Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

‘HALUSINASI’

OLEH

LYDIA IREINE LINTONG - 17061170

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


Laporan Pendahuluan

A. Definisi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu objek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan sensori ini meliputi pancaindra.
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jwa yang pasien mengalami
perubahan sensori persepsi serta merasakan sensasi palsu berupa suara penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada.
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan dari panca
indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.Ada lima
jenis halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan.
Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan
terjadi pada 70% pasien,kemudian halusinasi penglihatan20%, dan sisanya 10% adalah
halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan.

Jadi halusinasi adalah gangguan kejiwaan yang mengganggu persepsi sensori yang
meliputi pancaindra.

B. Proses Terjadinya Halusinasi


Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi
Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi,
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari
1. Faktor Biologis : Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa (herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
2. Faktor Psikologis Memiliki riwayat kegagalan yang berulang. Menjadi korban,
pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang dari
orang-orang disekitar atau overprotektif.
3. Sosiobudaya dan lingkungan Sebahagian besar pasien halusinasi berasal dari
keluarga dengan sosial ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki riwayat
penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan anak, pasien halusinasi
seringkali memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta pernahmmengalami
kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta tidak
bekerja.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan adanya
riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, adanya
riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup,
kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering
tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat.
C. Tahapan Halusinasi; Halusinasi yang dialami pasien memiliki tahapan sebagai berikut
a. Tahap I : Halusinasi bersifat menenangkan, tingkat ansietas pasien sedang. Pada
tahap ini halusinasi secara umum menyenangkan.
b. Tahap II : Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien yang mengalami halusinasi mulai
merasa kehilangan kendali, pasien berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber
yang dipersepsikan,
Perilaku yang teramati :
- Peningkatan kerja susunan sarapotonom yang menunjukkan timbulnya ansietas
seperti peningkatan nadi, TD dan pernafasan.
- Kemampuan kosentrasi menyempit.
- Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan kemampuan untuk
membedakan antara halusinasi dan realita.
c. Tahap III : Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku pasien, pasien
berada pada tingkat ansietas berat. Pengalaman sensori menjadi menguasai pasien.
d. Tahap IV : Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan tingkat ansietas
berada pada tingkat panik. Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling
terkait dengan delusi.
D. Klasifikasi
1. Halusinasi pendengaran
Ciri – ciri :
DO
- Bicara atau tertawa sendiri
- Marah – marah tanpa sebab
- Menyedengkan telinga kearah tertentu
- Menutup telinga

DS

- Mendengar suara – suara atau kegaduan


- Mendengar suara mengajak bercakap – cakap
- Mendengar suara menuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
2. Halusinasi penglihatan
DO
- Menunjuk – nunjuk kearah tertentu
- Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas

DS

- Melihat bayangan, sinar bentuk geometris, bentuk kartoon, melihat hantu atau
monster
3. Halusinasi penciuman
DO
- Menghisap – isap seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
- Menutup hidung

DS

- Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan
4. Pengecapan
DO
- Sering meludah
- Muntah

DS

- Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses


5. Halusinasi perabaan
DO
- Menggaruk – garuk permukaan kulit

DS

- Mengatakan ada serangga di permukaan kulit


- Merasa seperti tersengat listrik
E. Rentang Respon

ADAPTIF MALADAPTIF

- Pikiran logis - Kadang proses - Gangguan proses


- Persepsi akurat pikir kadang berpikir/waham
- Emosi konsisten terganggu - Halusinasi
dengan - Ilusi - Kesukaran
pengalaman - Emosi tidak proses emosi
- Perilaku cocok stabil - Perilaku tidak
- Hubungan sosial - Perilaku tidak terorganisasi
harmonis biasa - Isolasi sosial
- Menarik diri

F. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Data Subyektif: Pasien mengatakan :
- Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
- Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
- Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
- Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau
monster
- Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan.
- Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
- Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
2. Data Obyektif
- Bicara atau tertawa sendiri
- Marah-marah tanpa sebab
- Mengarahkan telinga ke arah tertentu
- Menutup telinga
- Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
- Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
- Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
- Menutup hidung.
- Sering meludah
- Muntah
- Menggaruk-garuk permukaan kulit
G. Pohon masalah

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain,


lingkungan

Perubahan persepsi sensori : halusinasi

H. Penatalaksanaan
Isolasi sosial : menarik diri
1. Menemui keluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien
2. Melakukan pengkajian dan melatih cara dalam mengatasi masalah yang dialami
pasien
3. Meminum obat. Melatih kepatuhan minum obat
4. Setelah melatih pasien, melatih keluarga pasien tentang cara merawat pasien

Asuhan keperawatan Teori


A. Pengkajian Keperawatan

a. Faktor Predisposisi

1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal yang dapat
meningkatkan stres dan ansietas yang dapat berakhir dengan gangguan persepsi.
Pasien mungkin menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan
emosi tidak efektif.
2. Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa disingkirkan atau
kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi
dan halusinasi.
3. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau peran yang
bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir dengan pengingkaran
terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
4. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi realitas, serta
dapat ditemukan atropik otak, pembesaran ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel
kortikal dan limbik.
5. Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan pada pasien
skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang salahsatu
anggota keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang
tua skizofrenia.

b. Faktor Presipitasi
1. Stresor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari kelompok dapat
menimbulkan halusinasi.
2. Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat halusigenik
diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi.
3. Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan
mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya gangguan orientasi realitas.
Pasien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak
menyenangkan.
4. Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas berkaitan
dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial.
DIAGNOSIS
Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri Dan


Lingkungan

B. Diagnosis Keperawatan
1. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi.
2. Perubahan persepsi sensor: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
C. RENCANA INTERVENSI
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi hal berikut.
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.
2. Tindakan keperawatan
a. Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi dengan pasien
tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul, dan respons
pasien saat halusinasi muncul.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi, Anda dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti
dapat mengendalikan halusinasi, yaitu sebagai berikut.
1) Menghardik halusinasi.
2) Bercakap-cakap dengan orang lain.
3) Melakukan aktivitas yang terjadwal.
4) Menggunakan obat secara teratur.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
1. Tujuan
a. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit maupun di
rumah.
b. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, serta cara
merawat pasien halusinasi.
c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien
dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
d. Buat perencanaan pulang dengan keluarga.
D. EVALUASI
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah Anda lakukan untuk pasien
halusinasi adalah sebagai berikut.
1. Pasien mempercayai kepada perawat.
2. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan merupakan
masalah yang harus diatasi.
3. Pasien dapat mengontrol halusinasi.
4. Keluarga mampu merawat pasien di rumah, ditandai dengan hal berikut.
a. Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh pasien.
b. Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah.
c. Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien.
d. Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah pasien.
e. Keluarga melaporkan keberhasilannnya merawat pasien.
ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : Selasa, 15 september 2020
Tanggal dirawat : Selasa, 15 september 2020
Ruangan : Katrili

1. Identitas Klien
Nama :
Umur : 26 tahun
2. Alasan masuk : Menangis, berteriak dan tidak mau keluar kamar selama 2
bulan sejak ditinggal pergi suami menikah dengan wanita lain. Klien mendengar
bisikan yang mengatakan dirinya si putri buruk rupa
3. Faktor predisposisi
a. Apakah pernah mengalami gangguan kejiwaan?
Klien pernah mengalami gangguan kejiwaan
b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Suami klien meninggalkan klien dan menikah dengan wanita lain
4. Status mental
a. Persepsi :
- Pendengaran
DS:
Klien mendengar bisikan yang mengatakan dirinya si putri buruk rupa setiap
jam 12 malam dan dirasakannya 2-3x dalam seminggu.
DO :
- Klien tampak sering menyendiri
- Mulut komat kamit
- Klien terkadang terlihat menangis sambil menutup telinga menghadap tembok
b. Penampilan :
DS
- Klien mengatakan tidak mau mandi

DO

- Badan klien tampak kotor dan bau


- Cara makan klien berantakan
- Klien BAB dan BAK sembarangan
- Klien terlihat tidak mau mengganti pakaian

B. Analisa Data

No

DATA FOKUS MASALAH KEPERAWATAN


1 DS: Halusinasi
- Klien mendengar bisikan yang
mengatakan dirinya si putri buruk rupa
setiap jam 12 malam dan dirasakannya
2-3x dalam seminggu.
DO :

- Klien tampak sering menyendiri


- Mulut komat kamit
- Klien terkadang terlihat menangis
sambil menutup telinga menghadap
tembok

DS isolasi sosial

-Suami klien meninggalkan klien dan


menikah dengan wanita lain

DO
-Klien Tampak sering menyendiri

DS Defisit Perawatan diri


-Klien mengatakan tidak mau mandi

DO

-Badan klien tampak kotor dan bau


-Cara makan klien berantakan
-Klien BAB dan BAK sembarangan
-Klien terlihat tidak mau mengganti
pakaian

C. Pohon Masalah

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI :


HALUSINASI PENDENGARAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

ISOLASI SOSIAL

KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

D. Diagnosa

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI PENDENGARAN


E. Rencana tindakan keperawatan

INISIAL KLIEN : Ny , 26 tahun RUANGAN : Katrili RM NO : _________

PERENCANAAN
TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
No HARI/ DIAGNOSA
TGL KRITERIA
KEPERAWATAN
EVALUASI
1. Gangguan sensori persepsi : Tujuan: 1. Membina Hubungan - Hubungan saling
halusinasi pendengaran Saling Percaya percaya antara
Pasien mampu:
DS: kedua pihak
- Klien mendengar bisikan 1. Membina hubungan dapat membantu
yang mengatakan dirinya si saling percaya proses
putri buruk rupa setiap jam 2. Mengenal halusinasi keperawatan
12 malam dan dirasakannya dan mampu klien
2-3x dalam seminggu. mengontrol

DO : halusinasi dengan 2. Membantu pasien - Menjelaskan


menghardik menyadari tentang masalah
- Klien tampak sering 3. Mengontrol gangguan sensori yang dialami
menyendiri halusinasi dengan persepsi halusinasi klien
- Mulut komat kamit enam benar minum

- Klien terkadang terlihat obat


4. Mengontrol
menangis sambal menutup halusinasi dengan 3. Melatih Pasien cara - Terdapat cara
telinga menghadap tembok bercakap-cakap mengontrol dalam
5. Mengontrol halusinasi mengontrol
halusinasi dengan halusinasi seperti
melakukan aktifitas menghardik dan
sehari-hari meminum obat,
juga cara tersebut
dapat dimasukan
di jadwal harian
klien.
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN

Pertemuan : 1
Hari/ Tanggal : Rabu, 15 september 2020
Nama Klien (Inisial) : Ny.. (26 tahun)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
DS:
- Klien mendengar bisikan yang mengatakan dirinya si putri buruk rupa setiap jam 12
malam dan dirasakannya 2-3x dalam seminggu.
DO :
- Klien tampak sering menyendiri
- Mulut komat kamit
- Klien terkadang terlihat menangis sambal menutup telinga menghadap tembok

2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi


Pendengaran

3. Tujuan

- Umum : Halusinasi klien dapat teratasi


- Khusus :
- Membina hubungan saling percaya
- Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi
dengan menghardik
4. Tindakan Keperawatan :
- Membina Hubungan Saling Percaya
- Membantu pasien menyadari ganguan sensori persepsi halusinasi
- Melatih Pasien cara mengontrol halusinasi

B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik :
Selamat pagi bu, Saya dengan perawat Lydia yang bertugas menjaga ibu dari jam
8 pagi sampai jam 2 siang. Saya akan merawat ibu selama 2 minggu. Ini dengan
ibu siapa ? Ny. Senangnya dipanggil apa?
b. Evaluasi/validasi : Bagaimana perasaan ibu Saat ini ? bagaimana
dengan tidur ibu Semalam? Apakah ada keluhan?
c. Kontrak :
1) Topik : Baik ibu, jadi bagaimana kalau kita berbincang –
bincang tentang suara yang didengar oleh ibu ?
2) Waktu :Ny. Maunya berapa lama ? bagaimana kalau 15
menit?
3) Tempat : Ibu Maunya dimana? Nyamannya kita
berbincang – bincang dimana ? Bagaimana kalau diruangan Ibu ? apakah
Ibu Bersedia ?
d. Tujuan :
2. Kerja : Baik bu, jadi apakah ibu mendengar suara itu?
Biasanya kapan suara itu muncul? Apakah suara itu sering terdengar atau hanya
beberapa kali? Berapa kali dalam sehari suara itu terdengar? Apa yang dikatakan
suara tersebut ? Pada keadaan seperti apa suara itu terdengar? Apakah saat ibu
sendiri? Apa yang ibu rasakan saat suara itu muncul? Apa yang ibu lakukan saat suara
itu mulai terdengar? Apakah dengan cara itu suara itu hilang?
Baiklah ibu, dari pernyataan yang ibu katakan ibu mengalami halusinasi. Jadi
halusinasi itu adalah gangguan yang mengganggu persepsi sensori yang meliputi
pancaindra. Dalam hal ini halusinasi pendengaran dimana ibu mendengar hal yang
seharusnya tidak ada. Jadi ibu bisa ibu sebutkan lagi apa itu halusinasi? Baik, bagus
ibu.
Jadi ibu saya ada sebuah cara untuk mengatasi halusinasi yang ibu alami. Yaitu
dengan cara menghardik. Jadi saat suara itu muncul, ibu langsung teriak dalam hati :
pergi ! saya tidak mau dengar! Kamu suara palsu! Lakukan itu terus menerus sampai
suara itu hilang. Apakah ibu mengerti? Bisa ibu ulangi lagi ? coba ibu praktekan.
Bagus! Sekali lagi. Bagus!
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif : Bagaimana perasaan ibu? Bisakah ibu
mengatakan Kembali apa yang dimaksud dengan halusinasi? Bagus !
bagaimana cara mengatasinya? Baik ! bagus !
2) Evaluasi Obyektif : Coba ibu peragakan cara mengatasi
halusinasi ibu. Kerja bagus!
b. Rencana tindak lanjut (RTL) : baik ibu tadi kita sudah mempelajari cara yang
pertama untuk mengatasi halusinasi ibu. Bagaimana kalau kita masukan kegiatan ini
dijadwal harian ibu. Ibu maunya jam brapa? Apakah ibu dapat melakukannya secara
mandiri atau membutuhkan bantuan?
c. Kontrak pertemuan selanjutnya
1) Topik : ibu , bagaimana kalau besok kita berbincang – bincang lagi soal cara
yang kedua untuk mengatasi halusinasi yang ibu alami?
2) Waktu :.Ibu maunya jam brapa? Bagaimana kalau jam 9 pagi? Ibu maunya
Berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?
3) Tempat : ibu mau kita ngobrolnya dimana ? bagaimana kalau di ruangan ibu
saja? Apakah ibu bersedia?
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Ah dkk. 2015. BUKU AJAR KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA. Jakarta :
Salemba Medika
Nurhalima. 2016. MODUL BAHAN AJAR CETAK KEPERAWATAN JIWA.
Kementrian kesehatan republic Indonesia

Anda mungkin juga menyukai