560-Article Text-1514-1-10-20190614
560-Article Text-1514-1-10-20190614
JMP Online
Vol. 3, No.5, 757-771.
Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) © 2019 Kresna BIP.
e-ISSN 2550-0481
URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com
p-ISSN 2614-7254
Restu Yuwono
Guru SDN Klurak
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagaimana Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
dijelaskan bahwa Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian
integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembang-kan aspek
kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan
sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan
terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan perlu diberikan
kepada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali siswa dengan
keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai sportivitas,
kebugaran jasmani (pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis), serta pembiasaan
pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan
kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
Sejalan dengan konsep Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di atas,
mata pelajaran Penjasorkes di SD juga dikembangkan dengan tujuan agar siswa
memiliki kemampuan: 1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya
pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui
berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih; 2) Meningkatkan pertumbuhan
fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik; 3) Meningkatkan kemampuan dan
keterampilan gerak dasar; 4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui
internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan; 5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab,
kerjasama, percaya diri dan demokratis; 6) Mengembangkan keterampilan untuk
menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan; 7) Memahami konsep
aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk
mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil,
serta memiliki sikap yang positif (Depdiknas, 2010:703).
Dalam melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di atas, guru mata pelajaran
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan harus mengembangkan kompetensinya
sesuai Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru yang didalamnya memuat empat kompetensi meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional.
Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan harus menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik
untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan sesuai prinsip-prinsip
perancangan pembelajaran yang mendidik. Dalam melaksanakan pembelajaran, guru
harus menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran
yang mendidik secara kreatif. Guru juga menggunakan media pembelajaran sesuai
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran untuk mencapai tujuan
Rumusan Masalah
Berasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1) Bagaimanakah peningkatan kemampuan
lari jarak pendek melalui metode discovery pada siswa kelas IV A SDN Klurak
Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo?; 2) Apakah ada pengaruh keaktifan siswa kelas
IV A SDN Klurak Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo terhadap peningkatan
kemampuan lari jarak pendek melalui metode discovery?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan lari jarak
pendek melalui metode discovery pada siswa kelas IV A SDN Klurak Kecamatan
Candi Kabupaten Sidoarjo; 2) Untuk mengetahui pengaruh keaktifan siswa kelas IV A
SDN Klurak Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo terhadap peningkatan kemampuan
lari jarak pendek melalui metode discovery.
KAJIAN PUSTAKA
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran
jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,
penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan
lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang
direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional
(Depdiknas, 2010:702). Fungsi pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan menurut
Adang Suherman (2010:27-29) meliputi berbagai aspek, yaitu: aspek organik, aspek
neuromuskuler, aspek perseptual, aspek kognitif, aspek sosial, dan aspek emosional.
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan meliputi
permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik,
aktivitas air, pendidikan luar kelas, dan kesehatan (Depdiknas, 2010:703-704).
konsep dasar dan ide-ide lebih baik; 3) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas
inisiatif sendiri; 4) Siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menurut I.G.A.K Wardani dan Kuswaya Wihardit (2011:1.4), penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil
belajar siswa menjadi meningkat.
Model PTK dipilih oleh peneliti selaku guru mata pelajaran Penjasorkes
dikarenakan adanya permasalahan kemampuan lari jarak pendek siswa kelas IV A
SDN Klurak masih di bawah KKM. Oleh karena itu, dipilih alternatif tindakan
digunakan untuk memecahkan masalah tersebut dengan menerapkan metode discovery.
Tindakan penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus.
Desain PTK yang dipilih yaitu model PTK Kemmis & Mc Taggart. Model
tersebut menggambarkan adanya empat langkah dan pengulangnya terdiri dari tahap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi (Suharsimi Arikunto,
2010:137).
Tahap 1: Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini penulis melakukan kegiatan perencanaan antara
lain: 1) Berkoordinasi dengan mitra kolaborator untuk menentukan jadwal penelitian
dan alternatif pemecahan masalah; 2) Menyusun RPP mata pelajaran Penjasorkes
materi lari jarak pendek dengan menerapkan metode discovery learning; 3)
Menyiapkan alat peraga lari jarak pendek; 4) Menyusun lembar praktik kemampuan
lari jarak pendek dan pedoman penskoran serta tabel rekapitulasinya; 5) Menyusun
lembar observasi keaktifan siswa beserta rubrik penilaiannya dan tabel rekapitulasinya;
6) Menyusun lembar observasi aktivitas guru beserta rubrik penilaiannya dan tabel
rekapitulasinya.
Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dengan melaksanakan
perencanaan yang telah dibuat, yakni dengan melaksanakan proses pembelajaran
Penjasorkes materi lari jarak pendek dengan menerapkan metode discovery learning.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Tahap 3: Pengamatan
Pada tahap pengamatan dalam penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif
untuk mengamati proses pembelajaran Penjasorkes materi lari jarak pendek dengan
menerapkan metode discovery learning. Pada saat pengamatan peneliti bersama mitra
kolaborator mengamati kemampuan lari jarak pendek siswa, observasi kekatifan siswa,
dan observasi aktivitas guru serta mencocokkannya dengan instrumen yang sudah
dibuat secara objektif dan transparan.
Tahap 4: Refleksi
Pada tahap refleksi dalam penelitian ini, peneliti mengkaji peningkatan
kemampuan lari jarak pendek siswa melalui metode discovery learning. Peneliti juga
mengkaji hasil penelitian sudah berjalan efektif atau belum dengan mencatat kelebihan
dan kelemahan yang muncul selama pelaksanaan tindakan dan memberikan saran
perbaikan hasil pengamatan. Setelah itu, peneliti dan mitra kolaborator membuat
perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya berdasarkan daftar permasalahan
tersebut, dalam rangka perbaikan untuk mencapai indikator yang ditetapkan.
aktivitas dalam proses pembelajaran; 3) Memilah dan memilih foto yang akan
digunakan dalam penelitian ini.
X
NA =
M
Keterangan:
NA = Nilai Akhir
∑X = Jumlah keseluruhan skor yang diperoleh
M = Jumlah keseluruhan skor maksimal (B. Saeful Djamarah, 2010:331)
2. Menentukan rata-rata kelas.
Na
Nr =
Sn
Keterangan:
Nr = Nilai rata-rata
∑Na = Jumlah nilai akhir semua siswa
Sn = Jumlah siswa (I.G.A.K Wardani dan Kuswaya Wihardit, 2011:5.19)
3. Menentukan persentase ketuntasan belajar siswa.
F
P= x 100 %
N
Keterangan:
P = Persentase ketuntasan belajar dalam persen
F = Jumlah siswa yang tuntas belajar
N = Jumlah seluruh siswa (B. Saeful Djamarah, 2010:264)
Hasil penghitungan tes praktik kemampuan lari jarak pendek seluruh siswa
dikategorikan dengan pedoman penskoran dan ketuntasan belajar yang sudah
ditetapkan. Indikator keberhasilan terhadap kemampuan lari jarak pendek siswa kelas
IV A SDN Klurak pada mata pelajaran Penjasorkes melalui metode discovery
mengalami ketuntasan belajar minimal mendapat nilai 75 atau mencapai 75% secara
individual dan mencapai 85% secara klasikal.
Data kuantitatif diperoleh dari analisis hasil observasi, catatan lapangan, dan
dokumentasi. Analisis data kualitatif sebagaimana pengumpulan data tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Observasi
Data observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran didasarkan pada
rata-rata skor yang dipeoleh guru dan kemudian diambil kesimpulan sesuai dengan
kriteria, dengan rumus:
A
Persentase = x 100 %
B
Keterangan:
A = Skor aktivitas guru
B = Skor maksimal (I.G.A.K Wardani dan Kuswaya Wihardit, 2011:5.18)
Pengukuran observasi keaktifan siswa secara klasikal, didasarkan pada
rata-rata skor yang dipeoleh siswa dan kemudian diambil kesimpulan sesuai
dengan kriteria, dengan rumus:
A
Persentase = x 100 %
BxC
Keterangan:
A = Skor keseluruhan siswa
B = Jumlah siswa
C = Skor maksimal (I.G.A.K Wardani dan Kuswaya Wihardit, 2011:5.19)
Setelah menganalisis observasi aktivitas guru dan keaktifan siswa, hasil
persentase dikategorikan dengan pedoman yang sudah ditetapkan. Selanjutnya
persentase observasi aktivitas guru dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
Penjasorkes materi lari jarak pendek melalui metode discovery dideskripsikan ke
dalam bentuk kalimat pada tiap siklus.
2. Catatan Lapangan.
Menganalisis catatan lapangan dengan cara memberikan refleksi atau
rekomendasi sebagai bahan perbaikan pembelajaran atau tindak lanjut.
Selanjutnya mendeskripsikan catatan lapangan berisi kelebihan dan kelemahan
dalam bentuk kalimat pada tiap siklus.
3. Dokumentasi
Menganalisis data hasil dokumentasi foto dengan cara memilah dan
memilih foto saat proses pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.
Selanjutnya mendeskripsikan gambar foto yang sudah dipilih ke dalam bentuk
kalimat pada tiap siklus.
Data hasil observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi foto dari siklus I
dan siklus II dibandingkan. Dari hasil perbandingan tersebut akan diketahui
peningkatan aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran Penjasorkes
materi lari jarak pendek melalui metode discovery dan dianalisis dengan analisa
deskriptif kualitatif.
Siklus I
Setelah menerapkan metode discovery terhadap kemampuan lari jarak pendek
siswa pada siklus I, dapat diketahui tingkat kemampuan lari jarak pendek siswa pada
siklus I sebagai berikut.
Tabel 2. Rekapitulasi Kemampuan Lari Jarak Pendek Siswa Siklus I
Aspek yang Rentang Skor (Siswa) Jml Rata-
No Kategori
diamati 1 2 3 4 Skor rata
1 Teknik Start 0 10 89 44 143 3 Baik
2 Teknik Lari 0 6 111 24 141 3 Baik
3 Teknik Finish 0 18 90 28 136 3 Baik
Rerata skor 76
Persentase Keberhasilan 78%
Kategori Cukup
Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2012)
Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa kemampuan lari jarak pendek siswa kelas
IV A SDN Klurak setelah diterapkan metode discovery pada siklus I memperoleh nilai
rata-rata secara klasikal sebesar 76 yang termasuk dalam kategori Cukup yaitu berada
pada rentang nilai 75-82. Nilai rata-rata tersebut sudah melebihi KKM yang telah
ditentukan sekolah sebesar 75, namun persentase ketuntasan belajar siswa belum
mencapai persentase ketuntasan yang dikehendaki secara klasikal sebesar 85%.
Perolehan nilai pada aspek gerakan teknik start sudah termasuk dalam kategori Baik
dengan nilai rata-rata sebesar 3. Perolehan nilai pada aspek gerakan teknik lari dalam
kategori Baik dengan nilai rata-rata sebesar 3. Perolehan nilai pada aspek gerakan
teknik mencapai garis finish termasuk dalam kategori Baik dengan nilai rata-rata
sebesar 3.
Persentase ketuntasan belajar siswa kelas IV A SDN Klurak pada kemampuan
lari jarak pendek setelah diterapkan metode discovery siklus I dari 46 siswa terdapat 36
siswa atau 78% tuntas belajar, sedangkan yang belum tuntas belajar mencapai 22%
atau ada 10 siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I secara klasikal
siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 75 hanya sebesar
78% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki secara klasikal sebesar
85%.
Siklus II
Setelah menerapkan metode discovery terhadap kemampuan lari jarak pendek
siswa pada siklus II berdasarkan rekomendasi siklus I, dapat diketahui tingkat
kemampuan lari jarak pendek siswa pada siklus II sebagai berikut.
Tabel 3. Rekapitulasi Kemampuan Lari Jarak Pendek Siswa Siklus II
Aspek yang Rentang Skor (Siswa) Jml Rata-
No Kategori
diamati 1 2 3 4 Skor rata
1 Teknik Start 0 2 51 112 165 4 Sangat Baik
2 Teknik Lari 0 0 36 136 172 4 Sangat Baik
3 Teknik Finish 0 4 48 112 164 4 Sangat Baik
Rerata skor 91
Persentase Keberhasilan 96%
Kategori Baik
Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2012)
Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa kemampuan lari jarak pendek siswa kelas
IV A SDN Klurak setelah diterapkan metode discovery pada siklus II memperoleh
nilai rata-rata secara klasikal sebesar 91 yang termasuk dalam kategori Baik yaitu
berada pada rentang nilai 83-91. Nilai rata-rata tersebut sudah melebihi KKM yang
telah ditentukan sekolah sebesar 75 dan persentase ketuntasan belajar siswa sudah
melebihi persentase ketuntasan yang dikehendaki secara klasikal sebesar 85%.
Perolehan nilai pada aspek gerakan teknik start sudah termasuk dalam kategori Sangat
Baik dengan nilai rata-rata sebesar 4. Perolehan nilai pada aspek gerakan teknik lari
dalam kategori Sangat Baik dengan nilai rata-rata sebesar 4. Perolehan nilai pada aspek
gerakan teknik mencapai garis finish termasuk dalam kategori Sangat Baik dengan
nilai rata-rata sebesar 4.
Pembahasan
Dari hasil penelitian di atas, selanjutnya dilakukan pembahasan untuk
mempermudah menarik kesimpulan terhadap peningkatan kemampuan lari jarak
pendek siswa kelas IV A SDN Klurak sebelum dan sesudah diterapkan metode
discovery yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Pra Siklus
Pada pra siklus diperoleh kemampuan lari jarak pendek siswa kelas IV A SDN
Klurak memperoleh nilai rata-rata secara klasikal sebesar 58 yang termasuk dalam
kategori Kurang yaitu berada pada rentang nilai 0-74. Nilai rata-rata tersebut jauh dari
KKM yang telah ditentukan sekolah sebesar 75. Persentase ketuntasan belajar siswa
pada prasiklus dari 46 siswa terdapat 14 siswa atau 30% tuntas belajar, sedangkan
yang belum tuntas belajar mencapai 70% atau ada 32 siswa. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada prasiklus secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena
siswa yang memperoleh nilai 75 hanya sebesar 30% lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.
Ketuntasan belajar siswa masih di bawah kriteria ketuntasan minimal yang
dikehendaki secara klasikal disebabkan siswa masih kesulitan dalam melakukan lari
jarak pendek sesuai teknik dasar yang benar. Hal ini dikarenakan siswa belum
memahami teknik dasar start, lari, dan memasuki garis finish dalam lari jarak pendek.
Hal ini disebabkan tidak tepatnya guru dalam menyampaikan pembelajaran. Dimana
pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran secara konvensional yang mana
hanya dipergunakan metode ceramah dan demonstrasi serta guru sebagai satu-satunya
sumber belajar. Hal ini menyebabkan siswa pasif dalam mengikuti proses
pembelajaran sehingga siswa kurang tertantang untuk berpikir dan berlatih lari jarak
pendek sesuai pengetahuan yang didapatnya sendiri.
Siklus I
Setelah melakukan perbaikan pembelajaran melalui penerapan metode
discovery pada siklus I dapat dikatakan bahwa kemampuan lari jarak pendek siswa
kelas IV A SDN Klurak mengalami peningkatan. Nilai rata-rata secara klasikal pada
siklus I meningkat sebesar 76 dibandingkan perolehan pada prasiklus sebesar 58. Ada
peningkatan nilai rata-rata secara klasikal sebesar 18. Hasil tersebut juga dapat dilihat
dari presentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar 78% mengalami
peningkatan dibandingkan pada pra siklus sebesar 30%. Ada peningkatan presentase
ketuntasan belajar sebesar 48%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode
discovery dapat meningkatkan hasil kemampuan lari jarak pendek siswa kelas IV A
SDN Klurak meskipun belum mencapai ketuntasan belajar yang dikehendaki secara
klasikal sebesar 85%.
Ketuntasan belajar masih di bawah kriteria ketuntasan minimal yang
dikehendaki secara klasikal disebabkan karena belum maksimalnya guru dalam
menerapkan metode discovery dalam pembelajaran lari jarak pendek, terbukti dari
hasil persentase aktivitas guru dalam praktik perbaikan pembelajaran hanya
memperoleh 70% atau kategori Cukup. Begitu juga masih rendahnya keaktifan siswa,
terbukti hasil observasi keaktifan siswa dalam melakukan praktik kemampuan lari
jarak pendek melalui metode discovery hanya mencapai 70%. Permasalahan tersebut
disebabkan guru masih belum menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus
kepada siswa agar siswa mampu untuk mengeksplorasi materi pembelajaran. Begitu
juga guru hanya membimbing sebagian kelompok saja sehingga masih ada siswa yang
kebingungan dalam mengumpulkan informasi mengenai teknik dasar lari jarak pendek
yang ada pada buku siswa. Selain itu guru masih kurang dalam membimbing siswa
dalam berlatih teknik gerakan lari jarak pendek sehingga masih ada 10 siswa yang
belum mampu melakukan gerakan lari jarak pendek dengan benar. Masih belum
mampunya siswa dalam melakukan gerakan lari jarak pendek dikarenakan siswa masih
belum menguasai gerakan teknik start, lari, dan mencapai garis finish serta mereka
bercanda dengan temannya saat berlatih.
Siklus II
Setelah melakukan perbaikan pembelajaran melalui penerapan model metode
discovery pada siklus II dan melaksanakan hasil rekomendasi siklus I dapat dikatakan
bahwa kemampuan lari jarak pendek siswa kelas IV A SDN Klurak mengalami
peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal pada
siklus II meningkat sebesar 91 dibandingkan perolehan pada pra siklus sebesar 58 dan
siklus I sebesar 76. Ada peningkatan nilai rata-rata secara klasikal sebesar 33. Hasil
tersebut juga dapat dilihat dari persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II
sebesar 96% mengalami peningkatan secara signifikan dibandingkan pada pra siklus
sebesar 30% dan siklus I sebesar 78%. Ada peningkatan persentase sebesar 66%. Hal
ini menunjukkan bahwa penerapan metode discovery dapat meningkatkan kemampuan
lari jarak pendek siswa kelas IV A SDN Klurak dan sudah melebihi ketuntasan belajar
yang dikehendaki secara klasikal sebesar 85%.
Ketuntasan belajar sudah di atas kriteria ketuntasan minimal yang dikehendaki
secara klasikal disebabkan karena guru sudah maksimal dalam menerapkan metode
discovery dalam pembelajaran lari jarak pendek, terbukti dari hasil persentase aktivitas
guru dalam praktik perbaikan pembelajaran memperoleh 95% atau kategori Sangat
Baik. Selain itu keaktifan siswa juga mengalami peningkatan terbukti dari hasil
observasi keaktifan siswa dalam melakukan praktik kemampuan lari jarak pendek
melalui metode discovery sudah mencapai 91%. Hal ini dikarenakan guru sudah
menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa sehingga siswa
mampu untuk mengeksplorasi materi pembelajaran. Begitu juga guru sudah
membimbing seluruh kelompok dalam mengumpulkan informasi mengenai teknik
dasar lari jarak pendek yang ada pada buku siswa. Selain itu guru juga sudah
membimbing siswa dalam berlatih teknik gerakan lari jarak pendek terbukti ada 44
siswa yang mampu melakukan gerakan teknik lari jarak pendek dengan benar,
meskipun masih ada 2 siswa yang belum mampu disebabkan mereka bercanda dengan
temannya saat berlatih.
Dilihat dari hasil pembahasan pada tindakan siklus I dan siklus II menunjukkan
bahwa penerapan metode discovery dapat meningkatkan kemampuan lari jarak pendek
siswa. Dengan metode discovery, siswa mampu menemukan sendiri teknik lari jarak
pendek dari gerakan start sampai gerakan mencapai garis finish melalui bimbingan
guru maupun mencari informasi dari bahan pelajaran. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Hosnan (2012:287-288) menjelaskan bahwa dengan menerapkan metode
discovery learning dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif, meningkatkan kemampuan
siswa untuk memecahkan masalah, membantu siswa memperkuat konsep dirinya
karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lain, serta melatih siswa
belajar mandiri. Lebih lanjut Kurniasih dan Sani (2012:66-67) menjelaskan bahwa
metode discovery learning dapat menimbulkan rasa senang pada siswa karena
tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil, siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-
ide lebih baik, mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, serta siswa
belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
Dengan menerapkan metode discovery, keaktifan siswa berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan lari jarak pendek. Semakin meningkatnya keaktifan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran, kemampuan lari jarak pendek siswa juga
mengalami peningkatan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hosnan (2012:287-288)
menjelaskan bahwa dengan menerapkan metode discovery learning dapat mendorong
keterlibatan keaktifan siswa, mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan
hipotesis sendiri, serta siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar karena ia berpikir
dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, menunjukkan bahwa dengan
menerapkan metode discovery terbukti dapat meningkatkan kemampuan lari jarak
pendek siswa kelas IV A SDN Klurak Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Dari
hasil penelitian tersebut, penelitian ini sudah dapat dikatakan berhasil, hal ini
dikarenakan hasil praktik kemampuan lari jarak pendek yang diberikan kepada siswa
dan hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran
pada tiap siklus menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan dan sudah
melebihi ketuntasan yang dikehendaki.
Sidoarjo dalam pembelajaran lari jarak pendek melalui metode discovery berpengaruh
terhadap kemampuan lari jarak pendek siswa. Hal ini dapat dibuktikan dari
peningkatan persentase keaktifan siswa pada siklus I sebesar 70% meningkat secara
signifikan pada siklus II sebesar 91%. Terbukti ada peningkatan persentase keaktifan
siswa sebesar 21%.
Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, dapat dijabarkan saran tindak
lanjut sebagai berikut: 1) Disarankan kepada siswa untuk lebih berlatih teknik dasar
gerakan lari jarak pendek melalui metode discovery yang sudah dilaksanakan sehingga
kemampuan lari jarak pendek siswa dapat meningkat; 2) Disarankan kepada guru
untuk menerapkan metode discovery dalam pembelajaran lari jarak pendek karena
terbukti dapat meningkatkan kemampuan lari jarak pendek siswa. Disarankan juga
kepada teman sejawat untuk menggunakan metode-metode pembelajaran yang
mengutamakan peran aktif siswa sehingga mutu pembelajaran dapat meningkat; 3)
Disarankan kepada sekolah untuk memberikan kesempatan kepada guru untuk
meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya dalam menguasai metode-metode
pembelajaran yang mendidik sehingga kualitas pembelajaran di sekolah dapat lebih
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Penelitian Pendekatan Praktek-
Cet.14. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas, 2010. Model Pembelajaran IPS, Malang : Pusat Kurikulum Baltibang
Depdiknas
Djamarah, B. Saeful. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hosnan, M. 2012. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21-Cet.1. Bogor: Ghalia Indonesia.
Kurniasih, Imas & Sani, Berlin. 2012. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran-
Cet.1. Jakarta: Kata Pena.
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Rumini. 2011. Model Pembelajaran Atletik dan Metodik 1. Semarang: Unnes Press.
Suherman, Adang. 2010. Dasar-dasar Penjaskes. Jakarta: Dirjen Dikdasmen,
Departemen Pendidikan Nasional.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru-Cet.14.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wardani, I.G.A.K & Wihardit, Kuswaya. 2011. Penelitian Tindakan Kelas-
Cet.15;Ed.1. Jakarta: Universitas Terbuka.