Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERIAN KERINGANAN

PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB)


DAN BEBAS BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR (BBNKB)
DI DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2016

Kurniati
IPDN Kampus Kalimantan Barat
E-mail: ti.kurnia@ymail.comk

Abstrak
Tujuan Penelitian ini yaitu untuk menganalisis implementasi hasil penerapan Keputusan
Gubernur Nomor 544/Dispenda/2016 tentang Pemberian Keringanan Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) di Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Kalimantan Barat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori
William N. Dunn tentang implementasi hasil kebijakan dengan menggunakan 6 (enam)
indikator yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, ketepatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun dikatakan sudah efektif dan efisien dari
segi hasil Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencapai target, namun masih terdapat
permasalahan, antara lain: Realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
belum efektif dan tidak berbanding lurus dengan peningkatan jumlah kendaraan
bermotor berplat luar namun beroperasional di dalam wilayah Provinsi Kalimantan
Barat serta kualitas pelayanan yang belum maksimal yaitu terjadinya kekeliruan peng-
input-an dalam aplikasi pendataan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) yang kurang update. Selain itu, jika
ditinjau dari segi responsivitas masyarakat belum bisa mengurangi jumlah wajib pajak
yang menunggak pajak yang justru mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga
belum bisa memberikan peningkatan kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) tepat waktu.
Kata kunci: implementasi, hasil, kebijakan.

PENDAHULUAN
Kendaraan Bermotor (BBNKB) adalah
Potensi pajak sangat dominan memiliki kontribusi kedua dan ketiga
memberikan kontribusi terhadap terbesar setelah Pajak Bahan Bakar
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal Kendaraan Bermotor (PBBKB) yaitu
ini sebagaimana data yang diperoleh masing-masing sebesar 28% dan 27% dari
pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi total penerimaan pajak tahun 2015. Hal
Kalimantan Barat bahwa sebesar 82,83 % ini menunjukkan bahwa Pajak Kendaraan
dari total Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bermotor (PKB) dan Bea balik Nama
serta berpengaruh dalam meningkatkan Kendaraan Bermotor (BBNKB) sangat
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi potensial dalam usaha Peningkatan
Kalimantan Barat. Pajak Kendaraan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi
Bermotor (PKB) dan Bea balik Nama Kalimantan Barat. Namun di sisi lain,

57
JE & KP Vol. 5, No. 1/ Juni 2018: 57 – 71

rendahnya kesadaran masyarakat dalam Implementasi


membayar pajak menjadi kendala. Hal
ini dibuktikan dengan data bahwa sekitar Winarno (2014: 147), mengemukakan
40% wajib pajak kendaraan bermotor bahwa implementasi merupakan fenomena
menunggak pembayaran pajak selama 5 yang kompleks yang mungkin dapat
(lima) tahun terakhir. dipahami sebagai suatu proses, suatu
keluaran (output), maupun sebagai
Pemerintah Provinsi Kalimantan suatu dampak (outcome). Adapun dalam
Barat kemudian mencanangkan kebijakan penelitian ini penulis lebih merujuk pada
bulan sadar pajak dengan mengeluarkan teori yang dikemukakan oleh Wiliiam N.
Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Dunn melihat efektivitas implementasi
Nomor 544/Dispenda/2016 tentang dari Keputusan Gubernur Kalimantan
Pemberian Keringanan Pajak Kendaraan Barat Nomor 544/Dispenda/2016 tentang
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Pemberian Keringanan Pajak Kendaraan
Kendaraan Bermotor (BBNKB) Provinsi Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Kalimantan Barat tahun 2016. Bermotor Provinsi Kalimantan Barat
Kembali pada tujuan awal bahwa tahun 2016 dilakukan dengan melihat hasil
dengan diberlakukannya Keputusan (outcome) yang diharapkan dapat sesuai
Gubernur Kalimantan Barat Nomor dengan tujuan kebijakan yaitu diharapkan
544/Dispenda/2016 tentang Pemberian kebijakan tersebut dapat berpengaruh
Keringanan Pajak Kendaraan Bermotor dalam usaha peningkatan Pendapatan Asli
(PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Daerah (PAD) Provinsi Kalimantan Barat
Bermotor (BBNKB) Provinsi Kalimantan tahun 2016 yang lokusnya dipusatkan
Barat tahun 2016 ini diharapkan dapat pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi
meningkatkan kesadaran wajib pajak Kalimantan Barat. Tujuan pokok penilaian
dalam membayar Pajak Kendaraan hasil (outcome) adalah untuk menafsirkan
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama sejauh mana hasil penerapan kebijakan
Kendaraan Bermotor (BBNKB), tersebut mencapai tujuan kebijakan.
memberikan kontribusi maksimal dalam Adapun kriteria yang digunakan dalam
penerimaan pajak daerah pada khususnya menganalisis penelitian ini berdasarkan
dan dapat meningkatkan Pendapatan Asli 6 (enam) kriteria teori William N. Dunn
Daerah (PAD) Provinsi Kalimantan Barat antara lain efektivitas, efisiensi, kecukupan,
pada umumnya. perataan, responsivitas dan ketepatan.

Pajak Kendaraan Bermotor


TINJAUAN PUSTAKA
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
adalah salah satu jenis pajak daerah
Kebijakan Publik
(Nurmantu, 2003: 61). Kemudian
William N. Dunn (2003: 22) proses diperjelas lebih spesifik lagi menurut
kebijakan adalah serangkaian aktivitas Kurniawan dan Purwanto (2006: 53) bahwa
intelektual yang dilakukan di dalam proses Pajak Kendaraan Bermotor termasuk
kegiatan yang pada dasarnya bersifat pajak Provinsi. Pertama kali jenis pajak
politis. Sedangkan Winarno (2012: 35) untuk kendaraan bermotor lahir adalah
mengemukakan bahwa proses pembuatan saat diadakannya pajak rumah tangga,
kebijakan publik merupakan proses yang dua di antaranya adalah mengenai jumlah
kompleks karena melibatkan banyak dan macam sepeda motor serta jumlah
proses maupun variabel yang harus dikaji. dan macam mobil. Akan tetapi, sejak

58
Implementasi Kebijakan Pemberian Keringanan PKB dan... (Kurniati)

ordonasi Pajak Kendaraan Bermotor 1934 generalisasi pemikirian yang lebih kritis
diundangkan, maka hampir semua objek dan mendalam dalam menguji keabsahan
atas kendaraan bermotor yang ada diambil analisis penelitian ini.
alih oleh Ordonasi Pajak Kendaraan Penulis mengaplikasikan salah satu
Bermotor (Samudra, 1995: 147-148). teknik triangulasi dari ketiga teknik
triangulasi tersebut dengan mengaitkan
Penghapusan Sanksi Pajak permasalahan penelitian untuk menguji
Menurut Devano dan Rahayu (2006: keabsahan dalam pengumpulan
138) disebutkan bahwa Pengampunan data penelitian ini. Penulis memilih
pajak (tax amnesty) merupakan kebijkan menggunakan teknik triangulasi sumber
pemerintah di bidang perpajakan yang yaitu triangulasi yang membandingkan
memberikan penghapusan pajak yang hasil observasi, wawancara dan
seharusnya terutang dengan membayar dokumentasi sehingga dengan cara itu
tebusan dalam jumlah tertentu yang akan menghasilkan bukti atau sumber
bertujuan untuk memberikan tambahan data yang berbeda, yang selanjutnya akan
penerimaan pajak dan kesempatan bagi memberikan pandangan yang berbeda pula
wajib pajak yang tidak patuh menjadi sehingga tingkat validitas atau keabsahan
wajib pajak patuh. sera kepercayaan informasi yang diperoleh
dalam penelitian ini akan lebih akurat dan
terjamin.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan PEMBAHASAN
dalam penelitian ini adalah metode Penerapan Kebijakan Pemberian
penelitian kualitatif dengan cara pendekatan Keringanan Pajak Kendaraan Bermotor
eksploratif sehingga dapat memberikan (PKB) dan Bebas Bea Balik Nama
gambaran tentang masalah yang diteliti. Kendaraan Bermotor (BBNKB) tahun
Adapun teknik pengumpulan data yang 2016
penulis gunakan untuk mendapatkan
data yaitu, dengan menggunakan metode Berdasarkan data yang diperoleh
observasi, wawancara, dan dokumentasi. pada Samsat Unit Pelayanan Pajak
Daerah (UPPD) Pontianak Wilayah I
Lebih lanjut untuk menguji keabsahan Dinas Pendapatan Provinsi Kalimantan
data dalam penelitian ini penulis Barat dapat dipahami bahwa Prosedur
menggunakan teknik triangulasi dalam Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan
menganalisis ketiga teknik pengumpulan Bermotor secara umum pada terdiri dari
data tersebut. Menurut Sugiyono (2013: beberapa kegiatan yaitu:
330) triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat a. Pendaftaran dan Pendataan Pajak
menggabungkan dari berbagai teknik Kendaraan Bermotor;
pengumpulan data dan sumber data b. Penetapan Pajak Kendaraan Bermotor;
yang telah ada. Pemahamaan mengenai c.
Pembayaran Pajak Kendaraan
triangulasi pada dasarnya merupakan Bermotor;
penggabungan pemikiran penulis dalam
d. Penagihan dan Penyerahan Kendaraan
menganalisis keabsahan suatu informasi.
Bermotor.
Artinya, tidak cukup hanya dengan teknik
observasi, wawancara dan dokumentasi Teknisnya, mulai dari pendaftaan,
saja, penulis kemudian melakukan pemenuhan persyaratan baik pengesahan

59
JE & KP Vol. 5, No. 1/ Juni 2018: 57 – 71

ulang maupun penggantian STNK 5 (lima) terhutang untuk jangka waktu paling
tahun hingga pembayaran serta penyerahan lama 24 (dua puluh empat) bulan
STNK adalah sama dan tetap mengacu dihitung sejak terhutangnya pajak;
pada Peraturan Gubernur Kalimantan 3) Apabila berdasarkan pemeriksaan
Barat Nomor 22 Tahun 2013. Hal yang atau keterangan lain pada bidang
membedakan hanyalah penghapusan perpajakan, tidak atau kurang dibayar,
nominal sanksi administratif saja, dikenakan sanksi administrasi berupa
sedangkan Bea Balik Nama Kendaraan kenaikan sebesar 100% dari jumlah
Bermotor (BBNKB) jenis mutasi masuk kekurangan pajak tersebut;
dibebaskan dari biaya administratif atau
dikatakan gratis. Adapun teknis lokasi 4) Sanksi administrasi berupa kenaikan
pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor tersebut tidak diberlakukan apabila
(PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Wajib Pajak melaporkan sendiri
Bermotor (BBNKB) bisa dilakukan di sebelum dilakukan tindakan
berbagai tempat sebagai alternatif lain pemeriksaan.
selain dilakukan di Samsat atau Unit
Pelayanan Pajak Daerah (UPPD) masing- Sanksi Pidana Pajak Kendaraan
masing wilayah, antara lain di Bank Bermotor (PKB)
Daerah Kalimantan Barat, Samsat keliling
Sanksi Pidana sebagaimana tertuang
dan Ayani Mega Mall. Hal ini merupakan
dalam Peraturan Gubernur Kalimantan
bentuk pendekatan pelayanan kepada
Barat Nomor 22 Tahun 2013 tentang
masyarakat yang dilakukan oleh Dinas
Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak
Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan
Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik
Barat.
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
Sanksi dalam pemungutan Pajak adalah sebagai berikut.
Kendaraan Bermotor (PKB) secara
1) Wajib Pajak (WP) yang karena
umum terdiri dari 2 (dua) yaitu sanksi
kealpaannya atau ketidakjelasan serta
administratif dan sanksi pidana.
tidak menyampaikan SPTPD atau
mengisi dengan tidak benar atau tidak
Sanksi Administrasi Pajak Kendaraan
lengkap atau melampirkan keterangan
Bermotor (PKB)
yang tidak benar sehingga merugikan
1)
Keterlambatan mengisi dan keuangan daerah, dapat dipidana
menyampaikan SPTPD dikenakan dengan pidana kurungan paling lama
Sanksi Administrasi berupa kenaikan 1 (satu) tahun dan atau denda paling
sebesar 2% dari Pokok Pajak setiap banyak 2 (dua) kali jumlah pajak
bulan keterlambatan paling lama 24 terhutang yang tidak atau kurang
(dua puluh empat) bulan dihitung dibayar;
sejak saat terhutangnya Pajak; 2) Wajib Pajak (WP) yang karena sengaja
2) Apabila kewajiban mengisi dan tidak menyampaikan SPTPD atau
menyampaikan pengisian SPTPD tidak mengisi dengan tidak benar atau tidak
dilakukan lebih dari 12 (dua belas) lengkap atau melampirkan keterangan
bulan, dikenakan Sanksi Administrasi yang tidak benar sehingga merugikan
berupa kenaikan sebesar 25% dari keuangan daerah dapat dipidana denda
Pokok Pajak Terhutang ditambah paling banyak 4 (empat) kali jumlah
Sanksi Administrasi berupa bunga pajak terutang yang tidak atau kurang
sebesar 2% sebulan dihitung dari Pajak dibayarkan.

60
Implementasi Kebijakan Pemberian Keringanan PKB dan... (Kurniati)

120,00%

109,76%
103,84% 103,90%
100,00% 101,12% 101,13%
97,36% 96,08% 94,90%
94,07%

80,00% 81,53%

60,00% PKB
BBNKB

40,00%

20,00%

0,00%
2013 2014 2015 2016 2017

Gambar 1
Grafik Capaian Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (BBNKB) Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 s.d. 2017
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Barat, Oktober 2017.

Berdasarkan ketentuan mengenai Implementasi Kebijakan Pemberian


sanksi yang telah dijelaskan di atas, Keringanan Pajak Kendaraan Bermotor
dapat dipahami bahwa selama kebijakan (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
pemberian keringanan Pajak Kendaraan Bermotor (BBNKB) tahun 2016
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Implementasi Kebijakan Pemberian
Kendaraan Bermotor (BBNKB) Keringanan Pajak Kendaraan Bermotor
berlangsung maka sanksi administratif (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
sebagaimana pada poin “a” di atas Bermotor (BBNKB) sebagaimana yang
dihapuskan dan Wajib Pajak (WP) hanya sudah ditetapkan pada Keputusan Gubernur
melakukan pembayaran pokok pajaknya Nomor 544/Dispenda/2016 sudah cukup
saja. Sesuai dengan Keputusan Gubernur baik namun ada beberapa hal yang belum
Nomor 544/Dispenda/2016 pada diktum baik. Penulis mengupas implementasi
kebijakan tersebut menggunakan alat
Keempat ditetapkan bahwa masa berlaku
penelitian sebagaimana teori implementasi
pemberian keringanan Pajak Kendaraan
hasil yang dikemukakan oleh William N.
Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Dunn menggunakan 6 (enam) indikator
Bermotor terhitung mulai tanggal
yaitu sebagai berikut.
18 Juli hingga 31 Desember 2016.
Penerapan sanksi administratif kemudian `` Efektivitas
diberlakukan kembali setelah kebijakan Pemahaman efektivitas sebagaimana
berakhir. yang telah dijelaskan oleh Dunn, William

61
JE & KP Vol. 5, No. 1/ Juni 2018: 57 – 71

N. (2003: 429) bahwa: Kendati dikatakan hasil sudah efektif


Efektivitas (effectiveness) berkenaan dari sisi hasil peningkatan realisasi
dengan apakah suatu alternatif penerimaan Pendapatan Asli Daerah
mencapai hasil (akibat) yang (PAD), kebijakan tersebut mengalami
diharapkan, atau mencapai tujuan dari permasalahan hasil dari segi kualitas
diadakannya tindakan yang secara pelayanan. Sebagaimana menurut Cambell
dekat berhubungan dengan rasionalitas dalam Steers, M. Richard (1985: 46-
teknis, selalu diukur dari unit produk 48) menyebutkan beberapa ukuran dari
atau layanan atau nilai moneternya. pada efektivitas, salah satunya adalah
kualitas yang artinya kualitas yang
Berdasarkan data tersebut di atas, Pajak dihasilkan oleh organisasi. Lebih lanjut
Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik penulis melakukan wawancara dengan
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Kasubbid Pengembangan Pendapatan
pada 2015 hingga 2016 mengalami mengemukakan bahwa sering kali terjadi
peningkatan yaitu masing-masing sebesar kekeliruan peng-input-an dalam aplikasi
22,31 % dan 0,83 % setelah diterapkannya pendataan pemungutan Pajak Kendaraan
kebijakan pemberian keringanan Pajak Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Kendaraan Bermotor (BBNKB) yang
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). kurang update. Lebih lanjut dijelaskan
Terlebih lagi peningkatan pesat terjadi bahwa:
pada realisasi penerimaan pajak sektor Beberapa kali pernah terjadi laporan
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) komplain masyarakat Wajib Pajak
sebesar 22,31 % hingga mencapai surplus (WP) yang sudah membayar Pajak
menjadi 103,84 % pada 2016. Hal ini Kendaraan Bermotor (PKB) namun
menunjukkan bahwa kebijakan pemberian pada saat membayar pajak tahun
keringanan Pajak Kendaraan Bermotor berikutnya petugas menyatakan belum
(PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan membayar. Setelah dicek ternyata
Bermotor (BBNKB) tahun 2016 dikatakan aplikasi online belum update sehingga
efektif dalam peningkatan realisasi Pajak terjadi kekeliruan peng-input-an pajak.
Kendaraan Bermotor (PKB) dan secara
Penulis kemudian meninjau lebih
umum dalam mencapai tujuan kebijakan
lanjut dari sudut pandang hasil penerimaan
yaitu meningkatkan Pendapatan Asli
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Daerah (PAD), namun ada beberapa hal (BBNKB) terlihat sebagaimana Gambar
yang belum mencapai efektivitas antara tersebut di atas mengalami peningkatan
lain: di tahun 2016 yang hanya sebesar 0,83%
a. Realisasi Bea Balik Nama Kendaraan setelah diberlakukannya kebijakan bebas
Bermotor (BBNKB) belum efektif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
serta belum mencapai target maksimal, (BBNKB). Kebijakan bebas Bea Balik
yaitu sebesar 94,9% pada 2016; Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
b. Kualitas pelayanan yang belum tersebut merupakan satu kesatuan yang
maksimal yaitu terjadinya kekeliruan utuh bersandingan dengan Kebijakan
peng-input-an dalam aplikasi pemberian keringanan Pajak Kendaraan
pendataan pemungutan Pajak Bermotor (BBNKB) sebagaimana
Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea diamanatkan dalam Keputusan Gubernur
Balik Nama Kendaraan Bermotor Nomor 544/Dispenda/2016. Berdasarkan
(BBNKB) yang kurang update. Gambar tersebut juga dapat dipahami

62
Implementasi Kebijakan Pemberian Keringanan PKB dan... (Kurniati)

Tabel 1
Target dan Realisasi PKB dan BBNKB Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2013 s.d. 2017

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor


TA- Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
NO (BBNKB)
HUN
TARGET (Rp) REALISASI (Rp) TARGET (Rp) REALISASI (Rp)
1 2013 332.000.000.000 323.222.683.137 479.000.000.000 484.383.235.067
2 2014 355.000.000.000 358.995.465.838 495.000.000.000 475.586.333.737
3 2015 500.000.000.000 407.662.821.118 430.000.000.000 404.486.709.882
4 2016 415.000.000.000 430.937.448.956 380.000.000.000 360.614.208.780
5 2017 420.000.000.000 436.379.901.079 395.000.000.000 433.550.321.467
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Barat, Oktober 2017.

bahwa penerapan kebijakan bebas realisasi sebesar kurang lebih 360 Miliar.
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan ini
(BBNKB) belum berimplikasi maksimal efektif hanya dari segi hasil penerimaan
dalam meningkatkan realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) saja
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor namun belum brimplikasi maksimal pada
(BBNKB). Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Lebih lanjut penulis menganalisis (BBNKB).
realisasi penerimaan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (BBNKB) `` Efisiensi
disandingkan dengan target setiap Efisiensi sebagiamana yang
tahunnya sebagaimana dapat dilihat pada dikemukakan oleh William N. Dunn
tabel 1. merupakan seberapa banyak usaha
Berdasarkan data tabel 1 di atas dapat diperlukan untuk mencapai hasil yang
dilihat bahwa realisasi Bea Balik Nama diinginkan. Kebijakan Pemberian
Kendaraan Bermotor (BBNKB) tersebut Keringanan Pajak Kendaraan Bermotor
di atas dapat dilihat bahwa pada 2013 s.d. (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
2015 belum pula mencapai target. Sangat Bermotor (BBNKB) tahun 2016 sudah
disayangkan pula bahwa dari tahun ke efisien diterapkan oleh Dinas Pendapatan
tahun Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Daerah Provinsi Kalimantan Barat
Kalimantan Barat telah menurunkan target dengan meminimalisir biaya operasional
namun belum pula berimplikasi maksimal atau usaha seminimal mungkin demi
dan malah realisasi penerimaan Bea Balik mendapatkan output atau hasil yang
Nama Kendaran Bermotor (BBNKB) terus diinginkan semaksimal mungkin.
menurun. Bahkan setelah diberlakukanya Pemahaman mengenai efisien tentu
kebijakan pemberian keringanan Pajak tidak terlepas dari adanya hubungan
Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik erat mengenai efektivitas. Sebagaimana
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) telah dijelaskan pada subbab sebelumnya
di Provinsi Kalimantan Barat pada 2016, bahwa penulis terus melakukan analisis
penerimaan Bea Balik Nama Kendaran secara mendalam mengenai permasalahan
Bermotor (BBNKB) belum juga mencapai realisasi Bea Balik Nama Kendaraan
target yang seharusnya 380 Miliar dengan Bermotor (BBNKB) yang belum

63
JE & KP Vol. 5, No. 1/ Juni 2018: 57 – 71

mencapai target. Penulis kemudian meningkatnya jumlah kendaraan berplat


mengaitkan permasalahan tersebut luar namun beroperasional di dalam wilayah
dengan permasalahan lain yang terjadi Provinsi Kalimantan Barat seharusnya
yaitu terjadinya peningkatan jumlah berimplikasi maksimal pula dalam hasil
kendaraan bermotor berplat di luar namun realisasi penerimaan Bea Balik Nama
beroperasinal di dalam wilayah Provinsi Kendaraan Bermotor (BBNKB). Namun
Kalimantan Barat setiap tahunnya. Hal ini yang terjadi adalah sebaliknya. Penulis
dapat dilihat sebagaimana pada tabel 2. kemudian menggali pemikiran mendalam
dan menyajikan data jumlah kendaraan
Tabel 2 berplat luar namun beroperasional di
Jumlah kendaraan bermotor berplat di luar
dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat
namun beroperasinal di dalam wilayah
disandingkan dengan realisasi penerimaan
Provinsi Kalimantan Barat
tahun 2015 s.d. 2016 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBNKB) sebagaimana pada Tabel
Bulan 2015 2016 2017 berikut.
Januari 80 384 334
Februari 93 305 369 Tabel 3
Maret 380 618 549 Perbandingan Jumlah Kendaraan
April 318 370 369 Berplat Luar yang Beroperasional di dalam
Mei 279 442 397 Wilayah Provinsi Kalimantan Barat
terhadap Realisasi Penerimaan BBNKB
Juni 306 517 354
tahun 2015 dan 2016
Juli 285 288 484
Jumlah Realisasi
Agustus  317 440 408 Tahun
Kendaraan BBNKB
September  434 474 469 2015 3.902 94,07 %
Oktober  509 344 507 2016 5.053 94,90 %
November  436 557 537 Selisih 1.151 0,83 %
Peningkatan
Desember  465 314 262
Selisih 29,5 % 0,83 %
Jumlah Peningkatan
Kendaraan 3.902 5.053 5.039 (%)
Bermotor 
Sumber: Penulis, Januari 2018.
Sumber:
Kepolisian Daerah Provinsi
Kalimantan Barat, Desember 2017. Berdasarkan data di atas dapat dilihat
bahwa peningkatan jumlah kendaraan
Berdasarkan tabel tersebut di atas berplat luar namun beroperasinal di
dapat dilihat bahwa terjadinya peningkatan dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat
jumlah kendaraan berplat luar namun sebesar 29,5 % belum sebanding dengan
beroperasional di dalam wilayah Provinsi realisasi Bea Balik Nama Kendaraan
Kalimantan Barat pada 2016 dengan selisih Bermotor (BBNKB) yang hanya sebesar
peningkatan sejumah 1.151 kendaraan 0,83% pada 2015 dan 2016. Analoginya
dan menurun pada 2017 yaitu hanya bahwa seharusnya terjadinya peningkatan
sejumlah 14 kendaraan. Peningkatan yang jumlah kendaraan berplat luar namun
terjadi setelah diberlakukan kebijakan beroperasional di dalam wilayah Provinsi
tersebut seharusnya menjadi sumber Kalimantan Barat sebagai sumber yang
penerimaan potensi serta berbanding potensial berbanding lurus atau minimal
lurus dengan realisasi Bea Balik Nama sebanding dengan realisasi Bea Balik
Kendaraan Bermotor (BBNKB). Seiring Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).

64
Implementasi Kebijakan Pemberian Keringanan PKB dan... (Kurniati)

Hal ini menunjukkan bahwa hasil dikatakan mencapai suatu kecukupan


penerapan Keputusan Gubernur Nomor: apabila hasil penerimaan Pajak Daerah
544/Dispenda/2016 tentang Pemberian khususnya sektor Pajak Kendaraan
Keringana Pajak Kendaraan Bermotor Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama
(PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Kendaraan Bermotor (BBNKB) dapat
Bermotor (BBNKB) tahun 2016 belum memecahkan masalah tersebut sehingga
dikatakan efektif dari sisi realisasi dapat bertolak positif dalam peningkatan
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor penerimaan Pajak Daerah pada khususnya
(BBNKB) serta belum mampu menarik dan Penerimaan Asli Daerah (PAD) pada
Wajib Pajak (WP) untuk melakukan balik umumnya. Hal ini dilihat sebagaimana
nama dengan Nomor polisi pindah ke pada Gambar 2.
Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan Gambar 2 dapat dipahami
bahwa terjadinya masalah yang dihadapi
`` Kecukupan yaitu terjadinya penurunan Penerimaan
Kecukupan suatu kebijakan Pajak Daerah Provinsi Kalimantan Barat
sebagaimana yang dikemukakan oleh teori pada 2013 hingga 2015 yang cukup drastis
William N, Dunn merupakan sejauh mana yaitu 98,02 % pada 2013 menjadi 88,16
hasil (output) dapat memecahkan masalah. % pada 2015. Namun demikian masalah
Hal ini dapat dipahami penulis dengan tersebut dapat diatasi dengan adanya
mengaitkan dengan penerapan Kebijakan (output) atau hasil yang memenuhi tingkat
Pemberian Keringanan Pajak Kendaraan kecukupan setelah diberlakukannya
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama kebijakan Pemberian Keringanan Pajak
Kendaraan Bermotor (BBNKB). Masalah Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik
yang dimaksud dalam hal ini berupa Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).
terjadinya penurunan realisasi penerimaan Hal ini dapat dilihat pada Gambar di atas
pajak daerah selama tiga tahun terakhir. bahwa terjadi peningkatan pendapatan
Asumsinya bahwa penerapan kebijakan pajak daerah yang cukup signifikan sebesar
pemberian keringanan Pajak Kendaraan 5,9 % pada 2016 yang semula 88,16 %
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama meningkat menjadi 94,50 %. Bahkan
Kendaraan Bermotor (BBNKB) dapat setelah diberlakukan kembali kebijakan

Gambar 2
Grafik Capaian Realisasi Pajak Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 s.d. 2017
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Barat, Oktober 2017.

65
JE & KP Vol. 5, No. 1/ Juni 2018: 57 – 71

serupa dengan substantif yang sama yaitu SH mengemukakan bahwa:


kebijakan pemberian keringanan Pajak Penerapan Kebijakan Pemberian
Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Keringanan Pajak Kendaraan Bermotor
Kendaraan Bermotor, penerimaan pajak (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
mengalami peningkatan drastis menjadi Bermotor (BBNKB) tidak pandang bulu
103,59 %. dalam arti semua wajib pajak kendaraan
Hal ini dapat dipahami bahwa penerapan bermotor memperoleh manfaat secara
kebijakan Pemberian Keringanan Pajak merata tanpa membedakan latar belakang
Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik dan bahkan jenis plat motor sekalipun, baik
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) plat motor hitam, kuning maupun merah.
ini secara umum cukup menyelesaikan
masalah penurunan capaian realisasi pajak Berdasarkan hasil wawancara tersebut
daerah tahun 2013 hingga 2015 yang di atas menunjukkan bahwa berlakunya
semula menurun menjadi meningkat pada kebijakan pemberian keringanan Pajak
2016 dan memberikan kontribusi dalam Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Balik Nama Kendaraan Bermotor
(PAD) Provinsi Kalimantan Barat. Namun (BBNKB) dapat dikatakan sudah merata
secara khusus kebijakan ini belum bisa kepada seluruh masyarakat di Provinsi
menyelesaikan permasalahan realisasi Kalimantan Barat. Selain itu, lebih
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor diperkuat pula dengan dasar hukum
(BBNKB) yang belum mencapai target. pada Keputusan Gubernur Kalimantan
Hal ini menunjukkan bahwa dari segi Barat Nomor 544/Dispenda/2016 tentang
kecupukan hasil atau output penerapan Pemberian Keringanan Pajak Kendaraan
Kebijakan Pemberian Keringanan Pajak Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Kendaraan Bermotor (BBNKB) Provinsi
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Kalimantan Barat tahun 2016 pada diktum
tahun 2016 sudah cukup memenuhi dan KEDUA dan KETIGA bahwa Wajib Pajak
memecahkan permasalahan penurunan (WP) yang dimaksud adalah wajib pajak
realisasi penerimaan pajak daerah pada yang tidak atau belum membayar Pajak
tiga tahun terakhir. Kecukupan ini tidak Kendaraan Bermotor (PKB) tahun 2016
menutup kemungkinan bahwa Dinas ke bawah dan peralihan kepemilikan
Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan kendaraan bermotor atau Bea Balik
Barat akan terus berusaha meningkatkan Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB II)
hasil Pendapatan Asli Daerah (PAD). terhadap semua jenis kendaraan bermotor.
Hal ini menegaskan bahwa ketentuan ini
`` Perataan sudah merata pada semua wajib pajak yang
memiliki kendaraan bermotor di Provinsi
Perataan pada Penerapan Kebijakan Kalimantan Barat serta mutlak berdasarkan
Pemberian Keringanan Pajak Kendaraan regulasi yang berlaku serta diawasi
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama berdasarkan sistem input pemungutan
Kendaraan Bermotor (BBNKB) yang Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan
dimaksud dalam hal ini merupakan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
pemahaman mengenai ketentuan manfaat (BBNKB) yang telah online di seluruh
yang didistribusikan secara merata kepada Provinsi Kalimantan Barat. Hal ini dapat
stakeholders atau pemangku kepentingan. dikatakan bahwa Kebijakan Pemberian
Berdasarkan wawancara dengan Kasubbid Keringanan Pajak Kendaraan Bermotor
PKB dan BBN-KB, Bapak Dudi Marten, dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

66
Implementasi Kebijakan Pemberian Keringanan PKB dan... (Kurniati)

tahun 2016 sudah merata diterapkan pada c. Kelalaian


seluruh stakeholders atau pemangku Kelalaian merupakan suatu tindakan
kepentingan dalam hal ini Wajib Pajak penolakan pembayaran pajak yang
(WP) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) telah ditetapkan oleh pemerintah
dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan menolak memenuhi formalitas
(BBNKB). yang harus dipenuhi oleh Wajib
Pajak, sehingga dapat menyebabkan
`` Responsivitas terjadinya tunggakan pajak.
Kebijakan pemberian keringanan d. Pelayanan
denda Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pemerintah memberikan pelayanan
mendapat respons yang baik di mata kepada warganya baik secara
masyarakat, khususnya oleh Wajib Pajak perorangan maupun secara kolektif,
(WP) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). dan warga Negara memberikan
Hal ini sebagaimaa wawancara kepada kontraprestasi berupa uang dalam
salah seorang Wajib Pajak (WP) bernama bentuk pembayaran pajak kepada
Rafikayuni bernomor polisi wilayah pemerintah. Pemberian oleh
Singkawang mengemukakan bahwa pemerintah kepada warganya yang
dengan adanya kebijakan tersebut semakin dirasakan besar manfaatnya, akan
menambah antusiasme dan kesadaran menimbulkan rasa kesadaran yang
masyarakat untuk membayar Pajak tinggi untuk mengabdi kepada
Kendaraan Bermotor (PKB). Penekanan negara. Bilamana pemerintah kurang
kesadaran masyarakat sebagaimana yang memperhatikan pelayanan yang baik
dimaksud merupakan salah satu faktor terhadap warganya, maka rakyat
yang menimbulkan tunggakan pajak. Hal akan berkurang juga kesadaran untuk
ini sebagaimana dijelaskan bahwa faktor- memberikan kontraprestasi kepada
faktor yang memengaruhi timbulnya negara dalam bentuk pembayaran
tunggakan pajak menurut W. J de Langen pajak.
dalam Bohari (2010) antara lain disebabkan
e. Pendidikan
oleh:
Tingkat pendidikan seseorang
a. Kesadaran
akan memengaruhi peran dalam
Kesadaran membayar pajak merupakan menentukan sikap untuk bertindak,
salah satu aspek atau bagian kesadaran sehingga ada asumsi yang mengatakan
berwarga negara. Apabila kesadaran bahwa semakin rendah pendidikan
berwarga negara tinggi berarti pula seseorang maka semakin tinggi jumlah
moralitas perpajakan adalah juga tunggakan pajak.
tinggi.
Berdasarkan faktor-faktor yang
b. Pendapatan memengaruhi timbulnya tunggakan pajak
Mengenai perinsip pendapatan menurut W. J de Langen dalam Bohari
mempunyai dua bagian terpisah, tidak (2010) di atas disebutkan bahwa kesadaran
hanya dinyatakan bahwa pendapatan merupakan faktor yang pertama disebutkan
yang besar yang harus membayar lebih dalam salah satu faktor yang memengaruhi
banyak, tetapi kenyataan juga bahwa timbulnya tunggakan pajak. Hal ini
mereka yang pendapatan rendah juga sebagaimana wawancara dengan salah
harus membayar pajak yang sama seorang Wajib Pajak (WP) mengemukakan
pula. bahwa:

67
JE & KP Vol. 5, No. 1/ Juni 2018: 57 – 71

Saya sudah membayar Pajak Berdasarkan data dapat dilihat


Kendaraan Bermotor (PKB) tepat bahwa justru terjadinya peningkatan
waktu atau sebelum jatuh tempo jumlah Wajib Pajak (WP) Provinsi
pengesahan setiap tahunnya. Hal ini Kalimantan Barat yang menunggak
saya lakukan atas kedasaran saya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
sendiri dengan ataupun tanpa adanya tahun 2015 s.d. 2017 yang cukup
kebijakan pemberian keringanan signifikan. Data ini menunjukkan
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) selisih peningkatan jumlah kendaraan
karena saya sadar akan kewajiban saya yang menunggak pembayaran Pajak
sebagai warga negara yang baik. Kendaraan Bermotor (PKB) sebesar:
Selain itu, salah faktor lain yang a) 21,4 % yaitu peningkatan 29.065
memengaruhi timbulnya tunggakan pajak kendaraan pada 2015 hingga 2016;
tersebut di atas adalah faktor pendapatan. b) 25,27% yaitu peningkatan 41.566
Tidak semua pendapatan Wajib Pajak kendaraan pada 2016 hingga 2017.
(WP) dapat memenuhi kebutuhan dasar
termasuk guna membayar kewajiban Terjadinya peningkatan jumlah Wajib
membawar Pajak Kendaraan Bermotor Pajak (WP) yang menunggak Pajak
(PKB). Hal ini berdasarkan wawancara Kendaraan Bermotor (PKB) tidak serta
dengan salah seorang Wajib Pajak (WP) merta karena ketidaksadaran wajib
bernama Rustadi yang mengemukakan pajak semata dalam membayar pajak.
bahwa: Hal ini terjadi karena berbanding
lurus dengan daya beli masyarakat
Saya sudah mengetahui sosialisasi yang semakin meningkat. Semakin
kebijakan pemberian keringanan Pajak diperkuat berdasarkan pernyataan
Kendaraan Bermotor (PKB) namun Kepala Dinas Pendapatan Daerah yang
secara kemampuan finansial saya sekarang berubah menjadi Kepala
masih menunggak Pajak Kendaraan Badan Pengelolaan Pengelolaan
Bermotor (PKB) selama hampir 5 Keuangan dan Pendapatan Daerah
(lima) tahun karena ketidakmampuan (BPKPD) Provinsi Kalimantan Barat,
ekonomi yang saya alami dalam Samuel, pada Antara News, Jumat,
membayar pajak. Hal ini terjadi 11 Agustus 2017 mengatakan bahwa
karena masih banyak kebutuhan yang Pertumbuhan kendaraan bermotor
harus lebih saya prioritaskan selain meningkat sebesar 10 persen setiap
kewajiban membayar Pajak Kendaraan tahunnya, di mana sampai saat ini
Bermotor (PKB). jumlah kendaraan bermotor yang ada
Penulis kemudian terus menggali di Kalbar sebanyak 1.569.236 unit dan
penelitian serta menemukan respons tersebar di 14 (empat belas) kabupaten/
negatif oleh masyarakat Wajib Pajak (WP) kota yang ada di Kalimantan Barat.
mengenai penerapan Kebijakan Pemberian Semakin meningkat daya beli
Keringanan Pajak Kendaraan Bermotor masyarakat akan semakin menambah
(PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan jumlah kendaraan bermotor di Provinsi
Bermotor (BBNKB) tahun 2016 antara Kalimantan Barat. Hal ini tentu akan
lain: berbanding lurus pada semangkin
a. Masih ada oknum Wajib Pajak (WP) meningkatnya jumlah Wajib Pajak
yang tidak mengindahkan kebijakan (WP) yang menunggak Pajak
dan tetap menunggak pembayaran Kendaraan Bermotor (PKB). Artinya,
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). walaupun dilihat dari segi efektivitas

68
Implementasi Kebijakan Pemberian Keringanan PKB dan... (Kurniati)

kebijakan mencapai hasil yang kendaraan bermotor setelah penerapan


diharapkan yaitu berupa peningkatan kebijakan pemberian keringanan Pajak
realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
Kendaraan Bermotor (BBNKB) belum di Provinsi Kalimantan Barat. Hal ini
menentukan keberhasilan kebijakan sebagaimana wawancara dengan salah
dari segi responsivitas masyarakat satu wajib pajak yang mengakui bahwa
dapat dikatakan baik pula. dengan diberlakukan kebijakan Pemberian
b. Adanya asumsi negatif masyarakat Keringanan Pajak Kendaraan Bermotor
yang justru membayar pajak dengan (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
dalil menunggu kebijakan Pemberian Bermotor (BBNKB) ini dapat memberikan
Keringanan Pajak Kendaraan Bermotor manfaat bagi Wajib Pajak (WP) yaitu
dan Bea Balik Nama Kendaraan meringankan beban ekonomi bagi
Bermotor karena diberlakukan setiap masyarakat yang kurang mampu dalam
tahun sehingga kebijakan tersebut memenuhi kewajiban membayar Pajak
dapat ditebak oleh masyarakat wajib Kendaraan Bermotor (PKB) sehingga
pajak terutama para wajib pajak tidak perlu membayar sanksi administratif
yang malas dan tidak taat membayar terlebih pada Wajib Pajak (WP) yang sudah
pajak. Hal ini berdasarkan wawancara menunggak pembayaran bertahun-tahun.
penulis dengan salah seorang wajib Kebijakan Pemberian Keringanan
pajak yang mengemukakan bahwa: Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea
Kebijakan Pemberian Keringanan Balik Nama Kendaraan Bermotor ini
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan sudah tepat diterapkan sehingga dapat
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor memberikan manfaat bagi Wajib Pajak
(BBNKB) ini mudah ditebak (WP) khususnya dalam meringankan
karena biasa diberlakukan pada beban ekonomi bagi masyarakat atau
saat menjelang pertengahan hingga Wajib Pajak (WP). Selain itu kebijakan ini
akhir tahun. Hal ini menyebabkan perlu dievaluasi selanjutnya agar semakin
persepsi atau respons masyarakat yang tepat penerapannya secara continue dalam
beranggapan bahwa untuk membayar berbagai aspek.
pajak lebih baik menunggu kebijakan
tersebut saja. SIMPULAN DAN SARAN

`` Ketepatan Simpulan
Ketepatan Penerapan Kebijakan Setelah penulis melakukan penelitian,
Pemberian Keringanan Pajak Kendaraan mengkaji dan menganalisis berdasarkan
Bermotor dan Bea Balik Nama data yang diperoleh maupun informasi
Kendaraan Bermotor ini dapat dipahami dari informan di lapangan, maka penulis
sebagaimana dikemukakan oleh William dapat menyimpulkan serta menganalisis
N. Dunn mengenai ketepatan merupakan beberapa uraian di atas dapat dipahami
apakah hasil atau output (tujuan) yang bahwa penerapan Kebijakan Pemberian
diinginkan benar-benar berguna atau Keringanan Pajak Kendaraan Bermotor
bernilai. Penekanan mengenai berguna (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
atau bernilai yang dimaksud merupakan Bermotor (BBNKB) yang dilihat dari
manfaat yang dirasakan lansung oleh output yang dihasilkan sudah efektif
masyarakat khususnya wajib pajak dalam meningkatkan penerimaan Pajak

69
JE & KP Vol. 5, No. 1/ Juni 2018: 57 – 71

Kendaraan Bermotor (PKB) serta dapat kewajiban sebagai wajib pajak tanpa
menyumbang kontribusi pada peningkatan harus menunggu kebijakan tersebut
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi setiap tahun;
Kalimantan Barat pada umumnya. Namun b. Sistem input pemungutan Pajak
di sisi lain kebijakan tersebut belum efektif Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea
dalam mencapai target realisasi Bea Balik Balik Nama Kendaraan Bermotor
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). (BBNKB) yang hanya online sebatas
Terdapat beberapa permasalahan antara lingkup dalam Provinsi saja akan
lain Realisasi Bea Balik Nama Kendaraan lebih optimal dan akurat apabila dapat
Bermotor (BBNKB) belum efektif dan diterapkan online seluruh indonesia.
tidak berbanding lurus dengan peningkatan Sistem pemungutan pajak online seluruh
jumlah kendaraan bermotor berplat luar indonesia diharapkan dapat menjadi
namun beroperasional di dalam wilayah solusi yang baik dalam meminimalisir
Provinsi Kalimantan Barat serta kualitas kekeliruan input pembayaran pajak yang
pelayanan yang belum maksimal yaitu kurang update serta lebih mendekatkan
terjadinya kekeliruan peng-input-an dalam pelayanan kepada masyarakat;
aplikasi pendataan pemungutan Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik c. Meningkatkan pengawasan dengan
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) melakukan razia kendaraan bermotor
yang kurang update. Selain itu, jika ditinjau secara berkala sehingga masyarakat
dari segi responsivitas masyarakat belum dapat lebih sadar akan kewajiban
bisa mengurangi jumlah wajib pajak yang membayar Pajak Kendaraan Bermotor
menunggak pajak yang justru mengalami (PKB);
peningkatan setiap tahunnya sehingga d. Jangka waktu penerapan disarankan
belum bisa memberikan peningkatan agar tidak terlalu panjang namun
kesadaran wajib pajak dalam memenuhi juga tidak terlalu pendek sehingga
kewajiban membayar Pajak Kendaraan menghindari terjadinya pembludakan
Bermotor (PKB) tepat waktu. jumlah Wajib Pajak (WP) yang
membayar Pajak Kendaraan Bermotor
Saran (PKB);
e. Agar lebih meningkatkan efisiensi
Berdasarkan penelitian yang telah
dan efektivitas hasil, penulis
dilakukan, penulis dapat memberikan
juga lebih menyarankan agar
beberapa saran umum yang mungkin dapat
lebih mengoptimalkan kebijakan
menjadi pertimbangan demi kemajuan
pemberian keringanan Bea Balik
berbagai aspek kedepan antara lain sebagai
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB
berikut.
II) berupa bebas biaya peralihan
a. Penerapan kebijakan Pemberian mutasi kendaraan bermotor di luar
Keringanan Pajak Kendaraan Provinsi Kalimantan Barat. Hal ini
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama dilakukan untuk menarik kendaraan
Kendaraan Bermotor (BBNKB) akan yang bernomor polisi di luar Provinsi
lebih efektif apabila dilakukan tidak Kalimantan Barat namun beroperasi
secara berkala setiap tahun, namun di wilayah Provinsi Kalimantan Barat.
dilakukan secara pendadakan sehingga Tujuannya adalah menarik sumber
menghindari asumsi masyarakat penerimaan dari wajib pajak yang
yang hanya menunggu kebijakan beralih ke Provinsi Kalimantan Barat
tersebut namun dapat lebih sadar akan sehinga dapat pula semakin menunjang

70
Implementasi Kebijakan Pemberian Keringanan PKB dan... (Kurniati)

peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kurniawan, Panca dan Agus Purwanto.2006.


(PAD) Provinsi Kalimantan Barat; Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
di Indonesia. Malang: Bayumedia
f. Berpandangan lebih luas, penulis Publishing.
menyarankan inovasi mengenai
Safri Nurmantu. 2003. Pengantar Perpajakan.
penetapan harga nasional kendaraan
Jakarta: Granit.
bermotor baik roda 2 (dua) maupun
Samudra. 1995. Perpajakan di Indonesia:
roda 4 (empat) di seluruh Indonesia.
Keuangan, Pajak, dan Retribusi
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka
dapat meneruskan masukan ini kepada Utama.
Pemerintah Pusat agar dapat menjadi SugiyoNo. 2013. Metode penelitian kuntitatif
pertimbangan reguasi kebijakan subsidi kualitatif dan R&D. Bandung:
harga nasional kendaraan bermotor di Alfabeta.
seluruh Indonesia. Hal ini diprediksi Winarno, Budi. 2014, kebijakan Publik, Teori,
dapat menumbuhkan kesadaran Proses, dan Studi Kasus, Cetakan
masyarakat untuk membeli kendaraan Kedua. CAPS: Yogyakarta.
bermotor di dalam provinsi masing-
masing dan tidak membeli kendaraan
Peraturan Perundang-Undangan
di luar provinsi yang lebih murah
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000
misalnya di Jakarta. Dengan demikian,
tentang Perubahan Undang-Undang
hal tersebut akan menekan jumlah Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak
kendaraan yang bernomor polisi di Daerah dan Restribusi Daerah
luar provinsi namun beroperasional di Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
dalam provinsi akan berangsur semakin tentang Pemerintahan Daerah
menurun, Wajib Pajak (WP) sumber
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
pajak kendaraan bermotor akan semakin Perubahan Kedua atasUndang-
meningkat, meningkatkan realisasi Undang Nomor 23 Tahun 2014
penerimaan pajak kendaraan bermotor, Pemerintahan Daerah.
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010
(PAD) di Provinsi Kalimantan Barat tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
pada khususunya dan umumnya Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat
terutama di daerah-daerah berkembang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Perubahan
serta tidak menutup kemungkinan akan Atas Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun
menciptakan kemandirian masing- 2010 tentang Pajak Daerah.
masing daerah serta mengurangi Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat
ketimpangan sosial antardaerah secara Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pajak
terus menerus (continue). Kendaraan Bermotor dan Kendaraan
di Atas Air.
DAFTAR PUSTAKA Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor
22 Tahun 2013 tentang Petunjuk
Bohari. 2010. Pengantar Hukum Pajak. Pelaksanaan Pemungutan Pajak
Jakarta: Rajawali Pers. Kendaraan Bermotor.
Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Keputusan Gubernur Kalimantan Barat
Perpajakan, Konsep, Teori dan isu. Nomor 544/Dispenda/2016 tentang
Jakarta: PT. Kencana. Pemberian Keringanan Pajak
Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada Nama Kendaraan Bermotor Provinsi
University Press. Kalimantan Barat Tahun 2016.

71

Anda mungkin juga menyukai