Salah satu hal dasar yang menyebabkan perusahaan melakukan penjualan kredit
adalah keinginan untuk meningkatkan nilai penjualan perusahaan. Peningkatan nilai
penjualan akan berdampak terhadap meningkatnya perolehan laba perusahaan. Namun
di sisi lain penjualan kredit juga memiliki risiko adanya kredit macet yang disebabkan
oleh pelanggan terlambat membayar hutangnya. Risiko lainnya adalah hutang tersebut
gagal untuk dilunasi, artinya pelanggan gagal membayar hutangnya kepada perusahaan
karena faktor-faktor tertentu.
Oleh karena itu, sebelum memutuskan apakah perusahaan akan menerapkan
penjualan secara kredit atau tidak harus dilakukan analisis terlebih dahulu apakah hal
tersebut menguntungkan atau merugikan perusahaan, terutama terhadap pendapatan dan
laba perusahaan. Menurut Van Horne dan Wachowicz (2013) piutang usaha yang
timbul dari penjualan kredit melibatkan pertukaran (trade off) antara profitabilitas dan
risiko.
9.2 Dampak Kebijakan Kredit
Dalam melakukan evaluasi kebijakan kredit ada lima faktor dasar yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
1. Dampak terhadap Pendapatan
Perusahaan yang memberikan kredit akan mengalami penundaan
penagihan pendapatan, karena ada kemungkinan beberapa pelanggan baru
membayar pada tanggal jatuh tempo kredit tersebut. Namun perusahaan dapat
mengenakan harga yang lebih tinggi pada penjualan kredit, sehingga
pendapatan perusahaan tetap mengalami meningkat sekalipun dari segi waktu
mengalami penundaan.
5. Diskon tunai
Diskon tunai akan mendorong pelanggan untuk membayar lebih cepat,
sehingga mempercepat periode piutang dan dapat mengurangi risiko gagal
bayar. Walaupun dari sisi perusahaan diskon tunai akan mengurangi
pendapatan yang seharusnya diterima perusahaan.
Untuk melakukan analisis suatu kebijakan kredit, kita akan memulai dengan
contoh soal berikut ini.
Locust Software adalah salah satu perusahaan pengembang software yang sukses.
Selama ini perusahaan hanya melakukan penjualan tunai. Suatu saat manajemen Locust
mulai mempertimbangkan untuk menjual secara kredit dengan jatuh tempo penjualan
30 hari. Strategi ini dipilih untuk menjangkau lebih banyak pelanggan, sehingga
penjualan perusahaan akan meningkat. Untuk menganalisis kebijakan tersebut, kita
mendefinisikan sebagai berikut:
P = Harga per unit
v = Biaya variabel per unit
Q = Jumlah penjualan per bulan saat ini (kebijakan lama)
Q1= Jumlah penjualan dengan kebijakan baru
R = Tingkat pengembalian yang disyaratkan
Berikut ini adalah data yang dimiliki oleh perusahaan
P = $49 Q = 100 unit R = 2%
v = $20 Q1 = 110 unit
Dengan menerapkan kebijakan kredit net 30 hari diharapkan penjualan perusahaan
meningkat menjadi 110 unit.
Arus Kas dari kebijakan lama = (P-v) x Q = ($49-$20) X 100 = $2.900
Bulan
1 2 3 4 5
Jumlah yang terjual saat ini per bulan (Q) 100 100 100 100 100
Harga per unit (P) $49 $49 $49 $49 $49
Beban variabel per unit (v) $20 $20 $20 $20 $20
Arus kas dengan kebijakan lama $2.900 $2.900 $2.900 $2.900 $2.900
Pada bulan pertama sesudah perusahaan menerapkan kebijakan baru arus kas
perusahaan defisit, karena kebijakan net 30 hari membuat arus kas perusahaan di bulan
pertama baru diterima di bulan berikutnya. Dari perubahan kebijakan
1. Peningkatan atau penurunan arus kas karena perubahan kebijakan
Peningkatan arus kas = (P-v) x (Q1-Q) = ($49-$20) X (110-100) = $290
Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan setiap bulan akibat perubahan kebijakan
adalah sama dengan laba kotor per unit yang terjual, (P-v=$29) dikalikan dengan
peningkatan penjualan (Q1-Q=10). Dengan tingkat keuntungan sebesar 2%, maka
nilai sekarang dari arus kas perusahaan adalah
Present Value (PV) = $290/0,02 = $14.500