Oleh:
ANNISA KUSNANDARI
1714401001
Penguji I Penguji II
ABSTRACT
Coping is where someone who experiences stress or psychological tension in
dealing with problems of daily life that requires personal ability or support from
the environment, in order to reduce the stress they face. Deaf is a general term to
indicate someone who is deaf and hearing deficiency, which is caused by damage
or malfunction in the hearing instrument. And coping mechanism is any effort
directed at the implementation of stress, including efforts to solve problems
directly and the defense mechanism used to protect themselves. The purpose of
this study is to analyze the coping mechanism of mothers in accepting deaf
children in special schools pelita hati Pekanbaru. This study uses a qualitative
method with a phenomenological approach, which is to see from the experience of
mothers who have deaf children, how the coping mechanism is done by mothers.
The instrument in this study was that all mothers whose children were affected by
hearing impairment in the Pelita Hati Special School of Pekanbaru amounted to
35 students. The results of this study are obtained 8 informants where all the
informants get the right solution but only have differences in the time of getting
the solution, including 3 informants getting the solution faster and more
accurately than the other five informants. It is recommended that all mothers who
experience the same thing find the right solution such as the eight informants.
Segala puji bagi ALLAH SWT atas karunia dan rahmat-NYA sehingga
peneliti telah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“MEKANISME KOPING IBU TERHADAP PENERIMAAN ANAK
TUNARUNGU DI SEKOLAH LUAR BIASA PELITA HATI PEKANBARU
TAHUN 2020.”
Dalam penyelesaian Penelitian ini, peneliti merasakan betapa besarnya
manfaat bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak, sehingga dapat dijadikan
suatu pedoman dan landasan peneliti dalam menggali semua permasalahan yang
erat kaitannya dengan Proposal.
Sehubungan dengan itu, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyusun Karya
Tulis Ilmiah ini, mudah-mudahan mendapat pahala disisi ALLAH SWT yang
maha kuasa, Aamin. Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Prof. Susi Endrini, S.Si., M.Sc., PhD selaku Rektor Universitas Abdurrab
Pekanbaru.
2. Dr. Feriandri Utomo, M.Biomed seklaku Dekan Universitas Abdurrab
Pekanbaru
3. Ns. Putri Wulandini.s, S.Kep, M.Kes selaku ketua program studi Diploma
Keperawatan Universitas Abdurrab Pekanbaru dan pembimbing I Karya
Tulis Ilmiah yang telah meluangkan waktu, memberi masukan dan
bimbingan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan
4. Rimi Kalteza, S.Pd selaku kepala sekolah di sekolah luar biasa (SLB)
Pelita Hati Pekanbaru
5. Ns.Yulia Febrianita, M.Kep selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah
yang telah meluangkan waktu, memberi masukan dan bimbingan sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.
6. Seluruh Staf Dosen Keperawatan yang telah membantu dalam proses
penulisan Karya Tulis Ilmiah
i
7. Ayahanda Iskandar Muda Lubis dan Ibunda Kustiningsih yang telah
memberikan motivasi dan do‟a kepada Peneliti selama penyusunan KTI ini
8. Rekan-rekan beserta sahabat seperjuangan Program Studi D-III
Keperawatan Universitas Abdurrab Pekanbaru. Terimakasih atas bantuan
dan dorongan kepada peneliti baik selama mengikuti pendidikan maupun
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga segala kebaikan
mendapatkan balasan dari ALLAH SWT.
peneliti
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
ABSTRAK
ABSTRACT
iii
3.1 Desain penelitian ........................................................................... 25
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ........................................................ 25
3.2.1 Tempat Penelitian ................................................................. 25
3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................... 25
3.3 Populasi dan Subjek Penelitian
3.3.1 Populasi ................................................................................ 25
3.3.2 Subjek ................................................................................. 26
3.4 Etika Penelitian .............................................................................. 26
3.5 Instrumen Penelitian ....................................................................... 27
3.6 Pengumpulan Informasi .................................................................. 28
3.7 Prosedur Pengolahan Informasi ...................................................... 28
3.8 Pengolahan Informasi .................................................................... 29
3.9 Analisa Informasi ........................................................................... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 30
4.2 Pembahasan .................................................................................... 72
BAB V PENUTUP .................................................................................
5.1 Kesimpulan..................................................................................... 81
5.2 Saran .............................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
2012 menyebutkan terdapat 5,3% atau 360 juta jiwa penduduk dunia
mengalami kecacatan pada pendengaran. Dari jumlah tersebut 328 juta jiwa
atau sekitar 91% adalah orang dewasa (sekitar 183 juta adalah laki-laki dan
143 juta adalah perempuan) dan sisanya sebanyak 32 juta orang atau sekitar
disabilitas lebih besar, yaitu: 6% dari total populasi penduduk Indonesia. Akan
tetapi, bila mengacu pada standar Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO)
sebesar 10% dari total populasi penduduk. Dari 16% dari angka kelahiran tiap
1
10 orang, Kecamatan Tenayan Raya 25 orang, Kecamatan Lima Puluh 3
Anak dalam keluarga adalah tokoh yang akan lahir sebagai sosok ideal
bagi ibu. Anak juga sebagai miniatur ayahnya. Namun, tidak semua anak
dilahirkan menjadi sosok ideal bagi ibu disebabkan sebagian ibu melahirkan
(Delphie, 2014).
hearing), yang disebabkan oleh adanya kerusakan atau ketidak fungsian pada
(Gunawan, 2012).
(biasanya pada tingkat 70 desiBell atau lebih) akan mengalami kesulitan untuk
2
ketidakmampuan mendengar (biasanya pada tingkat 35–69 desiBell) sehingga
dan rohani, tidak kekurangan suatu apapun. Orangtua berharap anak dapat
tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lainnya. Namun lain halnya ketika
desiBell atau lebih) akan mengalami kesulitan untuk dapat mengerti atau
tanpa menggunakan alat bantu dengar. Sedangkan orang yang kurang dengar
3
tetapi tidak menghambat pemahaman bicara orang lain melalui
aid).
Dimana peran ibu sangat penting dalam mengasuh anaknya terutama pada
secara maksimal . Namun, tidak semua ibu yang dapat mengendalikan setres
nya. Oleh karena itu, dalam upaya untuk dapat rnenghadapi stres yang timbul
dari situasi anak yang menyandang ke tunarunguan, orang tua perlu secara
aktif mencari dan membekali diri dengan informasi yang dibutuhkan berkaitan
dengan ketunarunguan.
dapat mengurangi stres yang dihadapinya. Dengan kata lain, coping adalah
proses yang dilalui oleh individu dalam mengatasi situasi stresfull. Coping
4
adalah mekanisme yang digunakan individu untuk menghadapi perubahan
dari temperamen, persepsi, dan kognisi serta latar belakang budaya atau norma
diamana ia dibesarkan.
Perilaku Koping Terhadap Ibu Yang Memiliki anak down syndrome adalah,
bahwa anaknya tidak berguna dimasa depan nanti, namun koping maladaptif
yang dilakukan oleh informan tersebut hanya terjadi pada kurun waktu yang
informan telah mendapatkan dukungan yang besar dari pihak keluarga dan
Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Pekanbaru, beliau mengatakan jumlah siswa
Tunarungu yang lebih banyak selain Sekolah Luar Biasa lainnya yang berada
Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan kepada ibu siswa yang berada
di Sekolah Luar Biasa tersebut, terdapat tiga orang ibu menunjukkan respon
5
mengatakan “pertama saat memiliki anak dengan keadaan cacat dia merasa
terpukul dan takut dibenci keluarganya, namun itu hanya berlangsung 1 bulan
mengatakan saat itu dia sangat terpukul karena keadaan anaknya dan tak lama
mengatakan “pertama pasti susah menerima di karenakan itu adalah anak satu
satunya, namun karna dukungan suami dan keluarga sangat penuh maka Ny.W
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis mekanisme koping ibu
dalam menerima anak tunarungu di sekolah luar biasa (SLB) Pelita Hati
Pekanbaru.
6
1.4 Manfaat Penelitian
dan masukan untuk perawat tentang koping ibu yang memiliki anak
tunarungu.
7
1.4.2.4 Bagi sekolah luar biasa (SLB)
tunarungu.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1.1 Definisi
seseorang.
internal) yang terdiri atas usaha baik tindakan nyata maupun tindakan
9
didefinisikan sebagai suatu proses tertentu yang disertai dengan suatu
usaha dalam rangka merubah domain kognitif dan atau perilaku secara
individu dalam satu waktu namun lebih tepatnya suatu set dari respon
10
kemampuan ketahanan individu. Koping sangat multidimensi dan
Coping Mechanism)
11
dapat destruktif jika perasaan stres diekpresikan secara negative
dan agresif.
3) Kompromi (Compromise)
kepentingan pribadi.
Coping mechanism)
12
1) Denial
2) Rasional
3) Regresi
4) Identifikasi
5) Sublimasi
terhambat.
13
6) Represi
yang lain.
7) Proyeksi
8) Konpensasi
9) Mengalihkan
atau benda tertentu kebenda atau remaja yang netral atau tidak
membahayakan.
11) Disosisasi
14
12) Intelektualisasi
13) Introyeksi
14) Isolasi
15) Spriting
16) Supresi
17) Udoing
15
2.1.1.3 Sumber koping
berhasil.
(Mutoharoh, 2010).
16
berdasarkan cara individu melihat suatu ancaman. Individu
(Mutoharoh, 2010).
17
fisik atau energi, ketrampilan mengatasi masalah, ketrampilan
1) Kesehatan fisik.
2.1.2 Tunarungu
2.1.2.1 Definisi
18
Menurut suharmini (2009), tunarungu dapat diartikan sebagai
bahwa tunarungu adalah istilah lain dari tuli yaitu tidak dapat
berasal dari kata “tuna” dan „rungu‟. Tuna artinya kurang dan rungu
terdapat satu atau lebih organ telinga bagian luar, organ telinga bagian
berat, digolongkan ke dalam tuli dan kurang dengar. Orang tuli adalah
19
yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat
menerima suara.
20
karena itu anak yang mengalami tunarungu memerlukan layanan
dialaminya.
percakapan.
21
secara intensif, latihan membaca bibir, dan latihan pembentukan
kosakata.
tersisa.
pendengaran.
22
2.2 Definisi Operasional
sebagai berikut:
23
BAB III
METODE PENELITIAN
fenomenologi, yaitu untuk melihat dari pengalaman ibu yang memiliki anak
penelitian ini diambil di Sekolah luar biasa (SLB) Pelita Hati Pekanbaru.
3.2.1 Tempat
3.2.2 Waktu
3.3.1 Populasi
berjumlah 35 siswa.
24
3.3.2 Subjek
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek yaitu ibu yang memiliki
anak dengan kondisi tunaru ngu di Sekolah Luar Biasa (SLB) Pelita
Hati Pekanbaru.
menghadapi permasalahannya.
yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul
25
akan maksud dan tujuan peneliti dan subjek setuju menjadi responden
3) Kerahasiaan (Confidentially)
peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau
memperoleh informasi dari subjek mengenai hal-hal yang dirasakan ibu saat
26
3.6 Pengumpulan Informasi
dalam satu tahap, yaitu men gumpulkan data dengan cara wawancara
penelitian.
berupa dokumentasi.
27
3.8 Pengolahan Informasi
masalah
Adapun analisa data yang digunakan untuk mencapai penelitian ini adalah:
Tunarungu.
28
BAB IV
percakapan.
menggunakan inisial, yaitu SN, SF, VV, KD, HS, FD, RD, dan AA.
29
18 Februari 2020; dan narasumber terakhir berinisial AA dilaksanakan
a) Responden SN
Annisa Kusnandari:
Informan 1:
“Oke siap”
Annisa Kusnandari:
atau kejadian apa saja yang ibu hadapi saat mengetahui anak ibu
mengalami tunarungu?”
Informan 1:
dengan anak mungkin agak terganggu. Iya mau tidak mau harus
30
dan anak bisa berkomunikasi walaupun dari faktor pendengaran
dia”.
Annisa Kusnandari:
“Kan tadi ibu bilang komunikasi dan ibu kan juga tau kalau anaknya
terkena usia 3 atau 4 tahun terus saat ibu mengurusnya, apakah ibu
Informan 1:
Annisa Kusnandari;
Informan 1:
“Ya kalau untuk saat sekarang atau untuk beberapa tahun terakhir,
ikhlas menerima kondisi anak seperti itu ya dijalani aja. Justru ibu
anggap B ini normal kalau ibu anggap dia tunarungu, ibu beranggapan
31
berarti ibu ngomong dia susah. Tapi kalau ibu beranggapan dia normal
aja”.
Annisa Kusnandari:
Informan 1:
anak-anak orang sudah bisa bicara, kalau dipanggil ada responnya ini
tunarungu”.
Annisa Kusnandari:
Informan 1:
Udahlah gak usah sekolah. Cuman setelah itu Allah kasih hidayah ini
anak selamanya tidak mungkin kecil seperti ini dan gak mungkin
32
dibawah ketiak ibunya, gak mungkin bergantung dengan ibunya.
Annisa Kusnandari:
Informan 1:
sisi dia kekurangan disatu sisi dia ada kelebihan bagi ibu.”
Annisa Kusnandari:
Informan 1:
“Kalau dia mungkin lebih cepat responnya ke ibu, lebih peduli. Terus
juga mungkin anak-anak zaman sekarang lebih kuat kesana tapi lebih
walaupun dia istilahnya disatu sisi dia kurang tapi dia punya
kelebihan. Apalagi sekarang dia suka ikut lomba, suka tampil main
angklung dan dia salah satu pemainnya dan dia tidak malu untuk
tampil, nggak malu dia untuk mengekspresikan apa yang ada dirinya”
33
Annisa Kusnandari:
Informan 1:
situasi dulu kan, pertama kali ada anak SLB tunarungu juga kalau gak
ma mau disini? Dan alhamdulillah dia mau. Mungkin dia tau kalau dia
dan dia punya sahabat karib bertiga terus satu lagi pindah ke SLB
bergaul dirumah pun dia punya kawan. Walaupun dia seperti itu tetapi
Annisa Kusnandari:
dengar?”
34
Informan 1:
“Pernah, pas itulah yang tau umur 4 atau 5. Periksa ke AwalBros. Dan
mendengar suara kita itu tidak bisa. Normal bagi dia suara klakson
Annisa Kusnandari:
Informan 1:
“Kalau bagi ibu sih pengalaman kayak ada anak-anak sini yang tidak
pertama kali buat apa. Udahlah biarkan saja anak seperti ini gak usah
besar dan gak mungkin dia tidak butuh pendidikan, tidak butuh untuk
masa depan dia. Jadi yaa menurut ibu apapun kondisi anak kita yang
dikasih Allah itu lah yang terbaik untuk kita. Karena pernah ada yang
35
surga. Jadi ikhlas dan menerimanya saja. Anggap itu kelebihan bukan
kekurangan”
Annisa Kusnandari:
“Terimakasih ibu atas waktu dan tempat yang sudah disediakan, kalau
Informan 1:
Annisa Kusnandari:
“Assalammu‟alaikum”
Informan 1:
“Wa‟alaikumsalam”
b) Responden SF
Annisa kusnandari:
tidak sedikit ibu ceritakan kejadian atau masalah apa saja yang ibu
36
Informan 2:
drop. Intinyakan kita harus bisa mencari solusi jalan terbaik agar anak
kita bisa normal atau bagaimana biar bisa lebih bagusnya cuman itu
aja”
Annisa kusnandari:
Informan 2:
Annisa kusnandari:
“Saat itu apa aja yang udah ibu lakukan untuk proses pengobatan atau
Informan 2:
“pengobatan pertama disitu kita dari test bera dulu,tes bera dulu
37
Annisa kusnandari:
Informan 2:
“sebenarnya kalo itukan untuk menerima keadaan itu beda beda orang
dek,ada yang kecewa. Ada yang marah. Kalo saya saat itu udah pasrah
karna yakin kalo allah gak akan ngasi ujian diluar batas kemampuan
hambanya dek”
Annisa kusnandari:
ibu disini?”
Informan 2:
tiap anak pasti punya masa depan jadi kalo tidak kita sekolahkan sama
saja kita kaya memutuskan masa depan anak tersebut. Anak anak
harus punya bekal untuk dirinya sendiri karna ga selamanya dia sama
38
kita nantinya. Mungkin beberapa orang tua yang memilih anak tidak
anak kaya gitu kan gabisa langsung ditinggal orang tua nya karna
terkadang beberapa anak ada yang hiperaktif dan harus bersama orang
Annisa kusnandari:
“Sebelumnya ibu bilang tau anak ibu dengan kondisi tersebut usia 1
Informan 2:
dia tetep anak saya,rezeki dan titipan tuhan ke saya. Saya hanya
lakukan yang terbaik untuk anak saya dan serahkan semuanya sama
Annisa kusnandari:
“Baiklah buk, sebelumnya anisa minta maaf ya bu kalo ada salah kata
dalam bertanya atau sampai bikin ibu tersinggung. Sekali lagi makasi
nya”
39
Informan 2:
c) Responden VV
Annisa kusnandari:
ceritakan kejadian atau masalah apa saja yang ibu hadapi saat pertama
Informan 3:
“Ooh itu..karna ini anak yang kedua jadi saya sudah tau tahapan
tumbuh kembang anak itu bagaimana. Jadi waktu dia umur umur 2
minggu atau 3mingguan gitulah jadi dia anak ini udah mulai gak
ini dia gak kaget sama sekali. Gada kaget gada..padahal itu rumah
dipinggir jalan, seharusnya kan suara mobil atau suara apa gtukan
harus kaget gitukan. Kalo ini dia gada kaget-kaget. Ee setelah itu
anak kecil tu. Sebulan kemudian pun gak sama sekali. Saya coba
40
sama sekali. Makanya dari situ saya udah mulai bertanya-tanya gitu
Annisa kusnandari:
Informan 3:
“Ee saya pergi kedokter anak,ke dokter anak dulu dari dokter anak tu
saya Tanya dulu ini anak saya gimana dok, kan dia ada jadwal rutin
dokternya ini anak saya gimana? kenapa gada responnya dok atau
memang ada keluhan atau gimana. Jadi waktu dokter tu ngasi tau
kalau masi sekecil ini belum bisa. Kalau mau chek chek kaya gitu
harus diumur 2 tahun keatas untuk chek bera itukan,tes beranya. Tulah
gitu dirumah juga sering diajak ngobrol tapi dia emang gak ini..
kaya gitu sama dokter anak dioperlah dulu karna umurnya sudah 1
dulu. Di dokter THT ternyata kata dokter THT bilang lengkap, bagus,
gendang telinga bagus, semuanya bagus. Coba kita tes bera saja.
Cuman waktu dia masi kecil test bera belum ada disini, yang ada
disitu dia yang ada kan. Itulah tes bera, hasil tes bera tu.udah dikasi
41
desibbel yang paling tinggi udah 125 kalo gasalah jadi emang
garespon sama sekali. Jadi dokterpun gada nyarani untuk buat ngasi
Annisa kusnandari:
Informan 3:
“Ha jadi ya kalo dah kayak gitu ya, coba-coba lah diterapi bu. Dokter
tu ngasi solusi gimana kalau kita tes tanam implant. Cuman kami
gajamin 100% kalo itu bisa dengar. Yaudah gada lagi saya coba ituin.
yang gak nyampai itu saraf sarafnya ke otak. Saraf saraf telinga nya ke
otak”
Annisa Kusnandari:
“Berati ibu taunya setelah ditest beranya itu baru tau semuanya atau
Informan 3:
“Ya udah feling saya pas saat dia umur 3 minggu – 4 minggu dia udah
42
Annisa kusnandari:
“Berapa lama ibu,pasti semua orang tua bakalan nolak dan berkecil
hati,mikir kenapa kok anak saya bisa kayak gini,berapa lama ibu bisa
Informan 3:
“Oo ho‟oh ho‟oh iyaiya. O gak saya udah ikhlas kok, gak saat anak
saya usia udah 2bulan 3bulan itu saya udah pasrah aja oh mungkin ini
Annisa kusnandari:
“Kenalan saya ada juga yang kaya kondisi itu,tapi anaknya lebih milih
pendapat ibu pertama kali milih kalau anak ibu harus di sekolahkan?”
Informan 3:
“Ohh saya gak setuju kayak gitu, anak saya harus sekolah. Anak
kayak gini malah dokter saya bilang anak anak tunarungu ini daya
rumah saya”
43
Annisa kusnandari:
Informan 3:
Annisa kusnandari:
Informen 3:
d) Responden KD
Annisa kusnandari:
Informan 4:
44
Annisa kusnandari:
“Baik bu.. bisa tidak sedikit ibu ceritakan kejadian atau masalah apa
saja yang ibu hadapi saat pertama kali mengetahui anak ibu terkena
tunarungu?”
Informan 4:
“Hmm..gimana ya.. kalau saya saat itu benar-benar kaget awal tau
anak saya dibilang kaya gitu. Karna ini anak pertama saya dan saat itu
saya mengurusnya dibantu orang tua saya dan mertua saya. Nah di
sekitar umur 6 bulan saya melihat anak saya makin nampak kaya tidak
dokter anak untuk konsultasi ke dokter kenapa anak saya kok tidak
ada respon saat diajak bicara atau diberi mainan yang ada bunyi-bunyi
nya. Nah karna usianya yang masi kecil saat itu jadi belum bisa.
Akhirnya saya tunggu usianya 2tahun 3 bulan saat itu. Dan ternyata
Annisa kusnandari:
pasti tiap ibu merasa sedih dan siapa sih yang mau kondisi anak
masalahnya..”
45
Informan 4:
“Ya gimana ya, namanya orangtua dek dan anak pertama lagi,kalau
terpukul atau kecewa ya sudah pasti. Namun pada saat itu saya udah
pasrahkan aja sama yang diatas, karna itu semua juga titipan dari
Allah ke saya. Rezeki dari allah ke saya. Jadi saya udah ikhlas. Saat
dia usia 7 bulan itu awal dia sudah mulai terlihat berbeda saya mulai
serahin semua ke Allah. Saya berusaha untuk ikhlas dan menjaga atau
merawat anak tersebut sepenuh hati dan sedikitpun saat tidak ada
menyesal atau marah. Karna saya yakin allah gak pernah tidur dan dia
tahu batas kemampuan hambanya. Jadi saya dengan suami udah ikhlas
apapun kondisinya. Dan saya sama suami berusaha nyari solusi yang
terbaik untuk memperbaiki kondisi anak saya saat itu, saya coba
dengan alat bantu dengar juga tapi dia ga nyaman. Dan akhirnya saya
coba masukin dia kesekolah yang memang khusus untuk anak seperti
kondisi anaka saya. Sampai saat hamil anak kedua saya juga sempat
takut terjadi hal yang sama. Namun balik lagi saya selalu berfikir
positif dan serahin sama allah. Alhamdulillah nya sehat dan tidak
terjadi apa apa. Disitu saya semakin yakin kalau allah itu adil dan
Annisa kusnandari:
“MasyaAllah buu.. kemudian bu apa alasan ibu saat itu memilih anak
46
Informan 4:
saya, suatu saat nanti dia bakal tumbuh dewasa dan harus nentuin
masa depannya sendiri. Kalau saya ikutin ego saya sama saja saya
akan mematikan masa depan anak saya sendiri, dia hanya tidak bias
mendengar. Melihat dan berjalan serta nulis pun dia mampu, jadi
disitu saya mulai cari SLB yang terdekat dari rumah dan akhirnya
saya masukin ke sini. Dan Alhamdulillah nya dia nyaman dan betah.
urusannya. Dan saya perhatikan abang sama adeknya juga lebih sabar
yang abangnya dan dia lebih penyayang ke siapapun. Dia juga lebih
cerdas dan cepat tanggap dalam belajar sesuatu yang baru. Apalagi
kayak computer dan handphone wah jangan ditanya lagi, saya saja
terkadang malu karena anak saya bakal kode “tidak mama salah”
haha”
Annisa kusnandari:
kata dalam bertanya atau sampai bikin ibu tersinggung. Sekali lagi
waktu nya.. masi ada yang ingin ibu sampaikan atau ceritakan?”
Informan 4:
47
“Oh iyaiya sama-sama.. gapapa dek..udah segitu dulu aja ya saya ada
Annisa kusnandari:
Informan 4:
Annisa kusnandari:
e) Responden HS
Annisa kusnandari:
Informan 5:
48
Annnisa kusnandari:
“Bisa tidak sedikit ibu ceritakan kejadian atau masalah apa saja yang
ibu hadapi saat awal ibu mengetahui anak ibu terkena tunarungu?”
Informan 5:
“Yang pertama kali.. pertama kali tau anak kita kena tunarungu ya
ambil solusinya gimana keadaan anak kita sudah seperti ini, mau
gamau harus kita terima dengan ikhlas dengan rasa tanggung jawab
sebagai orang tua kita cari solusinya pertama kali yang kita lakukan ya
pergi kedokter.”
Annisa kusnandari:
“Kira kira waktu anak ibu usia berapa ibu mengetahui kalau anak ibu
terkena tunarungu?”
Informan 5:
“Kurang lebih seminggu dua minggu karna pada saat itu kok gada
reaksi apa apa walaupun terjadi dengar suara keras dia kok diam,tidur
kok nyenyak. Nah dari situ kita amati sehari dua hari ya sampe kurang
lebih dua minggu baru kita tau kok gini anak itu dah. Dah dari situ
49
Annisa kusnandari:
“Feeling..”
Informan 5:
“Ya begitulah..”
Annisa kusnandari:
“Kemudian apa yang ibu pikirkan sampai ibu memilih anak ibu harus
disekolahkan.”
Informan 5:
“Ya harus sekolah itu wajib,seperti apapun kondisi anak kita selama
sekarang disekolahkan di slb lah karna dalam kondisi anak kita kurang
tujuan kita cuman satu biar dia yang pertama kita inginkan anak kita
dengan jalan pendidikan walaupun dia tidak bisa mendengar tapi bisa
Annisa Kusnandari:
50
Informan 5:
pastinya kita tetap ikhtiar gimana anak kita lebih baik dari seperti
Annisa kusnandari:
“Kira kira berapa lama waktu ibu dapat menerima kondisi atau
Informan 5:
kita terima harus kita lawetan, jangka waktunya kita gatau tapi
Annisa kusnandari:
Informan 5:
Annisa kusnandari:
51
Informan 5:
“Iyaa..”
f) Responden FD
Annisa kusnandari:
sebentar untuk saya wawancara seputar ibu saat mengurus anak ibu.
Informan 6:
Annisa kusnandari:
“Semester 6 bu.. wawancara ini untuk penuhin syarat tugas akhir saya
hehe”
Informan 6:
52
Annisa kusnandari:
kejadian atau masalah yang ibu hadapi saat awal mengetahui anak ibu
terkena tunarungu?”
Informan 6:
pengurusan anak sampai saat ini. Apalagi saya dulunya bukan dari
wanita yang baik-baik dan dan bisa dikatakan nakal. Saat itu saya
melahirkan dan saya dibantu oleh orangtua saya. Nah saat itu saya gak
saat usia sebulan gitu orangtua saya bilang anak saya ini sepertinya
ada kelainan. Karna dia gapernah respon sama sekali saat ada suara
suara.”
Annisa kusnandari:
Informan 6:
“Ya itu ibu saya saat ada jadwal imunisasi di posyandu dia sampaikan
kebidan nya,ibu saya ceritakan tentang kondisi saya saat hamil dan
Yasudah disitu saya mulai yakin kalo itu kesalahan saya. Dan saya
53
tidak pernah membenci anak ini,karna selain ujian dia adalah hasil
Annisa kusnandari:
“Maaf bu..kalau anisa boleh tau saat itu apa yang ibu gunakan?”
Informan 6:
“Ya dulu saya nakal banget, cewe malam dan saat hamil saya masi
Annisa kusnandari:
“Kemudian saat ibu sudah mengetahui kondisi anak ibu seperti itu dan
tersebut?”
Informan 6:
“ya pertama saya merasa bersalah dek dan mulai dapat hidayah untuk
merubah pola hidup saya. Dan saya berusaha jalani itu semua dan
kebangetan sama saya,jadi karna ibu saya juga saya bisa kuat. Dan
awalnya saya merasa malu karna dia laki laki mikir besar mau jadi
apa, siapa yang mau dengan kondisi anak saya seperti ini nantinya.
Saya takut dia juga tidak bisa memiliki pendamping yang serius. Tapi
54
Annisa kusnandari:
menyalahkan diri sendiri. Setidaknya ibu udah bisa berjuang sejauh ini
untuk memperbaiki masa depan anak ibu. Urusan jodoh atau maut
sudah diatur bu,jangan pernah takut akan rencana allah. Karna allah
Informan 6:
“Iyaiya dek betul itu, makanya saat ini saya apapun yang dimintak
sama D selalu saya usahakan. Saat dia pengen sekolah dan apapun
Annisa kusnandari:
“Apakah ada cara lain yang ibu lakukan untuk mengatasi masalah
Informan 6:
“Ya itu tadi paling berserah diri sama allah dan mohon ampun. Terus
55
Annisa kusnandari:
pertanyaan dari saya ada yang menyinggung perasaan ibu. Masih ada
Informan 6:
“Oh iya gapapa dek santai aja, sekiranya itu saja dulu karna saya mau
Annnisa kusnandari:
Informan 6:
g) Responden RD
Annisa kusnandari:
56
Informan 7:
Annisa kusnandari:
Informan 7:
Annisa kusnandari:
Informan 7:
“Iya dek”
Annisa kusnandari:
“Maaf sebelumnya bu.. bisa tidak ibu ceritakan sedikit kejadian atau
masalah apa saja yang ibu hadapi saat mengetahui anak ibu terkena
tunarungu?”
Informan 7:
“Nah kalo pertanyaan itu pastinya banyak yang dilewati ya dari masa
awal saya mengetahui dan saat itu saya bener bener kecewa dan takut
banget kalau kondisi anak saya tidak diterima seutuhnya oleh keluarga
saya juga saat itu. Namun suami saya Alhamdulillah dia tak
57
berkomentar apapun malah dia yang menyemangati saya dan
Namun beberapa hari saat setelah pulang dari RS anak saya tidak
pernah merespon suara suara bahkan saat di panggil pun dia tidak
kaget. Biasanya bayi saat dengan suara keras kaya tv gitukan kaget ya.
Yaudah dari situ saya dan suami sudah yakin kondisi anak saya
Annisa kusnandari:
Informan 7:
semua yang diberikan inikan titipan sementara. Jadi saat saya tahu
sampai keluarga saya takut saya baby blues tapi syukurnya tidak.
Karna saya ikhlas beneran ikhlas insyaAllah. Sebagai orang tua saya
58
Annisa kusnandari:
“Masyaallah, saat itu pilihan atau perawatan tindak lanjut seperti apa
Informan 7:
“Saya bawa ke dokter anak dan saya minta rujuk untuk chek bera saat
itu, nah setelah saya tahu hasilnya disitu saya udah gak kaget lagi
karna menjelang usia nya 2 tahun saya udah tidak peduli kondisinya
dibantu dengan alat bantu dengar. Nah kata dokter bisa, disitu saya
coba kan dia menggunakan alat itu namun dia tidak nyaman dan dia
Annisa kusnandari:
Informan 7:
“Ya gimana ya, saya gapernah ngerasa ada masalah karna dukungan
keluarga yang kuat dan sayang sama anak saya juga. Jadi saya lebih
legowo saat itu dalam mengurus anak dan menerima kenyataan hidup
saya yang bagi orang lain itu pahit dek. Cuman kendala saya saat itu
59
pada anak normal lainnya. Karna dia tanpa saya marahin pun tau kalo
Annisa kusnandari:
disekolahkan?”
Informan 7:
“Ya itu tadi dek, saya gapernah nganggap dia cacat dan saya gapernah
malu dengan kondisi anak saya. Kalau saya tidak nyekolahin sama
saja saya menyetop masa depan anak saya. Karna anak ini cuman
titipan dan gaselama nya dia akan sama saya,tiap anak kan punya
Annisa kusnandari:
“Baik buu, terimakasih atas waktunya buu, maaf kalau ada yang
Informan 7:
“Ohiya iya gapapa, dulu saya juga pernah jadi mahasiswa kaya kamu,
jadi saya paham. Gapapa santai aja, saya juga minta maaf waktu saya
terbtas soalnya orang kantor udah nelfon terus dari tadi dek hehe”
Annisa kusnandari:
60
Informan 7:
Annisa kusnandari:
“Iya buuu”
h) Responden AA
Annisa kusnandari:
mau minta waktu ibu sebentar untuk saya wawancara seputar kondisi
ataupun kejadian yang ibu hadapi saat mengetahui anak ibu terkena
Informan 8:
Annisa kusnandari:
bisakah ibu ceritakan sedikit kejadian atau masalah yang terjadi saat
61
Informan 8:
“Iya nak, apa ya dulu awal saya tau itu pas dia usia 5 bulanan, saya ga
nyangka anak saya ada kelainan saat itu karna dia tetap menangis
layaknya anak normal. Atau mungkin karna saya yang terlalu kurang
menyerahkan dengan baby sitter nya. Namun saat itu hujan dan petir
besar, disitu kami dirumah semua kaget. Namun anak saya tidak, dia
tetap tidur pules, nah kemudian saya coba dengan cara lain namun
saya liat dia tidak dapat merespon suara pada sat itu. Ya saat itu
masalah yang paling sulit saya hadapi cara komunikasi nya ajasih saya
rasa”
Annisa kusnandari:
“Bagaimana perasaan ibu saat mengetahui kondisi anak ibu saat itu?”
Informan 8:
“Ya gimana ya, namanya orangtua saat itu saya bener-bener kecewa
saya, karna saya nunggu anak sangat lama. Dan gataunya dapat titipan
sampai saat ini saya masih terus terusan belajar untuk ihklas dan
62
Annisa kusnandari:
selama awal ibu mengetahui kondisi anak ibu tunarungu sampai saat
ini?”
Informan 8:
“Ya saya mencoba mengurus anak saya sama hal nya cara orangtua
lain mengurus anak-anaknya. Saat itu saya berkecil hati dan sempat
minder dengan teman-teman saya. Cuman saat itu anak saya selalu
bisa diajak kompromi dan seperti paham akan kondisi saya. Disitu
saya mulai makin ngerasa saya perlu buka hati dan mata selebar
mungkin. Saat itu saya mengurus dibantu ibu mertua saya karna
orangtua saya udah gak ada lagi. Akhirnya saya jalani aja dan
Annisa kusnandari:
disini?”
Informan 8:
“Ya awalnya saya dilema sekali ingin sekolah atau tidak, karna
biasanya dia belajar dirumah menggunakan gadget saat itu. Dia masuk
sd ini telat, saat umur nya udah 8 tahun, karna banyak yang saya
63
bersekolah juga. Karna anak saya semangat sekolahnya tinggi dan
saya sebagai orangtua juga gaboleh menutup social anak saya, saya
sebagai orangtua juga ingin melihat anak saya sukses dan bahagia.”
Annisa kusnandari:
Informan 8:
“Oh sudah, tapi dia bilang berisik dan takut mendengar suara-suara.
Annisa kusnandari:
“Baik buu, kira-kira masih ada yang ingin ibu ceritakan lagi atau
bagaimana bu?”
Informan 8:
Annisa kusnandari:
64
pertanyaan saya atau ucapan saya menyakiti atau menyinggung
Informan 8:
Annisa kusnandari:
assalamu‟alaikum”
Informan 8:
Dari 8 pendapat ibu diatas tadi beberapa ibu memiliki kesamaan yang
perasaan yang sama. Peneliti memilih 3 pendapat ibu yang paling serupa
anaknya saat itu ibu berinisial VV menjawab menjawab, “Oo ho‟oh ho‟oh
iyaiya. O gak saya udah ikhlas kok, gak saat anak saya usia udah 2bulan
3bulan itu saya udah pasrah aja oh mungkin ini udah takdir saya,saya
pertanyaan serupa dia menjawab, “Ya gimana ya, namanya orangtua dek
65
dan anak pertama lagi,kalau terpukul atau kecewa ya sudah pasti. Namun
pada saat itu saya udah pasrahkan aja sama yang diatas, karna itu semua
juga titipan dari Allah ke saya. Rezeki dari allah ke saya. Jadi saya udah
ikhlas. Saat dia usia 7 bulan itu awal dia sudah mulai terlihat berbeda saya
mulai serahin semua ke Allah. Saya berusaha untuk ikhlas dan menjaga
atau merawat anak tersebut sepenuh hati dan sedikitpun saat tidak ada
menyesal atau marah. Karna saya yakin allah gak pernah tidur dan dia
tahu batas kemampuan hambanya. Jadi saya dengan suami udah ikhlas
apapun kondisinya. Sampai saat hamil anak kedua saya juga sempat takut
terjadi hal yang sama. Namun balik lagi saya selalu berfikir positif dan
serahin sama allah. Alhamdulillah nya sehat dan tidak terjadi apa apa.
Disitu saya semakin yakin kalau allah itu adil dan gapernah tidur untuk
inikan titipan sementara. Jadi saat saya tahu pertama saya mulai menerima
kondisinya dan tetap mengurusnya, sampai keluarga saya takut saya baby
blues tapi syukurnya tidak. Karna saya ikhlas beneran ikhlas insyaAllah.
Sebagai orang tua saya harus bisa mencari solusi dan bertanggung jawab”
semua orang tua pada umumnya akan merasa kecewa. Namun, tiga orang
66
ibu tersebut tidak larut dalam kekecewaannya. Dan dia memilih ikhlas dan
malah menerima dengan lapang hati karna percaya akan Allah swt,
bahwasannya itu titipan allah dan semua sudah diukur oleh allah batas
yang kedua jadi saya sudah tau tahapan tumbuh kembang anak itu
bagaimana. Jadi waktu dia umur umur 2 minggu atau 3 mingguan gitulah
jadi dia anak ini udah mulai gak respon. Ada suara dia gada,
biasanyanyakan anak-anak suka kaget,kalo ini dia gak kaget sama sekali.
Gada kaget gada..padahal itu rumah dipinggir jalan, seharusnya kan suara
mobil atau suara apa gitukan harus kaget gitukan. Kalo ini dia gada kaget-
pendengaran anak-anak kecil tu. Sebulan kemudian pun gak sama sekali.
Saya coba belikan mainan buat anak-anak yang ada bunyi-bunyian gak
juga sama sekali. Makanya dari situ saya udah mulai bertanya-tanya gitu
“Hmm..gimana ya.. kalau saya saat itu benar-benar kaget awal tau anak
saya dibilang kaya gitu. Karna ini anak pertama saya dan saat itu saya
mengurusnya dibantu orang tua saya dan mertua saya. Nah di sekitar umur
6 bulan saya melihat anak saya makin nampak kaya tidak pada anak
67
usianya. Orangtua saya menyuruh membawa anak saya ke dokter anak
untuk konsultasi ke dokter kenapa anak saya kok tidak ada respon saat
diajak bicara atau diberi mainan yang ada bunyi-bunyi nya. Nah karna
usianya yang masi kecil saat itu jadi belum bisa. Akhirnya saya tunggu
usianya 2 tahun 3 bulan saat itu. Dan ternyata kata dokter setelah dibawa
periksa bera, kerusakannya sudah tinggi. Anak ini tidak dapat mendengar
“Nah kalo pertanyaan itu pastinya banyak yang dilewati ya dari masa awal
saya mengetahui dan saat itu saya bener bener kecewa dan takut banget
kalau kondisi anak saya tidak diterima seutuhnya oleh keluarga saya juga
saat itu. Namun suami saya Alhamdulillah dia tak berkomentar apapun
malah dia yang menyemangati saya dan mengajarkan kepada saya untuk
ikhlas terus dan tetap bersyukur kepada allah walaupun kondisi sedang
tidak seperti yang saya harapkan. Saat itu dia menangis layaknya bayi pada
umumnya. Namun beberapa hari saat setelah pulang dari RS anak saya
tidak pernah merespon suara suara bahkan saat di panggil pun dia tidak
kaget. Biasanya bayi saat dengan suara keras kaya tv gitukan kaget ya.
Yaudah dari situ saya dan suami sudah yakin kondisi anak saya dengan
kalo bahasa kasarnya anak yang cacat. Saya tetep menganggapnya sama
68
Dari pertanyaan kedua nyatanya setiap ibu awalnya menemukan
keanehan saat si anak mulai tidak bisa mendengar suara suara disekitar
nya. Sekitar usia 2 minggu sampai 1 tahun. Dan tiga ibu tersebut juga
memilih cara yang sama dan tepat pada saat itu. Yaitu membawa anaknya
kedokter.
mengatakan “saat itu dia memilih untuk membawa kedokter dulu agar
memilih untuk memasukkan anak nya kesekolah agar dia dapat lebih baik
anak saya kok tidak ada respon saat diajak bicara atau diberi mainan yang
ada bunyi-bunyi nya. Nah karna usianya yang ma si kecil saat itu jadi
belum bisa. Akhirnya saya tunggu usianya 2tahun 3 bulan saat itu. Dan
tinggi. Anak ini tidak dapat mendengar sama sekali” “Dan saya sama
suami berusaha nyari solusi yang terbaik untuk memperbaiki kondisi anak
saya saat itu, saya coba dengan alat bantu dengar juga tapi dia ga nyaman.
Dan akhirnya saya coba masukin dia kesekolah yang memang khusus
69
Kemudian terakhir, pendapat dari ibu berinisial RD mengatakan “Saya
bawa ke dokter anak dan saya minta rujuk untuk chek bera saat itu, nah
setelah saya tahu hasilnya disitu saya udah gak kaget lagi karna menjelang
usia nya 2 tahun saya udah tidak peduli kondisinya gimanapun. Saya
hanya mencoba mencari solusi saat itu,apakah bisa dibantu dengan alat
bantu dengar. Nah kata dokter bisa, disitu saya coba kan dia menggunakan
alat itu namun dia tidak nyaman dan dia memilih tak memakainya. Sampai
Auditory (BERA) yang dilakukan pada usia kurang lebih 2 tahun. Serta
memilih solusi yang terbaik untuk anak mereka dengan cara pemeriksaan
4.2 Pembahasan
dan berbagai cara ibu dalam menghadapi kesulitan dan bertahan selama
70
penelitian ini mengungkapkan responnya dengan berbagai macam
kondisi anaknya kemudian kejadian atau masalah apa saja yang dihadapi
masalah tersebut.
bersyukur dengan keadaan anak saat ini tanpa harus menuntut dan
71
memaksakan keadaan anak. Ibu percaya bahwa anak akan
dan juga orang tua sehingga mereka dapat mencari solusi yang
peran dan fungsi mereka dengan baik hal ini berkaitan dengan
72
ini menekankan bahwa seorang ibu harus mampu mengenali
anak dan juga dengan orang – orang sekitar dalam hal ini ibu
yang ibu anggap dapat dipercaya. Ibu merasa tidak perlu berlarut
73
– larut dalam rasa putus asa yang dirasakan. Ibu berusaha untuk
74
menceritakan kesulitan–kesulitan yang dirasakan dengan teman–
penyesuain diri dan regulasi emosi yang baik, sehingga ibu dapat
75
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
saja berbeda dalam segi waktu, ada yang cepat dan ada juga yang sedikit
memilih untuk ihklas dan menerima dengan lapang hati karena informan
percaya akan rencana Allah swt, bahwasannya anak adalah titipan Allah
ke lima informan lainnya yang berinisial SN, HS, FD, VV, dan, AA
76
terjadi, dan mencari solusi untuk jalan keluar yang terbaik seperti yang
5.2 Saran
dan masukan untuk perawat tentang koping ibu yang memiliki anak
tunarungu.
77
5.2.5 Bagi Sekolah Luar Biasa (SLB)
78
DAFTAR PUSTAKA
Ahyar. (2010). Konsep diri dan mekanisme koping dalam aplikasi proses
keperawatan. Diakses pada 30 maret 2017 dari
http://ahyarwahyudi.wordpress.com/2010/02/11/konsep-diri-danmekanisme-
koping-dalam-proses-keperawatan/
Aldwin, C . M,. Yancura, L.A., dan Boeninger,D.K. (2010). Coping Across the
Life Span. Dalam M.E. Lamb, dan A.M. Freund, The Hanbook of life span
Devolpment: social and Emotional Development . New Jersey : Jhon Willey
dan Sons, Inc.
Das, S. et all .(2017). impact of stress, coping, social support, and resilience of
families having children with autism: A North East India-based study. Asian
Journal of Psichyatri. 28, 133 – 139.
Hasan, R & Rufaidah, E.R. (2013). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan
Strategi Coping Pada Penderita Stroke RSUD Dr. Moewardi Surakarta.Jurnal
Talenta Psikologi. Vo. 2 No. 1. Hal 41-62.
Mutaharoh, Eka Dewi. 2011. Pengaruh Gaya Belajar dan Kesulitan Belajar
79
Terhadap Prestasi Belajar IPA . Skripsi. Surakarta : UMS (tidak diterbitkan).
Nirmala, A.P (2013). Tingkat Kebermaknaan Hidup dan Optimisme Pada Ibu
yang Mempunyai Anak Berkebutuhan Khusus. _Development and Clinical
Psychology_, 6-12
Pratiwi, M. indah. (2014). Perilaku Coping Pada Ibu Yang Memiliki Anak Down
Syndrome Naskah. 2014, 561–565.
Prahita, sinta dewi, Dewi, kartika sari, & Fauziah, N. (2014). perasaan
ambivalen, terpukul, dan bingung. Ketunarunguan anak memunculkan
masalah dalam keluarga dan masyarakat. Masalah yang muncul berdampak
munculnya perasaan. 1–10.
Taylor, S.E, Peplau, L.A., Sears, D.O. 2012. psikologi sosial edisi Kedua Belas,
Jakarta: Kencana
80
Konseling, Jakarta: Rajawali Press.
81
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Pekanbaru
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Diploma III Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Abdurrab Pekanbaru.
NIM : 1714401001
Peneliti
Annisa Kusnandari
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Responden
_____________________
MEKANISME KOPING IBU TERHADAP PENERIMAAN ANAK
TUNARUNGU
PEDOMAN WAWANCARA
A. Data Diri
Inisial :
Alamat :
B. Pedoman Wawancara
2. Bisa sedikit ibu ceritakan kejadian apa saja yang ibu hadapi saat
Tunarungu?
DAFTAR RIWAYAT HIDUP