Anda di halaman 1dari 8

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hubungan Konsentrasi Etanol Umpan dengan ⁰Brix


Pengukuran konsentrasi etanol dalam campuran etanol air pada percobaan ini
menggunakan Hand Refractometer. Satuan pengukuran Hand Refractometer adalah
derajat Brix (oBrix). Pada percobaan ini komposisi umpan etanol yang digunakan
adalah dan 0.05, 0,15, 0,25, 0,35, 0,45 40%. Tabel 3.1 dibawah ini adalah hasil
pengukuran hubungan konsentrasi etanol dengan ⁰Brix sebelum percobaan
kesetimbangan uap cair dimulai atau sebelum didestilasi.

Tabel 3.1 Harga ⁰Brix pada Variasi Konsentrasi Etanol

Komposisi etanol umpan Xf Konsentrasi etanol fasa cair (oBrix)

0.05 0

0,15 0,18

0,25 0,25

0,35 0,37

0,45 0,45
0.5

0.45
Konsentrasi Etanol Fase Cair 0.4

0.35

0.3

0.25

0.2

0.15
(0Brix)

0.1

0.05

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5

Komposisi Etanol Umpan (Xf)

Berdasarkan tabel 3.1 juga diperoleh adanya hubungan yang berbanding lurus
antara konsentrasi umpan dengan oBrix. Hal ini dikarenakan, oBrix itu sendiri
merupakan satuan untuk mengukur konsentrasi etanol dalam campuran etanol-air.
Dengan begitu jika konsentrasi etanol dalam campuran etanol - air (umpan) semakin
besar, maka nilai dari oBrix juga akan semakin besar.

Gambar 3.1 Hubungan komposisi etanol dengan oBrix etanol fasa cair

Berdasarkan gambar 3.1 grafik hubungan konsentrasi etanol dengan ⁰Brix


diperoleh y = 0,1226x - 0,4464 dan R2= 0,9886, sehingga nilai konsentrasi etanol fasa
cair dalam bentuk persen (%) dapat dicari dengan mensubstitusikan nilai konsentrasi
°Brix hasil percobaan. Nilai R2 merupakan gradien atau garis lurus yang menyatakan
tingkat ketelitian dari data yang diperoleh. Untuk standar penelitian biasanya nilai R 2
berkisar antara 0.98 hingga 1,00.
Dari grafik 3.1 diperoleh adanya hubungan berbanding lurus antara 0Brix
dengan komposisi umpan (%). Ketika komposisi etanol umpan 5% didapatkan
konsentrasi etanol fasa cairnya(°Brix) sebesar 0, ketika komposisi etanol umpan 15%
didapatkan konsentrasi etanol fasa cairnya(°Brix) sebesar , ketika komposisi etanol
umpan 15% didapatkan konsentrasi etanol fasa cairnya(°Brix) sebesar 0,18, ketika
komposisi etanol umpan 25% didapatkan konsentrasi etanol fasa cairnya(°Brix)
sebesar 0,25, ketika komposisi etanol umpan 35% didapatkan konsentrasi etanol fasa
cairnya(°Brix) sebesar 0,37, ketika komposisi etanol umpan 45% didapatkan
konsentrasi etanol fasa cairnya(°Brix) sebesar 0,45

1.2 Hubungan Konsentrasi Etanol (oBrix) dan Temperatur Saat


Kesetimbangan

Tabel 3.2 Konsentrasi etanol (oBrix) dan temperatur saat kesetimbangan

Komposisi etanol Temperatur Konsentrasi Konsentrasi


umpan Xf kesetimbangan ( oC) etanol fasa cair etanol fasa uap
(oBrix) (oBrix)
0.05 98 0 0,45

0,15 94 0,18 0,30

0,25 89 0,25 0,20

0,35 85 0,37 0,06

0,45 80 0,45 0,01

Dari tabel 3.2 di atas adalah data pengamatan percobaan kesetimbangan uap
cair setelah etanol dalam fasa cair dengan etanol didestilasi. Sampel fasa cair diambil
dan diukur konsentrasinya menggunakan alat hand refractometer. Berdasarkan tabel
tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi etanol dalam umpan akan
menyebabkan penurunan temperatur kesetimbangan. Hal ini dikarenakan titik didih
etanol yaitu 78,4 lebih rendah dari titik didih air yaitu 100oC, sehingga temperatur
kesetimbangan semakin rendah. Selain itu, konsentrasi cairan menurun dengan
bertambahnya komposisi umpan, sedangkan konsentrasi kondensat meningkat dengan
bertambahnya komposisi umpan.

0.45 80 0.45
Konsentrasi etanol fasa uap (oBrix)
Konsentrasi etanol fasa cair (oBrix)
0.5
0.45
0.4
KONSENTRASI ETANOL

0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100
TEMPERATUR oC

Gambar 3.2 Grafik hubungan antara etanol destilat dan etanol bottom vs
temperatur

Dari grafik 3.2 diperoleh adanya persilangan grafik antara konsentrasi etanol
fasa cair dan fasa uap dengan temperatur kesetimbangan. Hal ini disebabkan
konsentrasi etanol fasa uap dan fasa cair tidak berbanding lurus dengan temperatur
kesetimbagan. Ketika pada temperatur kesetimbangan 98oC didapatkan konsentrasi
etanol fasa cairnya(°Brix) 0 dan fasa uapnya 0,45, ketika pada temperatur
kesetimbangan 94oC didapatkan konsentrasi etanol fasa cairnya(°Brix) 0,18 dan fasa
uapnya 0,30, ketika pada temperatur kesetimbangan 89oC didapatkan konsentrasi
etanol fasa cairnya(°Brix) 0,25 dan fasa uapnya 0,20, ketika pada temperatur
kesetimbangan 85oC didapatkan konsentrasi etanol fasa cairnya(°Brix) 0,37 dan fasa
uapnya 0,06, dan ketika pada temperatur ketimbangan 80oC didapatkan konsentrasi
etanol fasa cairnya(oBrix) 0,45 dan fasa uapnya 0,01.

1.3 Kurva Fraksi Massa Xw, Fraksi Massa Yd Vs Temperatur

Tabel 3.3 Grafik hubungan antara etanol destilat dan etanol bottom Vs Temperatur

Temperatur Fraksi massa Fraksi massa


Komposisi etanol
Kesetimbangan Etanol fasa Etanol fasa
umpan (% volume)
(0C) cair(Xw) Uap(YD)

0.05 98 0,01563 0,29


0,15 94 0,04531 0,127

0,25 89 0,073 0,109

0,35 85 0,099 0,08

0,45 80 0,123 0,012

Berdasarkan table 3.3 dapat dilihat adanya hubungan berbanding lurus antara
komposisi umpan dengan nilai Xw dan YD dan hubungan terbalik antara komposisi
umpan, makan nilai Xw dan Y D juga semakin besar. Sebaliknya, semakin rendah
temperature kesetimbangan maka semakin besar nilai dari Xw dan YD.
0.5

Fraksi Massa Etanol Fasa Uap (YD)


Fraksi massa Etanol fasa Uap(YD) 0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100
Temperatur oC

Fraksi massa Etanol fasa cair(Xw) Fraksi massa Etanol fasa Uap(YD)

Gambar 3.3 Grafik komposisi etanol fasa uap (YD) dan cair (XW) versus temperature
setimbang.

Berdasarkan grafik komposisi etanol fasa uap (Y D) dan cair (XW) versus
temperatur dalam keadaan setimbang yang ditunjukkan pada gambar 3.3. dapat
disimpulkan bahwa nilai komposisi uap (YD) dan komposisi cair (XW) didapatkan
nilai yang stabil, maksudnya nilai XW dan YD nya mengalami penurunan seiring
naiknya temperatur.

3.4 Hubungan K Percobaan dengan K Literatur


Tabel 3.4 Perbandingan K Percobaan dengan K Literatur pada Temperatur Setimbang
(OC)
Data Literatur
Data Percobaan
Temperatur Konstanta Temperatur Konstanta
Kesetimbangan kesetimbangan Kesetimbangan kesetimbangan
uap cair uap cair
(OC) (OC)

98 0,8 98,1 9,6000


94 1,7 96 7,0230

89 2,94 95,2 7,5400

85 1,28 95,2 7,5400

80 2,35 91,8 5,2700

Tabel 3.4 Menunjukkan hubungan bahwa nilai K yang diperoleh pada


percobaan dengan nilai K yang terdapat pada literatur memiliki nilai yang cukup
jauh. Perbedaan nilai yang cukup jauh ini menunjukkan bahwa eror aatau kesalahan
pada percobaan yang dilakukan juga cukup besar. Perbandingan antara nilai K
percobaan dengan nilai K literature dapat pula disajikan dalam bentuk grafik.

Pada data percobaan dengan temperature kesetimbangan 98OC didapatkan


konstanta kesetimbangan uap cair sebesar 0,8, sedangkan pada data literatur dengan
temperatur yang sama didapatkan konstanta kesetimbangan uap cairnya sebesar 9,6.
Lalu pada temperatur kesetimbangan 94OC didapatkan konstanta kesetimbangan uap
cair sebesar 1,7, sedangkan pada data literatur dengan temperatur yang sama
didapatkan konstanta kesetimbangan uap cairnya sebesar 7,023. Lalu pada temperatur
kesetimbangan 89OC didapatkan konstanta kesetimbangan uap cair sebesar 2,94,
sedangkan pada data literatur dengan temperatur yang sama didapatkan konstanta
kesetimbangan uap cairnya sebesar 7,54. Pada temperatur kesetimbangan 85 OC
didapatkan konstanta kesetimbangan uap cair sebesar 1,28, sedangkan pada data
literatur dengan temperatur yang sama didapatkan konstanta kesetimbangan uap
cairnya sebesar 7,54. Dan pada temperatur kesetimbangan 80OC didapatkan konstanta
kesetimbangan uap cair sebesar 2,35, sedangkan pada data literatur dengan
temperatur yang sama didapatkan konstanta kesetimbangan uap cairnya sebesar 5,27.
10

7
Nilai Konstanta

6 Konstanta
percobaan
5 kesetimbangan uap
cair
4 Konstanta literatur
kesetimbangan uap
3 cair
2

0
80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100
Temperatur (oC)

Gambar 3.4 Kurva hubungan antara nilai K percobaan dan literatur terhadap
Temperatur
Fraksi mol etanol akan mempengaruhi nilai konstanta kesetimbangan (K).
Berdasarkan tabel 3.4 dan gambar 3.4, semakin rendah temperature, maka konstanta
kesetimbangan K akan semakin kecil. Dalam percobaan memang sudah didapatkan
hasil sesuai hubungan antara tersebut. Namun nilai K percobaan cukup jauh berbeda
jika dibandingkan dengan nilai K literatur. Penyimpangan yang cukup besar ini
disebabkan karena penanganan Etanol yang kurang baik sebelum dianalisa
menggunakan hand refractometer.

Anda mungkin juga menyukai