Anda di halaman 1dari 9

1. Jelaskan diagnosis kelainan periodontal pada kasus tersebut !

Jawab :
1) Periodontitis Apikal Kronis
Diketahui dari pemeriksaan klinis bahwa gigi 11 mengalami perubahan. Warna dan
pada ronsen foto terlihat adanya daerah radiolusen pada periapical dan gigi sudah
berubah warna karena jatuh 2 tahun lalu. Maka diagnosis kelainan pada kasus tersebut
ialah Periodontitis Apikalis Asimtomatis atau Periodontitis Apikalis Kronis, Menurut
Walton, periodontitis apikalis kronis (PAK) merupakan penyakit gigi yang berkembang
setelah terjadinya nekrosis pulpa dan infeksi akibat karies, trauma, atau prosedur
iatrogenik. Periodontitis apikalis kronis tidak menunjukkan gejala atau hanya
ketidaknyaman yang ringan dan dapat diklasifikasikan sebagai periodontitis apikalis
asimtomatik. Gigi dengan periodontitis apikalis kronis tidak memberi respon terhadap
rangsangan elektrik ataupun termal. Pada pemeriksaan radiologi menunjukkan
terputusnya lamina dura, pelebaran ligament periodontal yang tampak seperti
radiolusensi kecil atau besar, tersebar maupun terbatas. Periodontitis apikalis kronis
berkembang setelah meredanya fase akut dan infeksi sebagai akibat dari karies, trauma,
dan prosedur iatrogenik.

2) Berdasarkan International Workshop for a Classification of Periodotal


Diseasaes and Condition 1999.
Diagnosis : Periodontitis Kronis Generalisata
Periodontitis kronis didifenisikan sebagai penyakit infeksi akibat terjadinya inflamasi
pada jaringan lunak gigi, terjadinya kehilangan jaringan ikat secara progresif dan
kehilangan tulang. Umumnya pravelensi dan keparahan dari periodontitis kronis sejalan
dengan usia, pravelensi tertinggi terjadi pada orang dewasa namun dapat juga ditemukan
pada anak – anak dan orang tua.
Periodontitis kronis berhubungan dengan akumulasi plak dan kalkulus yang umunya
bersifat kronis, kumulatif dan memiliki progresifitas yang berjalan lambat. Periodontitis
kronis generalisata, didiagnosis secara klinis berdasarkan kasus menunjukkan :
- Daerah yang terlibat lebih dari 30%
- Adanya faktor lokal berupa akumulasi plak dan kalkulus
- Adanya inflmasi kronis pada marginal gingival
- Adanya poket periodontal dan terjadi kehilangan perlekatan
- Besar destruksi sejalan dengan besarnya faktor lokal
- Mobiliti gigi
- Resesi gingiva
- Halitosis (OH buruk)

3) Berdasarkan klasifikasi Staging and Grading Periodontitis oleh Academy of


Periodontology 2017
Stage 4 Grade A

Stage 4 Grade A
Kehilangan ≥5 gigi : 7 gigi (kasus) Tidak ada kehilangan tulang 5 tahun
[48,47,46,38,37,36,16] terakhir
Derajat mobility gigi ≥2 : gigi 23 mobiliti Deposit biofilm yang berat dengan
derajat 3 tingkat kerusakan rendah
Drifting : gigi 23 bergerak ke arah distal Tidak memiliki kebiasaan merokok
Disfungsi pengunyahan Tidak memiliki penyakit sistemik yang
memperberat, seperti hipertensi/diabetes

Sumber :
 American Association of Endodontic. ENDODONTICS: Colleagues for
Excellence. Article Review 2013 by Drs. Peter J. Babick, Gary R. Hartwell,
Terryl A. Propper and Martin J. Rogers. page 4.
 Lang NP, Bartold PM. Periodontal health. J Clin Periodontol. 2018;45(Suppl
20): S230–S6
 Lindhe J, Ranney R, Lamster I, et al. Consensus report: chronic periodontitis.
Ann Periodontol. 1999; 4: 38.

2. Jelaskan rencana perawatan pendahuluan untuk kasus tersebut!


Jawab :
Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan lunak
maupun keras, dalam rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan. Tujuan
perawatan pendahuluan ialah usaha mempersiapkan gigi dan mulut dalam menerima
gigitiruan. Perawatan ini meliputi :
 Perawatan pendahuluan yang dilakukan adalah perawatan periodontal. Resesi
gingiva umumnya terjadi sebagai manifestasi keradangan akibat akumulasi plak
dan kalkulus pada permukaan gigi dimana pada kasus diketahui adanya kalkulus
hampir pada semua gigi yang tersisa. Interaksi antara bakteri dan respons imun
host dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang mengakibatkan resesi gingiva.
Pada kondisi seperti ini, perawatan yang tepat adalah scaling untuk mrnghilangkan
kalkulus pada gigi yang tersisa.
 Perawatan selanjutnya yang dilakukan adalah perawatan bedah/ non-bedah untuk
resesi gingiva, karena pada kasus tidak diinformasikan seberapa dalam gingiva
pasien mengalami resesi. Menurut penelitian, jika resesi gingiva masih dalam batas
< 2 mm, maka perawatan masih dapat dilakukan secara non bedah. Indikasi teknik
bedah mukogingiva adalah untuk resesi gingiva kelas I dan II klasifikasi Miller.
Resesi gingiva dapat dirawat secara bedah maupun non bedah. Tujuan kedua
macam perawatan tersebut adalah menghilangkan keluhan penderita, baik secara
estetik, fungsi maupun bila ada keluhan rasa sakitnya.
 Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan bedah. Pada pasien dapat
dilakukan : Pencabutan sisa akar (radiks). Setiap gigi diperiksa apakah cukup
penting dan masih dapat dipertahankan untuk keberhasilan gigitiruan yang akan
dibuat atau harus dicabut. Gigi yang cukup kuat yang akan dijadikan sandaran
dapat dipertahankan sebaliknya gigi yang dapat menimbulkan kesulitan dalam
pembuatan gigitiruan sebaiknya dicabut. Pengambilan sisa akar yang terpenting
dapat dilakukan dari permukaan labial/bukal, atau palatal tanpa mengurangi tinggi
alveolar ridge. Pada kasus, Gigi 24,25,26 radiks yang selanjutnya dapat dilakukan
tindakan pengambilan sisa akar dengan pencabutan. Gigi 23 karies profunda di
bagian mesial dan migrasi kedistal serta mobiliti 3 dapat dilakukannya pencabutan.
 Tindakan Konservasi Sebelum merencanakan gigitiruan harus diketahui perbaikan
yang akurat terhadap gigi-gigi yang ada. Antara lain : Penambalan, Pembuatan
inlay, dsb , dan Kedudukan rest . Pada kasus, Gigi 11 berubah warna dan pada ro
foto terlihat adanya daerah radiolusen pada periapical dan sudah tidak merasakan
sakit maka akan dilakukannya tindakan perawatan saluran akar yang selanjutnya
dilakukan penambalan dan bleaching. Gigi 17 Karies dentin bagian oklusal yang
meluas ke distal dapat dilakukannya penambalan.

Sumber :

 Krismariono A. Prinsip dasar perawatan resesi gingiva. Dentika Dent J 2014;


18(1): 97-8.

3. Jelaskan klasifikasi kehilangan gigi menurut Kennedy dan Apllegate pada kasus diatas!
Jawab :
 Rincian klasifikasi kennedy:
Klas I : Adanya ujung bebas pada dua sisi (bilateral free end), mempunyai daerah tanpa
gigi di belakang gigi yang tertinggal pada sebuah sisi rahang.
Klas II :
Adanya ujung bebas pada satu sisi (unilateral free end), mempunyai daerah tanpa gigi
dibelakang gigi yang tertinggal pada satu sisi rahang saja.
Klas III : Bila tidak ada ujung bebas (free end), mempunyai gigi yang tertinggal di
bagian belakang kedua sisi.
Klas IV : Adanya letak sadel pada gigi anterior dan melewati median line. Bila terdapat
daerah tidak bergigi tambahan oleh Kennedy disebut sebagai modifikasi, kecuali klas IV
tidak ada modifikasi.
 Rahang Atas :
Pada kasus di ketahui gigi 16, 24, 25 dan 26 adalah radiks dan harus dicabut, maka
klas ditentukan setelah pencabutan gigi, maka menurut klasifikasi Kennedy adalah
kehilangan gigi pada rahang atas sesuai kasus adalah Klas III modifikasi 1.
 Rahang Bawah :
Pada kasus diketahui pada rahang bawah gigi yang hilang adalah gigi
36,37,38,46,47,48, sesuai klasifikasi kehilangan gigi menurut Kennedy maka kasus
ini termasuk pada klas I (bilateral free end).

 Klasifikasi Applegate
Klas I : daerah tak bergigi sama dengan Klas I Kennedy.
Klas II : daerah tak bergigi sama dengan Klas II Kennedy.
Klas III : daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangga tidak mampu
dijadikan sebagai gigi penyangga.
Klas IV : daerah tak bergigi sama dengan Klas IV Kennedy.
Klas V : daerah tak bergigi paradental, dimana gigi anterior tidak bisa dijadikan sebagai
penyangga.
Klas VI : daerah tak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga masih bisa dijadikan
sebagai penyangga.

 Rahang Atas :
Pada kasus diketahui gigi yang hilang adalah gigi 24, 25, 26 maka dapat disimpulkan
bahwa ini adalah klas V. karena kehilangan gigi 24, 25, 26 tidak dapat di dukung oleh
gigi 23 akibat mobiliti 3 dan tidak cukup hanya pada gigi 27 dan 28. modifikasi dari
kasus ini adalah 1 karena terdapat gigiyang hilang yaitu gigi 16.
 Rahang Bawah :
Pada kasus diketahui pada rahang bawah gigi yang hilang adalah gigi
36,37,38,46,47,48, sesuai klasifikasi kehilangan gigi menurut Applegate maka kasus
ini termasuk pada klas I (bilateral free end).
Rahang Atas : Klasifikasi Apllegate-Kennedy kelas V modifikasi 1P
Daerah edentulus paradental (sama dengan klas III kennedy), dimana gigi asli anterior
tidak dapat sebagi gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah. Kasus ini banyak
dijumpai di rahang atas karena gigi caninus dicabut. Secara klinis dijumpai:
 Daerah tidak bergigi sangat panjang
 Daya kunyah pasien berlebihan
 Bentuk atau panjang akar gigi penahan kurang memadai
Rahang Bawah : Klasifikasi Applegate-Kennedy Klas I
Area edentulous sama seperti klasifikasi kehilangan gigi menurut Kennedy. Kondisi klas I
lebih sering dijumpai pada pasien yang telah beberapa tahun kehilangan giginya dan pada
rahang bawah.. Secara klinis dijumpai:
 Gigi asli yang masih ada sudah migrasi dalam beberapa posisi
 Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat
 Jumlah gigi yang tertinggal di anterior biasanya 6 – 10 gigi saja.

Sumber :
 Aruna B, Bhandari A. (2014). A simplified classification system for partially
edentulous spaces. International Journal of Medical Research and Health
Sciences. 3. 436 – 40.

4. Jelaskan rencana perawatan secara prostodontik untuk kasus tersebut!


Jawab :
Setelah perawatan pendahuluan selesai, maka dapat dilakukan perawatan secara
prostodontik dengan berupa pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, baik dengan basis
akrilik ataupun kerangka logam tergantung kesepakatan pasien dan dokter gigi.
Pada kasus ini, kami memilih GTSL kerangka logam, dengan tindakan perawatan
meliputi:
 Prosedur diagnostic, Untuk menegakkan diagnosa terlebih dahulu dilakukan
anamnesa terhadap keluhan pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi
dan mulut.
 Lalu lakukan pencetakan anatomis dan fisiologis. Untuk rahang bawah dapat
dilakukan pencetakan ganda pada klas I.
 Lalu dapat dilakukan survey model pada kedua model pasien.
 Penentuan dukungan gigi GTSL
Pada rahang atas : tooth suported
Pada rahang bawah : tooth and tissue supported.
 Perencanaan desain cangkolan
 Rahang Atas :
Gigi 27 : cangkolan berjalan dari arah mesial ke distal
Gigi 17 : cangkolan berjalan dari arah mesial ke distal
Gigi 15 : cangkolan berjalan dari arah distal ke mesial
 Rahang bawah :
Gigi 35 : cangkolan berjalan dari arah mesial ke distal
Gigi 45 : cangkolan berjalan dari arah mesial ke distal
 Penetuan arah pasang dan lepas saat dilakukan survey model
Rahang atas : tilting posterior untuk menghilangkan mesial undercut
Rahang bawah : tilting anterior untuk menghilangkan distal undercut
 Penentuan desain GTSL kerangka logam
Terdiri dari :
 Konektor mayor : rahang atas dengan single palatal bar dan rahang bawah
dengan double lingual bar.
 Retainer : pada rahang atas gigi 27, 17, 15 dan rahang bawah 35 dan 45
menggunakan akers clasp
 Sadel
 Anasir gigi tiruan
 Pemilihan warna anasir GTSL
Penentun warna anasir gigitiruan sebagian lepasan, dapat disesuaikan dengan warna
gigi yang masih ada serta usia pasien. Pemilihan warna gigi dilakukan dengan
bantuan shade guide dan dibawah cahaya yang berasal dari sinar matahari karena
sinarnya merupakan sinar alamiah.
 Pasang Percobaan Gigitiruan Sebagian Lepasan
Pemeriksaan pertama dilakukan pada model kerja dalam keadaan terpasang pada
artikulator untuk memastikan bahwa konstruksi, kecekatan dan penampilan
gigitiruan yang dibuat tekniker sesuai dengan desain yang diresepkan dokter gigi.
 Pemasangan Gigitiruan Sebagian Lepasan
Setelah gigitiruan selesai diproses, perlu dilakukan pemeriksaan pada permukaan
yang menghadap ke jaringan mulut dan permukaan yang dipoles harus bebas dari
gelembung serta goresan tajam untuk menghindari trauma pada mukosa serta
tumpukan plak. Pemeriksaan juga dilakukan pada komponen gigitiruan meliputi
konektor, retainer, cangkolan dan sadel, bila tajam dapat melukai jaringan mulut.
 Pemeriksaan Pasca Pemasangan Gigitiruan Sebagian Lepasan
Pemeriksaan dijadwalkan seminggu setelah pemasangan gigitiruan. Perlu ditanyakan
kepada pasien mengenai permasalahan kenyamanan dan fungsi gigitiruan, kemudian
lakukan pemeriksaan pada jaringan lunak rongga mulut apakah terdapat ulserasi atau
eritema serta oklusi dengan articulating paper.
Sumber :
 Thressia M. PROSES PEMBUATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
DARI BAHAN KOMBINASI LOGAM DAN AKRILIK. Jurnal Kesehatan
Perintis, Juni 2015; 1 (3): 1 – 4.

5. Jelaskan klasifikasi desain cangkolan menurut Miller dan Cummer pada kasus tersebut!
Jawab :
Klas I Klas II Klas III Klas IV
Miller Dua cangkolan Dua cangkolan Tiga cangkolan Empat cangkolan
yang lurus yang letaknya yang membentuk yang membentuk
berhadapan dan diagonal. segitiga di tengah segi empat di
tegak lurus median prothesa bila tengah prothesa
line. dihubung dengan bila dihubungkan
garis. dengan garis
Cummer Diagnonal, yang Diametric, yang Unilateral, Multilateral,
menggunakan 2 menggunakan 2 cangkolan terletak cangkolan dapat
buah cangkolan cangkolan yang pada satu sisi berupa segitiga
berhadapan berhadapan tegak rahang. maupun
diagonal. lurus. segiempat.

Pada kasus dapat dilihat bahwa kehilangan gigi Rahang Atas 23, 24, 25, 26, dan 16.
Dan pada rahang bawah 36, 37, 38, 46, 47, 48. Maka desain cangkolan menurut Miller
dan Cummer ialah :
A. Menurut Miller
Pada Rahang atas : Klas III, karena terdapat tiga cangkolan yang akan
membentuk segitiga di tengah prothesa bila dihubungkan dengan garis.
Pada Rahang Bawah : Klas I, karena terdapat dua cangkolan yang lurus
berhadapan dan tegak lurus median line
B. Menurut Cummer
Pada Rahang atas : Klas IV, karena akan membentuk segitiga di tengah
prothesa.
Pada Rahang bawah : Klas II, karena menggunakan 2 cangkolan yang
berhadapan tegak lurus.
Sumber :
 Rachman A, Prosiding, PERIL IKG 25-26 Mei 2007, Disain Gigi Tiruan Sebagian
Lepasan Frame: Kasus Berujung Bebas, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Padjadjaran, Bandung

Anda mungkin juga menyukai