Anda di halaman 1dari 11

MENGHADAPI KEMISKINAN DI KABUPATEN SORONG DENGAN

OTONOMI KHUSUS

DI SUSUN OLEH :

BERTHSON W. RUATAKUREY

30.1534

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

TAHUN AJARAN 2021/2022


BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Pengembangan wilayah adalah rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam


penggunaan berbagai sumber daya, merekatkan dan menyeimbangkan pengembangan nasional
dan kesatuan wilayah nasional, meningkatkan keserasian antar kawasan, keterpaduan antar
sektor pengembangan melalui proses penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan
pengembangan berkelanjutan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pengembangan wilayah merupakan upaya memadukan secara harmonis sumber daya alam,
manusia, dan teknologi dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan yang semuanya
disebut memberdayakan masyarakat. Pengembangan harus diartikan sebagai keinginan
mendapatkan perbaikan, serta kemampuan untuk merealisasikannya dan lebih merupakan
motivasi dan pengetahuan dari pada kekayaan. Pengembangan Wilayah bertujuan untuk
mensejahterakan penduduk sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Pengembangan
wilayah berimplikasi terhadap terjadinya kesenjangan wilayah dimana hal ini merupakan gejala
wajar dan akan selalu terjadi. Namun kesenjangan wilayah yang terlalu juga menimbulkan hal
negatif. Kesenjangan wilayah menciptakan adanya wilayah maju dan wilayah tertinggal. Di
Indonesia masih terdapat 183 Kabupaten yang termasuk dalam kategori daerah tertinggal, dari
jumlah tersebut30 % berada di kawasan barat dan 70 % berada di kawasan timur Indonesia.

Provinsi Papua Barat memiliki tujuh kabupaten yang termasuk dalam daerah tertinggal salah
satunya adalah Kabupaten Sorong. Daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah serta
masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional (PP
Nomor 78 Tahun 2014).Guna terwujudnya pemerataan pembangunan yang merata, langkah
pertama yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah mendapatkan informasi mengenai
pengelompokkan desa berdasarkan status ketertinggalan serta indikator yang perlu ditingkatkan.

1.2. Rumusan masalah


1. Bagaimana sampai bisa terjadinya kemiskinan di kabupaten Sorong ?
2. Bagaimana alternatif sistem pemerintahan yang tepat untuk penyelesaian persoalan
kemiskinan ini ?

1.3. Maksud dan tujuan


Maksud dan tujuan penulis menyusun makalah ini tujuan khusus untuk memenuhi tugas ujian
akhir semester dan tujuan umunya agar dapat menjadi referansi bagi pembaca.

1.4. Mamfaat
Tidak jauh dari tujuan penulis, mamfaat dari makalah ini pembaca dapat mencari referensi
tentang desentralisasi asimetris. Khususnya, otonomi daerah yang ditulis oleh penulis dalam
hal makalah ini.

1.5. Metode kajian


Metode yang di gunakan penulis dalam menyusun makalah ini adalah dengan metode
kepustakaan dan wawancara. Penulis mencari data – data di internet dan buku – buku
referensi. Serta melakukan wawancara dengan beberapa pihak terkait agar mendapatkan data
yang valid.

BAB II
MENGHADAPI KEMISKINAN DI KABUPATEN SORONG DENGAN
OTONOMI KHUSUS

2.1. Gambaran umum kabupaten sorong


Kondisi Umum Wilayah Kabupaten Sorong memiliki luas wilayah 17.970 kilometer persegi
dengan luas lautan 9.214 kilometer persegi dan luas daratan 8.756 kilometer persegi serta
memiliki potensi SDA baik daratan maupun lautan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
ekonomi masyarakat Kabupaten Sorong. Kabupaten Sorong terletak diantara 1300 Bujur
Barat dan 132055’ Bujur Timur 010 Lintang Selatan dan 020 Lintang Utara dengan batas
administrasi sebagai berikut :
1. Sebelah Barat : Provinsi Maluku dan Maluku Utara
2. Sebelah Timur : Kabupaten Manokwari
3. Sebelah Utara : Samudera Pasifik
4. Sebelah Selatan : Kabupaten Sorong Selatan
Secara administratif, Kabupaten Sorong dibagi menjadi 16 Distrik, 105 Kampung, dan 5
kelurahan.
Secara topografi Kabupaten Sorong sangat bervariasi mulai dataran rendah dan berawa.
Wilayah Kabupaten Sorong hampir 60 persen berupa daerah pegunungan dengan lereng-
lereng yang curam seperti Makbon, Moraid, Sausafor, dan Pulau Salawati terdapat di bagian
tengah ke arah timur dan utara. Dua puluh persen topografi Kabupaten Sorong berupa
dataran rendah dan sebagian berawa yang menyebar di bagian selatan sampai ke barat.
Ketinggian di Kabupaten Sorong bervariasi yaitu wilayah dengan ketinggian di bawah 100
meter umumnya terdapat di Distrik Seget, Beraur sebagian di Distrik Salawati bagian
selatan. Wilayah dengan ketinggian 500 meter berada di Distrik Aimas sebagian Distrik
Salawati, 500 - 2000 meter sebagian besar terdapat di Distrik Sausafor dan ketinggian 2.000
- 2.500 meter terdapat di Distrik Sausafor. Iklim wilayah Kabupaten Sorong pada umumnya
beriklim tropis yang lembab dan panas. Suhu udara rata-rata berkisar antara 25,520 derajat
celcius (minimum) dan 30,70 derajat celcius (maksimum) dengan kelembaban udara 84
persen. Curah hujan rata-rata 2.836,4 milimeter per tahun dengan jumlah hari 107-185 turun
hujan. Secara umum berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Sorong
mengalir ke arah utara dan ke arah selatan dengan puncak pegunungan berda di Distrik
Sausafor. Wilayah yang tergenang pada saat air laut pasang adalah wilayah pantai bagian
selatan dan wilayah yang tergenang secara periodik terdapat di distrik Salawati dan Distrik
Makbon. Beberapa sungai besar yang dapat dipergunakan untuk kepentingan pelayaran dan
tempat penangkapan ikan air tawar di Kabupaten Sorong antara lain Werur di Distrik
Sausafor, Sungai Warsamson di Distrik Makbon dan Moraid, dan Sungai Klabra yang
terdapat di Distrik Beraur. Karakteristik Tanah di Kabupaten Sorong terdiri dari tekstur
halus, sedang, kasar, dan gambut. Mayoritas tanah di wilayah Kabupaten Sorong memiliki
tekstur halus. Jenis tanah di kabupaten Sorong terdiri dari Podsolik kelabu, Podsolik Merah
Kuning, Orgonosal, Alluvial, Complex Of Soil, Renzina dan latosal. Kedalaman efektif
tanah di Kabupaten Sorong bervariasi antara kedalaman 0-25 centimeter, 25-50 centimeter,
dan 51-100 centimeter. Kedalaman efektif tanah 0-25 centimeter sebagian kecil tersebar di
Distrik Sausafor, dan Moraid. I-12
Tanah dengan kedalaman 25-50 centimeter terdapat di Distrik Sausafor. Kedalaman antara
51-100 centimeter penyebarannya sebagian besar terdapat di Distrik Makbon, Salawati,
Sausafor, dan Distrik Beraur, antara 1001-105 centimeter sebagian besar ditemui Distrik
Beraur dan Seget, serta tanah dengan kedalaman 150 centimeter pada umumnya terdapat di
daerah seperti salawati.

Kabupaten Sorong dikaruniai dengan sumber daya alam yang sangat kaya, termasuk
keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati merupakan variasi kehidupan dalam
seluruh spesies dan ekosistemnya. Kekayaan sumber hayati tersebut dapat dielompokkan
dalam 2 (dua) tingkat yaitu jumlah spesies dan ekosistemnya. Kekataan flora dan fauna
Papua membuat Indonesia menempati peringkat keatas dalam hal keanekaragaman hayati.
Saat ini keanekaragaman hayati yang telah dilakukan dan dideskripsikan oleh para ahli
hanya sekitar 1,8 juta Sp, sedangkan sisanya yang belum terdeskripsikan diperkirakan
sekitar 3 sampai 30 juta Sp (Muller, 2005) jenis yang masih hidup saat ini mewakili kurang
dari 1 % jumlah total Sp yang terdapat pada planet ini sejak adanya kehidupan di bumi.
Keanekaragaman tumbuhan dan keendemikannya merupakan tanggapan terhadap tipe tanah,
iklim khususnya curah hujan, musim serta temperature) dan migrasi dari daerah lain. Di
Kabupaten Sorong, ekosisten hutan memiliki potensi keanekaragaman hayati yang cukup
tinggi, sehingga berperan penting dalam menopang kehidupan yang ada. Hutan memberikan
perlingdungan terhadap kestabilan tanah, iklim local, hidrologi tanah dan efesiensi siklus
hara diantara tanah dan avegetasi. Hutan juga dapat menyerap kabodioksida (CO2) yang di
atmosfir sehingga mengurangi pemanasan global.

Hutan juga manjadi habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna seperti : Burung
Cenderawasih, Kasuari, Mambruk, beberapa jenis anggrek dan lain-lainya termasuk yang
dilindungi. Dilihat dari segi ekonomi, hutan tidak saja menghasilkan kayu industri dan kayu
baker, melainkan juga obat-obatan dan tanaman bermanfaat lainnya.

2.2. Jumlah penduduk kabupaten sorong


Jumlah Penduduk Kabupaten Sorong berjumlah 78.807 Jiwa dengan komposisi 53,59 %
(42.235 Jiwa) merupakan penduduk Laki-laki, dan 46,41 % (36.572 Jiwa) adalah penduduk
berjeni kelamin perempuan. Dengan demikian sex ratio penduduk Kabupaten Sorong adalah
115, 48. Penduduk usia produktif( 15-64 Tahun ) sebanyak 44.061 jiwa ( 55,91 % ) dari total
penduduk.Apabila dilihat dari jenis kelamin penduduk usia produktif maka ada 23.567 jiwa (
53,49 % ) laki-laki, sedangkan yang perempuan 20,494 jiwa ( 46,51 % ). Sedangkan
penduduk yang non produktif ( usia 0-14 dan 65+ ) sekitar 34,746 jiwa atau 44,09 % dari
total penduduk; terdiri atas 34.020 jiwa ( 97,91 % ) merupakan penduduk usia 0-14 tahun
dan 726 jiwa ( 2,09 % ) merupakan penduduk yang usianya 65 tahun keatas. Dengan
memperhatikan jumlah penduduk usia produktif dan non produktif maka dapat diketahui
besarnya angka rasioketergantungan ( Dependency Ratio ) , yaitu 78,86. Rasio
ketergantungan diartikan sebagai besarnya beban yang ditanggung oleh penduduk usia
produktif atau rasio jumlah penduduk usia non produktif terhadap penduduk usia produktif .
Dengan demikian di Kabupaten Sorong pada tahun 2005, setiap 100 orang pendudk usia
produktif menanggung kurang lebih 79 orang penduduk usia non produktif. Sebaran
penduduk Kabupaten Sorong yang memiliki luas sekitar 17.970 Km2dengan penduduk
78.807 jiwa tersebar pada 105 kampung dan 5 kelurahan yang terhimpun pada 16 distrik,
Distrik yang meliliki penduduk paling banyak adalah Distrik Salawati dengan penduduk
26.843 jiwa atau sekitar 34,06 % dari total penduduk, dengan kepadatan 59,19 jiwa / km2,
Distrik Aimas sebagai pusat kegiatan pemerintahan Kabupaten Sorong mempunyai
penduduk 24.695 jiwa atau sekitar 31,34 % dari total penduduk dengan tinkat kepadatan
mencapai 40,48 jiwa/km2. Dari kedua distrik tersebut dihuni oleh sekitar 51,538 jiwa atau
kurang lebih 65,40 % dari total penduduk Kabupaten Sorong pada tahun 2005. Sedangkan
kepadatan rata-rata penduduk Kabupaten Sorong sekitar 6,78 jiwa/km2. Sehingga Distrik
Salawati dan Distrik Aimas merupakan tempat konsentrasi penduduk Kabupaten Sorong ,
sedangkan empat belas distrik lainnya dihuni oleh seitar 27.269 jiwa atau sekitar 34,60 %
dari total penduduk.

2.3. Menghadapi kemiskinan di kabupaten sorong dengan otonomi khusus

Desentralisasi asimetris (asymmetrical decentralisation) adalah pemberlakuan/transfer


kewenangan khusus yang hanya diberikan pada daerah- daerah tertentu dalam suatu negara,
yang dianggap sebagai alternatif untuk menyelesaikan permasalahan hubungan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dalam konteks Indonesia. engadopsian model
desentralisasi asimetris didasari kebutuhan akan kerangka administrasi yang handal dalam
mengelola keragaman lokal. Format pengorganisasian Negara dilihat sebagai wujud respon
atas realitas keberagaman masyarakat sebagai sebagai sumber input bagi bekerjanya sistem
politik/pemerintahan. Warsito Utomo (2004) juga menggaris bawahi pentingya melihat
desentralisasi asimetris (termasuk yang dipraktekkan Negara federal) sebagai upaya untuk
tidak saja melakukan transfer of political outhority tetapi juga upaya untuk mengakomodasi
terhadap cultural diversity. Disentralisasi akan memberikan ruang gerak secara cultural bagi
daerah yang berkarakter berbeda. Pada titik ini menempatkan desentralisasi asimetrik untuk
Indonesia variasi budaya yang sangat beragam akan sangat tepat untuk memberkan apresiasi
terhadap keberagaman tertentu. Otonomi daerah untuk merangkum semua definisi yang ada
pasal I Undang- Undang Nomor 32 tentang Pemerintah Daerah menyebutkan definisi
otonomi daerah: “kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiriberdasarkan aspirasi masyarakat sesuai
dengan perturan perundang-undangan”

Kebijakan otonomi khusus daerah-daerah yang memiliki kekhususan ini biasanya memiliki
sentimen kesejarahan yang khusus membedakan dengan daerah lain, sentimen kesejarahan
ini kemudian diikuti oleh rasa loyalitas yang tinggi pada devisi sosial dalam suatu teritori
secara kuat.

Pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan akan menimbulkan kesenjangan wilayah


tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena akan menyebabkan ketimpangan yang semakin
dalam antara wilayah maju dan wilayah tertinggal. Kabupaten Sorong terus mengalami
peningkatan laju pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya, namun belum merata. Hal tersebut
didukung oleh visi dan misi Kabupaten Sorong untuk menciptakan kesejahteraan yang
merata dan hasil pembangunan harus dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis tingkat perkembangan wilayah, menganalisis ketimpangan
pembangunan desa, menganalisis faktor-faktor penyebab ketertinggalan desa, dan memberi
arahan pengembangan desa tertinggal yang disesuaikan dengan karakteristik wilayahnya.
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif dan deskripsi yang
berbasis pada data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan populasi seluruh desa
di Kabupaten Sorong untuk menganalisis tingkat perkembangan wilayah dan ketimpangan
pembangunan, sedangkan untuk menganalisis faktor penyebab ketertinggalan desa
menggunakan sampel desa tertinggal dengan teknik sampel purposive. Sementara itu,
sampel responden ditentukan dengan teknik sampel kuota untuk menganalisis kepemilikan
aset rumahtangga miskin. Tingkat perkembangan wilayah dianalisis menggunakan analisis
faktor, dengan ketentuan desa yang memiliki skor faktor yang tinggi termasuk desa maju,
dan seterusnya. Analisis jarak ekonomi wilayah digunakan untuk menganalisis ketimpangan
pembangunan. Faktor-faktor penyebab ketertinggalan desa dianalisis melalui regresi linier
berganda, didukung dengan penjelasan indikator desa tertinggal menurut KNPDT serta
kepemilikan aset dengan pendekatan penghidupan berkelanjutan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 23,67% desa maju, 41,22% desa sedang berkembang dan 35,11% desa
tertinggal. Ketimpangan di Kabupaten Sorong masih tinggi dilihat dari besarnya nilai jarak
ekonomi rata-rata setiap kecamatan pada tahun 2011 dan 2014 berkisar antara 1,8281 Ã
¢ï¿½ï¿½ 2,583, namun cenderung menurun setiap tahun. Faktor-faktor penyebab
ketertinggalan desa di Kabupaten Sorong terdiri dari kondisi geografi (letak/jarak,
aksesibilitas, dan bencana alam), kualitas sumberdaya manusia, dan kegiatan perekonomian.
Faktor penyebab ketertinggalan di tingkat desa/rumahtangga terdiri dari kondisi jalan yang
rusak, tingkat pendidikan dan keterampilan sumberdaya manusia yang rendah, etos kerja
rendah, bencana alam berupa longsor dan kekeringan, minimnya lapangan pekerjaan,
potensi ekonomi lokal tidak berkembang. Penguasaan aset tertinggi yaitu aset alam dan
sosial. Arahan pembangunan yang sesuai adalah memperbaiki aksesibilitas (jalan) kemudian
peningkatan kualitas sumberdaya manusia agar mampu mengembangkan potensi wilayahnya
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, serta memperbaiki pola pemanfaatan
lahan sebagai upaya meminimalisir bencana alam (longsor).

Pemerintah dalam hal ini meminimalisir kemiskinan di kabupaten sorong dengan cara
menggunakan dana otonomi khusu untuk pembangunan. Telah dijelaskan bahwa
penggunaan anggaran dana otonomi khusus dititik beratkan kepada empathal yaitu
kesehatan, pendidikan, ekonomi kerakyatan, dan infrastuktur. Terdapat pada
peraturandaerahKabupatenSorong tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) tahun anggaran2013-2014 yaitu:
1.Dana kesehatan yang dikelolah oleh Dinas Kesehatan, digunakan untuk penyediaan obat-
obatan pada Rumah Sakit, agar setiap orang Papua yang berobat tidak dipungut
bayaran,Pembangunan pos-pos kesehatan, memberikan bonus pada para medis dan lain-lain.
2.Dana Pendidikan yang dikelolah oleh Dinas Pendidikan dan Pengajaran digunakan
untukmemberikan beasiswa kepada anak-anak Papua mulai dari Sekolah Dasar
sampaiPerguruan Tinggi, membangun asrama-asrama mahasiswa yang melanjutkan studi di
luartanah Papua, mensubsidi Yayasan-yayasan pendidikan dan lain-lain.
3.Dana Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan yang dikelolah oleh Badan
PerencanaanPembangunan Daerah (Bappeda), digunakan untuk menbantu pemberian modal
kepadaorang Papua dalammelakukan aktivitas ekonomi.
4.Dana Infrasrtuktur yang dikelolah olehDinas Pekerjaan Umum, digunakan
untukpembangunan dan rehabilitasi sekolah-sekolah, jalan-jalan yang konsentrasi
pemukimanorang Papua, rehabilitasi atau membangun rumah-rumah sederhana untuk orang
Papuayang tidak mampu, dan lain-lain.

Tata cara pembagian anggaran/dana otonomi khusus. Pada Pemerintah Kabupaten Sorong
Di Provinsi Papua BaratOtonomi khusus bagiProvinsiPapua,sesuai dengan semangat
undang-undangNo.21 tahun 2001tentang otonomi khusus bagi Provinsi Papua dilaksanakan
oleh pemerintah provinsi, termasukpembagian anggaran/dana otonomi khusus ke masing-
masing kabupaten dan kabupaten. Tata carapembagian anggaran/dana otonomi khusus
adalah melalui pembahasan dan kesepakatan antaraGubernur dan anggota dewan perwakilan
rakyat daerah kabupaten Sorong yang asli papua di Provinsi Papua Barat.
Anggaran/DanaOtonomi Khusus Kota Sorong di Provinsi Papua Barat Tahun
2012:UntukpemerintahKotaSorong di Provinsi Papua Barat mendapatkan
anggaran/danaotonomi khususdari pemerintah pusat pada tahun 2012
sebesarRp.75.000.000.000(tujuh puluh lima milyarrupiah).Tata cara penggunaan
anggaran/dana otonomi khusus di pemerintahKotaSorongadalah :1.Pendidikan 20 %
2.Kesehatan 20%
3.Pemberdayaan ekonomi 30%
4.Infrakstruktur 30%
Sehingga anggaran /dana otonomi khusus untuk Kota Sorong tahun 2012 dibagi
untukdigunakan sebagai berikut:
1)Anggaran/dana untuk pendidikan:20%×Rp.75.000.000.000
=Rp.15.000.000.000.Anggaran/dana sebesar di atas digunakan untuk beberapahal:
1.Beasiswa kepada putra-putri Papua yg bersekolah mulai dari SD,SMP,SLTA
danperguruan tinggi yg orang tuanya tidak mampu.
2.Rehap gedung dan mebeler sekolah.
3.Membiayai guru-guru asli Papua yg ingin tugasbelajar diluar Kota Sorong
2)Anggaran/dana kesehatan:20% ×Rp.75.000.000.000. =Rp.15.000.000.000.Anggaran/dana
sebesar diatas di gunakan untukbeberapa hal:
1.Subsidi ke rumah sakit pemerintahKotaSorong agar setiap orangpapua berobat gratis.
2.Rehabilitasi gedung rumah sakitpemerintahKotaSorong.3.Mendatangkan dokter specialis.
3)Anggaran / dana pemberdayaan ekonomi;30 % ×Rp.75.000.000.000.
=Rp.22.500.000.000.Anggaran /dana sebesar diatas digunakan untuk :
1)Pembangunan lima belaspasar tradisional untuk orang Papua yangberjualan.
2)Pelatihan-pelatihan kepada orang papua yang ingin bergerak dibidang wiraswasta.
4)Anggaran /dana infrakstruktur:30% ×Rp. 75.000.000.000 =Rp.
22.500.000.000.Anggaran sebesar di atas digunakan untuk:
1.Pembuatan jalan ke kampung-kampung di sekitaranKotaSorong.
2.Pembangunan beberapa jembatan dan drainase pada daerah-daerahyang
banyakpenduduknya orang Papua.
3.Anggaran / dana pemberdayaan ekonomi;30 % ×Rp.75.000.000.000.
=Rp.22.500.000.000.Anggaran /dana sebesar diatas digunakan untuk :
1)Pembangunan lima belaspasar tradisional untuk orang Papua yangberjualan.
2)Pelatihan-pelatihan kepada orang papua yang ingin bergerak dibidang wiraswasta.
3)Anggaran /dana infrakstruktur:30% ×Rp. 75.000.000.000 =Rp.
22.500.000.000.Anggaran sebesar di atas digunakan untuk:
1.Pembuatan jalan ke kampung-kampung di sekitaranKotaSorong.
2.Pembangunan beberapa jembatan dan drainase pada daerah-daerahyang
banyakpenduduknya orang Papua.
Sehingga anggaran /dana OtonomiKhusus untukKotaSorong tahun 2013di bagi
untukdigunakan sebagai berikut:
1)Anggaran /dana pendidikan:20 % × Rp.79.000.000.000 = Rp.
15.800.000.000.Anggaran/dana diatas digunakan untuk beberapa hal:
1.Beasiswa seperti tahun sebelumnya.
2.Rehabilitasi beberapa gedung sekolah.
3.Pembayaran tanah adat yang sudah ada gedung sekolah tetapibelum dilunasi
tanahadatnya
Anggaran /dana kesehatan:20 % × Rp.79.000.000.000 = Rp
15.800.000.000.Anggaran/dana sebesar di atas di gunakan untuk beberapa hal :
1.Subsidike rumah sakit umum pemerintah Kota Sorong agarsetiaporang
Papuayangberobat gratis.
2.Biaya datangkan dan bonus beberapa dokter spesialis.3.Rehabilitasi lima gedung
puskesmas.
Anggaran /dana pemberdayaan ekonomi:30 % × Rp.79.000.000.000 =
Rp.23.700.000.000.Anggaran / dana sebesar di atas digunakanuntuk :1.Pembagianmodal
usaha kepada orang asli Papua yang selama inimenurut pantauanpemerintah daerah selalu
berjualan di pasar.
2.Pembagian bibit babi, sapi serta bibittanaman unggulan kepadapetani Papua.
3.Menjawab proposal masyarakat asliPapua.4)Anggaran/danainfrakstruktur:30 % × Rp
79.000.000.000 = Rp. 23.700.000.000Anggaran/dana sebesar di atas di gunakan untuk :
1.Pengecoran jalan-jalan setapak.
2.Pembuatan drainase-drainase.
3.Bantuan bahan-bahan bangunan kepada masyarakatPapua yang tidak mampu.
Anggaran/Dana Atonomi KhususKota Sorong di Provinsi Papua BaratTahun
2014.SelanjutnyaPemerintahKota Sorong di Provinsi Papua Barat mendapatkan
anggaran/danaotonomi khusus dari pemerintah pusat sebesar Rp.81.000.000.000(delapan
puluh satu miliarrupiah).Tata cara pembagian untuk di gunakan sama sepertih tahun
sebelumnyayaitu:
1)Pendidikan 20 %
2)Kesehatan 20 %
3)Pemberdayaan ekonomi 30 %
4)Infrakstruktur 30 %
Anggaran/Anggaran /dana otonomi khusus untuk kota sorong tahun 2013di bagi
untukdigunakan sebagai berikut:1)Danapendidikan:20 % × Rp.81.000.000.000 =
Rp.16.200.000.000.Anggaran/danasebesar di atas di gunakan untuk :1.Beasiswa seperti
tahun sebelumnya2.Rehabilitasi beberapa sekolah3.Pembangunan beberapa asrama
mahasiswa/ mahasiswi diluarKota Sorong.2)Anggaran /dana kesehatan:20 % × Rp.
81.000.000.000 = Rp.16.200.000.000.Anggaran/danasebesar di atas di gunakan untuk :
1.Subsidi ke rumah sakit pemerintahKotaSorong seperti tahunsebelumnya.2.Pembangunan
beberapa gedung puskesmaspembantu.3.Pembangunan beberapa gedung polindes.4.Bonus
untuk dokter spesialis.3)Anggaran / dana pemberdayaan ekonomi:30 % × Rp.
81.000.000.000 =Rp.24.300.000.000.Anggaran / dana sebesar di atas digunakan untuk :
1.Penyediaan bibit babi, sapi dan tanaman untuk petaniPapua.2.Penyediaan ketinting,
motor tempel dan alat-alat tangkap,perahu / kapal untuk nelayanPapua.3.Petani dan nelaya
papua di kirim keluar sorong untuk mengikutipelatihan-pelatihan.4)Anggaran dana
infrakstruktur:30 % × Rp.81.000.000.000 = Rp.24.300.000.000.Anggaransebesar diatas
digunakan untuk :
1.Pembangunan pemecah ombak pantai
2.Bantuan bahan bangunan kepada orang Papua
3.Pengecoran jalan-jalan setapak pada daerah yangberpenduduk banyak orang asliPapua.
Berdasarkan laporan realisasi penggunaanAnggaran OtonomiKhusus oleh
WalikotaSorongtahun2012, tahun2013 dan tahun 2014 bahwa semuadana otonomi khusus
yang membiayaisejumlah kegiatan pada tahun2012, tahun2013 dan tahun 2014 telah
terealisasi 100%

BAB III
PENUTUP
3.1. Saran dan kesimpulan
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1.Anggaran/Dana Otonomi Khusus yang disalurkan olehpemerintah pusat ke
KotaSorongselama tahun anggaran 2012 sampai dengan 2014 senantiasa mengalami
peningkatan.
2.Realisasi Anggaran/Dana Otonomi Khusus yang disalurkan pada berbagai
komponenperuntukkannya senantiasa terealisasi secara penuh.3.Selama
prosespengrealisasian Anggaran/Dana Otonomi Khusus tidak terjadipenyimpangan dalam
penggunaannya.

SaranSaran yang penulis sampaikan sebagai berikut:


1.Anggaran yang disediakan oleh Pemerintah Pusat dirasakan oleh masyarakat Kota
Sorongdi Provinsi Papua Barat masih kurang jikadibandingkan dengan kebutuhan mereka
untukmelaksanakan pembangunan daerahnya, maka disarankan untuk tahun-tahun
Anggaranmendatang besaran Anggaran/Dana Otonomi Khusus harus ditingkatkan
jumlahnya.
2.Penyaluran Anggaran/Dana Otonomi Khusus terhadap masyarakat Kota Sorong di
ProvinsiPapua Barat yang terjadi selama ini telah berjalan dengan baik, maka disarankan
untuktahun-tahun mendatang perlu di pertahankan mekanismenya dan ditingkatkan lagi
terutamaketika Anggaran/Dana Otonomi Khusus dari Pemerintah Pusat telah
mengalamipeningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.
3.Penggunaan Dana Otonomi Khusus yang di lakukan oleh Pemerintah Kota Sorong
telahberjalan dengan baik maka di sarankan, agar penggunaan Dana Otonomi Khusus tetap
dipertahankan sesuai dengan kegiatan yang telah di tetapkan agar supaya tidak
terjadipenyimpangan dalam penggunaan anggaran.

Anda mungkin juga menyukai