta, jumlah
distribusi dan status distribusi (misal akan muncul sebagai “terpenuhi”,
jika sudah terpenuhi).
Selain permintaan rutin terdapat permintaan CITO, yaitu
permintaan pada kondisi yang membutuhkan penanganan cepat.
Contohnya kasus pada pasien dewasa yaitu pada keadaan nyeri pasca
operasi, hipertensi kritis, alergi, demam >38°C, pendarahan,
premedikasi, sesak, dan kejang. Sementara pada anak diantaranya pada
keadaan demam, kejang, muntah, sesak. Selain itu, permintaan cito juga
meliputi semua keadaan/gejala/kondisi yang membutuhkan terapi high
alert, serta pasien baru rawat inap dari semua unit. Permintaan CITO
dikonfirmasi oleh perawat melalui via telepon. Kemudian perbekalan
akan dikirimkan dalam standar waktu pengiriman maksimal 15 menit
sejak konfirmasi. Selanjutnya pengiriman akan dilakukan melalui
media tabung pneumatic atau diantarkan secara langsung.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah perbekalan farmasi dengan kondisi fisik yang
diterima.
Alur penerimaan dilakukan sebagai berikut:
1) Penerimaan dilakukan saat distribusi dari logistik ke depo farmasi
rawat inap;
2) Dilakukan double check pada lembar distribusi perbekalan meliputi
nama perbekalan, jumlah, no. batch, dan tanggal kadaluwarsa.
3) Dilakukan penerimaan melalui SIMRS sehingga stok masuk ke
dalam sistem.

Lembar persetujuan distribusi barang berisi unit peminta (rawat


inap), waktu permintaan, waktu persetujuan, nama apoteker, status
permintaan (misal. “disetujui”), status barang (misal. “terpenuhi”), tabel
perbekalan farmasi (nama barang, brand, permintaan, distribusi, nilai
barang), serta tanda tangan penanggung jawab.

4. Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan untuk menjamin kualitas dan keamanan
perbekalan farmasi sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Penyimpanan perbekalan farmasi didasarkan pada beberapa hal:
a. Suhu penyimpanan
- Suhu stabil  disimpan pada suhu kamar (15-30°C)
- Suhu termolabil  disimpan dalam kulkas (2-8°C)
b. Bentuk sediaan (tablet, injeksi, sirup/obat luar, dll.)
c. Kelas terapi (antibiotik, analgesik, dll.)
d. Alfabetis (diurutkan berdasarkan abjad)
e. Penyimpanan khusus (narkotika, psikotropika, High Alert,
sitostatika)
Pada penyimpanan khusus harus memperhatikan beberapa hal
berikut:
a. Obat High Alert disimpan pada rak tersendiri dan diberi label High
Alert
b. Obat LASA (Look Alike Sound Alike) diberikan label LASA.
Penempatan 2 obat yang mirip/LASA diberikan jarak satu sama
lain, setidaknya dipisahkan dengan 1 sediaan lain.
c. Obat Narkotika dan Psikotropika disimpan seusai standar yang
berlaku (di antaranya lemari tersendiri, dua pintu, kunci ganda)
d. Obat sitostatika disimpan rak tersendiri dan diberi label “Obat
Kanker, Harus ditangani dengan hati-hati”

Berikut adalah contoh daftar obat-obat High Alert:


a. Obat injeksi: amiodarone, dopamine, enoxaparin, epinefrin,
fentanyl, fondaparinux, hepari, Humulin-N, ketamine, Lantus®,
Levemir®, lidokain, oxytocin, propofol.
b. Obat oral: alprazolam, carbamazepine, codein, digoxin, efavirenz,
glibenclamide 5 mg, glimepiride (1;2;3;4 mg), lamivudine,
methotrexate, propylthiouracil, warfarin.
c. Larutan konsentrat: dextrose 40%, KCl 25 meq, Ca glukonas, NaCl
3%, MgSO4 20% & 40%, Na Bikarbonat.
d. Sitostatika: bevacizumab, bleomycin, irinocetan, carboplatin,
cisplatin, epirubicin, vinblastine, cyclophosphamide, cetuximab,
paclitaxel, rituximab, gemcitabine.

Pada tempat penyimpanan obat-obat High Alert, diberikan label


dan terdapat daftar obat yang ada di dalamnya serta peringatan untuk
melakukan double check (saat pengambilan obat, saat serah terima
dengan perawat, dan saat memberikan pada pasien).
Penyimpanan obat disesuaikan dengan beberapa hal seperti kondisi
penyimpanan yang disarankan pada kemasan obat, bentuk sediaan, dan
hal-hal berikut:
a. Penyimpanan obat suhu kulkas (misalnya untuk sediaan injeksi
yang memerlukan penyimpanan pada suhu rendah (2°-8°C).
b. Penyimpanan obat pada suhu ruang untuk sebagian besar sediaan
padat oral dan alat kesehatan.
c. Penyimpanan obat tablet biasanya diletakkan pada kotak-kotak
kardus kecil yang disusun rapi berderet pada rak dengan label di
depan kotak tersebut yang berisi nama, kekuatan, dan kelas terapi.
d. Penyimpanan obat injeksi diletakkan pada kotak-kotak dari bahan
yang lebih kuat seperti plastik yang disusun berderet dalam rak.
e. Penyimpanan cairan-cairan besar seperti infus diletakkan dalam
kardus yang menjadi kemasan sekundernya dan disusun berjejer
dan bertumpuk secara rapi di atas palet. Kardus tidak boleh
diletakkan secara langsung di atas lantai.
f. Penyimpanan obat luar dan sirup juga dilakukan seperti sediaan
injeksi menggunakan kotak-kotak dari bahan yang lebih kuat
seperti plastik yang disusun rapi berderet dalam rak.
g. Penyimpanan alat kesehatan diletakkan pada rak baik tersusun rapi
secara langsung dalam kotak karton kemasannya maupun pada
kotak-kotak tertentu pada rak penyimpanan.
h. Penyimpanan obat dilakukan berdasarkan kelas terapi. Sehingga
obat dengan kelas terapi yang sama berada pada tempat yang
berdekatan.
i. Penyimpanan obat juga dilakukan berdasarkan alfabetis untuk
memudahkan pencarian dalam satu kelas terapi yang sama.
j. Penyimpanan obat sitostatika diletakkan pada lemari tersendiri dan
diberikan label obat kemoterapi serta obat High Alert.
k. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika diletakkan pada
lemari khusus dengan dua pintu, terbuat dari bahan yang kuat dan
tidak mudah dipindahkan, dengan 2 kunci yang berbeda yang
dibawa oleh orang yang berbeda, sesuai ketentuan yang telah
ditetapkan.
l. Penyimpanan obat LASA tidak dipisahkan pada tempat
penyimpaan tersendiri melainkan diberikan label penanda
tambahan pada kotak penyimpanan dan dipisahkan antar obat yang
mirip tersebut minimal dengan satu sediaan lain yang berbeda.
m. Penyimpanan obat High Alert diletakkan pada tempat penyimpanan
terpisah dan diberikan label High Alert.
n. Penyimpanan obat prekursor juga diletakkan terpisah dari obat lain
sesuai ketentuan.

5. Pendistribusian
Berdasarkan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit, distribusi adalah kegiatan menyalurkan sediaan farmasi
dan BMHP di rumah sakit untuk pelayanan pasien dalam proses terapi
baik pasien rawat inap maupun rawat jalan serta untuk menunjang
pelayanan medis dan BMHP. Dalam pelayanan farmasi rawat jalan, dist
ribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/men
yerahkan perbekalan farmasi dari tempat penyimpanan sampai kepada u
nit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas jenis, juml
ah dan ketepatan waktu.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, ada beberapa metode
distribusi dan penyiapan yang bisa diterapkan unit farmasi rawat inap di
rumah sakit. Metode distribusi bisa dilakukan dengan sistem distribusi
sentralisasi, yaitu distribusi dilakukan oleh Instalasi Farmasi secara
terpusat ke semua unit rawat inap di rumah sakit secara keseluruhan,
atau sistem distribusi desentralisasi, yaitu distribusi dilakukan oleh
beberapa depo/satelit yang merupakan cabang pelayanan di rumah
sakit. Sedangkan untuk metode penyiapan, ada 5 sistem yaitu:
a. Persediaan di Ruang Rawat (Floor Stock)
Penyiapan obat berdasarkan sistem persediaan di ruang rawat
(floor stock) adalah penyiapan obat yang dilakukan oleh perawat
berdasarkan resep/instruksi pengobatan yang ditulis oleh dokter.
Sediaan farmasi dan BMHP disimpan di ruang rawat dengan
penanggungjawab perawat. Metode ini hanya diperbolehkan untuk
memenuhi kebutuhan dalam keadaan darurat. Jenis dan jumlah
sediaan farmasi dan BMHP yang dapat dijadikan floor stock
ditetapkan oleh Tim Farmasi dan Terapi. Rumah Sakit harus
membuat prosedur sehingga penerapan metode ini tidak mengurangi
pengawasan dan pengendalian dari Instalasi Farmasi dalam
pengelolaannya (Kemenkes, 2020).

a) b) c)

d) e)

Gambar 4.1 Macam-macam metode penyiapan persediaan farmasi. a) persediaan di


ruang rawat (floor stock); b) dosis unit (unit dose dispensing = UDD); c)
resep perorangan (individu); d) dosis harian (once dose daily = ODD); e)
emergency trolley

b. Dosis Unit (Unit Dose Dispensing = UDD)


Penyiapan sediaan farmasi dan BMHP secara unit dose adalah
penyiapan sediaan farmasi dan BMHP yang dikemas dalam satu
kantong/wadah untuk satu kali penggunaan obat (dosis), sehingga
siap untuk diberikan ke pasien (ready to administer). Obat yang
sudah dikemas per dosis tersebut dapat disimpan di lemari obat
pasien di ruang rawat untuk persediaan tidak lebih dari 24 jam.
Mengingat metode ini dapat meningkatkan keselamatan pasien,
maka metode ini harus digunakan dalam penyiapan obat untuk
pasien rawat inap secara menyeluruh di rumah sakit. Rumah sakit
dapat menggunakan. Automatic Dispensing Cabinet (ADC) untuk
meningkatkan akurasi dan efisiensi dalam proses penyiapan obat (Ke
menkes, 2020). Pelayanan UDD di Rumah Sakit Universitas Airlang
ga dilaksanakan dengan sistem pengantara 2 kali, yaitu pada pukur
12.00 dan pukul 21.00.

c. Resep Perorangan (Individu)


Penyiapan sediaan farmasi dan BMHP berdasarkan sistem resep
perorangan (individu) adalah penyiapan sediaan farmasi dan BMHP
sesuai resep/instruksi pengobatan yang ditulis dokter baik secara
manual maupun elektronik untuk tiap pasien dalam satu periode
pengobatan. Sebagai contoh dokter menuliskan resep untuk 5 hari,
maka instalasi farmasi menyiapkan obat yang dikemas untuk
kebutuhan 5 hari. Metode penyiapan secara resep perorangan
digunakan untuk pasien rawat jalan (Kemenkes, 2020). Pada pasien r
awat inap metode ini digunakan untuk penyiapan resep dengan sedia
an multiple dose seperti salep atau sirup.

d. Dosis Harian (Once Dose Daily = ODD)


Penyiapan sediaan farmasi dan BMHP berdasarkan sistem Dosis
Harian adalah penyiapan sediaan farmasi dan BMHP sesuai
resep/instruksi pengobatan yang ditulis dokter baik secara manual
maupun elektronik untuk 1 hari. Pada pasien rawat inap metode ini d
igunakan untuk penyiapan resep dengan sediaan larutan elektrolit
dan infus.

e. Emergency Trolley
Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar yang telah
ditetapkan, yaitu obat obatan yang diperlukan dalam menangani
pasien kondisi emergensi. Dalam emergency trolley obat tidak boleh
tercampur dengan obat pasien. Saat menggunakan oabt dari troli,
perawat diwajibkan menuliskan laporan pada kartu stok, lalu
apoteker akan mengganti setelahnya, dengan menulis laporan pada
kartu yang sama. Apoteker diwajibkan melakukan pengecekan
kondisi obat dan tanggal kadaluarsa obat tiap bulannya. Obat dan
alat kesehatan dari emergency trolly tidak boleh dipinjam untuk
kebutuhan lain selain untuk penanganan kondisi emergensi.

6. Pemusnahan
Tujuan pemusnahan adalah untuk menjamin sediaan farmasi dan
BMHP yang sudah tidak memenuhi syarat dikelola sesuai dengan
standar yang berlaku. Adanya penghapusan akan mengurangi beban
penyimpanan maupun mengurangi risiko terjadi penggunaan obat yang
sub standar.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
1. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
2. Telah kedaluwarsa;
3. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
4. Dicabut izin edarnya.
Pemusnahan dan pengembalian sediaan farmasi dari instalasi rawat
jalan tidak dilakukan sendiri, namun dikembalikan ke bagian logistik
farmasi dan selanjutkan akan ditangani bagian tersebut sesuai
aturan.Pemusnahan dilakukan sesuai dengan jenis, bentuk sediaan dan
peraturan yang berlaku. Untuk pemusnahan narkotika, psikotropika dan
prekursor dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh dinas kesehatan
kab/kota dan dibuat berita acara pemusnahan. Jika pemusnahan obat
dilakukan oleh pihak ketiga maka instalasi farmasi harus memastikan
bahwa obat telah dimusnahkan. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya
dicabut oleh Menteri. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh
pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin
edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala
BPOM (Kemenkes, 2020).

1.1.5 Alur Pelayanan


Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau
oleh pasien dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas sumber
daya yang ada; dan metode sentralisasi atau desentralisasi.

Apoteker Depo merancang Mencatat di DFP Melakukan entry SIM


kebutuhan obat untuk besok dan melakukan ODD/tambahan terapi
(ODD/tambahan terapi) telaah terapi

Penyiapan obat per TTK Depo rawat inap


Pengantaran obat 2
pasien (UDD) sesuai melakukan penyiapan
kali sehari (shift
DFP, double check ODD per lantai sesuai
pagi dan sore)
antara etiket dan fisik hasil rekap ODD

Penyiapan obat sesuai Perawat memberikan


Serah terima ke pasien, paraf dalam
medchart, paraf checker
dengan perawat kolom giver
oleh TTK

Gambar Alur Pelayanan Farmasi Rawat Inap di Rumah Sakit Universitas


Airlangga
Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai untuk pasien rawat inap dengan sistem desentralisasi dilakukan
oleh Apoteker. Apoteker merancang kebutuhan obat sehari sebelum
didistribusikan dan dicatat dalam Dokumen Catatan Perbekalan Farmasi
Pasien Rawat Inap (DFP). Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) di depo
rawat inap akan melakukan penyiapan obat berdasarkan DFP serta
melakukan double check antara data pada etiket dan fisik sediaan. Obat
akan dikirim ke ruangan pasien menggunakan troli. Obat akan
diserahkan kepada perawat yang bertugas memberikan obat kepada
pasien rawat inap. TTK yang menyiapkan obat dan perawat yang
memberikan obat harus memberikan paraf atau tanda tangan pada
Medication Chart pasien.

Perawat ruangan Apt/TTK Depo Melakukan


Dokter menulis
melakukan menerima entry obat
resep obat KRS
konfirmasi ke Depo konfirmasi resep dalam SIM
atau menulis dalam
Rawat Inap melalui KRS dan telaah dan print
resume medis di
WA/telp resep etiket
Rekam Medik

Melakukan KIE Melakukan


Petugas yang melakukan penyerahan dan
pada keluarga penyiapan obat
keluarga pasien/pasein yang menerima
pasien yang dan double
obat paraf dalam lembar PIO
mengambil obat check

Gambar Alur Pelayanan Farmasi Pasien KRS di Rumah Sakit Universitas


Airlangga
Jika masa rawat inap pasien sudah selesai, Dokter akan menuliskan
resep ntuk pasien rawat inap yang keluar rumah sakit (KRS). Perawat
ruangan akan konfirmasi kepada Apoteker Depo dan melakukan
pengkajian resep. Apoteker akan menyiapkan obat berdasarkan resep
yang diterima dan melakukan double check sebelum memberikan obat
kepada pasien atau keluarga pasien. Apoteker memberikan edukasi
kepada pasien atau keluarga pasien terkait obat yang diberikan seperti
nama obat, jumlah, cara penggunaan, dan cara penyimpanan. Petugas
yang melakukan penyerahan obat dan pasien atau keluarga pasien yang
menerima obat harus memberikan paraf pada lembar Pelayanan
Informasi Obat (PIO).

1.1.6 Pengendalian pada Pelayanan Perbekalan Farmasi


Pengendalian persediaan obat terdiri dari pengendalian
ketersediaan, pengendalian penggunaan, serta penanganan ketika terjadi
kehilangan, kerusakan, dan kedaluwarsa. Pengendalian persediaan
bertujuan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak
terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di rumah sakit.
Dalam melakukan pengendalian persediaan obat, apoteker berpedoman
pada pedoman pelayanan kefarmasian dan pedoman pengadaan obat
yang mengacu pada Formularium Nasional dan Formularium Rumah
Sakit.
Pada instalasi rawat inap, kegiatan pengendalian yang harus
diperhatikan adalah pengendalian persediaan dan penggunaan. Pada
pengendalian persediaan di instalasi rawat jalan, kekliruan perencanaan
dapat menyebabkan kekosongan obat. Apoteker harus mampu
memperkirakan/menghitung :
1. Stok kerja obat, yaitu rata-rata pemakaian obat dalam periode
tertentu.
2. Stok optimum, yaitu stok obat yang diserahkan kepada unit
pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/kekosongan.

Cara menghitung stok optimum :

SO = SK + SWK + SWT + Buffer stock

Keterangan :
SO = Stok Optimum
SK = Stok Kerja (stok pada periode berjalan)
SWK = Stok Waktu Kosong (jumlah yang dibutuhkan pada waktu
kekosongan obat)
SWT = Stok Waktu Tunggu (jumlah yang dibutuhkan pada waktu
tunggu (lead time)
Buffer stok = Stok pengaman

1. Stok pengaman, yaitu jumlah stok yang disediakan untuk mencegah


terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena
keterlambatan pengiriman.
2. Waktu tunggu (leadtime) adalah waktu yang diperlukan dari mulai
pemesanan sampai obat diterima.
3. Menentukan waktu kekosongan obat.
Pelaksanaan pengendalian persediaan farmasi di depo rawat jalan
RSUA dilakukan dengan :
1. Penentuan safety stock melalui stok minimal, yang ditentukan dari
rata-rata penggunaan obat selama 2 minggu, dan stok maksimal, yan
g ditentukan dari rata-rata penggunaan obat selama 2 minggu.
2. Evaluasi Slow move dan dead move
3. Laporan barang mendekati tanggal kadaluarsa sampai dengan 6 bulan
kedepan
4. Melakukan stok opname setiap 3 bulan
5. Mengurangi barang ED dan mendekati ED dengan teknik
penyimpanan FEFO.

Kemenkes, melalui Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasia


n di Rumah Sakit, menyarankan dilakukannya pencatatan tiap tahapan
pelayanan kefarmasian. Pada proses pengendalian persediaan farmasi,
pencatatan bertujuan untuk memonitor keluar dan masuknya (mutasi)
obat. Pencatatan dapat dilakukan dalam bentuk digital atau manual.
Pencatatan dalam bentuk manual biasa menggunakan kartu stok.
Selain itu, dalam rangka pengendalian perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Formulir pemberian obat
Formulir pemberian obat adalah formulir yang digunakan
perawat untuk pemberian obat. Pada formulir ini perawat mencatat
pemberian obat. Pada saat melakukan rekonsiliasi obat, apoteker
membandingkan formulir ini dengan sumber data lain, misalnya
daftar riwayat penggunaan obat pasien, resep/instruksi pengobatan.
Gambar 6.1 Formulir rekam pemberian obat di Instalasi Rawat Inap

2) Pengembalian obat yang tidak digunakan


Hanya sediaan farmasi dan BMHP dalam kemasan tersegel yang
dapat dikembalikan ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Sediaan
farmasi dan BMHP yang dikembalikan pasien rawat jalan tidak
boleh digunakan kembali. Rumah sakit harus membuat prosedur
tentang pengembalian sediaan farmasi dan BMHP.

1.1.7 Indikator Mutu Layanan


Salah satu indikator mutu layanan depo farmasi rawat inap dapat
dilihat berdasarkan pada kegiatan administrasi yaitu pelaporan.
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP),
tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak yang
berkepentingan (Kemenkes RI, 2019). Jenis laporan yang dibuat pada
depo farmasi rawat inap meliputi laporan mutu dan non mutu.
a. Laporan mutu meliputi :
- Kesalahan pemberian obat
- Ketidakpatuhan pemberian label High Alert
- Kepatuhan monitoring suhu lemari es dan suhu ruangan
- Kesesuaian penulisan resep dengan Fornas
- Kesesuaian penulisan resep dengan Forkit
- Kepatuhan penulisan nama generic obat
- Ketersediaan APD dalam peracikan
- Ketersediaan APD dalam penanganan B3
- Pelatihan karyawan minimal 20 jam/tahun
- Ketidakjelasan penulisan resep
- Kepatuhan penulisan resep
b. Laporan non mutu meliputi :
- Laporan mutasi perbekalan farmasi
- Laporan penggunaan psikotropika dan narkotika
- Laporan jasa pelayanan dan omset
- Laporan obat ED dan mendekati ED

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2019. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah


Sakit. Kementrian Kesehatan RI.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Rusli. 2016. Farmasi Rumah Sakit dan Klinik. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai