Anda di halaman 1dari 4

BAB X

Analisa Kebijakan Kredit (1)

9.1 Analisis Kebijakan Kredit

Salah satu hal dasar yang menyebabkan perusahaan melakukan penjualan kredit
adalah keinginan untuk meningkatkan nilai penjualan perusahaan. Peningkatan nilai
penjualan akan berdampak terhadap meningkatnya perolehan laba perusahaan. Namun
di sisi lain penjualan kredit juga memiliki risiko adanya kredit macet yang disebabkan
oleh pelanggan terlambat membayar hutangnya. Risiko lainnya adalah hutang tersebut
gagal untuk dilunasi, artinya pelanggan gagal membayar hutangnya kepada perusahaan
karena faktor-faktor tertentu.
Oleh karena itu, sebelum memutuskan apakah perusahaan akan menerapkan
penjualan secara kredit atau tidak harus dilakukan analisis terlebih dahulu apakah hal
tersebut menguntungkan atau merugikan perusahaan, terutama terhadap pendapatan dan
laba perusahaan. Menurut Van Horne dan Wachowicz (2013) piutang usaha yang
timbul dari penjualan kredit melibatkan pertukaran (trade off) antara profitabilitas dan
risiko.
9.2 Dampak Kebijakan Kredit

Dalam melakukan evaluasi kebijakan kredit ada lima faktor dasar yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
1. Dampak terhadap Pendapatan
Perusahaan yang memberikan kredit akan mengalami penundaan
penagihan pendapatan, karena ada kemungkinan beberapa pelanggan baru
membayar pada tanggal jatuh tempo kredit tersebut. Namun perusahaan dapat
mengenakan harga yang lebih tinggi pada penjualan kredit, sehingga
pendapatan perusahaan tetap mengalami meningkat sekalipun dari segi waktu
mengalami penundaan.

2. Dampak terhadap beban


Penjualan kredit memang menyebabkan arus kas masuk ke perusahaan
mengalami penundaan, akan tetapi hal itu tidak serta merta membuat kegiatan
operasional perusahaan terhambat. Artinya tetap ada beban operasional yang
harus dikeluarkan oleh perusahaan.
3. Beban hutang
Dengan menjual secara kredit, dapat diumpamakan bahwa modal kerja
perusahaan diinvestasikan dalam bentuk piutang. Hal ini tidak berarti
perusahaan tidak beroperasi hanya karena menunggu pelunasan dari
pelanggan. Salah satu sumber pendanaan yang bisa digunakan oleh
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya adalah hutang. Akan
tetapi hal ini meningkatkan beban yang harus dibayar perusahaan yaitu bunga
dari hutang tersebut.

4. Kemungkinan tidak membayar


Salah satu risiko yang harus dihadapi oleh perusahaan yang melakukan
penjualan kredit adalah adanya kemungkinan pelanggan tidak membayar. Hal
ini tidak akan terjadi pada penjualan tunai. Sekalipun penjualan kredit
berpotensi untuk meningkatkan pendapatan perusahaan yang akan berdampak
terhadap peningkatan laba.

5. Diskon tunai
Diskon tunai akan mendorong pelanggan untuk membayar lebih cepat,
sehingga mempercepat periode piutang dan dapat mengurangi risiko gagal
bayar. Walaupun dari sisi perusahaan diskon tunai akan mengurangi
pendapatan yang seharusnya diterima perusahaan.

9.3 Evaluasi Kebijakan Kredit

Untuk melakukan analisis suatu kebijakan kredit, kita akan memulai dengan
contoh soal berikut ini.
Locust Software adalah salah satu perusahaan pengembang software yang sukses.
Selama ini perusahaan hanya melakukan penjualan tunai. Suatu saat manajemen Locust
mulai mempertimbangkan untuk menjual secara kredit dengan jatuh tempo penjualan
30 hari. Strategi ini dipilih untuk menjangkau lebih banyak pelanggan, sehingga
penjualan perusahaan akan meningkat. Untuk menganalisis kebijakan tersebut, kita
mendefinisikan sebagai berikut:
P = Harga per unit
v = Biaya variabel per unit
Q = Jumlah penjualan per bulan saat ini (kebijakan lama)
Q1= Jumlah penjualan dengan kebijakan baru
R = Tingkat pengembalian yang disyaratkan
Berikut ini adalah data yang dimiliki oleh perusahaan
P = $49 Q = 100 unit R = 2%
v = $20 Q1 = 110 unit
Dengan menerapkan kebijakan kredit net 30 hari diharapkan penjualan perusahaan
meningkat menjadi 110 unit.
Arus Kas dari kebijakan lama = (P-v) x Q = ($49-$20) X 100 = $2.900
Bulan
1 2 3 4 5
Jumlah yang terjual saat ini per bulan (Q) 100 100 100 100 100
Harga per unit (P) $49 $49 $49 $49 $49
Beban variabel per unit (v) $20 $20 $20 $20 $20
Arus kas dengan kebijakan lama $2.900 $2.900 $2.900 $2.900 $2.900

Arus Kas dari kebijakan baru = (P-v) x Q = ($49-$20) X 110 = $3.190


Bulan
1 2 3 4 5
1
Jumlah yang terjual saat ini per bulan (Q ) 110 110 110 110 110
Harga per unit (P) $0 $49 $49 $49 $49
Beban variabel per unit (v) $20 $20 $20 $20 $20
Arus kas dengan kebijakan baru -$2.200 $3.190 $3.190 $3.190 $3.190
Selisih Arus Kas Kebijakan Baru dan Lama -$5.100 $290 $290 $290 $290

Pada bulan pertama sesudah perusahaan menerapkan kebijakan baru arus kas
perusahaan defisit, karena kebijakan net 30 hari membuat arus kas perusahaan di bulan
pertama baru diterima di bulan berikutnya. Dari perubahan kebijakan
1. Peningkatan atau penurunan arus kas karena perubahan kebijakan
Peningkatan arus kas = (P-v) x (Q1-Q) = ($49-$20) X (110-100) = $290
Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan setiap bulan akibat perubahan kebijakan
adalah sama dengan laba kotor per unit yang terjual, (P-v=$29) dikalikan dengan
peningkatan penjualan (Q1-Q=10). Dengan tingkat keuntungan sebesar 2%, maka
nilai sekarang dari arus kas perusahaan adalah
Present Value (PV) = $290/0,02 = $14.500

2. Peningkatan atau penurunan beban karena perubahan kebijakan


Terdapat dua komponen yang perlu dipertimbangkan karena adanya perubahan
kebijakan yaitu perubahan jumlah unit yang terjual meningkat dari Q menjadi Q 1,
perubahan jumlah unit yang terjual berdampak terhadap peningkatan jumlah unit
barang yang diproduksi, yang artinya biaya produksi per unit juga meningkat.
Selain itu perubahan kebijakan juga membuat arus kas di bulan pertama
penerapan kebijakan baru defisit, karena arus kas bari diterima di bulan berikutnya
(net 30 hari). Oleh karena itu beban perubahan yang harus ditanggung oleh
perusahaan adalah:
Beban Perubahan = PQ + v(Q1 -Q) = $49 x 100 + $20(110-100)
= $4900 + $200 = $5100
Dengan tingkat keuntungan sebesar 2%, maka nilai sekarang dari arus kas
perusahaan adalah
PV = PQ + v(Q1 -Q) + [(P-v) x (Q1 -Q)]/R= -$5100 + $14.500 = $9.400
Nilai sekarang dari perubahan arus kas masih menunjukkan angka positif artinya
perubahan kebijakan tersebut sangat menguntungkan bagi perusahaan.

3. Menghitung nilai titik impas (Break Event Point)


Pada Locust variabel kuncinya adalah peningkatan unit penjualan sebesar 10
unit. Semakin tinggi nilai unit yang terjual, maka perusahaan akan semakin cepat
mencapai titik impasnya.
Untuk menghitung nilai titik impas secara eksplisit adalah dengan cara menetapkan
nilai sekarang bersih (Net present value) adalah sama dengan nol
NPV = -[PQ + v(Q1 -Q)] + [(P-v) x (Q1 -Q)]/R
Q1 –Q = PQ/[P-v)/R-v]
Q1 –Q = $4.900/[$29/0,02-20]
= 3,43 unit
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya perubahan
kebijakan penjualan dari tunai ke kredit, perusahaan harus menjual lebih banyak
3,43 unitper bulan untuk mencapai titik impasnya

Anda mungkin juga menyukai