Anda di halaman 1dari 26

PIPA & aliran fluida

dalam PIPA
Aliran FLUIDA dalam pipa
⚫ Berdasarkan sifat alirannya, pada
umumnya terdapat tiga jenis aliran
fluida:
◦ Laminar,
◦ Transisi
◦ Turbulen.
⚫ Pada aliran laminar, fluida mengalir tenang
tanpa diiringi oleh pusaran (vortek) meskipun
terdapat gangguan di sepanjang aliran fluida
⚫ Pada aliran turbulen, aliran fluida bersifat
chaos (terlihat tak beraturan) yang dicirikan
dengan keberadaan pusaran-pusaran (vortek)
fluida
⚫ Pusaran-pusaran dalam aliran turbulen dikenal
dengan diffusi Eddy
⚫ Transisi merupakan daerah peralihan antara
laminar dan turbulen; daerah ini merupakan
wilayah aliran yang tidak stabil sehingga sering
digambarkan sebagai garis putus-putus dalam
diagram alir fluida
⚫ Keberadaan Eddy pada aliran dalam pipa
mengkonsumsi energi aliran; pada skala makro
dicirikan dengan tingginya koefisien gesek pada
aliran turbulen (dibandingkan dengan aliran
laminar pada bilangan Reynolds yang sama).
⚫ Tingginya koefisien gesek berpengaruh secara
langsung kepada besarnya penurunan tekanan
dan pada akhirnya kepada besarnya energi yang
diperlukan untuk mengalirkan fluida.
⚫ Untuk keperluan transportasi fluida, aliran
turbulen tidak diharapkan karena berkorelasi
dengan tingginya energi pengaliran.
⚫ Berdasarkan kecepatan sebagai fungsi dari
tempat dan waktu, aliran dapat dibedakan
menjadi:
◦ Aliran steady (mantap) dan non steady (tidak
mantap)
◦ Aliran rotational dan aliran irotational
⚫ Aliran air dikatakan steady (mantap) apabila
kelajuan air pada setiap titik tertentu setiap saat
adalah konstan.
⚫ Aliran air dikatakan tidak mantap (non steady)
apabila kecepatan v pada setiap tempat tertentu
dan setiap saat tidak konstan. Artinya pada aliran
ini kecepatan v sebagai fungsi dari waktu.
⚫ Contoh aliran steady : aliran laminar,
dimana :
◦ arus air memiliki arus yang sederhana
(streamline/arus tenang),
◦ kelajuan gerak yang kecil dengan dimensi vektor
kecepatannya berubah secara kontinyu dari nol
pada dinding dan maksimum pada sumbu pipa
(dimensi linearnya kecil)
◦ banyak terjadi pada air yang memiliki kekentalan
rendah.
⚫ Contoh aliran tidak steady : aliran turbulen,
dimana
◦ partikel dalam fluida mengalami perubahan
kecepatan dari titik ke titik dan dari waktu ke
waktu berlangsung secara tidak teratur (acak).
◦ aliran turbulen biasanya terjadi pada kecepatan air
yang tinggi dengan kekentalan yang relatif tinggi
◦ memiliki dimensi linear yang tinggi, sehingga
terdapat kecenderungan .
⚫ Aliran irrotational adalah aliran air yang
tidak diikuti perputaran partikel penyusun
air tersebut,
⚫ Aliran rotational adalah aliran yang diikuti
perputaran partikel penyusun air.
⚫ Bila ditinjau dari perubahan massa jenis air
yang mengalir, jenis aliran fluida
dikelompokkan sebagai berikut:
◦ Aliran viscous dan aliran non viscous
◦ Aliran termampatkan dan aliran tak termampatkan

⚫ Aliran viscous adalah aliran dengan kekentalan, atau


sering disebut aliran fluida pekat.
⚫ Aliran air lebih didekatkan pada aliran dengan
kekentalan yang rendah, sehingga aliran air dapat
berada pada aliran non viscous.
⚫ Aliran termampatkan adalah aliran yang terjadi
pada fluida yang selama pengalirannya dapat
dimampatkan atau berubah volumenya, sehingga
akan mengubah pula massa jenis fluida tersebut.
⚫ Aliran termampatkan umumnya berlangsung pada
gas,
⚫ Pada air alirannya lebih didekatkan pada
pengertian aliran tak termampatkan yaitu :
selama pengaliran air tersebut massa jenis air
dianggap tetap besarnya.
⚫ Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan
terdapat empat besaran yang menentukan apakah
aliran tersebut digolongkan aliran laminier ataukah
aliran turbulen.
⚫ Keempat besaran tersebut adalah
◦ massa jenis air,
◦ kecepatan aliran,
◦ kekentalan, dan
◦ diameter pipa.
⚫ Kombinasi dari keempatnya akan menentukan
besarnya bilangan Reynold.
Bilangan Reynolds
⚫ Bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya
inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/L) yang
mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut
dengan suatu kondisi aliran tertentu
⚫ Bilangan Reynolds digunakan untuk
mengidentikasikan jenis aliran yang berbeda,
misalnya laminar dan turbulen
⚫ Istilah ini diambil dari Osborne Reynolds
(1842-1912) yang mengusulkannya pada tahun
1883
⚫ Bilangan Reynold merupakan bilangan tak
berdimensi
Rumus bilangan Reynolds

dimana :
◦ vs - kecepatan fluida,
◦ L - panjang karakteristik,
◦ μ - viskositas absolut fluida dinamis,
◦ ν - viskositas kinematik fluida: ν = μ / ρ,
◦ ρ - kerapatan (densitas) fluida.
⚫ Misalnya pada aliran dalam pipa, panjang
karakteristik adalah diameter pipa, jika
penampang pipa bulat, atau diameter hidraulik,
untuk penampang tak bulat.
⚫ Untuk pipa-pipa bundar yang mengalir
penuh :
Re = V d ρ atau Vd = V ( 2ro )
μ v v

dimana
◦ V = kecepetan rata-rata (m/det)
◦ d = garis tengah pipa (m), ro = jari-jari (m)
◦ v = kec.kinematik fluida (m2/det)
◦ ρ = density fluida (kg/m3)
◦ μ = kekentalan absolut fluida
⚫ Berdasarkan eksperimen didapatkan
ketentuan untuk bilangan Reynold sebagai
berikut :
◦ 0 < Re ≤ 2000, aliran disebut laminier
◦ 2000 < Re ≤ 3000, aliran disebut transisi
antara laminier dan aliran turbulen
◦ Re > 3000, aliran disebut turbulen
Asas Bernoulli
⚫ Asas Bernoulli dikemukakan pertama
kali oleh Daniel Bernoulli (1700 – 1782).
⚫ Asas Bernoulli adalah tekanan fluida di
tempat yang kecepatannya tinggi lebih
kecil daripada di tempat yang
kecepatannya lebih rendah .
⚫ Jadi semakin besar kecepatan fluida dalam suatu
pipa maka tekanannya makin kecil dan
sebaliknya makin kecil kecepatan fluida dalam
suatu pipa maka semakin besar tekanannya
Penerapan Asas Bernoulli
⚫ Karburator adalah alat dalam mesin kendaraan
yang berfungsi untuk menghasilkan campuran bahan
bakar dengan udara lalu campuran ini dimasukkan ke
dalam silinder mesin untuk pembakaran.
⚫ Venturimeter, adalah alat untuk mengukur
kelajuan cairan dalam pipa.
⚫ Tabung pitot, adalah alat untuk mengukur
kelajuan gas dalam pipa dari tabung gas.
⚫ Alat penyemprot nyamuk / parfum
Menghitung kelajuan
cairan dalam pipa
(tanpa manometer)

⚫ Persamaan Bernoulli
adalah

⚫ Jika kontinuitas
A1.v1 = A2.v2, maka
⚫ Cairan mengalir pada pipa mendatar maka h1 =
h2 sehingga P1 – P2 = ½ .ρ.(v22– v12 )
⚫ Maka :

⚫ Pada tabung fluida diam, maka tekanan hidrostatis


: P1 = ρ.g.hA  dan P2 = ρ.g.hB  
⚫ maka

P1 – P2 = ρ.g(hA –hB ) =  ρ.g.h ----- (2)


⚫ Substitusi persamaan (1) ke (2) maka persamaan
kecepatan fluida pada pipa besar:

dimana
v1 : kecepatan fluida pada pipa yang besar (m/s)
h : beda tinggi cairan pada kedua tabung vertikal (m)
A1 : luas penampang pipa yang besar (m2)
A2 : luas penampang pipa yang kecil (pipa
manometer) (m2 )
Menghitung kelajuan
cairan dalam pipa
(pakai manometer)

⚫ Cairan mengalir datar


maka h1 = h2
sehingga P1 – P2 = ½ .ρ.(v22– v12 )
⚫ Maka :
⚫ Tekanan hidrostatis pada manometer :
P1 = ρ'.g.h  dan  P2 = ρ.g.h  
⚫ maka 
P1 – P2 = g.h(ρ’ - ρ)    ------------- (2)

⚫ Substitusi persamaan (1)  ke  (2) maka


persamaan kecepatan fluida pada pipa
besar:
dimana
v : kecepatan fluida pada pipa yang besar ( m/s)
h : beda tinggi cairan pada manometer ( m )
A1 : luas penampang pipa yang besar (m2)
A2 : luas penampang pipa yang kecil (pipa manometer
(m2 )
 ρ : massa jenis cairan (fluida) yang mengalir pada pipa
besar (Kg/m3)
 ρ’ : massa jenis cairan (fluida) pada manometer
(Kg/m3)
Menghitung kelajuan
gas dalam pipa

⚫ Dari Persamaan Bernoulli


⚫ Kelajuan gas dari lengan kanan manometer tegak
lurus terhadap aliran gas maka kelajuan gas terus
berkurang sampai ke nol di B (vB = 0 )
⚫ beda tinggi a dan b diabaikan ( ha = hb ), maka
Pa – Pb = ½.ρ.v2 ----------- (1)
⚫ Tekanan hidrostatis cairan dalam manometer
P – P = ρ’.g.h --------- (2)
⚫ Substitusi persamaan (1) ke (2) maka kecepatan gas
pada pipa:

dimana :
v : kelajuan gas, ( m/s)
h : beda tinggi air raksa, (m)
A1 : luas penampang pipa yang besar (m2 )
A2 : luas penampang pipa yang kecil (pipa
manometer) (m2 )
  ρ : massa jenis gas, (Kg/m3 )
  ρ’ : massa jenis cairan pada manometer (Kg/m3)
Sampai jumpa
minggu depan

Anda mungkin juga menyukai