Anda di halaman 1dari 9

Nama : Nur Syamsiyah

NIM : 1705025011
Kelas : Reguler Pagi A

REVIEW ARTIKEL
Adsorpsi Pewarna Asam pada Karbon Aktif yang Dipersiapkan dari Enceng
Gondok oleh Aktivasi Natrium Klorida
(P. Tarapitakcheevin, P. Weerayutsil, and K. Khuanmar/
GMSARN International Journal 7 (2013) 83 – 90)

Abstrak
Adsorpsi pewarna asam (AB80) ke dalam adsorben yang disiapkan dari eceng
gondok, Hyacinth Black Carbon (HBC) dan Hyacinth Activated Carbon (HAC).
Dilakukan dalam berbagai kondisi eksperimental waktu kontak, suhu, dan pH.
Adsorpsi ini juga dibandingkan dengan Karbon Aktif Komersial (CAC). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa adsorben yang disiapkan dari eceng gondok, HBC
dan HAC, dapat secara substansial digunakan untuk adsorpsi pewarna asam
(AB80) dibandingkan dengan karbon aktif komersial, CAC.

1. Pendahuluan
Enceng gondok merupakan salah satu gulma karena penyebarannya yang
cepat sehingga dapat mengahalangi oksigen di dalam air. Encenng gondok
memiliki jaringan fibrosa yang dapat menjadi adsorben dan penghilang
polutan di air. Polusi air dari industry tekstil merupakan masalah bagi
lingkungan yang dapat menyebabkan pencemaran. Penelitian ini bertujuan
untuk menyelidiki kemungkinan karbon teraktivasi yang dibuat dari eceng
gondok dengan aktivasi kimia menggunakan natrium klorida (NaCl) sebagai
zat pengaktif untuk menghilangkan warna dari pewarna asam dalam larutan
berair.
2. Bahan dan Metode
2.1 Persiapan Adsorben
Enceng gondok dipotong dan dicuci bersih kemudian dikeringkan dibawah
sinar matahari selama seminggu. Dikeringkan di oven pada suhu 130°C
selama 24 jam. Bahan kering tanpa oksigen dibakar pada suhu 600°C
selama 2 jam untuk HBC. Untuk membuat HAC, HBC diaktifkan dengan
1:1 NaCl dan HBC berat. Karbonisasi pada suhu 800°C selama 2 jam
HAC dicuci aquades beberapa kali. HAC dan HBC dihancurkan untuk
melewatkan saringan dengan lubang 125 μm dan disimpan dalam wadah
kedap udara.

2.2 Karakterisasi karbon aktif


Adsorben dikarakterisasi sebagai luas permukaan spesifik (SBET).
Morfologi adsorben, setelah dilapisi dengan emas, dikarakterisasi oleh
SEM (LEO SEM 1450VP, UK).

2.3 Persiapan larutan pewarna


Adsorpsi dilakukan dengan warna Acid Blue 80. Pewarna asam (AB80)
digunakan tanpa pemurnian lebih lanjut.

2.4 Pengaruh waktu kontak


Pengaruh waktu kontak dari tiga adsorben (HBC, HAC, dan CAC) pada
20 mg/L konsentrasi awal larutan pewarna. Massa konstan 0,1 g bahan
adsorben dicampur dengan larutan pewarna 50 ml pada pH netral.
Campuran masing-masing diaduk secara konstan sebagai fungsi waktu
oleh pengocok pada kecepatan 200 rpm dan suhu terkontrol 25° C. Pada
berbagai interval waktu (5, 10, 15, 20, 30, 40, 50, 60, 90, 120, 180, 240,
300, dan 360 menit), sampel diambil dan disaring dengan disk filter 0,45
μm untuk menghilangkan adsorben, maka konsentrasi zat warna diukur
dengan UV-Vis Spectrophotometer panjang gelombang yang digunakan
625 nm.

2.5 Pengaruh suhu dan pH


Efek suhu dan pH pada jumlah larutan pewarna tiga adsorben (HBC,
HAC, dan CAC) diperiksa pada 60 mg/L konsentrasi awal larutan
pewarna. Massa konstan 0,1 g bahan adsorben dicampur dengan larutan
pewarna 50 ml dan kecepatan pengadukan 200 rpm selama 6 jam. Efek
studi suhu, suhu adsorpsi yang berbeda untuk setiap percobaan dikontrol
dari 20-50°C. Pengaruh pH larutan pada adsorpsi larutan pewarna
diperiksa pada suhu terkontrol 25°C.

2.6 Isoterm adsorpsi


Studi isoterm adsorpsi ditentukan dengan massa konstan 0,1 g bahan
adsorben dengan berbagai konsentrasi larutan pewarna dari 5, 10, 20, 40,
60, 80, 120, 160, dan 200 mg/L dan larutan disesuaikan dengan pH netral.
Semua percobaan dilakukan dalam 250 ml botol kaca dengan volume 50
ml. Campuran terus-menerus diaduk oleh pengocok pada kecepatan 200
rpm dan suhu terkontrol pada 25 ° C. Setelah waktu kesetimbangan
bergetar, sampel air disaring dengan disk filter 0,45 μm untuk
menghilangkan adsorben dan sampel air diukur konsentrasi dengan UV-
Vis Spectrophotometer. Hasil percobaan dievaluasi dalam hal kesesuaian
dengan model Langmuir dan Freundlich.

3. Hasil Pembahasan
3.1 Karakterisasi adsorben dan adsorbat
Adsorben yang disiapkan sebagai Hyacinth Black Carbon (HBC) dan
Hyacinth Activated Carbon (HAC), dikarakterisasi untuk area permukaan
spesifik (SBET) dan morfologi. Fluka 05120 dipilih sebagai perwakilan
dari Karbon Aktif Komersial (CAC).

HBC with magnification 500X HAC with magnification 500X

CAC with magnification 2000X

Dilihat dari tabel luas permukaan CAC dan HAC lebih besar dibandingkan
HBC. Sehingga penyerapan adsorebnnya lebih tinggi. Morfologi
permukaan dari adsorben dapat dilihat pada gambar SEM diatas yaitu pada
HBC menunjukkan tekstur permukaan kasar dan tidak teratur. Gambar
HAC menunjukkan pori-pori didalam partikel adsorebn yang heterogen
dan bentuknya seperti sarang lebah dengan ukuran yang berbeda. Gambar
CAC memiliki nomor struktur mikro yang menawarkan lebih banyak
adsorpsi.

3.2 Pengaruh waktu kontak

HBC menunjukkan efisiensi penghilangan zat warna 28,21% pada waktu


120 menit, sedangkan HAC dan CAC menyajikan efisiensi
penghilangannya menguntungkan 92,88% dan 97,39% dengan waktu
kontak optimal 240 menit dan 40 menit masing-masing, walaupun HAC
dan CAC diidentifikasi sebagai karbon aktif dengan area permukaan yang
tinggi, HAC memakan waktu lebih lama dari CAC untuk mencapai
adsorpsi yang optimal. Kemungkin ini disebabkan oleh luas permukaan
dan keseragaman struktur pori HAC kurang dari CAC yang diproduksi
untuk komersial karbon aktif.

3.3 Pengaruh pH
Menurut aturan umum, persentase penghapusan adsorpsi pewarna anionik
akan meningkat pada pH rendah, sedangkan persentase penghapusan
pewarna akan menurun pada larutan pH tinggi.
Adsorpsi kedua karbon aktif, CAC dan HAC, tidak terpengaruh oleh
muatan dalam pH. Kemungkinan adanya muatan negative dan positif pada
molekul pewarna. Pada pH rendah, lebih banyak ion hidrogen (H+)
membuat permukaan adsorben lebih positif meningkatkan tarikan
elektrostatik antara yang negative mengisi SO3- anion dari pewarna dan
adsorben teraktivasi. Demikian juga, pada pH tinggi, adsorpsi paling
disukai karena interaksi gugus amina dari Asam Biru (AB80). Sehingga
baik dalam pH rendah maupun tinggi penyerapan karbon aktif tersebut
tetap sama atau konstan. Berbeda dengan HBC semakin tinggi pH maka
penyerapan warnanya akan semakin rendah hal ini sesuai dengan aturan
umum yang ada.

3.4 Pengaruh Suhu

Dari grafik terlihat adsorbs perwarna pada tiga adsorben cenderung


mengingkat pada peningkatan suhu. Terutama pada HAC dan CAC
kemungkinan peningkatan kapasitas adsorbsi pada suhu melebihi 40°C.
sehingga kapasitas adsorpsi meningkat dengan meningkatnya suhu jadi
adsorbsi merupakan proses endotermik.

3.5 Isoterm Adsorpsi


Isotherm Langmuir

Berikut grafiknya :

Nilai RL menunjukkan bahwa semua adsorben menguntungkan untuk


adsorpsi pewarna asam (AB80). Dari grafik dapat dilihat untuk HBC
terbentuk garis lurus dan korelasinya (R2) lebih tinggi sehingga dapat
dinyatakan HBC termasuk ke dalam isotherm langmuir dan perilakunya
juga menunjukkan hal itu pembentukan cakupan monolayer molekul
pewarna pada permukaan luar HBC.
Isotherm Freundlich

Berikut grafiknya :

Dari grafik HAC dan CAC menununjukkan garis lurus yng cocok dengan
eksperimen, korelasi (R2) HAC dan CAC lebih tinggi dari pada HBC
sehingga keduanya termasuk ke dalam isotherm freundlich dimana
adsorpsi tidak terbatas pada permukaan monolayer saja.

4. Kesimpulan
Adsorben yang disiapkan dari enceng gondok, HBC dan HAC, dapat
digunakan secara efektif sebagai adsorben untuk adsorpsi pewarna asam
(AB80). Efisiensi HAC juga menunjukkan perbandingan efisiensi untuk
karbon aktif komersial, CAC. Adsorpsi ini merupakan proses endotermik
karena kapasitas adsorpsi meningkat dengan meningkatnya suhu dan adsorpsi
mendukung pH asam. Studi adsorpsi isoterm menjelaskan bahwa HBC
dipasang untuk model Langmuir dengan korelasi tinggi (R2) dari 0,997
sementara HAC dan CAC sangat cocok untuk Freundlich model dengan
korelasi yang menguntungkan (R2) dari 0,990 dan Masing-masing 0,991.

Anda mungkin juga menyukai