Anda di halaman 1dari 5

1.

Prinsip penanganan penyakit menular (erick, Novta, Saskya)


2. Syarat suatu penyakit disebut wabah (Rosa, Nindo, Dhessy)
3. Emerging infetious disease (jelaskan bahayanya) (cahya, Erick)
4. MERS-CoV
a. Definisi (Yessi, Rosa)
b. Epidemiologi (Edi, Mai)
c. Etiologi (Mai, Saskya)
d. Faktor resiko ( Yoga, Edi)
e. Manifestasi klinis (saskya, cahya)
f. Patofisiologi (Dhessy, Erick)
g. Transmisi (hewan-manusia dan manusia-hewan) ( Novta, Yessi)
h. Diagnosis (Nindo, Dhessy)
i. Pemeriksaan penunjang (Erick, Novta)
j. Tatalaksana (Rosa, Nindo)
k. Pengendalian infeksi (cahya, Yoga)
l. Diagnosis banding (Yessi, Rosa)
m. Pencegahan dan edukasi ( Edi, Nindo)
n. Prognosis (Mai, cahya)
5. Perbedaan gejala klinis infeksi bakteri dan virus (Yoga, Novta)
6. Virus-virus yang menyerang sistem pernapasan dan penyakit yang
ditimbulkan (Saskya, Mai, Yessi)
7. Virus endemi negara lain yang belum terdapat di negara Indonesia
(Dhessy, Yoga, Edi)
Syarat penyakit disebut wabah
Suatu penyakit disebut wabah jika kejadiannya melebihi normal pada komunitas
tertentu, area geografis, ataupun musim tertentu. Suatu wabah dapat terjadi pada
area geografis yang terbatas ataupun melingkubi beberapa negara. Wabah dapat
berlangsung selama beberapa hari, minggu, ataupun beberapa tahun.
Suatu kasus penyakit menular yang telah lama menghilang dari populasi, atau
disebabkan oleh suatu agen (bakteri ataupun virus) yang sebelumnya belum
pernah ada di suatu komunitas atau area, atau munculnya suatu penyakit yang
tidak diketahui, juga dikatakan sebagai wabah dan harus dilaporkan serta
diinvestigasi.

http://www.searo.who.int/topics/disease_outbreaks/en/

Diagnosis MERS-CoV
Tes molekuler digunakan untuk mendiagnosis infeksi aktif (adanya MERS-
CoV) pada orang yang dicurigai terinfeksi MERS-CoV berdasarkan gejala klinis
dan adanya keterkaitan dengan tempat di mana MERS telah dilaporkan.
Real-time reverse-transcription polymerase chain reaction (rRT-PCR)
assay merupakan tes molekuler yang dapat digunakan untuk mendeteksi RNA
virus dari sampel klinis. Menurut CDC, untuk mendefinisikan positif kasus MERS
maka memerlukan hasil rRT-PCR yang positif pada setidaknya dua target
genomik positif atau satu target positif dengan dua kali percobaan. CDC
merekomendasikan pengambilan spesimen multipel, termasuk sampel dari sistem
pernapasan bawah (bronchoalveolar lavage, sputum, dan tracheal aspirates) dan
atas (swab nasofaring dan orofaring), serum, dan feses.

https://www.cdc.gov/coronavirus/mers/lab/lab-testing.html
The clinical appearances of “MERS-CoV” infection characterize a wide-ranging
spectrum fluctuating from asymptomatic presentation and mild to severe acute
respiratory illness to death. A distinctive presentation of “MERS-CoV” fea- tures
are fever of 38°C or more, fever with chills or rigors, generalized myalgia,

malaise, drowsy, confused, dyspnea8,9, cough, shortness of breath and


radiological pulmonary presentation of pneu- monia (Table II). The extra-
pulmonary features include abdominal disorders, nausea, vomiting, diarrhea and

acute renal failure32. The other clin- ical findings are pericardium inflammation,
con- sumptive coagulopathy, increase in White Blood Cells, mainly neutrophils,

and decrease lympho- cytes, platelets and red blood cells20.


PATOGENESIS MERS
Patogenesis dari MERS belum diketahui. Untuk sekarang, yang diketahui adalah
virus dapat dengan mudah ditemukan pada sampel dari saluran pernapasan bawah
dari orang yang memiliki gejala. Viral RNA loads pada sekret saluran pernapasan
bawah menurun perlahan seiring waktu, namun biasanya bertahan dalam 3-4
minggu.
Viremia ditemukan hanya pada 33% persen pasien MERS.

25. Corman VM, Albarrak AM, Omrani AS, et al. Viral Shedding and
Antibody Response in 37 Patients With Middle East Respiratory
Syndrome Coronavirus Infection. Clin Infect Dis 2016; 62:477.
26. Oh MD, Park WB, Choe PG, et al. Viral Load Kinetics of MERS
Coronavirus Infection. N Engl J Med 2016; 375:1303.
31. Kim SY, Park SJ, Cho SY, et al. Viral RNA in Blood as Indicator of
Severe Outcome in Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus Infection.
Emerg Infect Dis 2016; 22:1813.

ENDEMIC VIRUSES OUTSIDE INDONESIA

- EBOLA VIRUS
Virus ebola menyebabkan hemorrhagic fever yang biasa disebut ebola virus
disease (EVD). Penyakit ini umumnya parah dan bersifat fatal pada manusia.
Virus ebola ditransmisikan melalui darah atau cairan tubuh dari orang yang
terinfeksi, objek yang terkontaminasi, serta hewan atau daging yag terinfeksi.
Kadanali A, Karagoz G. An overview of Ebola virus disease. North Clin Istanb.
2015;2(1):81–86. Published 2015 Apr 24. doi:10.14744/nci.2015.97269

EVD merupakan penyakit endemik di Republik Demokratis Kongo.


https://www.who.int/csr/don/25-july-2018-ebola-drc/en/
- WEST NILE VIRUS
West nile virus disease merupakan penyakit endemik di Amerika Serikat dan
Spanyol sejak tahun 2003. West Nile Virus (WNV) ini ditemukan pada nyamuk,
lalu ditransmisikan ke mamalia dan manusia. Kebanyakan infeksi WNV bersifat
asimtomatik atau gejalanya ringan. Pada kasus berat, WNV dapat menyebabkan
penyakit neurologis seperti meningitis atau ensefalitis aseptik.

Martínez-de la Puente J, Ferraguti M, Ruiz S, et al. Mosquito community


influences West Nile virus seroprevalence in wild birds: implications for the risk
of spillover into human populations. Sci Rep. 2018;8(1):2599

- ZIKA

Sejak 2016, Zika menjadi endemik di Brazil, dan bebrapa negara di Amerika
tengah dan selatan. Virus Zika menyebar melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
atau Aedes albopictus. Virus Zika tersebut dapat menyebabkan kecatatan
kongenital dan penyakit neurologis.

Poland G, Whitaker JA. Vaccinations. USA: Elsevier; 2019. p. 76.

Anda mungkin juga menyukai