Slamet Widodo
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta
Bahan Penyusun Beton
✓ Semen (Portland Cement)
✓ Agregat halus (pasir)
✓ Agregat kasar (kerikil atau batu pecah)
✓ Air
✓ Bahan tambah (admixtures: plasticizer, pozolan, dll)
jika diperlukan
Rancang Campur Beton
(Mix Design)
Tujuan
• Menentukan komposisi optimum dari bahan
penyusun beton yang tersedia untuk
memperoleh campuran adukan yang memenuhi
persyaratan teknis dan ekonomis
• Menghasilkan beton yang memenuhi berbagai
persyaratan (kemudahan pengerjaan, kekuatan
mekanis maupun keawetan) sesuai dengan
kondisi pekerjaan konstruksi yang akan
dilaksanakan
❖ Rancang campur beton yang benar akan
menghasilkan terpenuhinya:
➢ Kelecakan/ workability; kemudahan pengerjaan
beton segar untuk diangkut, dituang, dipadatkan, dan
dilakukan finishing.
➢ Kekuatan mekanik; pada umumnya didasarkan pada
kekuatan tekan beton.
➢ Keawetan/ durability; ketahanan terhadap perubahan
cuaca, serangan kimiawi zat agresif, abrasi dan proses
perusakan (deterioration) lainnya.
➢ Biaya konstruksi yang ekonomis.
Workability
• Cara pertama:
Berdasarkan kuat tekan
rata-rata silinder beton
yang direncanakan
pada umur tertentu
berdasarkan Gambar 1.
• Cara kedua: Untuk benda
uji kubus ; Benda Uji Berbentuk Kubus
Faktor air-semen
8. Menentukan nilai faktor air semen (fas)
minimum menurut persyaratan durabilitas
berdasarkan kelas paparan struktur beton
tehadap zat agresif pada Tabel 4.2.1 dan
Tabel 4.3.1 (SNI 2847: 3013) dibandingkan
dengan kebutuhan kekuatan tekan beton
pada langkah 7.
9. Menetapkan nilai slump dengan memperhatikan
jenis strukturnya agar proses pembuatan,
pengangkutan, penuangan, pemadatan mudah
dilaksanakan.
Penetapan Nilai Slump
Pemakaian Beton Maksimum (cm) Minimum (cm)
Dinding, Pelat Pondasi 12,5 5,0
dan Pondasi Telapak
Bertulang
Pondasi Telapak Tidak 9,0 2,5
Bertulang, Kaison, dan
Struktur di bawah Tanah
Pelat, Balok, Kolom, dan 15,0 7,5
Dinding
Perkerasan Jalan 7,5 5,0
Pembetonan Masal 7,5 2,5
10. Menentukan ukuran agregat maksimum.
Berkaitan dengan pekerjaan konstruksi beton
bertulang, ukuran maksimum nominal agregat
kasar harus tidak melebihi:
✓ 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan,
ataupun
✓ 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun
✓ 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-
tulangan atau kawat-kawat, bundel tulangan,
atau tendon-tendon pratekan atau
selongsong-selongsong.
11. Menentukan jumlah air yang dibutuhkan untuk
setiap m3 adukan beton berdasarkan ukuran
agregat maksimum, jenis agregat, dan nilai slump
yang diinginkan.
Perkiraan Kebutuhan Air untuk setiap Meter Kubik Beton (liter)
Ukuran Agregat Jenis Batuan Slump (mm)
Maksimum
0-10 10-30 30-60 60-180
(mm)
10 Alami 150 180 205 225
Batu pecah 180 205 230 250
20 Alami 135 160 180 195
Batu pecah 170 190 210 225
40 Alami 115 140 160 175
Batu pecah 155 175 190 205
Apabila digunakan jenis agregat halus dan agregat kasar
yang berbeda (alami dan batu pecah), maka perkiraan
kebutuhan jumlah air per-m3 beton harus disesuaikan
menggunakan persamaan berikut:
dimana :
A = Perkiraan kebutuhan air per-m3 beton
A h = Kebutuhan air berdasar jenis agregat halus
A k = Kebutuhan air berdasar jenis agregat kasar
12. Menghitung berat semen yang diperlukan
untuk setiap m3 beton, dengan membagi
kebutuhan jumlah air (hasil dari langkah 11)
dengan faktor air-semen (hasil langkah 8).
13. Menentukan daerah gradasi agregat halus
berdasarkan Tabel berikut:
Batas Gradasi Agregat Halus Menurut SNI 03-2834-2000
Ukuran Persentase Berat yang Lolos Saringan
Saringan Gradasi Gradasi Gradasi Gradasi
Zona I Zona II Zona III Zona IV
9,60 mm 100 100 100 100
4,80 mm 90-100 90-100 90-100 95-100
2,40 mm 60-95 75-100 85-100 95-100
1,20 mm 30-70 55-90 75-100 90-100
0,60 mm 15-34 35-59 60-79 80-100
0,30 mm 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 mm 0-10 0-10 0-10 0-15
14. Menentukan perbandingan antara agregat halus dengan
agregat campuran berdasarkan ukuran butir maksimum
agregat kasar, nilai slump, faktor air semen dan daerah
gradasi agregat halus dengan menggunakan Grafik a, b,
ataupun c.
dimana :
BJ camp = Berat jenis agregat campuran
BJh = Berat jenis agregat halus
BJk = Berat jenis agregat kasar
P = Persentase agregat halus terhadap agregat campuran
K = Persentase agregat kasar terhadap agregat campuran
16. Menentukan berat jenis beton berdasarkan hitungan
berat jenis agregat campuran pada langkah 15 dan
kebutuhan air per-m3 beton menurut Gambar berikut.
(karena tidak ada data BJ agregat, bisa diasumsikan 2,65)
17. Menentukan kebutuhan agregat campuran dengan
cara mengurangi berat per-m3 beton dengan jumlah
kebutuhan air dan semen.
18. Menghitung berat agregat halus yang dibutuhkan
dengan cara mengalikan persentase agregat halus
terhadap agregat campuran (langkah 14) dengan berat
agregat campuran yang diperoleh dari langkah 17.
19. Menentukan berat agregat kasar, yang dibutuhkan
untuk setiap m3 beton, dengan cara menghitung berat
agregat campuran yang dibutuhkan (hasil langkah 17)
dikurangi berat agregat halus yang dibutuhkan (hasil
langkah 18).
TERIMA KASIH