2. Permintaan
Terdapat dua jenis permintaan yaitu permintaan rutin dan
permintaan cito. Permintaan rutin dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan stok maksimal. Sedangkan permintaan cito dilakukan saat
terdapat kebutuhan, namun item terdefekta saat permintaan rutin.
Permintaan rutin akan dipenuhi bagian logistik dalam 2×24 jam.
Adapun permintaan rutin di RSUA dijadwalkan sebagai berikut:
Minggu = tablet, injeksi, infus, obat luar-sirup, high alert,
narkotika-psikotropika;
Senin = alkes;
Selasa = alat pelindung diri (APD).
4. Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan untuk menjamin kualitas dan keamanan
perbekalan farmasi sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Penyimpanan perbekalan farmasi didasarkan pada beberapa hal:
a. Suhu penyimpanan
- Suhu stabil disimpan pada suhu kamar (15-30°C)
- Suhu termolabil disimpan dalam kulkas (2-8°C)
b. Bentuk sediaan (tablet, injeksi, sirup/obat luar, dll.)
c. Kelas terapi (antibiotik, analgesik, dll.)
d. Alfabetis (diurutkan berdasarkan abjad)
e. Penyimpanan khusus (narkotika, psikotropika, High Alert,
sitostatika)
Pada penyimpanan khusus harus memperhatikan beberapa hal
berikut:
a. Obat High Alert disimpan pada rak tersendiri dan diberi label High
Alert
b. Obat LASA (Look Alike Sound Alike) diberikan label LASA.
Penempatan 2 obat yang mirip/LASA diberikan jarak satu sama
lain, setidaknya dipisahkan dengan 1 sediaan lain.
c. Obat Narkotika dan Psikotropika disimpan seusai standar yang
berlaku (di antaranya lemari tersendiri, dua pintu, kunci ganda)
d. Obat sitostatika disimpan rak tersendiri dan diberi label “Obat
Kanker, Harus ditangani dengan hati-hati”
5. Pendistribusian
Berdasarkan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit, distribusi adalah kegiatan menyalurkan sediaan farmasi
dan BMHP di rumah sakit untuk pelayanan pasien dalam proses terapi
baik pasien rawat inap maupun rawat jalan serta untuk menunjang
pelayanan medis dan BMHP. Dalam pelayanan farmasi rawat jalan, dist
ribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/men
yerahkan perbekalan farmasi dari tempat penyimpanan sampai kepada u
nit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas jenis, juml
ah dan ketepatan waktu.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, ada beberapa metode
distribusi dan penyiapan yang bisa diterapkan unit farmasi rawat inap di
rumah sakit. Metode distribusi bisa dilakukan dengan sistem distribusi
sentralisasi, yaitu distribusi dilakukan oleh Instalasi Farmasi secara
terpusat ke semua unit rawat inap di rumah sakit secara keseluruhan,
atau sistem distribusi desentralisasi, yaitu distribusi dilakukan oleh
beberapa depo/satelit yang merupakan cabang pelayanan di rumah
sakit. Sedangkan untuk metode penyiapan, ada 5 sistem yaitu:
a. Persediaan di Ruang Rawat (Floor Stock)
Penyiapan obat berdasarkan sistem persediaan di ruang rawat
(floor stock) adalah penyiapan obat yang dilakukan oleh perawat
berdasarkan resep/instruksi pengobatan yang ditulis oleh dokter.
Sediaan farmasi dan BMHP disimpan di ruang rawat dengan
penanggungjawab perawat. Metode ini hanya diperbolehkan untuk
memenuhi kebutuhan dalam keadaan darurat. Jenis dan jumlah
sediaan farmasi dan BMHP yang dapat dijadikan floor stock
ditetapkan oleh Tim Farmasi dan Terapi. Rumah Sakit harus
membuat prosedur sehingga penerapan metode ini tidak mengurangi
pengawasan dan pengendalian dari Instalasi Farmasi dalam
pengelolaannya (Kemenkes, 2020).
a) b) c)
d) e)
e. Emergency Trolley
Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar yang telah
ditetapkan, yaitu obat obatan yang diperlukan dalam menangani
pasien kondisi emergensi. Dalam emergency trolley obat tidak boleh
tercampur dengan obat pasien. Saat menggunakan oabt dari troli,
perawat diwajibkan menuliskan laporan pada kartu stok, lalu
apoteker akan mengganti setelahnya, dengan menulis laporan pada
kartu yang sama. Apoteker diwajibkan melakukan pengecekan
kondisi obat dan tanggal kadaluarsa obat tiap bulannya. Obat dan
alat kesehatan dari emergency trolly tidak boleh dipinjam untuk
kebutuhan lain selain untuk penanganan kondisi emergensi.
6. Pemusnahan
Tujuan pemusnahan adalah untuk menjamin sediaan farmasi dan
BMHP yang sudah tidak memenuhi syarat dikelola sesuai dengan
standar yang berlaku. Adanya penghapusan akan mengurangi beban
penyimpanan maupun mengurangi risiko terjadi penggunaan obat yang
sub standar.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
1. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
2. Telah kedaluwarsa;
3. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
4. Dicabut izin edarnya.
Pemusnahan dan pengembalian sediaan farmasi dari instalasi rawat
jalan tidak dilakukan sendiri, namun dikembalikan ke bagian logistik
farmasi dan selanjutkan akan ditangani bagian tersebut sesuai
aturan.Pemusnahan dilakukan sesuai dengan jenis, bentuk sediaan dan
peraturan yang berlaku. Untuk pemusnahan narkotika, psikotropika dan
prekursor dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh dinas kesehatan
kab/kota dan dibuat berita acara pemusnahan. Jika pemusnahan obat
dilakukan oleh pihak ketiga maka instalasi farmasi harus memastikan
bahwa obat telah dimusnahkan. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya
dicabut oleh Menteri. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh
pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin
edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala
BPOM (Kemenkes, 2020).
Keterangan :
SO = Stok Optimum
SK = Stok Kerja (stok pada periode berjalan)
SWK = Stok Waktu Kosong (jumlah yang dibutuhkan pada waktu
kekosongan obat)
SWT = Stok Waktu Tunggu (jumlah yang dibutuhkan pada waktu
tunggu (lead time)
Buffer stok = Stok pengaman
DAFTAR PUSTAKA
Rusli. 2016. Farmasi Rumah Sakit dan Klinik. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia