Anda di halaman 1dari 2

Plasmolisis adalah proses terlepasnya protoplasma dari dinding sel yang disebabkan

oleh air yang berada dalam vakoula merembes keluar dari sel, yaitu bila tumbuhan berada
pada lingkungan yang kadar airnya rendah, maka tumbuhan akan sulit menyerap air. Pada
kasus tertentu, air di dalam sel juga akan keluar. Bila terjadi terus-menerus, maka selaput
plasma akan lepas dari dinding sel. Bila plasmolisis berkepanjangan, maka sel tersebut akan
mati dan untuk mengembalikannya diperlukan proses sebaliknya.  Keadaan ini dapat kembali
ke keadaan semula apabila sel tersebut diletakkan di lingkungan dengan kadar air yang lebih
tinggi (hipotonis). Peristiwa kembalinya protoplasma ini disebut dengan
deplasmolisis(Juwono,2006).

Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Plasmolisis hanya terjadi pada
kondisi eksterm, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium
dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan
ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang
memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas (Juwono,2006).

Sel tumbuhan memiliki ciri fisiologi yang berbeda dengan sel hewan khususnya
dengan keberadaan dinding sel pada sel tumbuhan. Dinding sel pada tumbuhan tinggi
merupakan matriks yang di dalamnya terdapat rangka, yaitu senyawa selulosa yang berwujud
mikrofibril atau benang halus. Matriks pada dinding sel ini tersusun dari beberapa senyawa
yaitu hemiselulosa, pektin, plastik biologik, protein dan lemak. Dinding sel selain berfungsi
untuk proteksi isi sel juga berperan sebagai jalan keluar masuknya air, makanan dan garam-
garam mineral ke dalam sel.  Dinding sel secara umum dibedakan menjadi dinding sel primer
dan dinding sel sekunder. Perbedaan antara kedua macam dinding ini terletak pada
fleksibilitas, ketebalan, susunan mikrofibril dan pertumbuhannya (Juwono,2006).

Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena sel berada
dalam larutan hipertonik. Plasmosis dapat memberikan gambaran untuk menentukan
besarnya nilai osmosis sebuah sel. Jika sel tumbuhan ditempatkan dalam larutan yang
hipertonik terhadap cairan selnya , maka air akan keluar dari sel tersebut sehingga plasma
akan menyusut. Bila hal ini berlangsung terus menerus, maka plasma akan terlepas dari
dinding sel disebut plasmolisis. Jika sel tumbuhan, misalnya sel spirogyra diletakkan dalam
larutan yang dipertonik terhadap sitosol sel tersebut, maka air  yang berada dalam vakuola
menembus ke luar sel. Akibatnya protoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel.
Terlepasnya protoplasma dari dinding sel disebut plasmolisis(Juwono,2006).

Jika sebatang tanaman air tawar atau darat diletakkan ke dalam air laut sel – selnya
dengan cepat kehilangan  turgornya dan tanaman tersebut menjadi layu. Hal ini disebabkan
karena air laut itu hipertonik terhadap sitoplasma. Dengan  dengan demikian air berdifusi dari
sitoplsama ke air laut sehingga sel – sel itu mengkerut. Keadaan ini disebut Plasmolisis
(Salisbury,2006)

Apabila konsentrasi larutan dalam sel tinggi, air akan masuk sel dan terjadi
endosmosis. Hal ini meneyebabkan tekanan osmosis sel mnenjadi tinggi. Keadaaan yang
demikian dapat memecahkan sel (lisis). Jadi lisis adalah hancurnya sel karena rusaknya atau
robeknya membrane plasma. Sebaliknya, apabila konsetrasi larutan di luar sel lebih tinggi ,
air dalam sel akan keluar dan terjadi eksosmosis. Eksosmosis pada hewan akan menyebabkan
pengerutan sel yang disebut krenasi dan pada tumbuhan akan menyebabkan terlepasnya
embran dari dinding sel yang disebut plasmolisis(Salisbury,2006)

Plasmolisis adalah peritstiwa mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya membrane plasma


dari dinsing sel tumbuhan jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonik (larutan garam
lebih dari 1%) (Salisbury,2006).

Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata menunjukkan bahwa pada sel, sebagai
unit terkecil kehidupan, terjaid sirkulasi keluar masuk suatu zat. Adanya sirkulasi ini
menjelaskan bahwa sel dinamis denga lingkungannya. Jika memerlukan materi dari luar
maka sel harus mengambil materi itu dengan segala cara, misalnya dengnan mengatur
tekanan agar terjadi perbedan tekanan sehinggga materi dari luar bias
masuk(Tjitosoepomo,2010).

Plasmolisis merupakan dampak dari peritiwa osmosis. Jika sel tumbuhan dileteakkan
pada larutan hipertonik. Sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang
menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti ini disebut layu.
Kehilangan air lebih banyak lagi meenyebabkan terjadinya plasmolisis, dimana tekanan harus
berkurang sampai di suatu titik dimana sitoplasma mengerut dan menjauhi dinding sel,
sehingga dapat terjadi cytorhysis – contohnya dinding sel(Tjitosoepomo,2010).

Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara
berlebihan juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plamolisis dapat dibalikkan jika sel
diletakkan di larutan hipotonik .Plasmolisis biasanya terjadi pada kondisi yang ekstrim, dan
jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel
pada larutan bersalnitas tinggi ataupun larutan gula untuk menyebabkan eksosmosis
(Tjitosoepomo,2010).

DAFTAR PUSTAKA.

Juwono dan Zulfa, Ahmad.2006. BIOLOGI SEL.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC  

Salisbury Frank B & Ress Cleen W, 2016. Fisiologi Tumbuhan Jilid


I. Bandung:Institut Teknologi Bandung

Tjitosoepomo,Gembong.2010.Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta.Yogyakarta:Gadjah


Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai