Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

B DENGAN HARGA DIRI RENDAH


DI RUANG AL BALKHI RS LANCANG KUNING
TAHUN 2021

Disusun Oleh:

Winda Enjelika
1814401038

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Laporan kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. B dengan harga diri rendah
di ruangan Al Balkhi RS Lancang Kuning Tahun 2021”.
Penyusunan laporan kasus ini penulis banyak mendapat bantuan dan pengarahan serta
bimbingan dari dosen pembimbing dan berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan
penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis, sehingga pada akhirnya pembuatan laporan kasus ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Penulis juga menyadari banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan laporan
kasus ini, oleh karena itu penulis berharap adanya kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun dan bermanfaat. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan pembaca.

Pekanbaru, 7 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3.Tujuan ...................................................................................................... 1
1.4.Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi .................................................................................................... 3
2.2 Etiologi .................................................................................................... 3
2.3 Manifestasi Klinis .................................................................................... 3
2.4 Patofisiologi ............................................................................................. 4
2.5 Pohon masalah ........................................................................................ 6
2.6 Asuhan Keperawatan ................................................................................ 7
BAB III LAPORAN KASUS BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan........................................................................................... ..17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... ..19
5.2 Saran .................................................................................................... ..19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Isolasi sosial atau menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami
ketidakmampuan untuj mengadakan hubungan dengan oranglain atau dengan lingkungan di
sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan menarik diri sering melakukan kegiatan yang
ditujukan untuk mencapai pemuasaan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi
diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan
pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien
menarik diri, semakin banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial
dan emosional dengan oranglain ( Stuart dan Sudeen, 1998).
Respon sosial dan emosional yang maladaktif seringkali terjadi dalam kehidupan sehari-
hari, khususnya sering dialami pada pasien menarik diri sehingga melalui pendekatan proses
keperawatan yang komprehensif penulis berusaha memberikan asuhan keperawatan yang
semaksimal mungkin kepada pasien dengan masalah utama isolasi sosial. Di indonesia menurut
riskesdas (2013) jumlah seluruh responden dengan tipe gangguan jiwa berat sebanyak 1,7%.
Dengan prevalensi psikosis tertinggi berada di DI Yogyakarta dan Aceh masing-masing2,7%,
sedangkan yang terendah di Kalimantan barat sebanyak 0,7% dan di jawa tengah sebanyak
2,3%. Prevalensi penduduk yang mengalami gangguan mental emosional secara nasional adalah
6,0% (37.728) dari subyek yang dianalisis. Provinsi dengan prevalensi gangguan mental
emosional tertinggi adalah sulawesi tengah (11,6%), sedangkan yang terendah di lampung
(1,2%) dan untuk di jawa tengah sebesar (4,7).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengangkat studi kasus tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Tn. B Dengan Harga diri rendah di Ruangan Al Balkhi RS
Lancang Kuning Tahun 2021”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn. B dengan Harga diri rendah di ruangan Al Balkhi
RS Lancang Kuning Tahun 2021?
2. Bagaimana penerapan atau asuhan keperawatan pada Tn.B sesuaikah antara teori dan saat di
lapangan?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan umum Tujan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah mampu memberikan asuhan
keperawatan pasien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah.

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien dengan harga diri rendah.
b. Mendiagnosis keperawatan berdasarkan data yang diperoleh untuk mengatasi
masalah harga diri rendah.
c. Merencanakan tindakan keperawatan yang tepat untuk mengatasi harga diri
rendah.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan kesehatan yang tepat untuk mengatasi
masalah harga diri rendah.
e. Mengevaluasi untuk mengetahui keberhasilan yang sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan yang telah diberikan.
f. Mampu menemukan atau menganalisa kesenjangan yang terjadi antara teori dan
saat dilapangan.

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari laporan kasus asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat menyusun dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Harga diri
rendah

2. Dapat menganalisa dan menemukan kesenjangan yang terjadi antara teori dan saat
dilapangan sehingga dapat dijadikan sebagai perbaikan dalam melakukan asuhan
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Isolasi sosial

merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau

bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien

isolasi sosial mengalami gangguan dalam berinteraksi dan mengalami perilaku tidak

ingin berkomunikasi dengan orang lain disekitarnya, lebih menyukai berdiam diri,

mengurung diri, dan menghindar dari orang lain (Yosep, Sutini, 2014). Menarik diri

merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina

hubungan secara terbuka dengan orang lain (Townsend M.C. dalam Muhith A, 2015).

Sedangkan, penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri

baik perhatian ataupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat

bersifat sementara atau menetap (Depkes RI, dalam Muhith A, 2015). Jadi menarik diri

adalah keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan dan

menghindari interaksi dengan orang lain secara langsung yang dapat bersifat sementara

atau menetap.

2.2 Etiologi
Gangguan ini terjadi akibat adanya faktor predisposisi dan faktor presipitasi.

Kegagalan pada gangguan ini akan menumbulkan ketidakpercayaan pada individu,

menimbulkan ras pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang lain dan merasa

tertekan. Keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak ingin

untuk berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka berdiam diri dan

tidak mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011).

6 a. Faktor predisposisi Menurut Stuart G.W & Lararia, M.T, (2011) ada beberapa

faktor predisposisi penyebab isolasi sosial, meliputi : 1) Faktor perkembangan Sistem

keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan respon sosial maladaptif.

Beberapa orang percaya bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang

tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak

mendukung hubungan dengan pihak diluar keluarga.

Tabel 2.1 Tugas Perkembangan Berhubungan Dengan Pertumbuhan

Interpersonal Tahap Perkembangan Tugas Masa Bayi Menetapkan rasa percaya Masa

Bermain Mengembangkan otonom dan awal perilaku, Masa Pra Sekolah Belajar

menunjukkan inisiatif, rasa tanggung jawab, dan hati nurani. Masa Sekolah Belajar

berkompetisi, bekerjasama, dan berkompromi, Masa Pra Remaja Menjalin hubungan

intim dengan teman sesama jenis kelamin Masa Remaja Menjadi intim dengan teman

lawan jenis atau bergantung Masa Dewasa Muda Menjadi saling bergantung antara

orang tua dan teman, mencari pasangan, menikah dan mempunyai anak. Masa Tengah

Baya Belajar menerima hasil kehidupan yang dilalui. Masa Dewasa Tua Berduka karena

kehilangan dan mengembangkan perasaan keterikatan dengan budaya. Sumber : Stuart

dan Sundeen (2012)


2) Faktor sosiokultural Isolasi sosial

merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari

transiensi; norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak

menghargai anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia (lansia),

orang cacat, dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi

norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.

Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan

dengan gangguan ini.

3) Faktor biologis

Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptif. Bukti terdahulu

menunjukkan keterlibatan neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, namun

tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.

4) Faktor presipitasi

Menurut direja, (2011) ada beberapa faktor presipitasi isolasi sosial, meliputi

sebagai berikut: a) Faktor eksternal Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress

yang ditinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga. b) Faktor intrnal

Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat ansietas atau

kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan

kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan

untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhnya kebutuhan individu.

2.3 Tanda dan Gejala

Menurut Townsend, M.C, 1998 (dalam Muhith, A. 2015), tanda dan gejala isolasi sosial

meliputi : 8
a. Kurang spontan.

b. Apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan).

c. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih).

d. Afek tumpul

e. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri

f. Tidak ada atau kurang terhadap komunikasi verbal.

g. Menolak berhubungan dengan orang lain.

h. Mengisolasi diri (menyendiri)

i. Kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya.

j. Asupan makan dan minuman terganggu.

k. Aktivitas menurun.

l. Rendah diri.

Jadi perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya

rendah, sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak

dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan sensori: halusinasi

dan resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan sekitarnya. Perilaku yang tertutup

dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa

mempengaruhi terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan secara mandiri.

2.4 Patofisiologi

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang

masih dapat di terima oleh norma sosial dan budaya yang umum berlaku. Respon ini

meliputi :
1) Otonomi Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan

ide, pikiran, perasaan, dalam hubungan sosial (Yosep, 2011).

2) Solitude Merupakan respon seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan

di lingkungan sosialnya dan mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah

selanjutnya.

3) Kebersamaan Merupakan kondisi hubungan interpersonal dimana individu mampu

untuk saling memberi dan menerima.

4) Saling ketergantungan Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan antar

individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal (Dermawan,

2013).

5) Menarik diri Merupakan seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina

hubungan secara terbuka dengan orang lain (Yosep, 2011).

Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelasaikan masalah

yang menyimpang dari norma sosial dan budaya lingkungannya respon yang sering

ditemukan diantaranya:

1) Manipulasi Merupakan gangguan sosial dimana individu meperlakukan orang lain

sebagai obyek, hubungan berpusat pada masalah pengendalian orang lain dan

individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol

digunaakaan sebagai pertahanan terhadap kegagalan dan frustasi dan dapat menjadi

alat untuk berkuasa pada orang lain (Riyadi & Purwanto 2009).

2) Implusif Merupakan tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak belajar dari

pengalaman, tidak dapat diandalkan (Dermawan, 2013).


3) Narkisisme Harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap

egosentris, pecemburu, marah bila orang lain tidak mendukung.

2.5 Pohon Masalah

Gangguan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

2.6 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Identitas

2. Alasan masuk RS

3. Pemeriksaan Fisik
4. Psikososial

5. Spiritual

6. Status Mental

7. Kebutuhan persiapan pulang

8. Mekanisme koping

9. Pengetahuan dan aspek medik

B. Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi sosial

2. Gangguan Konsep diri : harga diri rendah

3. Gangguan persepsi sensori : halusinasi

C. Intervensi Keperawatan

1. Membina hubungan saling percaya antara pasien dan perawat

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan oranglain


BAB III
LAPORAN KASUS
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. B dengan Harga diri rendah,

maka dalam pembahasan ini penulis menguraikan kesenjangan – kesenjangan yang ditemukan

pada kasus, yaitu:

1. Tahap Pengkajian keperawatan

Pada tahap pengkajian asuhan keperawatan pada Tn. B dengan Harga diri rendah

menggunakan format pengkajian. Adapun yang ditemukan pada tahap pengkajian antara

tinjauan teroritis dan tinjauan kasus adalah terdapat kesesuaian/keselarasan antara

pengkajian yang ada di teoritis dan kasus.

2. Tahap Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada asuhan keperawatan teoritis, ditemui juga

di kasus adalah:

a. Isolasi sosial menarik diri


b. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
c. Koping individu tidak efektif

3. Tahap Evaluasi

 SP 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, maka SP 1


berhasil

 SP 2 : klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki


klien, maka SP 2 berhasil

 SP 3 : klien dapat menilai kemampuan yangdimiliki untuk dilaksanakan, SP 3


berhasil
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Dari pengkajian yang telah penulis lakukan pada pasien Tn. B dengan Harga diri rendah dan
telah melakukan analisa data disimpulkanlah ada 3 SP (Strategi Pelaksana) yang dilakukan yaitu:

1. SP 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

2. SP 2 : klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien

3. SP 3 : klien dapat menilai kemampuan yangdimiliki untuk dilaksanakan dan dapat


merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Saat penulis melakukan implementasi/SP, awalnya pasien agak susah untuk diajak

kerjasama tapi lama kelamaan pasien mau diajak kerja sama dalam melakukan asuhan

keperawatan. hasil evaluasinya mulai ada perkembangan hingga keadaan pasien sedikit membaik

dari sebelumnya.

5.2 Saran

Setelah penulis membahas dan memperhatikan masalah yang dihadapi perawatan pasien

dengan harga diri rendah, penulis dapat memberikan saran:

1. Bagi Rumah Sakit Lancang Kuning

Bagi tenaga keperawatan di Rumah Sakit Lancang Kuning untuk tetap melayani dan

menangani klien dengan harga diri rendah secara optimal. Perawat harus terus menjalin

komunikasi teraupetik sehingga klien dapat mengungkapkan semua permasalahannya dan

mau mengikuti terapi yang diberikan selama di rawat di Rumah sakit Jiwa sehingga

tercapainya keberhasilan dalam proses keperawatan.


2. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan diharapkan untuk mampu mengembangkan ilmu pengetahuan

dalam proses pembelajaran dengan asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri

rendah

3. Bagi Mahasiswa
Dianjurkan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam memberikan

asuhan keperawatan yang optimal dan kompherensif serta bertanggung jawab kepada

klien khususnya pada klien dengan harga diri rendah.


DAFTAR PUSTAKA

Herdman. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Iskandar, M. D. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Keliat, C. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta: EGC.

Keliat. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa : edisi 2. Jakarta: EGC.

Prabowo, E. (2014). Konsep&Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta :

Nuhamedika.

Sari, Kartika. (2015).Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV.Trans

Info Media

Sundeen, S. &. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Townsend. (2008). Nursing Diagnosis in Psuchiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan

Construction. jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai