Alo 4
Alo 4
Efek Pemberian Jus Lidah Buaya Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih
Abstract
The purpose of this study was to determine the effects of aloe vera juice and
examine its mechanism of action in decreasing blood glucose levels in mice fed
over glucose. The sample consisted of 24 male white rats fed over glucose
monohydrate. Samples are grouped into 6 groups: control, treatment of aloe vera
juice 0.5 ml/ each rat, 1ml/ each rat and 1.5 ml /each rat, 0.09 g/200g BW
glibenclamide and 9 g/200 g BW metformin. Blood glucose levels of each animal
was measured before treatment and at intervals of 30, 60 and 90 minutes after
treatment. Data were analyzed with two-way ANAVA test level of 5%. The
results showed that rat blood glucose levels between treatment groups and
between different sampling time significantly. In the 3 groups of aloe vera juice
treatment, the lowest blood glucose levels achieved by aloe vera juice with a dose
of 1.5 ml in 30th minute. The lowest blood glucose levels for all treatment groups
achieved by glibenclamide in the 90th minute, but the rats experienced a
hypoglycemic condition with blood glucose levels by 23.63 m /dl. Giving aloe
vera juice influenced in reducing blood glucose levels of mice fed glucose loading.
variabel dengan taraf uji 5% dilanjutkan dengan Perbedaan rata-rata kadar glukosa darah tikus
uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%. antar perlakuan dan waktu pengambilan sampel
disajikan pada Gambar 1.
Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa
Hasil dan Pembahasan
kadar glukosa darah kelompok kontrol lebih
Hasil pengukuran kadar glukosa darah
tinggi dari lima kelompok lainnya baik pada
tikus putih saat sebelum pemberian glukosa
sebelum perlakuan (menit ke-0) maupun pada
monohidrat dan perlakuan (menit ke-0) dan
menit ke-30, 60 dan 90 setelah perlakuan. Kadar
setelah pemberian glukosa monohidrat
glukosa darah mengalami peningkatan dari
(hiperglikemik) serta perlakuan pemberian jus
menit sebelumnya pada menit ke-30 dan 90
lidah buaya (Aloe vera), metformin dan
untuk semua kelompok perlakuan kecuali untuk
glibenklamid pada menit ke-30, 60 dan 90
kelompok VI (perlakuan glibenklamid).
(Tabel 1).
Data kadar glukosa darah tikus putih
Berdasarkan data pada Tabel 1 terlihat
yang diperoleh dianalisis secara statistik
adanya variasi rerata kadar glukosa darah tikus
menggunakan uji Analisis Varian (ANAVA) dua
pada masing-masing kelompok. Rerata kadar
arah untuk mengetahui apakah pemberian jus
glukosa darah cenderung meningkat pada menit
lidah buaya berpengaruh secara signifikan
ke-30 untuk semua kelompok baik kelompok
dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus
kontrol (I) maupun kelompok perlakuan (II, III,
antar perlakuan dan antar waktu pengambilan
IV dan V) kecuali pada kelompok VI
sampel serta mengetahui ada tidaknya interaksi
(glibenklamid). Sementara itu, pada menit ke-60
antara perlakuan dengan waktu pengambilan
terjadi penurunan kadar glukosa darah untuk
sampel.
kelompok kontrol (tanpa perlakuan), kelompok
V (metformin) dan kelompok VI (glibenklamid), Berdasarkan hasil perhitungan ANAVA
sedangkan kelompok perlakuan jus lidah buaya dua arah di atas, diketahui bahwa variabel
(II, III dan IV) masih mengalami peningkatan. perlakuan, nilai Fhitung (30,497) > Ftabel (2,33)
Pada menit ke-90, kadar glukosa darah semakin pada taraf uji 5%. Hal ini menunjukkan bahwa
meningkat pada semua kelompok perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan pada kadar
kecuali pada kelompok VI (glibenklamid). glukosa darah tikus antar perlakuan.
Selanjutnya, untuk variabel waktu pengambilan
37
Mustofa dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (1) (2012)
sampel nilai Fhitung (8,540) > Ftabel (2,72) hewan uji tikus dengan rerata kadar glukosa
pada taraf uji 5%. Ini menunjukkan adanya darah mencapai dua kali lipat dari menit
perbedaan yang signifikan pada nilai kadar sebelumnya (menit ke-0). Hal ini kemungkinan
glukosa darah antar waktu pengambilan karena penyerapan glukosa oleh usus yang
sampel. Selain itu pada variabel interaksi terjadi dua sampai tiga kali lipat dari biasanya
perlakuan dan waktu pengambilan sampel, nilai (Guyton & Hall 2005) terjadi pada menit ke-30.
Fhitung (3,997) > Ftabel (1,77) pada taraf uji Pada menit ke-60 kadar glukosa darah
5%. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan mengalami penurunan yang signifikan,
yang signifikan pada kadar glukosa darah sedangkan pada menit ke-90 kadar glukosa
interaksi perlakuan dan waktu pengambilan darah kembali mengalami peningkatan yang
sampel. Berdasarkan hasil uji ANAVA dua arah signifikan.
di atas dapat dikatakan bahwa terdapat Berdasarkan hasil penelitian, rerata
perbedaan yang signifikan pada kadar glukosa kadar glukosa darah tikus terendah dicapai oleh
darah antar perlakuan maupun antar waktu tikus kelompok perlakuan obat glibenklamid
pengambilan sampel serta ada interaksi antar pada menit ke-90. Pada kelompok perlakuan
kedua variabel tersebut. glibenklamid tikus mengalami penurunan kadar
Untuk melihat perbedaan kadar glukosa glukosa darah pada menit ke-30, 60 dan 90
darah antar kelompok perlakuan dilakukan uji meskipun sebelumnya telah diberi pembebanan
lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%. Hasil uji glukosa monohidrat. Dengan demikian
lanjut BNT antar perlakuan, waktu kelompok glibenklamid memiliki efek
pengambilan sampel dan interaksi keduanya penurunan kadar glukosa darah yang paling
(Tabel 2). besar dibandingkan pada kelompok lain.
Pada penelitian ini digunakan tes Menurut Davey (2005) dan Katzung (2007),
toleransi glukosa oral menggunakan glukosa glibenklamid merupakan golongan obat
monohidrat sebanyak 1,35 g/200 gBB tikus. sulfonilurea yang memiliki fungsi meningkatkan
Pengukuran kadar glukosa darah hanya sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
dilakukan sampai menit ke-90 karena pada Dibandingkan dengan perlakuan lainnya,
keadaan normal kadar glukosa di dalam plasma penurunan kadar glukosa darah akibat
akan kembali ke kondisi basal pada menit ke- pelepasan insulin oleh efek obat sulfonilurea
120 setelah pemberian glukosa monohidrat (glibenklamid) lebih cepat daripada jus lidah
yaitu kurang dari 140 mg/dl (Price & Wilson buaya maupun metformin. Meskipun begitu,
2006). Kadar glukosa darah tikus yang diberi pada penelitian ini pemberian glibenklamid
pembebanan glukosa secara jelas terlihat pada dapat menyebabkan kondisi hipoglikemik pada
kelompok kontrol karena pada kelompok ini hewan uji tikus putih dengan kadar glukosa
hanya diberikan glukosa monohidrat dan tanpa darah mencapai 23,63 mg/dl pada menit ke-90.
diberi perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan Kadar glukosa darah pada ketiga
bahwa kadar glukosa darah tetap tinggi hingga kelompok perlakuan jus lidah buaya (kelompok
menit ke 90 setelah pemberian glukosa II, III dan IV) masih tinggi pada menit ke-30, 60
monohidrat. Meskipun begitu, rerata kadar dan 90 setelah perlakuan. Meskipun begitu,
glukosa darah kelompok kontrol pada menit ke- terlihat bahwa pada interval waktu tersebut
30 merupakan yang tertinggi dicapai oleh kadar glukosa darah tikus perlakuan jus lidah
38
Mustofa dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (1) (2012)
buaya masih lebih rendah dibandingkan dengan konversi glukosa menjadi asam laktat oleh
kelompok kontrol. Artinya, pemberian jus lidah enterosit (Katzung 2007). Hal ini didukung
buaya secara oral sesaat setelah diberikan dengan penelitian Cuber et al (1994) yang
glukosa monohidrat menunjukkan adanya efek menunjukkan bahwa metformin akan
penurunan jika dilihat dari kadar glukosa darah meningkatkan output laktat dari usus.
yang lebih rendah dibandingkan dengan Berdasarkan uraian di atas maka kadar
kelompok kontrol atau peningkatan kadar glukosa darah terendah pada interaksi setiap
glukosa darahnya tidak sebesar pada kelompok perlakuan dari yang tertinggi hingga terendah
kontrol. Dengan demikian dapat dikatakan perlakuan adalah kontrol menit ke-60, jus lidah
bahwa jus lidah buaya lebih cenderung buaya 1 ml menit ke-30, jus lidah buaya 0,5 ml
memiliki efek menghambat peningkatan kadar menit ke-30, jus lidah buaya 1,5 ml menit ke-30,
glukosa darah. metformin menit ke-60 dan glibenklamid menit
Jus lidah buaya diduga dapat ke-90 sebesar 23,63 mg/dl. Pada penelitian ini,
menghambat peningkatan kadar glukosa darah meskipun efek penghambatan oleh jus lidah
dengan melakukan penghambatan penyerapan buaya tidak dapat menurunkan kadar glukosa
glukosa di usus dengan adanya alprogen. darah sebesar penurunan kadar glukosa darah
Kandungan alprogen dalam lidah buaya akan yang dilakukan glibenklamid, namun jus lidah
masuk ke dalam saluran pencernaan dan buaya memiliki efek penghambatan yang tidak
melapisi permukaan sel-sel epitel usus. Menurut mengakibatkan kondisi hipoglikemik pada
Ro et al (2000) alprogen akan menghalangi hewan uji tikus yaitu kurang dari 140 mg/dl
masuknya Ca2+ ke dalam sel, padahal Ca2+ baik pada menit ke-30, 60 maupun 90.
diperlukan oleh sel untuk terjadinya eksositosis.
Pada keadaan normal, Ca2+ yang berasal dari
lumen usus akan masuk ke dalam sel usus dan Simpulan
mengakibatkan terjadinya eksositosis Sodium Berdasarkan hasil penelitian dan
Glucose Transporter 1 (SGLT1) yang berfungsi pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa
mengangkut glukosa yang ada di lumen usus pemberian jus lidah buaya berpengaruh
menuju ke dalam kapiler darah sel absorptif menurunkan kadar glukosa darah tikus putih
usus. Namun, karena alprogen menghalangi yang diberi pembebanan glukosa. Mekanisme
masuknya Ca2+ ke dalam sel maka eksositosis jus lidah buaya dalam menurunkan kadar
SGLT1 tidak terjadi sebagaimana mestinya glukosa darah diduga akibat dari zat alprogen
sehingga penyerapan glukosa oleh sel-sel usus dalam lidah buaya yang berfungsi menghambat
terhambat (Fauziah 2005). masuknya Ca2+ ke dalam sel sehingga SGLT1
tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya dan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
menyebabkan penyerapan glukosa di usus
kadar glukosa darah kelompok IV pada menit
terhambat.
ke-30 mencapai nilai terendah dibandingkan
kadar glukosa darah kelompok perlakuan jus
lidah buaya pada waktu lainnya. Dengan Daftar Pustaka
demikian jus lidah buaya dapat menurunkan Cuber, J.C., Bosshard, A., Vidal, H., Vega, F.,
kadar glukosa darah tikus paling efektif dengan Wiernsperger , N. &, Rapin, J.R. 1994.
dosis 1,5 ml/ekor pada menit ke-30. Metabolic and drug distribution studies do
not support direct inhibitory effects of
Berdasarkan hasil uji BNT ditunjukkan metformin on intestinal glucose absorption.
bahwa rerata kadar glukosa darah kelompok Diabete Metab 20 (6): 532-539.
perlakuan jus lidah buaya dan metformin pada Davey, P. 2005. At a Glance Medicine. Terjemahan
menit ke-30 dan 90 tidak berbeda signifikan. Penerbit Erlangga, 2006. Jakarta: Penerbit
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jus Erlangga.
lidah buaya lebih berefek menurunkan kadar Fauziah. 2005. Aktivitas antidiabetik daun lidah
glukosa darah seperti metformin yaitu dengan buaya (Aloe vera L.) pada tikus putih
(Rattus norvegicus) Wistar jantan (Tesis).
cara menghambat penyerapan glukosa di usus Bandung: Institut Teknologi Bandung.
(Ikeda et al 2000 & Kirpichnikov et al 2002). Guyton, A.C. & Hall, J.E. 2005. Textbook of
Meskipun sama-sama menghambat penyerapan Medical Physiology 11th Edition. Jakarta:
glukosa di usus namun ada mekanisme EGC.
metformin yang berbeda dengan jus lidah Ikeda, T., Iwata, K. & Murakami, H. 2000.
buaya. Selain menghambat penyerapan glukosa Inhibitory effect of metformin on intestinal
di usus metformin juga meningkatkan laju glucose absorption in the perfused rat
39
Mustofa dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (1) (2012)
40