PUTRA
NIM : 14103084015419
OLEH
ABSTRAK
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena berkurangnya
atau terhentinya suplay darah secara tiba-tiba. Jaringan otak yang mengalami hal ini
akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Dari hasil surve awal di RSUD Dr. Ahmad
Mochtar Bukittinggi di dapatkan kejadian stroke hemoragik dan stroke non hemoragik
dari januari
2016 sampai mai 2017 sebanyak 344 orang. Penyakit stroke non hemoragik merupakan
penyakit 2 terbanyak yang terdapat di ruangan Neorologi RSUD Dr. Ahmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2017. Stroke terjadi ketika aliran darah pada lokasi tertentu di otak
terganggu sehingga suplay oksigen juga terganggu. Lokasi pada daerah yang
kekurangan oksigen menjadi rusak dan menimbulkan gejala. Tipe dan beratnya defisit
neurologik mempunyai gejala-gejala yang bervariasi tergantung dari bagian-bagian
otak yang terkena.Tujuan penulisan laporan ini adalah mampu melakukan Asuhan
Keperawatanpada pasien dengan Stroke Iskemik. Hasil laporan kasus ditemukan pada
Ny.B yaitu keluarga klien mengatakan sebelum klien masuk rumah sakit, klien hendak
mengambil nasi untuk makan sahur lalu ia mengalami sakit kepala tiba-tiba dan
langsung tidak sadarkan diri. Klien mengalami penurunan kekuatan otot, klien hanya
terbaring lemah dan anggota gerak sebelah kanan klien lemah. Berdasarkan masalah
keperawatan diatas maka disusunlah rencana dan melaksanakan tindakan keperawatan
serta evaluasi yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil.Penyakit stroke tidak hanya
mengakibatkan penurunan kesadaran tetapi juga mengakibatkan kelemahan atau tidak
bergeraknya salah satu anggota tubuh (Smeltzer & Bare, 2002).Dari hasil pengamatan
Karya Tulis Ilmiah tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek selama
melaksanakan asuhan keperawatan di RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi tahun
2017
ABSTRACT
A stroke is a malfunction of the brain tissue caused by a sudden reduction in the blood
supply. Brain tissue that experiences this will die and can not work anymore. From the
results of the initial survey in RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi in the incidence of
hemorhagic stroke and non hemorhagic stroke from January 2016 until 2017 as many as
344 people. Non hemorrhagic stroke is the 2 most common disease found in Neorology
Room RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi 2017. Stroke occurs when blood flow at
certain locations in the brain is disrupted so that oxygen supply is also disrupted.
Locations in areas lacking oxygen become damaged and cause symptoms. The type and
severity of neurologic deficits have symptoms that vary depending on the part of the
brain affected. The purpose of this report is to be able to perform Nursing Care in
patients with Ischemic Stroke. The result of the case report was found on Ny.B that the
client's family said before the client was admitted to the hospital, the client was about to
take the rice to eat the meal then he had a sudden headache and instantly unconscious.
The client has decreased muscle strength, the client is only lying weak and the right
hand member of the client is weak. Based on the above nursing problem, the plan and
conduct the nursing action and evaluation that refers to the objectives and criteria of the
results. Stroke disease not only leads to decreased awareness but also leads to the
weakness or immobility of one of the limbs (Smeltzer & Bare, 2002). From the
observation result of Scientific Writing there is no gap between theory and practice
during implementing nursing care in RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi in 2017.
Assalamu’laikumWarahmatullahiWabarakatu
Segala Puji Syukur bagi Sang Kholik yang telah memberikan rahmat dan
hidayah Nya yang telah dilimpahkan sebagai sumber kekuatan hati dan
Tahun 2017“ Tanpa nikmat sehat yang diberikan oleh Nya sekiranya penulis
Kasus.
Muhammad SAW, semoga atas ijin ALLAH SWT penulis dan teman – teman
Aalamin.
Penulis Laporan Ujian Hasil Pengamatan Kasus ini dillakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Amd. Kep Program Studi
Yth. Ibu Ns. Lisa Mustika Sari, M.Kep dan Ibu Reni Mulyanti, S.Kep
Padang
memberikan izin untuk melakukan studi kasus ini, beserta staf yang
mengikuti pendidikan
pendidikan
dan seluruh keluarga atas jerih payah, curahan kasih sayang, bantuan
moril maupun material serta do’a yang tulus dan ikhlas demi
kesuksesan penulis.
Penulis menyadari bahwa Laporan Ujian Hasil Pengamatan Kasus ini masih
yang penulis miliki. Untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang
Akhir kata kepada ALLAH SWT jualah penulis menyerahkan segalanya dan
berharap semoga Laporan Ujian Hasil Pengamatan Kasus ini bisa diterima
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................ 4
1.2.1 Tujuan Umum.......................................................... 4
1.2.2 Tujuan Khusus ......................................................... 4
1.3 Manfaat ...................................................................................... 5
1.3.1 Bagi Institusi Rumah Sakit ........................................... 5
1.3.2 Bagi Pasien dan Keluarga Pasien.................................. 5
1.3.3 Bagi Penulis .................................................................. 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar ............................................................................ 6
2.2 Pengertian .................................................................................. 6
2.3 Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf .......................................... 8
2.4 Etiologi ...................................................................................... 15
2.5 Manifestasi Klinis...................................................................... 20
2.6 Patofisiologi beserta WOC ........................................................ 24
2.7 Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 30
2.8 Penatalaksanaan......................................................................... 32
2.8.1 Keperawatan ............................................................ 32
2.8.2 Medis ....................................................................... 34
2.9 Komplikasi................................................................................. 36
2.10 Asuhan Keperawatan.............................................................. 37
2.10.1 Pegkajian ................................................................. 37
2.10.2 Diagnosa .................................................................. 53
2.10.3 Intervensi ................................................................. 55
2.10.4 Implementasi ........................................................... 65
2.10.5 Evaluasi ................................................................... 65
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Keperawatan
3.1.1 Pengkajian ............................................................... 66
3.1.2 Diagnosa Keperawatan ............................................ 84
3.1.3 Intervensi Keperawatan ........................................... 85
3.1.4 Catatan Perkembangan ............................................ 89
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ................................................................................ 102
4.2 Intervensi Keperawatan ............................................................. 107
4.3 Imlementasi Keperawatan ......................................................... 110
4.4 Evaluasi ..................................................................................... 113
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 115
5.2 Saran ............................................................................................. 116
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
atau terhentinya suplay darah secara tiba-tiba. Jaringan otak yang mengalami hal
ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang pula stroke disebut dengan
klinis yang muncul akibat pembuluh darah jantung yang bermasalah, penyakit
terjadinya gangguan peredaran darah otak bisa terjadi pada siapa saja dan kapan
saja (Muttaqin, 2008). Klasifikasi penyakit stroke terdiri dari beberapa kategori,
dalam 2 tipe yaitu: ischemic stroke disebut juga infark atau non-hemoragic
disebabkan oleh gumpalan atau penyumbatan dalam arteri yang menuju ke otak
Sedangkan Menurut Widyanti & Triwibowo 2013 yaitu Faktor resiko terjadinya
stroke dibagi menjadi dua, yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan
dapat diubah.
a. Yang tidak dapat diubah: umur, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga,
Gejala stroke yang muncul sangat bergantung pada bagian otak yang terganggu,
gejala kelemahan sampai kelumpuhan anggota gerak, bibir tidak simetris, bicara
pelo atau tidak dapat berbicara (afasia), nyeri kepala,penurunan kesadaran, dan
Organisasi Stroke Dunia mencatat hampir 85% orang yang mempunyai factor
resiko dapat terhindar dan stroke bila menyadari dan 3 mengatasi factor resiko
tersebut sejak dini. Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat
stroke akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan
kanker kurang lebih 6 Juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030
(Yastruki, 2012).
Prevalensi stroke di seluruh Dunia bcrjumlah 33 juta, dengan 16.9 juta orang
ASIA Pasifik angka kejadian stroke pada orang dewasa diperkirakan 2,7% dan
populasi (AHA, 2013). Berdasarkan data WHO (2015) setiap tahunnya terdapat
1000.
persentase 10.6% dengan jumlah penderita stroke 35.108 orang (Profil Dinas
Kesehatan, 2015). Dari hasil surve awal di RSUD Dr. Ahmad Mochtar
dari januari
2016 sampai mai 2017 sebanyak 344 orang. Penyakit stroke non hemoragik
yang dialami pasien baik maslah keperawatn aktual maupun potensial untuk
peran perawat sebgai perawat klinis edukator dan pemberi asuhan keperawatan,
Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul penderita
kepada pasien dan keluarga pasien dan dari latar belakang tersebut penulis
mengambil kasus tersebut sebagai penyusunan karya tulis ilmiah DIII
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Padang.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.2 Pengertian
darah otak non traumatik. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala
gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam
atau lebih dan dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan yang menetap
lebih dari 24 jam tanpa penyebab lain kecuali gangguan pembuluh darah
otak (WHO, 1983). Stroke terjadi ketika aliran darah pada lokasi tertentu di
otak terganggu sehingga suplay oksigen juga terganggu. Lokasi pada daerah
yang kekurangan oksigen menjadi rusak dan menimbulkan gejala. Tipe dan
merupakan penyakit yang menyerang siapapun dengan kejadian sangat mendadak dan
kognitive (33 %), gangguan ekstremitas (30 %) dan gangguan bicara (27 %).
nic- noc)
neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat.
kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berfikir, daya ingat dan
Stroke adalah cedera vaskular akut pada otak ini berarti bahwa stroke adalah
suatu cedera mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak (Feigin,
2007). Menurut Ir. B Mahendra dan dr. Evi Rachmawati N.H. Stroke iskemik
merupakan
80% dari semua kejadian stroke. Stroke iskemik dapat terjadi bila asupan darah
ke otak berkurang atau terhenti. Derajat dan gangguan dari otak bervariasi
tergantung dari pembuluh darah yang terkena dan luas daerah yang dialiri darah
oleh pembuluh darah tersebut. Bila stroke terjadi, otak akan mengalami
terjadi penimbunan cairan dalam sel dan ion-ion kalsium serta kalium yang
berlebihan didalam sel otak. Akibatnya, otak akan membengkak dan terjadilah
udema otak. Udema otak ini sangat berbahaya jika tidak di tangani karna dapat
menyebabkan kematian.
Stroke non hemoragik atau disebut juga dengan stroke iskemik atau stroke infark
biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari.
Namun menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.
(Wijaya, 2013).
yang terjadi mendadak akibat proses patofisiologi dalam pembuluh darah, yang
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke iskemik adalah terjadi ketika
terdapat sumbatan bekuan darah dalam pembuluh darah di otak atau arteri yang
menuju ke otak, sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi cepat
berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih
fungsi yang berbeda dan saling mempengaruhi. Satu fungsi saraf terganggu
Sistem saraf dikelompokan menjadi dua bagian besar yaitu susunan saraf
system (PNS). Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan medulla spinalis,
sedangkan saraf perifer terdiri atas saraf-saraf yang keluar dari otak (12 pasang)
dan saraf-saraf yang keluar dari medulla spinalis (31 pasang). Menurut
fungsinya saraf perifer dibagi atas saraf afferent (sensorik) dan efferent
reseptor khusus yang berada pada organ permukaan atau bagian dalam ke otak
kelenjer-kelenjer. Saraf motorik kemudian dibagi menjadi dua yaitu system saraf
somatic dan system saraf otonomik. Sistem saraf somatic berperan dalam
interaksi antara tubuh dengan lingkungan luar. Serabut sarafnya berada pada sel-
sel otot rangka. Sistem saraf otonomik dibagi atas simpatis dan parasimpatis
yang berperan dalam interaksi dengan lingkungan internal seperti pada otot
a) Otak
b) Medulla Spinalis
a) Afferent (sensorik)
b) Efferent (motorik);
(1). Sistem saraf somatik.
Sistem saraf pusat (SSP) terdiri atas otak dan medulla spinalis. Berdasarkan
fungsinya system saraf pusat dibagi atas tiga bagian besar yaitu : otak bagian
atas atau korteks serebri, otak bagian bawah (basal ganglia, thalamus,
spinalis.
a) Otak
Otak berada pada ruang cranial dan dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak
Otak terletak dalam ruang tertutup oleh cranium, tulang tulang penyusun
oksipital, sphenoid, etmoid, temporal dua buah, parental dua buah. Tulang-
Meningen
merupakan lapisan yang liat, kasar dan mempunyai dua lapisan membrane.
merupakan membrane
vaskuler yang membungkus seluruh lapisan otak antara lapisan satu
ruang antara tengkorak dan lapisan luar duramater, ruang supdural yaitu
Korteks Serebri
Merupakan lapisan bagian atas dari cerebrum yang tebalnya 2-5mm dan
tersusun sebagian besar oleh graymatter dan hampir 75% sel bodi saraf dan
oleh korteks serebri sesuai dengan areanya. Pada korteks serebri terdapat
Cerebrum
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar, kira-kira 80% dari berat
kallosum yaitu hemisfer kanan dan hemisfer kiri. Baik hemisfer kanan dan
tertentu,
seperti pada hemisfer kanan lebih dominan dalam mengasimilasi
matematik dan berfikir abstrack. Setiap hemisfer terbagi atas empat lobus
yaitu :
intektual, emosi dan fungsi fisik. Pada bagian frontal bagian kiri
terdapat area broca (area 44 dan 45) yang berfungsi sebagai pusat
bicara.
tekan dan perubahan suhu ringan. Pada lobus parietal terdapat area
brodmann 1,
kerusakan unilateral pda area ini maka pasien tidak dapat mengenali
Diencephalon
Dienchepalon terletak diatas batang otak dan terdiri atas tiga bagian yaitu :
(1). Thalamus
Adalah masa sel saraf besar yang berbentuk telor, terletak pada
dari medulla spinalis ke korteks cerebri dan bagian lain dari otak.
(2). Hypothalamus
kelenjar pituitary.
(3). Epitalamus
Dipercaya berperan dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan
seksual.
Batang Otak
Batang otak berfungsi pengaturan reflek untuk fungsi vital tubuh. Otak
stimulus pada nervous cranial III dan IV. Pon menghubungkan otak tengah
batuk, muntah, sekresi salifa dan vasokonstruksi. Saraf cranial IX, X, XI,
dan XII keluar dari medulla oblongata. Pada batang otak terdapat juga
system retikularis yaitu system sel saraf dan serat penghubungnya dalam
semua bagian lain dari system saraf pusat. System ini berfungsi sebagai
Reticular Formation
dan reflex spinal. Salah satu komponen reticular formation adalah reticular
kesadaran.
2.4 Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian : (1) trombosis
(bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher), (2) embolisme serebral
(bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang
lain), (3) iskemia (penurunan aliran darah ke area otak), dan (4) hemoragi
jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya adalah penghentian suplai
adalah penyebab utama trombosis serebral, yang adalah penyebab paling umum
stroke.
Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak
kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari
Menurut dr. Valery Feigin, PhD faktor resiko yang tidak dapat di modifikasi ini
sekitar 50% lebih besar. Dibandingkan pria, wanita juga tiga kali lipat lebih
gender ini tidak terlalu mencolok pada kelompok usia dewasa muda,
Orang berusia lebih dari 65 tahun memiliki risiko paling tinggi, tetapi
hampir 25% dari semua stroke terjadi pada orang berusia kurang dari ini,
dan hampir 4%terjadi pada orang berusia antara 15-40 tahun. Stroke jarang
terjadi pada anak berusia kurang dari 15 tahun, tetapi jika terjadi, stroke ini
1) Hipertensi
pada tekanan 115/75 mmHg dan meningkat dua kali lipat setiap
peningkatan
sistolik sama atau lebih besar dari 140mmHg atau tekanan darah diastolik
sama atau lebih besar dari 90 mmHg) memiliki resiko stroke tujuh kali
atau rendah. Untuk orang yang berusia di atas 50 tahun, tekanan darah
sistolik yang tinggi (140 mmHg atau lebih) dianggap sebagai faktor risiko
darah meningkat seiring usia dan orang yang memiliki tekanan darah
normal pada usia 55 tahun mempunyai risiko stroke hampir dua kali lipat
2) Penyakit jantung
gagal jantung, kelainan katup, katup buatan, dan cacat jantung bawaan,
berisiko besar mengalami stroke. Bekuan darah yang dikenal sebagai
katup jantung, irama jantung yang tidak teratur, atau setelah serangan
jantung. Embolus ini terlepas dan mengalir ke otak atau bagian tubuh lain.
Setelah berada di otak, bekuan darah tersebut dapat menyumbat arteri dan
3) Kolesterol Tinggi
Meskipun zat lemak (lipid) merupakan komponen integral dari tubuh kita,
ini juga dikaitkan dengan peningkatan 20% risiko stroke iskemik atau TIA.
4) Obesitas
kilogram beratnya. Bagi orang yang lebih tua kebutuhan ini mungkin lebih
yang tidak sehat dan tidak seimbang (misalnya, makanan yang kaya lemak
jenuh, kolesterol, atau garam dan kurang buah serta sayuran) adalah salah
5) Diabetes Melitus
Mengidap penyakit ini akan menggandakan kemungkinan terkena stroke,
6) Stress Emosional
7) Kebiasaan Hidup
a) Merokok
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena stroke empat kali lipat. Hal
ini berlaku bagi semua jenis roko (sigaret, pipa, atau cerutu) dan untuk
b) Peminum Alkohol
Meskipun mengonsumsi alkohol dalam jumlah ringan (kurang dari 30
gram per hari untuk pria kurang dari 15 gram untuk wanita) sedikitpun
c) Obat-obatan terlarang
berolahraga kurang dari tiga kali atau kurang per minggu, masing-
Manifestasi klinis stroke tergantung dan sisi atau bagian mana yang terkena,
rata- rata serangan ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke akut
hemisfer kanan makan kelumpuhan ototpada sebelah kiri. Pasien juga akan
kehilangan kontrol otot vulenter dan sesorik sehingga pasien tidak dapat
pada area pusat bicara primer yang berada pada hemisfer kiri dan biasanya
terjadi pada stroke dengan gangguan pada arteri middle serebral kiri. Afasia
dibagi menjadi 3 yaitu afasia motorik, sensorik dan afasia global. Afasia
motorik atau ekspresif terjadi jika area pada area Broca, yang terletak pada
lobus frontal otak. Pada afasia jenis ini pasien dapat memahami lawan bicara
Wernicke. yang terletak pada lobus temporal. Pada afasia sensorik pasien
nyambung atau koheren. Pada afasia global pasien dapat dapat merespon
nervus kranial sehingga terjadi kelemahan dan otot bibir lidah dan laring.
gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi karena
kerusakan pada lobus temporal atau parietal yang dapat menghambat serat
g. Disfagia
Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus kranial IX.
Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glotis menutup kemudian
h. Inkontinensia
Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi hal ini terjadi karena
i. Vertigo, mual, muntah dan nyeri kepala terjadi karena peningkatan tekanan
Secara spesifik tanda dan gejala stroke tergantung pada lokasi kerusakan.
seperti berikut:
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah
(makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan,
dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan
paru dan jantung). AteroskIerosis sering sebagai faktor penyebab infark pada
otak. Trombus dapat berasal dan plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada
area yang stenosis tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi
turbulensi.
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai
oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari pada area infark
itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang
perbaikan. Oleh karena trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi
menyebabkan edema dan nekrosis dikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pcmbuluh darah yang tersumbat
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak peningkatan tekanan
intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hermisfer otak, dan
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak
yang disebabkan oleh anoksia serebral dapar reversibel untuk waktu 4-6 menit.
terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak
perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Jika volume darah lebih
dan
60cc maka risiko kematian sebesar 93% pada perdarahan dalam dan 71% pada
volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Arif Muttaqin
2013)
Otak merupakan bagian tubuh yang sangat sensitif oksigen dan gukosakarena
jaringan otak tidak dapat menyimpan kelebihan oksigen dari glukosa seperti
halnya pada otot. Meskipun berat otak sekitar 2 % dari seluruh berat badan,
darah ke otak terhambat maka akan terjadi iskemia dan terjadi gangguan
metabolisme otak yang kemudian terjadi gangguan perfusi screbral. Area otak
otak terganggu lebih dan 30detik pasien dapat menjadi tidak sadar dan dapat
terjadi kerusakanjaringan otak yang permanen jika aliran darah otak terganggu
lebih dan
a. Mekanisme anastomosis
karotis terbagi menjadi karotis interna dan karotis eksterna. Karotis interna
dasar tengkorak melaiui jalan tembus dan tulang yang dibentuk oleh
prosesus transverse dan vertebra servikal mulai dan C6 sampai dengan Cl.
medial dan inferior arteri baik bagian lateral lobus temporal dan occipital.
Arteri serebri posterior dihubungkan dengan arteri screbri media dan arteri
terjadi perubahan tekanan darah arteri yang dramatis. (Tarwoto edisi II)
b. Mekanisme Autoregulasi
Oksigen dan glukosa adalah dua elemen yang penting untuk metaboliesme
serebral yang dipenuhi oleh aliran darah secara terus menerus. Aliran darah
adekuat.
Keadaan iskemia yang relatif pendek/cepat dan dapat pulih kembali disebut
transient ischemic attacks (TIAs). Selama periode anoxia (tidak ada oksigen)
metabolisme otak cepat terganggu. Sel otak akan mati dan terjadi perubahan
a. Pemeriksaan Laboratorium
Darah yang diperiksa antara lain jumlah sel darah merah, sel darah
Tes ini terdiri dari tiga pemeriksaan, yaitu prothombin time, partial
Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol, asam
urat, dan lain-lain. Andai kata kadar gula darah atau kolesterol berlebih,
b. Pemeriksaan penunjang
1) Angiografi serebral
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
3) CT scan
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya
otak.
4) MRI
5) USG Doppler
karotis).
6) EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dan
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
2.8 Penatalaksaaan
2.8.1 Keperawatan
a) Penatalaksanaan Umum
natrium.
dan refleks.
2) Fase rehabilitasi
sendi (ROM)
2.8.2 Medis
edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark
pernapasan.
klien harus diubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan -latihan gerak pasif.
f. Pembedahan
g. Terapi obat-obatan
1) Stroke iskemia
lasminogen).
dengan hipertensi.
2.9 Komplikasi
b. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah. Curah jantung, dan
mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area
cedera.
c. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium
2.10.1 Pengkajian
pasien yang
memungkinkan perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan pada
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
nadi bervariasi.
terdahulu.
hari.
Pengkajian psikologis
penting
untuk menilai respons emosi kiien terhadap penyakit yang
Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti
memengaruhi keuangan
keluarga sehingga faktor biaya ini dapat memengaruhi stabilitas
(Muttaqin, 2011).
e. Aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
makan klien.
2) Minum
3) Eliminasi
dan postural.
4) Pemeriksaan fisik
a) B 1 (Breathing)
kesadaran koma.
Palpasi
toraks didapatkan raktil premitus seimbang kanan dan kiri.
b) B2 (Blood)
c) B3 (Brain)
(1). Status Mental. Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara
ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut
lesi yang memengaruhi fungsi dan serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang
bahasa lisan atau bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada bagian posterior dan
klien dapat mengerti, tetapi ridak dapat menjawab dengan tepat dan
bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang
bbrtanggung jawab
untuk menghasilkan bicara. Apraksia (ketidakmarnpuan untuk melakukan
(4). Lobus Frontal. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didapatkan
jika kerusakan telah rerjadi pada lobus frontal kapasitas, memori, atau
umum terjadi dan mungkin diperberat oleh respons alamiah klien terhadap
penyakit katastrofik ini. Masalah psikologis lain juga umurn terjadi dan
XII.
(1). Saraf I. Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman. (2). Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras
visual-spasial
(mendapatkan hubungan dua atau Iebih objek dalam area spasial) sering
terlihat pada klien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat
(3). Saraf III, IV, dan VI Jika akibat stroke rnengakibatkan paralisis, pada satu
(5). Saraf VII. Persepsi pengecapan dalarn batas normal, wajah asimetris, dan
(6). Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli kondukrif dan tuli
persepsi.
membuka mulut.
(9). Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi,
Pengkajian Sistem Motorik. Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN)
karena UMN bersilangan, gangguan kontrol motor volunrer pada salah satu sisi
tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada UMN di sisi yang berlawanan dan
otak.
(1). Inspeksi Umurn. Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan
(4). Kekuatan Otot. Pada penilaian dengan menggunakan tingkat kekuatan otot
respons normal. Pemeriksaan Refleks Patologis. Pada fase akut refleks fisiologis
sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan
a) Gerakan Involunter. Tidak ditemukan adanya tremors, tic, dan distonia. Pada
anak dengan stroke disertai peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang
karena gangguan jaras sensori primer di antara mata dan korteks visual.
dalam area
spasial) sering terlihat pada klien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak
berupa kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan
d) B4 (Bladder)
kontrol mororik dan postural. Kadang kontrol sfingrer urine eksternal hilang
neurologis luas.
e) B5 (Bowel)
muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebahkan oleh peningkaran
luas.
f) B6 (Bone)
gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan
kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dan otak.
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu
sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan
salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan
O2 , kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan
buruk. Selain itu, perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah
a) Pemeriksaan neurologis
tanda vital, karena sangat berhubungan dengan fungsi kehidupan dan tanda-
tanda lain yang berkaitan dengan masalah yang terjadi. Misalnya, pada
pasien dengan spinal cord injury akan ditemukan masalah klasik hipotensi,
adekuatnya perfusi organ vital dapat diakibatkan oleh tekanan darah yang
tidak adekuat.
Perubahan tanda vital dapat pula terjadi pada peningkatan tekanan
Spontan 4
Terhadap bicara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada respon 1
Mengikuti perintah 6
Menunjuk tempat rangsangan 5
Menghindar dari stimulus 4
Fleksi abnormal (dekortikasi) 3
Fleksi abnormal (deserebrasi) 2
Tidak ada respon 1
b. Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi,
lain.
tungkai bawah
femoris.
Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit kea rah jari melalui
sisi lateral. Orang normal akan memberikan respon fleksi jari-jari dan
penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki
kontraksi m.gastroenemius.
N IV & X).
(7). Refleks Faring
Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi muntahan (N
IX & X).
nerfus hipoglosus.
d. Nyeri akut
fisik.
otot facial/oral
2.10.3 Intervensi/Rencana Asuhan Keperawatan
Tabel 6
No Diagnosa keperawatan NOC NIC
1. Ketidakefektifan perfusi NOC NOC
jaringan otak - Circulation status Perawatan sirkulasi : insufisiensi vena
- Tissue prefusion : cerebral - Monitor status neurologi klien
Batasan karakteristik Kriteria Hasil : - Monitor tingkat kesadaran klien.
- Massa tromboplastin - Mendemonstrasikan status sirkulasi yang - Berikan terapi oksigen untuk klien.
parsial abnormal ditandai dengan - Sesuaikan kepala tempat tidur untuk
- Aneurisme serebri - Tekanan systole dan diastole dalam mengoptimalkan perfusi serebral
- Hipertensi rentang yang diharapkan - Letakan kepala dan leher klien dalam posisi
- Trauma kepala - Tidak ada ortostatikhipertensi netral, hindari fleksi pinggang yang yang
- Terapi trombolitik - Tidak ada tanda-tanda peningkatan berlebihan
tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 Manajemen Sensasi Perifer
mmHg) - Atur posisi klien
- Mendemonstrasikan kemampuan - Monitor perbedaan terhadap tajam/tumpul
kognitif yang ditandai dengan : atau panas/dingin.
- Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai - Monitor paresthesia (mati rasa dan
dengan kemampuan kesemutan)
- Menunjukan perhatian, konsentrasi dan - Monitor indra penciuman klien
orientasi - Monitor respon babinski klien
- Memproses informasi - Hindrari kegiatan yang bisa meningkatkan
- Membuat keputusan dengan benar tekanan intrakranial
- Menunjukan fungsi sensori motori Pengecekan Kulit
cranial yang utuh : tingkat kesadaran - Monitor tanda-tanda vital klien (suhu,
membaik, tidak ada gerakan-gerakan tekananan darah, nadi, dan respirasi)
involunter - Berikan terapi intravena
- Berikan obat sesuai order dokter
- Manajemen pengobatan
- Atur suhu klien.
2 Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan tubuh - Nutritional status Nutrition Management
- Nutritional status : food and fluid - Kaji adanya alergi makanan
Batasan karakteristik : - Intake - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Kram abdomen - Nutritional status : nutrient intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
Nyeri abdomen - Weight control dibutuhkan klien
Menghindari makanan - Anjurkan klien untuk meningkatkan intake
Berat badan 20% atau Kriteria Hasil :
Fe
lebih bawah berat - Adanya peningkatan berat badan sesuai - Anjurkan klien untuk meningkatkan
badan ideal dengan tujuan protein dan vit C
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi - Berikan subtansi gula
Diare
badan - Yakinkan diet yang dimakan mengandung
Bising usus hiperaktif
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Kurang informasi - Mampu mengidentifikasi kebutuhan - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
Tonus otot menurun nutrisi kalori
- Menunjukan fungsi pengecapan dari - Berikan informasi tentang kebutuhan
menelan nutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat badan - Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan
yang berarti nutrisi yang dibutuhkan.
Nutrition Monitoring
- BB klien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
- Monitor interaksi anak atau orang tua
selama makan
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
- Monitor kulit kering dan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nutrisi
3 Nyeri akut NOC : NIC
- Pain Level, Pain Management
Batasan karakteristik : - Pain control, - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Laporan secara verbal - Comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
atau non verbal kualitas dan faktor presipitasi
Fakta dari observasi Kriteria Hasil : - Observasi reaksi nonverbal dari
Posisi antalgic untuk - Mampu mengontrol nyeri (tahu ketidaknyamanan
menghindari nyeri penyebab nyeri, mampu - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
Gerakan melindungi menggunakan tehnik mengetahui pengalaman nyeri klien
Tingkah laku berhati- nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
hati mencari bantuan) - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang - Evaluasi bersama klien dan tim kesehatan lain
Muka topeng
dengan menggunakan manajemen nyeri tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
Gangguan tidur (mata
- Mampu mengenali nyeri (skala, lampau
sayu, tampak capek,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) - Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan
sulit atau gerakan
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri menemukan dukungan
kacau, menyeringai)
berkurang - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
Terfokus pada diri nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
- Tanda vital dalam rentang normal
sendiri kebisingan
Fokus menyempit - Kurangi faktor presipitasi nyeri
(penurunan persepsi - Pilih dan lakukan penanganan nyeri
waktu, kerusakan (farmakologi, non farmakologi dan inter
proses berpikir, personal)
penurunan interaksi
dengan orang dan - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
lingkungan) intervensi
Tingkah laku distraksi, - Ajarkan tentang teknik non farmakologi
contoh : jalan-jalan, - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
menemui orang lain - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
dan/atau aktivitas, - Tingkatkan istirahat
aktivitas berulang- - Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
ulang) dan tindakan nyeri tidak berhasil
Respon autonom - Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
(seperti diaphoresis, nyeri
perubahan tekanan Analgesic Administration
darah, perubahan nafas, - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
nadi dan dilatasi pupil) derajat nyeri sebelum pemberian obat
Perubahan autonomic - Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
dalam tonus otot dan frekuensi
(mungkin dalam - Cek riwayat alergi
rentang dari lemah ke - Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi
kaku) dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
Tingkah laku ekspresif - Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
(contoh : gelisah, beratnya nyeri
merintih, menangis, - Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan
waspada, iritabel, nafas dosis optimal
panjang/berkeluh - Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
kesah) pengobatan nyeri secara teratur
Perubahan dalam nafsu - Monitor vital sign sebelum dan sesudah
makan dan minum pemberian analgesik pertama kali
- Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
4 Hambatan mobilitas fisik NOC : NIC :
- Joint Movement : Active Perawatan Tirah Baring
Batasan karakteristik : - Mobility Level - Berikan latihan : pergerakan sendi
- Postur tubuh yang tidak - Self care : ADLs - Lakukan perawatan rambut dan kulit kepala
stabil selama - Transfer performance - Lakukan pemeliharaan kesehatan mulut
melakukan kegiatan Pengaturan Posisi
rutin harian - Berikan pengaturan posisi : neurologi
- Keterbatasan Kriteria Hasil : - berikan bantuan perawatan diri :
kemampuan untuk - Klien meningkat dalam aktivitas fisik mandi/kebersihan
melakukan - Mengerti tujuan dari peningkatan - berikan bantuan perawatan diri :
keterampilan motorik mobilitas berpakaian/berdandan
kasar - Memverbalisasikan perasaan dalam
- berikan bantuan diri : ADL
- Keterbatasan meningkatkan kekuatan dan kemampuan
- Berikan perawatan diri : eliminasi
kemampuan untuk berpindah
melakukan - Memperagakan penggunaan alat Bantu
keterampilan motorik untuk mobilisasi (walker)
halus
- Tidak ada koordinasi
atau pergerakan yang
tersentak-sentak
- Keterbatasan ROM
- Kesulitan berbalik
(belok)
- Perubahan gaya
berjalan (Misal :
penurunan kecepatan
berjalan, kesulitan
memulai jalan, langkah
sempit, kaki diseret,
goyangan yang
berlebihan pada posisi
lateral)
- Penurunan waktu reaksi
- Bergerak menyebabkan
nafas menjadi pendek
- Usaha yang kuat untuk
perubahan gerak
(peningkatan perhatian
untuk aktivitas lain,
mengontrol perilaku,
fokus dalam anggapan
ketidakmampuan
aktivitas)
- Pergerakan yang
lambat
- Bergerak menyebabkan
tremor
5 Defisit perawatan diri mandi NOC : NIC :
- Activity Intolerance Memandikan
Batasan karakteristik : - Mobility :physical impaired - Berikan perawatan rambut dan kulit kepala
- Ketidakmampuan - Self care deficit hygine klien
untuk mengakses - Sensory perception, auditory disturbed
- Berikan pemeliharaan kesehatan mulut
kamar mandi klien
- Ketidakmampuan Bantuan Perawatan Diri :
untuk mengeringkan Kriteria Hasil : Mandi/Kebersihan
tubuh - Perawatan diri ostomi : tindakan pribadi
- Lakukan peningkatan latihan kepada klien
- Ketidakmampuan mempertahankan ostomi untuk eliminasi
- Lakukan pencegahan resiko jatuh pada
untuk mengambil - Perawatan diri : Aktivitas kehidupan
klien
peralatan mandi sehari-hari (ADL) mampu untuk
- Berikan bantuan klien untuk mengontrol
- Ketidakmampuan melkukan aktivitas perawatan fisik dan
pemberian analgesik
untuk menjangkau pribadi secara mandiri atau dengan alat - Berikan pengaturan posisi klien
sumber air bantu
- Berikan bantuan perawatan diri klien
- Ketidakmampuan - Perawatan diri mandi : mampu untuk
- Berikan bantuan perawatan diri : IADL
untuk mengatur air membersihkan tubuh sendiri secara
mandi mandiri dengan tanpa alat bantu
- Ketidakmampuan - Perawatan diri hygine : mampu untuk
untuk membasuh tubuh mempertahankan kebersihan dan
penampilan yang rapi secara mandiri
atau dengan tanpa alat bantu
- Perawatan hygine oral : mampu untuk
merawat mulut dan gigi secara mandiri
atau dengan tanpa alat bantu
- Mampu mempertahankan mobilitas yang
dibutuhkan untuk kekamar mandi dan
menydiakan perlengkapan mandi
- Membersihkan dan mengeringkan tubuh
- Mengungkapkan secara verbal kepuasan
tentang kebrsihan tubuh dan oral hygine
6 Kerusakan integritas kulit NOC : NIC :
- Tissue integrity : skin and mucous Pressure ulcer prevention wound care
Faktor-faktor resiko : - Wound healing : primary and secondary - Anjurkan klien untuk menggunakan
Eksternal intention pakaian yang longgar
- Zat kimia, Radiasi Kriteria Hasil : - Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
- Usia yang ekstrim - Perfusi jaringan normal - Mobilisasi klien (ubah posisi klien) setiap
- Kelembapan - Tidak ada tanda-tanda infeksi dua jam sekali
- Hipertermia, - Ketebalan dan tekstur jaringan normal - Monitor kulit akan adanya kemerahan
hipotermia - Menunjukan pemahaman dalam proses - Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
- Faktor mekanik perbaikan kulit dan mencegah tejadinya daerah yang tertekan
(mis:gaya gunting, cidera berulang - Monitor aktivitas dan mobilisasi klien
shearing forces) - Menunjukan proses penyembuhan luka - Monitor status nutrisi klien
- Medikasi - Memandikan klien dengan sabun dan air
- Lembab hangat
- Imobilitas fisik - Observasi luka : lokasi, dimensi,
Internal kedalaman luka, tanda-tanda infeksi
- Perubahan status cairan lokal, formasi
- Perubahan pigmentasi taktus
- Perubahan turgor - Ajarkan keluarga tentang luka dan
- Faktor perkembangan perawatan luka
- Kondisi - Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet
ketidakseimbangan TKP (tinggi kalori tinggi protein)
- Cegah kontiminasi feses dan urine
nutrisi (mis:obesitas, - Lakukan teknik perawatan lukan dengan
emasiasi) steril
- Penurunan imunologis - Berikan posisi yang mengurangi tekanan
- Penurunan sirkulasi pada luka
- Kondisi gangguan - Hindari kerutatan pada luka
metabolik
- Gangguan sensasi
- Tonjolan tulang
7 Resiko jatuh NOC : NIC
- Trauma risk for Fall prevention
Faktor Resiko - Injury risk for - Mengidentifikasi defisit kognitif atau fisik klien
- Dewasa Kriteria Hasil : yang dapat meningkatkan potensi jatuh dalam
- Anak - Keseimbangan : kemampuan untuk lingkungan tertentu
- Kognitif mempertahankan ekuilbrium - Mengidentifikasi prilaku dan faktor yang
- Lingkungan - Gerakan terkoordinasi mempengaruhi resiko jatuh
- Medikasi - Prilaku pencegahan jatuh - Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang
- Fisiologis - Kejadian jatuh : tidak ada kejadian jatuh dapat meningkatkan potensi untuk jatuh
- Pengetahuan : pemahaman pencegahan - Sarankan perubahan pada gaya berjalan klien
jatuh - Mendorong klirn untuk menggunakan tongkat
- Pengetahuan keselamatan fisik atau kursi roda
- Prngetahuan : keamanan pribadi - Ajarkan klien bagaimana jatuh untuk
meminimalkan cedera
- Memantau kemampuan untuk mentrasfer dari
tempat tidur ke kursi dan demikian pulla
sebaliknya
- Menydiakan toilet ditinggikan untuk
memudahkan transfer
- Membantu ke toilet seringkali, interval
dijadwalkan
- Hindari kekacauan pada permukaan lantai
- Memberikan pencahayaan yang memadai untuk
mrningkatkan visibilitas
- Menyediakan lampu malam disamping tempat
tidur
- Menyediakan pegangan tangan dan memegang
tiang
- Sarankan alas kaki yang aman
- Anjurkan klien untuk memakai kaca mata
sesuai ketika keluar tempat tidur
2.10.5 Evaluasi
3.1.1 Pengkajian
I. Identitas Klien
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Pendidikan :SD
Penanggung jawab
Nama :Tn.R
Umur : 26 Tahun
Pekerjaan : Buruh
M6Vafasia) , Klien hanya terbaring lemah dan anggota gerak sebelah kanan
klien lemah. Keluarga klien mengatakan sebelum klien masuk rumah sakit,
klien hendak mengambil nasi untuk makan sahur lalu ia mengalami sakit
kepala tiba-tiba dan langsung tidak sadarkan diri. Klien terpasang; infus RL
tiba- tiba hingga tidak sadarkan diri, keluarga klien juga mengatakan klien
pernah
dirawat dirumah sakit yang sama dengan keluhan penyakit jantung pada tahun
lalu. Klien mengalami riwayat penyakit jantung sudah 1 tahun yang lalu.
yang sama seperti klien ,kakek dan ibu klien dahulunya juga memiliki riwayat
Genogram :
Keterangan :
: laki-laki : meninggal
1. Kepala
- Rambut
Rambut klien tipis lurus, berminyak dan lepek, tidak ada lesi pada kulit
kepala klien, rambut klien juga di tumbuhi uban, tidak ada ketombe, kulit
kepala bersih dan tidak ada benjolan pada kulit kepala klien.
- Mata
Pupil isokor dengan ukuran pupil 3mm kiri dan kanan, reflek cahaya +/+ ,
saat diberi ransangan cahaya pupil kedua mengecil, fungsi penglihatan baik,
skelra non ikterik simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda.
- Telinga
- Hidung
Bentuk simetris kiri dan kanan, dan juga tidak terpasang O2dan NGT, fungsi
penciuman baik.
Mulut sedikit bersih,gigi kuramg lengkap, lidah kotor, bibir tidak kering dan
2. Leher
Tidak terdapat jejas di leher, tidak ada pembengkakan, tidak ada pembesaran
3. Thorak
- Paru-paru
intensitas getaran yang sama antara paru kanan dan paru kiri.
Aus : Bunyi nafas vesikuler, suara nafas tidak terdengar wheezing. Frekuensi
19x/i
- Jantung
Ins : Ictus cordis terlihat, di interkostal 5 sisi kiri agak medial dari linea
midclavikularis sinistra
Pp :Ictus cordi teraba , ictus cordis ada pada spatium (SIC) V disebelah
4. Abdomen
matang.
6. Ekstremitas
Kekuatan otot
2222 5555
2222 5555
Kekuatan normal : 5
Kelemahan sedang : 4
Gerakan trace : 1
Keterangan :
8. Integumen : Terdapat lesi pada kulit, kulit sawo matang, tidak kering.
9. Pemeriksaan Neurologis
Reflek Fisiologis
a. Reflek kornea : Berkedip (baik)
c. Reflek cahaya : Baik, pupil klien mengecil (2mm) apabila terkena cahaya
e. Reflek bisep : Fleksi lengan bawah kanan (-) dan bisep fleksi lengan kiri
bawah (+)
Reflek Patologis
f. Reflek Babinsky : Goresan lembut ujung pena membuat ujung jari kaki
bergerak.
tangan kanan.
h. Reflek Sucking :Klien mampu menghisap dan meminum air dengan pipet.
gangguan pada tangan dan kaki sebelah kanan, karna mengalami kelemahan.
10. NervusPemeriksaan
Nervus III Okulomotoris : Dilatasi reaksi pupil normal, terjadi pengecilan pupil
Nervus V Trigeminus : Tidak ada gangguan pada kornea kanan dan kiri
Nervus VI Abdusen : Dapat menggerakkan bola mata kesamping pada jarak 45 0
Nervus VII Fasialis : Kedua pipi klien tidak dapat terangkat saat klien senyum
Nervus VIII Auditorius : Klien bisa mendengar suara detik pada jam tangan
menelan
Nervus XI Assesorius : Kepala klien susah digerakkan dan juga klien susah
mengangkat bahu
Nervus XII Hipoglosus : Respon lidah kurang baik karena klien susah
menggerakkan lidah dari sisi yang satu ke sisi yang lain, dan juga terdapat
pada nervus VI, VII ,IX, X, XI dan XI. Pada nervus I saat
tidak
bicara
V. Data Biologis
Tabel 7
Eliminasi
BAB
Frekuensi 2x sehari -
Warna Kuning kecoklatan -
Bau Khas -
Konsistensi Padat -
Kesulitan - Karena tidak beraktifitas
BAK
Frekuensi ± 5-6 x/hari ± 3-4 x/hari
Warna Kuning Kuning kecoklatan
Bau Khas Khas
Konsistensi Cair Cair
Kesulitan - -
Personal Hygiene
Mandi 2x/hari 1x/hari
Cuci Rambut 2x/hari 1x/hari
Gosok Gigi 2x/hari 1x/hari
Potong Kuku - -
Drip:
Inj. Piracetam 2x3gr jam 06.00 wib dan jam 18.00 wib
Indikasi mengatasi penyakit sirkulasi srebral dan penyakit
serebrovaskulardan Pengobatan infrak serebal.
Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap Piracetam, gangguan gi8njal
berat (bersihan kreatinin <20 ml/menit)
Efek samping : rasa gugup, agitasi, iritabilitas, rasa lelah dan gangguan
tidur. Gangguan saluran cerna misalnya: nausea, muntah, diare, dan
gastralgia. Yang jarang terjadi adalah pusing-pusing, sakit kepala,
tremor, peningkatan libido. Mulut kering, penambahan berat badan dan
umumnya reaksi hipersensitivitas dermatologik.
Inj. Ranitidine 2x1 jam 06.00 dan jam 18.00 wib
Indikasi/Kegunaanya untuk sakit maag atau asam lambung.
Kontra indikasi: riwayat alergi terhadap ranitidin, ibu yang menyusui,
pemberian ranitidin juga perlu diawasi pada kondisi gagal ginjal
Efek samping : sakit kepala, sulit buang air besar, diare, mual, nyeri
perut, gatal-gatal pada kulit.
II. Data Fokus
a. Data Subjektif
Klien tampak sadar
(Klien diam jika di tanya, klien tidak bisa bicara dan
mengungkapkannya).
Klien hanya diam dan klien gelisah apabila merasa tidak nyaman
b. Data Objektif
Tingkat kesadaran : Compos mentis (afasia)
GCS : E :4 M:6 V:afasia
Klien mengalami kelemahan pada anggota gerak sebelah kanan
Kekuatan otot :
2222 5555
2222 5555
Klien tampak lemah
Klien tidak memiliki riwayat stroke
Tidak dapat menggerakkan bola mata kesamping pada jarak 450
Klien tidak mampu melakukan perawatan diri mandi/hygiene,
berpakaian/berhiasmakan dan eliminasi karena mengalami penurunan
kesadaran.
Klien mengalami penurunan kesadaran
Tingkat kesadaran :
Vital SigN
TD : 140/80 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 19 x/menit
SPO2 : -
- Nervus
Nervus II Optikus : Klien bisa melihat warna dengan jelas, klien bisa
Nervus V Trigeminus : Tidak ada gangguan pada kornea kanan dan kiri
jarak 450
Nervus VII Fasialis : Kedua pipi klien tidak dapat terangkat saat klien
Nervus VIII Auditorius : Klien bisa mendengar suara detik pada jam
tangan
Nervus Glossofaringeus/menelan: Ada gangguan saat menelan atau
susah menelan
Nervus XI Asesoris : Kepala klien bisa digerakkan dan juga klien susah
Nervus XII Hipoglosus : Respon lidah kurang baik karena klien susah
menggerakkan lidah dari sisi yang satu ke sisi yang lain, dan juga
VII,IX,X,XI,XII
Bronkhopneumonia Bilateral
Data Obyektif :
- Klien tampak lemah
- Kekuatan otot klien
2222 5555
2222 5555
- Klien mengalami kelemahan pada
anggota gerak sebelah kanan
- Klien tampak lemah ADL tampak
dibantu keluarga (nilai ADL)
- Klien tampak terbaring lemah di
tempat tidur
- Vital Sign:
TD : 140/80 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 19 x/menit
SPO2: -
- Klien banyak beraktivitas ditempat
tidur
- Klien tampak keterbatasan gerak sendi
- Klien tampak keterbatasan gerak sendi
- Klien tampak bed rest
- Klien tampak kesulitan untuk duduk
- Ekstremitas sebelah kanan, tampak
susahy digerakkan
- Nervus pada klien yang bemasalah
adalah Nervus VII,IX,X,XI,XII
Foto Thorax Ap ; Skoliosis Thorakalis, Iga
Dan Jaringan Lunak Dinding Dada Tak
Tampak Kelainan.
Sinuses Dan Diafragma Normal Cor : Tak
Membesar ,CTI Normal Mediastinum Atas
Tak Melebar. Trakes
Relative Di Tengah Pulmo, Hili Kabur,
Corak Bronkhovaskuler Bertambah
Infiltrat Perihiler
Kesan ; Pembesaran Jantung Dan Bendungan
Paru DD Posisi
Bronkhopneumonia Bilateral
10.00 WIB 2. Menyatakan dengan jelas harapan penyakit yang diderita klien
terhadap pelaku keluarga pasien - Keluarga sangat khawatir dengan
3. Menjelaskan semua prosedur dan apa kondisi klien saat ini
yang dirasakan selama prosedur O:
4. Memahami prespektif keluarga pasien - Keluarga tampak gelisah
terhadap situasi stress - Keluarga tampak tidak mengerti
5. Menemani pasien untuk memberikan kondisi klien saat ini
keamanan dan mengurangi takut - Keluarga klien tampak bertanya-tanya
6. Mendorong keluarga untuk menemani - Keluarga klien tampak bingung
7. Mendengarkan dengan penuh perhatian A : Ansietas
8. Mengidentifikasi tingkat kecemasan
P : Intervensi, Menggunakan pendekatan
9. Membantu keluarga pasien megenal
yang menenangkan, Menyatakan dengan
situasi yang menimbulkan kecemasan
jelas harapan terhadap pelaku keluarga
10. Mendorong keluarga pasien untuk
pasien, Menjelaskan semua prosedur dan
mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
apa yang dirasakan selama prosedur,
Hari /
No Dx Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
1. Selasa / Hambatan mobilitas 1. Memberikan latihan : pergerakan sendi S :
Hari /
No Dx Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
1. Rabu / Hambatan mobilitas 1. Memberikan latihan : pergerakan sendi S :
kepada klien - Keluarga klien mengatakan klien
21/06/2017 fisik sebelum sakit sering mengeluh sakit
2. Melakukan perawatan rambut dan kulit kepala, klien juga bingung saat ditanya
kepala klien dan bicara klien tidak merespon.
IADL klien
5. Mendengarkan dengan penuh perhatian
8. Menganjurkan kunjungan keluarga
secara teratur untuk memberi stimulus
komunikasi.
3. Rabu / Defisit perawatan diri : 1. Memberikan perawatan rambut dan kulit S :
kepala klien - Setelah dilakukan personal dan oral
21/06/2017 Mandi hygine klien mengatakan merasa
2. Memberikan pemeliharaan kesehatan nyaman
mulut klien O:
- Klien tampak nyaman
3. Melakukan peningkatan latihan kepada - Klien sudah terasa wangi
klien A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan oleh perawat
4. Melakukan pencegahan resiko jatuh pada diruangan.
klien
5. Memberikan bantuan klien untuk
mengontrol pemberian analgesik
6. Memberikan pengaturan posisi klien
(miring kiri kanan) setiap 2 jam
7. Memberikan bantuan perawatan diri
klien
Memberikan bantuan perawatan diri :
IADL klien
BAB IV
PEMBAHASAN
Selama penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien Ny. W Dengan Stroke
tanggal 19-21 juni 2017. Beberapa hal yang perlu dibahas dan diperhatikan dalam
dan mengaplikasikan proses Asuhan Keperawatan pada klien dengan Stroke Iskemik
( Non Hemoragik ) sesuai dengan teori-teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas
asuhan keperawatan yang diberikan dan sejauh mana keberhasilan yang dicapai akan
4.1. Pengkajian
untuk mendapatkan data dari klien sendiri, karena klien susah untuk
berinteraksi, dan tidak bisa bicara, namun penulis mendapatkan data dari
keluarga klien, catatan medis, perawat ruangan dan tenaga kesehatan lainnya.
Dari data yang di dapatkan dari keluarga pasien Usia pasien adalah 68 tahun,
dapat dikatakan bahwa pasien sudah memasuki lanjut usia. Secara konsep
kasus tertinggi terjadi pada usia diatas 65 tahun, namun ada 28% kasus stroke
terjadi pada usia kurang dari 65 tahun dan stroke hampir terjadi di setiap
lanjut usia dibagi menjadi 3, yaitu kelompok usia dalam masa virilitas (
berada dalam
keluarga dan masyarakat luas) (45-54 tahun), kelompok usia dalam masa
presinium (berada pada keluarga, masyarakat, dan organisasi lanjut usia) (55-
64 tahun), dan kelompok masa senecrus (hidup sendiri, terpencil, hidup dalam
panti, dan penderita penyakit berat) (>65 tahun). Hal ini juga membuktikan
bahwa kelompok lanjut usia diatas 65 tahun sudah memasuki masa dengan
berbagai macam penyakit. Proses penuaan tidak dapat dihindari oleh setiap
salah satunya terlihat dari sel, dimana sel adalah penyusun organ-organ
penting untuk tubuh. Sel di dalam tubuh menjadi lebih sedikit jumlahnya,
lebih besar ukuranya, terganggunya mekanisme perbaikan sel, dan jumlah sel
beratnya berkurang
hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat
(Chunfang
2003).
Riwayat hipertensi yang sejak satu tahun yang lalu dialami pasien juga dapat
darah serial 150/95 mmHg atau lebih pada orang yang berusia diatas 50 tahun
lanjut usia karena sering ditemukan menjadi faktor utama payah jantung dan
koroner, lebih dari separuh kematian diatas 60 tahun disebabkan oleh penyakit
hipertensi yang definit, dengan tekanan darah sistolik > 140 dan diastolic > 90
Smeltzer dan Bare (2002) mengatakan bahwa hipertensi yang tidak terkontrol
darah didalam pembuluh darah otak atau leher), aterosklerosis serebral dan
otak dari bagian tubuh yang lain), abnormalitas patologik pada jantung kiri
berasalnya embolis. Hal ini juga terjadi pada semua pasien yang terkena
Bukittinggi.
tekanan darah di dalam arteri dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu
jantung
memompa lebih kuat sehingga mengalirkan banyak cairan pada setiap
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
darah, inilah yang terjadi pada lanjut usia dimana dinding arteri telah menebal
didapatkan data bahwa Ny. W (68 tahun) adalah seorang ibu rumah tangga
yang datang ke Rumah Sakit RSUD Dr. Achmad Muchtar karena mengalami
kepala dengan tiba-tiba dan merasa lemas pada badannya, dan tidak dapat
pupil isokor dengan diameter 3mm/3mm, reflek babinski +/+, Hasil Foto
(afasia), anggota gerak kanan pasien lemah, kekuatan otot kanan kiri klien
2222/5555, klien tidak mampu beraktivitas secara mandiri, klien juga tidak
Masalah kedua yang muncul dari kasus yang ada adalah Hambatan
yang muncul klien mengalami penurunan sirkulasi darah keotak dengan skala
Composmentis (afasia), klien tidak bisa berkata-kata dan hanya bisa memakai
bahasa isyarat.
Masalah ketiga yang muncul dari kasus yang ada adalah defisit perawatan diri
ekstremitas kanan dan kiri adalah 2222/5555, tonus otot menurun, kemudian
oleh keluarga atau perawat (Dongoes, dkk, 2010). Penyakit stroke tidak hanya
atau tidak bergeraknya salah satu anggota tubuh (Smeltzer & Bare, 2002).
Defisit perawatan diri : Mandi, juga dapat meningkatkan rasa percaya diri
pasien, karena biasanya pasien yang terkena stroke pemenuhan ADL selalu
dilakukan karena hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya masalah lanjut
diderita oleh pasien, dan keluarga pun mengatakan bingung dengan penyakit
prioritas masalah yang ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada teori
dapat ditegakkan pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan
dilakukan.
Latihan fisik pada pasien stroke terdiri dari mobilisasi ditempat tidur dan
latihan duduk. Mobilisasi dini terdiri dari mobilisasi duduk dan rentang
adalah Range Of Motion (ROM) atau Rentang Gerak Sendi (RPS), karena
dalam
pemenuhan aktivitas, sehingga kedua komponen ini harus di dahulukan untuk
merupakan proses motor learning yang merupakan satu set proses latihan
untuk memiliki kemampuan motorik yang telah dipelajari dulu (Mudie &
Matyas, 2000).
serebral, Letakan kepala dan leher klien dalam posisi netral, hindari fleksi
dan respirasi), Berikan terapi intravena, Berikan obat sesuai order dokter,
: eliminasi.
klien, Lakukan pencegahan resiko jatuh pada klien, Berikan bantuan klien
IADL.
pelaku keluarga pasien, jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
situasi yang
menimbulkan kecemasan, dorong keluarga pasien untuk mengungkapkan
teknik relaksasi.
rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada klien terlebih
dahulu melakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien agar tindakan
yang akan diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien, sehingga
dihadapi klien.
serebral, meletakan kepala dan leher klien dalam posisi netral, hindari
fleksi pinggang yang yang berlebihan, mengatur posisi klien setiap 2 jam,
tindakan keperawatan.
pada klien.
asuhan keperawatan.
4.4. Evaluasi
Dari 4 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang
yang maksimal memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan klien,
Untuk diagnosa pertama yaitu, Hambatan Mobilitas di tempat tidur hasil yang
Keluarga klien mengatakan klien gelisah, Klien tampak sadar, GCS (E4
Vafasia M6), Tanda tanda vital klien : TD : 140/80 mmHg, N: 80x/i, P: 20x/i,
aktifitas klien dibantu keluarga, Klien tampak lemah, Klien tampak susah
menggerakan badan, Klien tampak susah untuk miring kiri dan kanan,
2222 5555
2222 5555
ditempat tidur.
Untuk diagnosa kedua yaitu Hambatan Komunikasi Verbal, hasil yang penulis
dapatkan adalah Keluarga klien mengatakan klien tidak bicara, Klien tampak
(vasialis).
Untuk diagnosa ketiga yaitu Defisit Perawatan Diri : Oral hygine, hasil yang
penjelasan yang di jelaskan oleh perawat, klien sudah tampak rapi, wangi dan
terhadap klien dan mengerti akan masalah yang dialami oleh klien saat ini,
dan mengurangi takut pada klien. Keluarga klien tampak mengerti dan
memahami kondisi klien dari penjelasan yang di jelaskan oleh perawat, klien
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Penyakit stroke adalah salah satu penyakit dalam bidang neurologi yang
2. Penyakit stroke yang sering diderita adalah stroke iskemik (hampir 80%)
adalah trombosis.
4. Masalah-masalah yang sering muncul pada pasien stroke yang sedang ada
pasien diberi informasi yang memadai mengenai Stroke Iskemik itu sendiri
pencegahan pun dapat dilakukan dengan segera. Adapun untuk pasien yang
hidup yang tidak baik sehingga bisa terhindar dari penyakit Stroke Iskemik.
informasi yang akan sangat berguna untuk melakukan rencana tindakan yang
tepat nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Canadia Best Practice Recommendation For Stroke Care. (2013). Diunduh pada
Depkes RI. (2013). Pola pembinaan kesehatan usia lanjut di panti werdha. Jakarta :
Lemone, P., & Burke, K. (2004). Medical surgical nursing: assement &
Mutaqqin, A. (2013). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan
Price, S.A., & Wilson, L. M. (2002). Patofisiologi konsep klinis proses penyakit. Edisi
6. Jakarta : EGC
http://www.eprints.undip.ac.id/6482.pdf
Stockslager, J., & Schaeffer, L. (2008). Buku Saku: Asuhan Keperawatan Geriatric.
Biodata
Agama : Islam
Anak Ke : 3 (Tiga)
Ibu : Chornarita
Barat, Sumbar
Pendidikan :