Anda di halaman 1dari 6

Unnes J Life Sci 1 (1) (2012)

Unnes Journal of Life Science


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/UnnesJLifeSci

Efek Pemberian Jus Lidah Buaya Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih

Mustofa , Ari Yuniastuti, Aditya Marianti

Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan efek dari jus lidah buaya dan
Diterima Januari 2012 mekanisme kerjanya dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus dengan
Disetujui Februari 2012 pembebanan makanan glukosa yang berlebih. Sampel terdiri dari 24 tikus putih
Dipublikasikan Mei 2012 jantan yang diberi makan glukosa monohidrat. Sampel dikelompokkan menjadi 6
kelompok: kontrol, pengobatan jus lidah buaya 0,5 ml / ekor, 1ml/tail dan 1,5 ml
/ ekor, 0,09 g/200 g BB glibenklamid dan metformin 9 g/200 g BB. Kadar
glukosa darah setiap ekor diukur sebelum pengobatan dan pada interval 30, 60
Kata kunci :
dan 90 menit setelah pengobatan. Data dianalisis dengan ANAVA dua arah taraf
Aloe vera
uji 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa darah tikus antara
Kadar gula darah
kelompok perlakuan dan antara waktu sampling yang berbeda secara signifikan.
Glukosa berlebih.
Dalam 3 kelompok jus lidah buaya pengobatan, kadar glukosa darah terendah
diperoleh dari jus lidah buaya dengan dosis 1,5 ml pada menit ke-30. Tingkat
glukosa darah terendah untuk semua kelompok perlakuan dicapai dengan
glibenklamid pada menit ke-90, tetapi tikus mengalami kondisi hipoglikemik
dengan kadar glukosa darah 23,63 mg/dl. Pemberian jus lidah buaya
berpengaruh dalam penurunan kadar glukosa darah pada tikus yang diberi
makan glukosa yang berlebih.

Abstract
The purpose of this study was to determine the effects of aloe vera juice and
examine its mechanism of action in decreasing blood glucose levels in mice fed
over glucose. The sample consisted of 24 male white rats fed over glucose
monohydrate. Samples are grouped into 6 groups: control, treatment of aloe vera
juice 0.5 ml/ each rat, 1ml/ each rat and 1.5 ml /each rat, 0.09 g/200g BW
glibenclamide and 9 g/200 g BW metformin. Blood glucose levels of each animal
was measured before treatment and at intervals of 30, 60 and 90 minutes after
treatment. Data were analyzed with two-way ANAVA test level of 5%. The
results showed that rat blood glucose levels between treatment groups and
between different sampling time significantly. In the 3 groups of aloe vera juice
treatment, the lowest blood glucose levels achieved by aloe vera juice with a dose
of 1.5 ml in 30th minute. The lowest blood glucose levels for all treatment groups
achieved by glibenclamide in the 90th minute, but the rats experienced a
hypoglycemic condition with blood glucose levels by 23.63 m /dl. Giving aloe
vera juice influenced in reducing blood glucose levels of mice fed glucose loading.

© 2012 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi:
Gedung D6 Lt.1 Jl Raya Sekaran ISSN 2252-6277
GunungPati Semarang Indonesia 50229
Email:biologi@unnes.ac.id
Mustofa dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (1) (2012)
Pendahuluan dilakukan oleh Fauziah (2005) diduga bahwa
Kecenderungan dunia global untuk kandungan alprogen dalam lidah buaya mampu
kembali ke alam mendorong masyarakat menurunkan kadar glukosa darah tikus.
menggunakan bahan-bahan alam sebagai obat Berdasarkan hal tersebut, maka jus lidah buaya
tradisional. Masyarakat lebih memilih obat yang digunakan untuk tikus diduga dapat
tradisional karena selain harganya yang relatif menurunkan kadar glukosa darah tikus.
murah, bahan-bahan alam cenderung mudah Penelitian ini diharapkan dapat
diperoleh dan aman untuk dikonsumsi. Bahan- menemukan dosis jus lidah buaya yang dapat
bahan ini dapat diperoleh dari tanaman yang menurunkan kadar glukosa darah tetapi tidak
tumbuh secara liar atau dibudidayakan oleh menimbulkan kondisi hipoglikemik. Pada
masyarakat. Tanaman ini biasa disebut sebagai penelitian ini digunakan glibenklamid dan
tanaman obat. Salah satu tanaman yang banyak metformin untuk melakukan pendekatan
digunakan sebagai tanaman obat adalah lidah mengenai mekanisme kerjanya. Berkaitan
buaya (Aloe vera L.). dengan hal tersebut, maka penelitian dilakukan
Lidah buaya biasa digunakan oleh menggunakan hewan uji tikus putih jantan yang
masyarakat sebagai obat untuk menyembuhkan dinaikkan kadar glukosa darahnya dengan cara
luka bakar dan luka ringan pada kulit (Shane- pemberian glukosa monohidrat. Pada uji
McWhorter 2001). Selain itu, ternyata lidah toleransi glukosa, kadar glukosa darah akan
buaya dapat digunakan untuk menurunkan kembali normal setelah 120 menit pemberian
kadar glukosa darah pada penderita diabetes glukosa monohidrat. Oleh karena itu, untuk
mellitus tipe II (Yeh et al 2003, Shane- mengetahui pengaruh perlakuan maka pada
McWhorter 2009). Pada keadaan diabetes penelitian ini dilakukan analisis kadar glukosa
mellitus tipe II, sel-sel beta pankreas masih utuh darah pada menit ke-30, 60 dan 90.
dan insulin masih diproduksi oleh tubuh namun
sensitivitas jaringan yang distimulasi insulin
berkurang (resistensi insulin) sehingga Metode Penelitian
penyerapan glukosa ke dalam jaringan tersebut Penelitian ini merupakan penelitian
terhambat. eksperimental. Desain yang digunakan yaitu
Pre-Post Test Randomized Control Design
Diabetes mellitus (DM) tipe II dapat
dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
terjadi akibat konsumsi karbohidrat yang
Sebanyak 24 ekor tikus putih strain Wistar
berlebih sehingga tubuh beresiko mengabsorpsi
jantan dikelompokkan secara acak menjadi 6
glukosa lebih banyak dari biasanya dan terjadi
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari
kondisi hiperglikemia. Bila hiperglikemia
4 ekor. Kelompok I sebagai kelompok kontrol
berlangsung secara terus-menerus (kronis) maka
negatif, tidak diberi jus lidah buaya. Kelompok
dapat timbul sejumlah komplikasi seperti
II, III dan III berturut-turut diberi jus lidah
retinopati (penyakit mata akibat penebalan
buaya dengan dosis 0,5 ml/ekor; 1,0 ml/ekor,
membran basal kapiler), nefropati (berpotensi
dan 1,5 ml/ekor. Kelompok V diberi metformin
menimbulkan gagal ginjal) dan neuropati
9 g/200 g BB dan kelompok V diberi
(berpotensi menimbulkan disfungsi kandung
glibenklamid 0,09 g/200 g BB.
kemih dan impotensi) (Davey 2005). Untuk
meminimalisir dampak tersebut, pasien DM Kadar glukosa darah setiap tikus
harus melakukan kontrol gula darah baik diperiksa pada awal sebelum perlakukan dan
dengan olahraga maupun mengkonsumsi obat interval 30, 60 dan 90 menit setelah perlakuan.
hipoglikemik. Obat-obatan kimia cenderung Pengambilan darah tikus dilakukan dengan
memiliki efek samping bagi penggunanya. Oleh menggunakan mikrohematokrit, pada daerah
karena itu, perlu dilakukan penelitian sinus orbitali. Darah selanjutnya dipisahkan
menggunakan tanaman yang berkhasiat serumnya menggunakan sentrifuge dengan
hipoglikemik. kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.
Pengukuran kadar glukosa darah tikus putih
Lidah buaya memiliki kandungan kimia
menggunakan metode GOD-PAP. Data Kadar
yang berkhasiat hipoglikemik diantaranya
glukosa dianalisis menggunakan analisis
kromium dan alprogen. Hasil penelitian
variansi (ANAVA) dua arah dengan interaksi
Wuliyani (2007) diduga bahwa lidah buaya
yakni menguji perbedaan antar perlakuan dan
mengandung kromium yang berperan dalam
antar waktu pengambilan sampel darah serta
merangsang sekresi insulin oleh sel-sel beta
mengetahui ada tidaknya interaksi antar
pankreas, dan pada penelitian yang telah
36
Mustofa dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (1) (2012)

variabel dengan taraf uji 5% dilanjutkan dengan Perbedaan rata-rata kadar glukosa darah tikus
uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%. antar perlakuan dan waktu pengambilan sampel
disajikan pada Gambar 1.
Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa
Hasil dan Pembahasan
kadar glukosa darah kelompok kontrol lebih
Hasil pengukuran kadar glukosa darah
tinggi dari lima kelompok lainnya baik pada
tikus putih saat sebelum pemberian glukosa
sebelum perlakuan (menit ke-0) maupun pada
monohidrat dan perlakuan (menit ke-0) dan
menit ke-30, 60 dan 90 setelah perlakuan. Kadar
setelah pemberian glukosa monohidrat
glukosa darah mengalami peningkatan dari
(hiperglikemik) serta perlakuan pemberian jus
menit sebelumnya pada menit ke-30 dan 90
lidah buaya (Aloe vera), metformin dan
untuk semua kelompok perlakuan kecuali untuk
glibenklamid pada menit ke-30, 60 dan 90
kelompok VI (perlakuan glibenklamid).
(Tabel 1).
Data kadar glukosa darah tikus putih
Berdasarkan data pada Tabel 1 terlihat
yang diperoleh dianalisis secara statistik
adanya variasi rerata kadar glukosa darah tikus
menggunakan uji Analisis Varian (ANAVA) dua
pada masing-masing kelompok. Rerata kadar
arah untuk mengetahui apakah pemberian jus
glukosa darah cenderung meningkat pada menit
lidah buaya berpengaruh secara signifikan
ke-30 untuk semua kelompok baik kelompok
dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus
kontrol (I) maupun kelompok perlakuan (II, III,
antar perlakuan dan antar waktu pengambilan
IV dan V) kecuali pada kelompok VI
sampel serta mengetahui ada tidaknya interaksi
(glibenklamid). Sementara itu, pada menit ke-60
antara perlakuan dengan waktu pengambilan
terjadi penurunan kadar glukosa darah untuk
sampel.
kelompok kontrol (tanpa perlakuan), kelompok
V (metformin) dan kelompok VI (glibenklamid), Berdasarkan hasil perhitungan ANAVA
sedangkan kelompok perlakuan jus lidah buaya dua arah di atas, diketahui bahwa variabel
(II, III dan IV) masih mengalami peningkatan. perlakuan, nilai Fhitung (30,497) > Ftabel (2,33)
Pada menit ke-90, kadar glukosa darah semakin pada taraf uji 5%. Hal ini menunjukkan bahwa
meningkat pada semua kelompok perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan pada kadar
kecuali pada kelompok VI (glibenklamid). glukosa darah tikus antar perlakuan.
Selanjutnya, untuk variabel waktu pengambilan

37
Mustofa dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (1) (2012)

sampel nilai Fhitung (8,540) > Ftabel (2,72) hewan uji tikus dengan rerata kadar glukosa
pada taraf uji 5%. Ini menunjukkan adanya darah mencapai dua kali lipat dari menit
perbedaan yang signifikan pada nilai kadar sebelumnya (menit ke-0). Hal ini kemungkinan
glukosa darah antar waktu pengambilan karena penyerapan glukosa oleh usus yang
sampel. Selain itu pada variabel interaksi terjadi dua sampai tiga kali lipat dari biasanya
perlakuan dan waktu pengambilan sampel, nilai (Guyton & Hall 2005) terjadi pada menit ke-30.
Fhitung (3,997) > Ftabel (1,77) pada taraf uji Pada menit ke-60 kadar glukosa darah
5%. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan mengalami penurunan yang signifikan,
yang signifikan pada kadar glukosa darah sedangkan pada menit ke-90 kadar glukosa
interaksi perlakuan dan waktu pengambilan darah kembali mengalami peningkatan yang
sampel. Berdasarkan hasil uji ANAVA dua arah signifikan.
di atas dapat dikatakan bahwa terdapat Berdasarkan hasil penelitian, rerata
perbedaan yang signifikan pada kadar glukosa kadar glukosa darah tikus terendah dicapai oleh
darah antar perlakuan maupun antar waktu tikus kelompok perlakuan obat glibenklamid
pengambilan sampel serta ada interaksi antar pada menit ke-90. Pada kelompok perlakuan
kedua variabel tersebut. glibenklamid tikus mengalami penurunan kadar
Untuk melihat perbedaan kadar glukosa glukosa darah pada menit ke-30, 60 dan 90
darah antar kelompok perlakuan dilakukan uji meskipun sebelumnya telah diberi pembebanan
lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%. Hasil uji glukosa monohidrat. Dengan demikian
lanjut BNT antar perlakuan, waktu kelompok glibenklamid memiliki efek
pengambilan sampel dan interaksi keduanya penurunan kadar glukosa darah yang paling
(Tabel 2). besar dibandingkan pada kelompok lain.
Pada penelitian ini digunakan tes Menurut Davey (2005) dan Katzung (2007),
toleransi glukosa oral menggunakan glukosa glibenklamid merupakan golongan obat
monohidrat sebanyak 1,35 g/200 gBB tikus. sulfonilurea yang memiliki fungsi meningkatkan
Pengukuran kadar glukosa darah hanya sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
dilakukan sampai menit ke-90 karena pada Dibandingkan dengan perlakuan lainnya,
keadaan normal kadar glukosa di dalam plasma penurunan kadar glukosa darah akibat
akan kembali ke kondisi basal pada menit ke- pelepasan insulin oleh efek obat sulfonilurea
120 setelah pemberian glukosa monohidrat (glibenklamid) lebih cepat daripada jus lidah
yaitu kurang dari 140 mg/dl (Price & Wilson buaya maupun metformin. Meskipun begitu,
2006). Kadar glukosa darah tikus yang diberi pada penelitian ini pemberian glibenklamid
pembebanan glukosa secara jelas terlihat pada dapat menyebabkan kondisi hipoglikemik pada
kelompok kontrol karena pada kelompok ini hewan uji tikus putih dengan kadar glukosa
hanya diberikan glukosa monohidrat dan tanpa darah mencapai 23,63 mg/dl pada menit ke-90.
diberi perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan Kadar glukosa darah pada ketiga
bahwa kadar glukosa darah tetap tinggi hingga kelompok perlakuan jus lidah buaya (kelompok
menit ke 90 setelah pemberian glukosa II, III dan IV) masih tinggi pada menit ke-30, 60
monohidrat. Meskipun begitu, rerata kadar dan 90 setelah perlakuan. Meskipun begitu,
glukosa darah kelompok kontrol pada menit ke- terlihat bahwa pada interval waktu tersebut
30 merupakan yang tertinggi dicapai oleh kadar glukosa darah tikus perlakuan jus lidah

38
Mustofa dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (1) (2012)

buaya masih lebih rendah dibandingkan dengan konversi glukosa menjadi asam laktat oleh
kelompok kontrol. Artinya, pemberian jus lidah enterosit (Katzung 2007). Hal ini didukung
buaya secara oral sesaat setelah diberikan dengan penelitian Cuber et al (1994) yang
glukosa monohidrat menunjukkan adanya efek menunjukkan bahwa metformin akan
penurunan jika dilihat dari kadar glukosa darah meningkatkan output laktat dari usus.
yang lebih rendah dibandingkan dengan Berdasarkan uraian di atas maka kadar
kelompok kontrol atau peningkatan kadar glukosa darah terendah pada interaksi setiap
glukosa darahnya tidak sebesar pada kelompok perlakuan dari yang tertinggi hingga terendah
kontrol. Dengan demikian dapat dikatakan perlakuan adalah kontrol menit ke-60, jus lidah
bahwa jus lidah buaya lebih cenderung buaya 1 ml menit ke-30, jus lidah buaya 0,5 ml
memiliki efek menghambat peningkatan kadar menit ke-30, jus lidah buaya 1,5 ml menit ke-30,
glukosa darah. metformin menit ke-60 dan glibenklamid menit
Jus lidah buaya diduga dapat ke-90 sebesar 23,63 mg/dl. Pada penelitian ini,
menghambat peningkatan kadar glukosa darah meskipun efek penghambatan oleh jus lidah
dengan melakukan penghambatan penyerapan buaya tidak dapat menurunkan kadar glukosa
glukosa di usus dengan adanya alprogen. darah sebesar penurunan kadar glukosa darah
Kandungan alprogen dalam lidah buaya akan yang dilakukan glibenklamid, namun jus lidah
masuk ke dalam saluran pencernaan dan buaya memiliki efek penghambatan yang tidak
melapisi permukaan sel-sel epitel usus. Menurut mengakibatkan kondisi hipoglikemik pada
Ro et al (2000) alprogen akan menghalangi hewan uji tikus yaitu kurang dari 140 mg/dl
masuknya Ca2+ ke dalam sel, padahal Ca2+ baik pada menit ke-30, 60 maupun 90.
diperlukan oleh sel untuk terjadinya eksositosis.
Pada keadaan normal, Ca2+ yang berasal dari
lumen usus akan masuk ke dalam sel usus dan Simpulan
mengakibatkan terjadinya eksositosis Sodium Berdasarkan hasil penelitian dan
Glucose Transporter 1 (SGLT1) yang berfungsi pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa
mengangkut glukosa yang ada di lumen usus pemberian jus lidah buaya berpengaruh
menuju ke dalam kapiler darah sel absorptif menurunkan kadar glukosa darah tikus putih
usus. Namun, karena alprogen menghalangi yang diberi pembebanan glukosa. Mekanisme
masuknya Ca2+ ke dalam sel maka eksositosis jus lidah buaya dalam menurunkan kadar
SGLT1 tidak terjadi sebagaimana mestinya glukosa darah diduga akibat dari zat alprogen
sehingga penyerapan glukosa oleh sel-sel usus dalam lidah buaya yang berfungsi menghambat
terhambat (Fauziah 2005). masuknya Ca2+ ke dalam sel sehingga SGLT1
tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya dan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
menyebabkan penyerapan glukosa di usus
kadar glukosa darah kelompok IV pada menit
terhambat.
ke-30 mencapai nilai terendah dibandingkan
kadar glukosa darah kelompok perlakuan jus
lidah buaya pada waktu lainnya. Dengan Daftar Pustaka
demikian jus lidah buaya dapat menurunkan Cuber, J.C., Bosshard, A., Vidal, H., Vega, F.,
kadar glukosa darah tikus paling efektif dengan Wiernsperger , N. &, Rapin, J.R. 1994.
dosis 1,5 ml/ekor pada menit ke-30. Metabolic and drug distribution studies do
not support direct inhibitory effects of
Berdasarkan hasil uji BNT ditunjukkan metformin on intestinal glucose absorption.
bahwa rerata kadar glukosa darah kelompok Diabete Metab 20 (6): 532-539.
perlakuan jus lidah buaya dan metformin pada Davey, P. 2005. At a Glance Medicine. Terjemahan
menit ke-30 dan 90 tidak berbeda signifikan. Penerbit Erlangga, 2006. Jakarta: Penerbit
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jus Erlangga.
lidah buaya lebih berefek menurunkan kadar Fauziah. 2005. Aktivitas antidiabetik daun lidah
glukosa darah seperti metformin yaitu dengan buaya (Aloe vera L.) pada tikus putih
(Rattus norvegicus) Wistar jantan (Tesis).
cara menghambat penyerapan glukosa di usus Bandung: Institut Teknologi Bandung.
(Ikeda et al 2000 & Kirpichnikov et al 2002). Guyton, A.C. & Hall, J.E. 2005. Textbook of
Meskipun sama-sama menghambat penyerapan Medical Physiology 11th Edition. Jakarta:
glukosa di usus namun ada mekanisme EGC.
metformin yang berbeda dengan jus lidah Ikeda, T., Iwata, K. & Murakami, H. 2000.
buaya. Selain menghambat penyerapan glukosa Inhibitory effect of metformin on intestinal
di usus metformin juga meningkatkan laju glucose absorption in the perfused rat

39
Mustofa dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (1) (2012)

intestine. Biochem Pharmacol 59 (7): 887- Shane-McWhorter, L. 2001. Biological


890. complementary therapies: a focus on
Katzung, B.G. 2007. Basic and Clinical botanical products in diabetes. Diabetes
Pharmacology 10th Edition. Singapore: The Spectrum 14 (4): 199-208.
McGraw Hill Companies. _________________. 2009. Dietary supplements for
Kirpichnikov, D., McFarlan, S.I & Sowers, R.J. diabetes: an evaluation of commonly used
2002. Metformin: an Update. Annals of products. Diabetes Spectrum 22 (4): 206-
Internal Medicine 137 (1): 25-33. 213.
Price, S.A. & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Wuliyani, T. 2007. Pengaruh jus lidah buaya (Aloe
Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6. chinensis Linn.) terhadap penurunan kadar
Jakarta: EGC. gula darah pada tikus putih (Rattus
novergicus) strain Wistar (Skripsi). Malang:
Ro, J.Y., Lee, B.C., Kim, J.Y., Chung, Y.J. & Park, Universitas Muhammadiyah Malang.
J.I. 2000. Inhibitory mechanism of aloe
single component (alprogen) on mediator Yeh, Y.G., Eisenberg, D.M., Kaptchuk, T.J &
release in guinea pig lung mast cells Phillips, R.S. 2003. Systematic review of
activated with specific antigen-antibody herbs and dietary supplements for glycemic
reactions. The Journal of Pharmacology control in diabetes. Diabetes Care 26 (4):
and Experimental Therapeutics 292 (1): 114- 1277–1294.
121.

40

Anda mungkin juga menyukai