Anda di halaman 1dari 11

A. 1. Jelaskan tipe watak pasien dan upaya menghadapinya!

Jawab :
Tipe watak pada pasien adalah exciting. Jenis ini memiliki karakteristik yang
mirip dengan pemikiran filosofis, namun dokter gigi membutuhkan lebih banyak
upaya, kesabaran, dan perhatian terhadap pasien jenis ini. Tipe ini metodis, tepat,
ketat, dan sering membuat permintaan berlebihan. Pasien mungkin dalam kondisi
kesehatan yang buruk dan sangat membutuhkan perawatan, namun mereka tetap
tidak mau menerima saran dokter gigi untuk mencabut gigi yang tidak dapat dirawat
dan memakai gigi palsu. Pasien dengan riwayat kelainan perawatan gigi sering kali
meragukan kemampuan dokter gigi untuk merancang gigi tiruan yang dapat bekerja
secara fungsional dan estetis. Selain itu, pasien ini seringkali menginginkan jaminan
perawatan dan menuntut lebih banyak tanpa biaya tambahan. Namun, setelah pasien
ini puas dengan pengobatannya, pasien ini dapat menjadi pendukung terbesar dokter.
Upaya menghadapinya yaitu dengan menjelaskan tujuan dan prosedur secara
jelas yang bisa ditampilkan dalam bentuk gambar maupun ilustrasi, menjelaskan
kerugian, efek samping, ketidaknyamanan dan masalah yang mungkin muncul
selama perawatan, dokter gigi tidak diperkenankan memberikan janji manis yaitu
dengan mengatakan semuanya akan berkata mulus karena pasien akan meminta
jaminannya, dan kemungkinan akan adanya penambahan kunjungan ekstra.
Sumber:
Jubhari EH, Rachellea K. Patient mental attitude: a systematic review. J
Dentomaxillofac Sci 2020; 5(2): 69-73.

2. Bagaimana bentuk komunikasi yang sesuai untuk tipe pasien tersebut diatas!
Jawab :
Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan salah satu
kompetensi yang sangat penting dan harus dikuasai oleh dokter. Kompetensi
komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah
kesehatan pasien. Komunikasi yang efektif dapat mengurangi keraguan pasien, serta
menambah kepatuhan dari pasien. Dokter dan pasien sama-sama memperoleh
manfaat dari saling berbagi dalam hubungan yang erat.
Setiap pihak merasa dimengerti. Pasien merasa aman dan terlindungi jika dokter
yang menanganinya melakukan yang terbaik untuk pasiennya. Ketika saling
terhubung, sang dokter dapat mengerti dan bereaksi lebih baik pada perubahan
perilaku dan perhatiannya pada pasien setiap saat. Komunikasi yang efektif antara
dokter dan pasien sangatlah diperlukan untuk memperoleh hasil yang optimal, berupa
masalah kesehatan yang dapat diselesaikan dan kesembuhan pasien.
Bentuk komunikasi yang disampaikan dokter ke pasien tersebut adalah dengan cara
1. Setara (> modern)
Bentuk komunikasi jenis ini seperti berbicara dengan sesama orang dewasa.
Dokter gigi akan menjelaskan kepada pasien dengan teliti, methodological,
akurat karena pasien tersebuat akan menggurui dokter gigi maka dokter gigi
harus mampu berbicara secara baik dengan pasien.
2. Interpretive
Bentuk komunikasi jenis ini yaitu dokter dan pasien akan berdiskusi
mengenai alternative perawatan yang akan dilakukan. Sehingga saling
menguntungkan satu sama lain, baik dokter maupun pasien.
Sumber:
Fourianalistyawati E. KOMUNIKASI YANG RELEVAN DAN EFEKTIF
ANTARA DOKTER DAN PASIEN. Jurnal Psikogenesis 2012; 1(1): 82-7.

B. 1. Jelaskan diagnosis periodontal kasus tersebut dan etiologinya!


Jawab :
Berdasarkan skenario, diagnosis periodontal dari kasus tersebut menurut
klasifikasi AAP tahun 2017 adalah periodontitis stage III. Ini ditentukan dari adanya
kehilangan perlekatan ≥ 5 mm pada gigi 24 dimana pada kasus kedalaman poketnya
adalah 6 mm dengan pola kehilangan tulang vertical yang berarti bahwa gigi tersebut
sudah mengalami kehilangan perlekatan. Selain itu, kriteria pada stage III juga
meliputi adanya probing depth / kedalaman probing sebesar ≥ 6 mm yang ditemukan
pada gigi 24. Kemudian kriteria yang selanjutnya adalah adanya kehilangan tulang
vertical yang juga ditemukan pada kasus gigi 24 dimana dituliskan bahwa terdapat
pola kehilangan tulang vertical.
Etiologi dari periodontitis yang terjadi pada pasien adalah plak gigi karena OH
pasien yang buruk yang diketahui dari OHIS pasien, yaitu 4,1. Secara klinis tingkat
kebersihan mulut dinilai dengan kriteria Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S).
Oral hygiene index-simplified (OHI-S) merupakan gabungan dari penilaian debris
index simplified (DI-S) dan calculus index simplified (CI-S).
OHI-S dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
• Baik: 0 - 1,2
• Sedang 1,3 - 3,0
• Buruk 3,1 - 6,0.
Pada kasus, nilai OHIS pasien termasuk ke dalam kelompok buruk yang artinya
terdapat banyak debris dan kalkulus yang terdapat pada mulut pasien. Plak
merupakan permulaan terjadinya kelainan periodontal. Bakteri-bakteri plak tidak
langsung masuk ke jaringan periodontal oleh karena itu berarti terjadi interaksi dulu
antara produk-produk yang dihasilkan oleh bakteri tersebut, dengan sistem kekebalan
tubuh individu yang menimbulkan proses radang yang destruktif pada penyakit
periodontal. Produk-produk bakteri tersebut meliputi enzim yang merusak jaringan
gingiva dan endotoksin yang menyebabkan infeksi pada jaringan periodontal sebagai
hasil metabolisme bakteri. Pada sulkus gingivalis, plak hanya dipisahkan oleh lapisan
epitel tipis dari jaringan sehinggan memudahkan terjadinya respon peradangan lokal
pada gingiva dan ini merupakan kunci dari timbulnya pertahanan terhadap masuknya
bakteri tersebut. Secara klinis hal tersebut dapat terlihat 2-4 hari setelah penumpukan
plak. Disamping itu pecahnya mast cell menyebabkan dilepasnya histamine dan
serotonin dan juga heparin yang mempunyai efek resorpsi tulang dan ini bertanggung
jawab terhadap hilangnya tulang yang terjadi pada kelainan periodontal seperti yang
terlihat pada kasus yaitu adanya pola kehilangan tulang vertical pada gigi 24.
Selain itu, terjadinya tilting pada gigi 23 dan 27 dapat menyebabkan hilangnya titik
kontak yang menyebabkan terjadinya diastema. Diastema tersebut kemudian
menyebabkan penumpukan sisa makanan / impaksi makanan yang menjadi plak pada
gigi.
Sumber:
1. Tonetti MS, Greenwell H, Kornman KS. Staging and grading of periodontitis:
Framework and proposal of a new classification and case definition. J Periodontol
2018; 89 (Suppl 1): S165-6.
2. Anggraini CW, Aris WM, Pujiastuti P. Gambaran Status Kebersihan Rongga
Mulut dan Status Gingiva Pasien RSGM Universitas Jember Oktober-November
Tahun 2015 (The Description of Oral Hygiene Status and Gingival Status of Patients
in Dental Hospital of Jember University on October-November 2015). e-Jurnal
Pustaka Kesehatan 2016; 4(3): 526-7.
3. Panjaitan M. Etiologi Karies Gigi dan Penyakit Periodontal. Edisi 2. Medan: USU
Press, 2018: 45-6

2. Jelaskan rencana perawatan periodontal pada kasus tersebut!


Jawab :
Perawatan dental mencakup aspek untuk melakukan tindakan perawatan terhadap
keluhan yang dialami pasien dan mencegah terjadinya keparahan berlanjut.
Perawatan difokuskan untuk melakukan perawatan periodontal yang dialami pasien.
Perawatan periodontal dilakukan dengan sekuens atau berupa fase pada kasus dengan
diagnosis periodontitis stage III yang berdasarkan klasifikasi AAP tahun 2017.
Dalam melakukan perawatan terhadap kasus periodontalnya, dokter gigi dapat
melakukan prosedur terapi periodontal kepada pasien dalam jangka waktu yang
panjang. Tujuan utama dilakukannya terapi periodontal adalah eliminasi penyebab
utama penyakit periodontal serta faktor-faktor lokal yang memperberat penyakit
periodontal.
Untuk tujuan tersebut, maka terapi periodontal terbagi menjadi 4 fase, yakni:
1. Fase I
Merupakan terapi awal atau etiotropik, yang tujuannya mengeliminasi faktor etiologi
dan faktor-faktor predisposisi terjadinya penyakit periodontal. Pada kasus, fase ini
meliputi kontrol plak, scaling dan root planing yang dilakukan untuk penyingkiran
poket.
2. Evaluasi Fase I
Pengecekan kembali mengenai perawatan yang telah dilakukan pada fase I yakni
kedalaman poket dengan melakukan probing, serta pengecekan kembali terhadap
plak dan kalkulus.
3. Fase II
Berupa terapi bedah periodontal, yang tujuannya mengontrol atau mengeliminasi
penyakit periodontal, meliputi perawatan poket periodontal, namun pada kasus ini
terapi bedah periodontal tidak dilakukan.
4. Fase III
Fase III merupakan fase restoratif, dimana pada fase ini akan dibuat gigi tiruan
sebagian lepasan dengan basis resin akrilik.
5. Evaluasi Fase III
Evaluasi dilakukan setelah pembuatan GTSL yakni dengan melakukan pemeriksaan
periodontal.
6. Fase IV (Fase Pemeliharaan)
Merupakan terapi pemeliharaan, yang tujuannya mempertahankan kesehatan jaringan
periodonsium setelah terapi-terapi sebelumnya dengan mengontrol infeksi
periodontal dan mencegah terjadinya rekurensi penyakit periodontal. Hal ini meliputi
kunjungan berkala untuk mengevaluasi kondisi plak dan kalkulus, poket dan
inflamasi gingiva, oklusi, mobiliti gigi, dan perubahan-perubahan patologis lainnya,
termasuk efek penggunaan gigi tiruan terhadap jaringan periodonsium.
Suatu terapi periodontal membutuhkan perencanaan yang bersifat jangka panjang.
Kesuksesan suatu penatalaksanaan penyakit periodontal membutuhkan program
pemeliharaan yang baik dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan hasil
perawatan yang sudah ada, serta mencegah terjadinya perkembangan suatu penyakit
baru. Tanpa adanya program pemeliharaan pasca perawatan periodontal, maka sangat
mudah terjadi rekurensi penyakit periodontal, baik berupa peningkatan kedalaman
poket, maupun kehilangan tulang dan pada akhirmya kehilangan gigi. Kemungkinan
kehilangan gigi akan berkurang apabila pada pasien dilakukan perawatan
pemeliharaan periodontal (supportive periodontal treatment).
C. Setelah dilakukan preprosthetic treatment, dokter gigi akan memberikan dua alternatif
jenis gigitiruan yang sesuai dengan kondisi pasien  GTSL Akrilik dan GTSL Kerangka
Logam
1. Tentukan gigi penyangga yang berfungsi sebagai penahan langsung dan jelaskan
alasannya !
Jawab :
Syarat menjadikan gigi penyangga ialah gigi yang dijadikan harus sehat dan dekat
dengan daerah gigi yang akan diganti. Adapun letak dari gigi penyangga dapat
berdasarkan estetis dan fulcrum line. Jenis gigi penyangga dapat dilihat dari bentuk,
kekuatan dan ukuran harus normal dan sehat dalam hubungan yang satu terhadap
yang lainnya. Gigi penyangga anterior biasanya dipertimbangkan faktor estetik agar
tidak tampak, tanpa mengabaikan fungsi retensinya. sedangkan pada gigi posterior
faktor estetik bukanlah tujuan utama dan penempatan cengkeramnya umumnya tidak
bermasalah. Meskipun demikian rehabilitasi gigi posterior untuk pembuatan GTSL
kerangka logam (GTSLKL) tetap memerlukan perhatian yang tak kalah pentingnya
dengan gigi anterior. Intensitas kehilangan gigi posterior lebih banyak dari gigi
anterior sehingga memerlukan rehabilitasi prostetik karena mengakibatkan gangguan
fungsi pengunyahan. Ada berbagai macam cengkeram untuk gigi posterior sehingga
pemilihan cengkeram yang tepat harus disesuaikan dengan kondisi dalam mulut
pasien, baik itu gigi yang masih ada maupun jaringan lunaknya.
Gigi penyangga yang dapat di pakai untuk gigi tiruan yang akan dipakai ialah gigi
15, 23, dan 27. Gigi 24 tidak digunakan sebagai gigi penyangga mengingat bahwa
gigi 24 tidak bisa di dindikasikan sebagai penyangga.
Sumber :
Moh. Dharmautama, dkk. Pengaruh pemilihan gigi penyangga terhadap desain
cengkeram rangka logam. Dentofasial 2012; 11(2): 84-90.

2. Tentukan perencanaan desain cangkolan dan jelaskan alasannya !


Jawab :
Untuk menentukan desain cangkolan perlu diketahui klasifikasi kehilangan gigi pada
pasien kehilangan gigi di klasifikasikan kennedy Klas II modifikasi 2. Untuk
dukungan pada klasifikasi klas II adalah dukungan gigi dan jaringan. Design
cangkolan membentuk design segitiga/triangle sesuai dengan klasifikasi Miller.
• Gigi 15: Cangkolan dipasang dari arah mesial ke distal dan menerapkan tipe
pengungkit klas II, hal ini dilakukan menghindari tipe pengungkit I karena bila
dilakukan akan mengungkit gigi 15. Pada tipe pengungkit klas II titik fulcrum berada
di ujung, tekanan pada ujung yang berlawanan dan tekanan berada di tengah. Dapat
digunakan cangkolan akers yang terdiri dari lengan bukal (retentive), palatal
(resiprokal), dan sandaran oklusal. Cangkolan yang dipakai ialah cangkolan akers,
Cangkolan ini memeluk lebih dari setengah bagian gigi sandaran dan menunjukkan
kontak tiga titik pada gigi yang bersambung setengah bagian gigi sandaran dan
menunjukkan kontak tiga titik pada gigi yang bersambung atau terbatas. Indikasi
cangkolan ini juga untuk gigi premolar dan molar terutama bila gigi tidak miring.
Untuk GTSL akrilik digunakan cangkolan jari tiga yang terdiri dari lengan retentive,
reciprocal dan sandaran oklusal. Digunakan untuk gigi premolar dan molar.
• Gigi 23: Cangkolan dipasang dari arah distal ke mesial dan menerapkan tipe
pengungkit kelas I, hal ini dengan pertimbangan estetis (agar tidak terlalu terlihat
dari arah mesial), namun untuk mencegah terungkit gigi 23 maka dilakukan
penambahan indirect retainer. Cangkolan yang digunakan ialah cangkolan T bars.
Cangkolan ini cukup memenuhi persyaratan estetik mengingat pasien menginginkan
penampilan yang baik dan berada pada caninus gigi anterior yg membutuhkan estetis.
Untuk GTSL akrilik digunakan cangkolan jari satu/ cangkolan C, yang letaknya pada
bagian bukal gigi penyangga (hanya lengan retentive saja) dan digunakan pada gigi
kaninus
• Gigi 27: Cangkolan dipasang dari arah mesial ke distal dan menerapkan tipe
pengungkit klas II, hal ini dilakukan menghindari tipe pengungkit I karena bila
dilakukan akan mengungkit gigi 27. Pada tipe pengungkit klas II titik fulcrum berada
di ujung, tekanan pada ujung yang berlawanan dan tekanan berada di tengah. Dapat
digunakan cangkolan cincin yang terdiri dari lengan bukal (retentive), palatal
(resiprokal), dan sandaran oklusal. Indikasi untuk cangkolan ini juga digunakan pada
gigi molar terakhir yang berdiri sendiri. Untuk GTSL akrilik digunakan cangkolan
jari tiga yang terdiri dari lengan retentive, reciprocal dan sandaran oklusal.
Digunakan untuk gigi premolar dan molar.

3. Tentukan arah pasang dan arah lepas (kemiringan model) yang terbaik untuk pasien
tersebut!
Jawab :
Pada gigi 23 dan 27 sedikit miring ke mesial 5 derajat, maka arah pasang nya yaitu
tilting posterior. Tilting posterior (bagian anterior dari model diarahkan ke atas).
Biasanya digunakan kasus dengan perluasan daerah tidak bergigi pada daerah
anterior. Tujuan memberi arah tiruan dari anterior ke masuk gigi posterior
menghilangkan mesial undercut dan kedudukan gigi tiruan dengan gigi penyangga
dengan tujuan estetik untuk menghindarkan celah antara anasir gigi tiruan dan gigi
penyangga. Sedangkan arah lepas nya yaitu tilting anterior. Tilting anterior (bagian
posterior dari model diarahkan keatas). Pada kasus gigi tiruan berujung bebas kearah
anterior sehingga akan menyebabkan bertambahnya retensi dan stabilisasi dan akan
mengurangi vertical displacement pada waktu berfungsi.

4. Gambarkan Desain lengkap GTSL Akrilik dan GTSL Kerangka Logam


a. Klasifikasi Kennedy
b. Dukungan
c. Retainer
d. Konektor
e. Arah pasang

Jawab :
a) Klasifikasi Kennedy pada pasien ialah Klas II Modifikasi 2. Dimana terlihat
kehilangan pada gigi 17,16,21,22,25,26. Dimana terdapat unilateral free end
klas II pada regio 1.
b) Dukungan utk gigi penyangga 15 = gigi dan mukosa
Dukungan untuk gigi 23 dan 27 = gigi
Dukungan / Support berfungsi untuk mencegah gigi tiruan bergerak ke arah
gingiva.
c) Retainer merupakan bagian dari gigi tiruan yang berfungsi memberi retensi
pada gigi tiruan agar tetap pada tempat / kedudukannya.
Retainer pada GTKL
 Gigi 15 : Retainer Direct ialah Aker’s clasp
 Gigi 23 : Retainer Direct nya ialah T bar dan Retainer Indirect nya ialah
Singulum rest
 Gigi 27 : Retainer Direct ialah Ring’s clasp
Retainer pada GTSL AKRILIK
 Gigi 15 : Retainer Direct nya ialah sandaran 3 jari
 Gigi 23 : Retainer Direct nya ialah sandaran 1 jari dan Indirect nya ialah
penebalan plat basis
 Gigi 27 : Retainer Direct nya ialah sandaran 3 jari
GTKL GIGI 23 (CINGULUM REST)
- Sebagai indirect retainer
- Digunakan ketika marginal ridge P1 terlalu dekat dengan fulcrum line
Berfungsi untuk mencegah pergerakan rotasi GT

GTSL AKRILIK GIGI 23 (PENEBALAN PLAT BASIS)


- Sebagai indirect retainer
- Penebalan plat basis yang terhubung dengan konektor mayor
menyediakan rigiditas -> resistensi terhadap distorsi dengan
mendistribusikan gayanya
d) MAYOR
Untuk GTKL menggunakan Anteroposterior palatal strap/Double palatal bar
sedangkan untuk GTSL AKRILIK dapat dilakukan perluasan basis sampai
menutupi palatum sampai ke tuberositas dan hamular notch.

GTKL-DOUBLE PALATAL BAR/ANTEROPOSTERIOR BAR


Merupakan kombinasi anterior palatal strap dan post palatal bar
Indikasi:
Ketika gigi penyangga ant dan post terpisah
Jauh
++: rigid, kuat, penutupan jaringan lunak terbatas
MINOR
- Menghubungkan clasp dengan konektor mayor
- Menghubungkan indirect retainer dengan konektor mayor
- Menghubungkan basis GT dengan konektor mayor - berupa meshwork
pada area edentulous
- Menghubungkan approach arm pada clasp tipe bar
e) Ditentukan dengan survei, tilting yang telah dilakukan.
Memerhatian 4 faktor
- Guiding plane maksimal
- Estetis maksimal
- Retensi maksimal
- Interference minimal
Kasus: Tilting posterior
Maka, Arah pasang - dari ant ke post Arah lepas - dari post ke ant.
Sumber:
Nallaswamy D, dkk. Textbook of Prosthodontics 1st ed. New Delhi: Jaypee Brothers ;
2013: 307-98
5. Dari dua desain gigitiruan yang akan dijelaskan kepada pasien, tentukan desain mana
yang lebih tepat untuk pasien tersebut diatas dan berikan alasannya !
Jawab :
Desain yang lebih tepat untuk pasien tersebut ialah GTSL dari akrilik. GTSL akrilik
lebih memebuhi factor estetis yang lebih baik, warnanya lebih sesuai dengan jaringan
disekitarnya. Basis pada GTSL akrilik memungkinkan pemberian warna dan
pengembalian kontur wajah penderita sehingga alamiah. Di scenario dikatakan bahwa
pasien khawatir jika gigi tiruan yang akan dipasang merusak penampilannya sebagai
seorang dosen, terutama pada gigi anterior pasien juga mengalami kehilangan gigi,
maka GTSL resin akrilik merupakan pilihan terbaik. Kelebihan dari GTSL resin
akrilik ini juga mudah direparasi bila patah tanpa mengalami ditorsi, mudah
dimanipulasi, kekuatannya baik, harganya terjangkau dan tahan lama. Untuk masalah
dari Oral Hygiene pasien dapat dilakukan DHE pada pasien. Pasien dapat diminta
untuk menjaga OH dengan menyikat gigi 2x sehari dan berkumur setelah makan, tidak
lupa untuk membuka gigi tiruan saat tidur dan gigi tiruan direndam pada saat pasien
tidur.
Sumber :
Thressia M. Proses pembuatan gigi tiruan Sebagian lepasan dari bahan kombinasi
logam dan akrilik. J Kesehatan Perintis 2015; Vol 1(3): 2-3.

Anda mungkin juga menyukai